I PENDAHULUAN
1.1 Judul
Budidaya ikan hias menjadi salah satu pilihan untuk menjalankan bisnis di
bidang perikanan. Budidaya ikan hias sering mengalami kegagalan, salah satu faktor
penyebab kegagalan adalah penyakit. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah
yang harus dihadapi dalam usaha budidaya ikan hias diantaranya adalah disebabkan
oleh penyakit yang disebabkan oleh parasit. Akibat yang ditimbulkan biasanya tidak
sedikit antara lain dapat menyebabkan gangguan pada ikan budidaya bahkan dapat
ekonomi (Kurniastuty et al., 2004). Ikan komet merupakan ikan hias yang sering
dibudidayakan, salah satu kendala dalam proses budidaya ikan komet disebabkan
oleh penyakit yang disebabkan oleh parasit, parasit yang sering ditemukan adalah
Argulus. Genus Argulus adalah parasit dari kelas Crustacea yang penyebarannya
50% (Musyaffak, 2010) dan tambak di Tulungagung dengan prevalensi 66% (Amzi
karena mengurangi estetika tubuh dan mengurangi nilai penangkapan ikan (Taylor
et al., 2006). Predileksi Argulus pada permukaan tubuh, sirip atau insang (Kismiyati
gosokkan tubuhnya pada benda keras yang ada di sekitarnya. Parasit ini menghisap
Selain itu Argulus menyebabkan lesi pada kulit, sirip, kepala dan permukaan tubuh
dan menyebabkan kematian ikan (Noaman et al., 2010). Serangan parasit ini
umumnya tidak menimbulkan kematian pada ikan sebab Argulus japonicus hanya
menghisap darah ikan sehingga ikan menjadi kurus. Luka bekas gigitan ini bagian
yang mudah diserang oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa
kurangnya informasi dan tidak adanya produk dari bahan alami menjadikan
penggunaan bahan kimia ini tidak sesuai untuk ikan budidaya maupun ikan liar
karena dapat merusak lingkungan dan biota yang ada di dalamnya. Selain itu,
pada ikan. Penggunaan bahan kimia memiliki dampak negatif yang besar sehingga
diperlukan bahan substitusi untuk pencegahan parasit Argulus yang lebih ramah
lingkungan, salah satunya adalah pelepah pisang. Kumar et al. (2012) menyatakan
bahwa pemanfaatan bahan alami untuk pengendalian parasit ikan jarang dilaporkan,
akan tetapi penggunaan bahan alami efektif sebagai antibiotik dan pestisida.
3
jumlah banyak, flavonoid, tanin (Priosoeryanto dkk., 2006), glikosida (Soesanto dan
Ruth, 2009). Tingginya persentase flavonoid di dalam ekstrak pelepah pisang sesuai
dengan pendapat dari Kumar dan Pandey (2013) yang menyatakan bahwa bahan
obat dari tumbuhan yang kaya akan kandungan flavonoid salah satunya adalah
2013). Kelebihan pelepah pisang sebagai obat adalah tidak menimbulkan efek
samping, mudah didapat dan harga terjangkau. Pemanfaatan pelepah pisang yaitu
dengan membuat fermentasi pelepah pisang karena mudah, murah dan efisien. Studi
tentang aktivitas anti parasit pelepah pisang terhadap Argulus belum pernah
dilakukan. Adanya zat aktif pada pelepah pisang mendorong untuk dilakukan
penelitian tentang potensi sari fermentasi pelepah pisang untuk mencegah Argulus
auratus)?
4
(Carassius auratus).
parasit Argulus japonicus pada ikan komet (Carasius auratus). Selain itu, dapat
II TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Safer (2014), identifikasi dan taksonomi ikan komet sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
yang unik, oleh karena itu ikan komet digemari oleh masyarakat. Morfologi ikan
membedakan dari ikan komet dan ikan mas adalah bentuk siripnya. Ikan komet
mempunyai bentuk sirip yang lebih panjang dari ikan mas, meskipun jika
didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet
dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Perbedaan ikan komet jantan dan betina. Ikan
komet jantan memiliki sirip dada panjang dan tebal, kepala tidak melebar, tubuh
lebih tipis (ramping), sedangkan ikan komet betina memiliki sirip dada relatif
6
pendek dan luar tipis, kepala relatif kecil dan bentuknya agak meruncing, tubuh
Bentuk tubuh ikan komet agak memanjang dan memipih tegak (compressed)
mulutnya terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian ujung mulut
memiliki dua pasang sungut. Ujung dalam mulut ikan komet terdapat gigi
kerongkongan yang tersusun atas tiga baris dan gigi geraham secara umum.
Sebagian besar tubuh ikan komet ditutupi oleh sisik kecuali beberapa varietas yang
memiliki beberapa sisik. Sisik ikan komet termasuk sisik sikloid dan kecil. Sirip
punggung memanjang dan pada bagian belakangnya berjari keras. Letak sirip
punggung berseberangan dengan sirip perut. Gurat sisi pada ikan komet tergolong
lengkap berada di pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang sampai ke
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam
aquarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih untuk
atau kolam setiap minggunya. Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan
terhadap penyakit, hal tersebut disebabkan karena kondisi air pada tempat
pemeliharaan ikan komet cepat menjadi kotor disebabkan oleh sisa pakan dan feses
Ikan komet adalah jenis ikan air tawar yang hidup di perairan dangkal yang
airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Untuk bagian substrat dasar aquarium
7
atau kolam dapat diberi pasir atau krikil, ini dapat membantu ikan komet dalam
mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan
plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk
ikan yang hidup dengan suhu rendah 15 – 20°C tetapi ikan komet juga
5 ppm dan pH 5,5 - 9,0. Hal tersebut khususnya diperlukan saat ikan komet akan
Filum : Arthopoda
Class : Maxillopoda
Ordo : Arguloida
Famili : Argulidae
Genus : Argulus
Spesies: Argulus japonicus
Bentuk tubuh Argulus japonicus berbentuk oval atau bulat pipih, tubuhnya
dibagi menjadi tiga bagian yaitu Cephalothorax, thorax, dan abdomen. Ciri utama
yang menonjol pada Argulus japonicus adalah adanya sucker yang besar pada
organ penempel utama pada Argulus japonicus selain itu terdapat preoral dan
probosis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari inang (Walker, 2005).
Mousavi et al. (2011) mengatakan bahwa Argulus memiliki panjang tubuh 4-12 mm
dengan bentuk pipih dorsoventral yang ditutupi oleh karapas dan sepasang mata
kedua yang berfungsi untuk melekatkan diri pada inang, stylet yang berfungsi untuk
menusuk inang dan proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah. Pada bagian
sepasang kaki renang dan segmen keempat tergabung dengan karapas. Thorax
abdomen dengan bentuk bilobus segmen. Abdomen pada Argulus jantan terdapat
testis, sedangkan pada Argulus betina terdapat seminal receptacle (Hoffman, 1977).
Daur hidup Argulus adalah langsung, yaitu hanya membutuhkan satu inang
dalam daur hidupnya. Steckler and Yanong (2012), mengatakan bahwa Branchiura
memiliki daur hidup rata-rata 30-60 hari, bergantung pada spesies parasit dan suhu
9
lingkungan. Setelah Argulus jantan dan betina kopulasi, Argulus betina akan
meninggalkan inang dan meletakkan telurnya pada benda yang keras. Argulus
betina yang telah meletakkan telurnya akan kembali melekat pada inang. Telur
Argulus menetas dalam 17 hari pada suhu 23 ºC dan 30 hari pada suhu 20 ºC
(Kismiyati dan Mahasri, 2017). Telur yang menetas menjadi nimfa dan harus
menemukan inang dalam waktu 2-3 hari atau akan mati. Nimfa berkembang
menjadi Argulus dewasa dalam waktu 30-40 hari setelah menetas (Steckler and
melompat dari air (Kismiyati dkk., 2011). Infestasi Argulus tidak menyebabkan
kematian pada ikan. Kematian ikan terjadi akibat infeksi sekunder yang disebabkan
infestasi Argulus. Ikan yang terinfestasi Argulus kemungkinan besar akan mendapat
infeksi sekunder oleh jamur dan bakteri (Kismiyati dan Mahasri, 2017). Stylet akan
10
menimbulkan bekas luka yang digunakan sebagai pintu masuk jamur atau bakteri.
Bakteri yang sering menginfeksi akibat infestasi Argulus yaitu Aeromonas atau
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
(A) (B)
Gambar 4. (A) Tanaman Pisang Mas (B) Pelepah Pisang
(Suprapti, 2005)
Jenis tanaman pisang dari kelompok ini memiliki ciri umum yang mudah
dikenali yaitu tidak ada biji dalam buahnya, batang semunya memiliki banyak
tangkai daun ditutupi lapisan lilin, tangkai buah pendek, kelopak bunga sedikit
melengkung ke arah bahu setelah membuka, bentuk daun bunga meruncing seperti
tombak, warna bunga jantan putih krem. Musa acuminata disandikan dengan AA,
pisang yang termasuk dalam kelompok pisang ini adalah pisang Ambon (AAA),
Jenis pisang liar Musa acuminata banyak mengandung biji yang berwarna
hitam dalam buahnya, misalnya Musa acuminata ssp, malacensi. Batang pisang
dibedakan menjadi dua macam yaitu batang asli yang disebut bongol dan batang
semu atau juga batang palsu. Bongol berada di pangkal batang semu dan berada di
bawah permukaan tanah serta memiliki banyak mata tunas yang merupakan calon
anakan tanaman pisang dan merupakan tempat tumbuhnya akar. Batang semu
tersusun atas pelepah-pelapah daun yang saling menutupi, tumbuh tegak dan kokoh,
Beberapa penelitian mengenai pisang telah dilakukan, antara lain mengenai ekstrak
bonggol pisang yang memiliki kandungan metabolit sekunder senyawa fenol seperti
saponin dalam jumlah yang banyak, glikosida dan tanin (Soesanto dan Ruth, 2009).
jumlah banyak, flavonoid dan tanin (Priosoeryanto dkk., 2006). Senyawa yang
12
saponin dan flavonoid. Mekanisme kerja tanin diduga dapat mengkerutkan dinding
sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat
dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel tanpa dapat
tidak terjadi penurunan nilai ekonomis pada ikan. Pencegahan Argulus dapat
menggunakan bahan alami maupun bahan kimia. Penggunaan bahan alami sebagai
ini merupakan metode yang efektif karena ektoparasit yang hidup di permukaan
Metode dipping dapat menggunakan pelepah pisang karena bahan aktif dari pelepah
racun serta tidak mudah terdegradasi. Dapat juga menggunakan Pyrethrum dengan
dosis 20-100 ppm selama 10-20 menit atau Dipterex 100 ppm selama satu jam.
Penggunaan bahan kimia tersebut bersifat toksik dan tidak lagi memberikan
pengaruh pada Argulus (Taylor et al., 2005). Hal ini dapat menimbulkan kerugian
Masalah yang sering muncul dalam budidaya air tawar adalah adanya infestasi
umumnya tidak menimbulkan pada ikan sebab hanya menghisap darah inangnya
sehingga ikan menjadi kurus, namun bekas luka alat penghisap inilah ynag dapat
dengan mudah diinfeksi oleh bakteri dan jamur. Keberadaan parasit ini dapat
abnormal, produksi lendir yang berlebih dan lesi pada permukaan tubuh dan sirip
mengurangi dampak yang ditimbulkan. Pencegahan Argulus pada ikan komet dapat
dilakukan menggunakan bahan kimia maupun bahan alami. Bahan kimia yang
menyebabkan resistensi pada ikan dan tidak mudah larut dalam air, oleh karena itu
bahan kimia dapat digunakan oleh bahan alami yaitu fermentasi pelepah pisang.
insektisida alami, karena lebih aman, murah dan mudah untuk didapat. Pelepah
pisang mengandung tanin, saponin dan flavonoid (Inaya dkk., 2015) yang
merupakan salah satu golongan fitokimia yang digunakan sebagai antimikroba dan
dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri,
selain itu senyawa tanin dapat menyebabkan perlekatan sucker pada inang
15
kerja flavonoid dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel
ada pada eksoskeleton yang awalnya memiliki tekstur elastis hingga menjadi keras
(Solichin dkk., 2013). Senyawa aktif dari pelepah pisang tersebut dapat bekerja
Argulus japonicus berkembang secara abnormal dan mati (Solichin dkk., 2013).
3.2 Hipotesis
H1: terdapat pengaruh pemberian sari dari fermentasi pelepah pisang terhadap
Precussor
Hormon Steroid
Alkaloid Fenolik Triterpenoid Flavonoid Tanin Saponin
Mortalitas/inaktivitas
IV METODOLOGI
Alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari akuarium utama berukuran
gelas ukur 500 ml, kertas pH, DO meter, termometer, timbangan digital, jaring,
kertas saring, seperangkat alat aerasi, blender, dan spuit. Bahan yang digunakan
dalam penelitian terdiri dari 75 ekor benih ikan komet dengan ukuran 3-5 cm, dua
kilogram pelepah pisang, Argulus sebanyak 250 ekor, air PDAM yang telah
untuk memecahkan suatu masalah yang dapat dilkaukan dengan pengumpulan data
dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dibatasi nyata dan dapat dianalisis
hasilnya.
infestasi dan intensitas Argulus menurun pada ikan komet. Kalsasin (2014)
mengatakan bahwa dosis yang tepat dalam menurunkan infestasi dan intensitas
bila media dan bahan percobaan seragam atau dapat dianggap seragam
(Kusriningrum, 2012). Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan dan lima kali
ulangan. Dalam rancangan ini terdapat satu sumber keragaman yaitu konsentrasi
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium, pisau dan gelas
ukur. Alat tersebut dibersihkan dari kotoran maupun debu. Akuarium, pisau dan
gelas ukur dicuci menggunakan sabun kemudian dibilas dengan air hingga bersih
dan dikeringkan. Akuarium yang telah kering diisi air bersih dan dipasang selang
aerasi. Akuarium didiamkan selama 24 jam baru dapat digunakan untuk aklimatisasi
ikan sehat.
dalam akuarium pemeliharaan. Ikan diberi pakan dua kali sehari sebanyak 5% dari
biomas. Aklimatisasi dilakukan selama 24 jam sebelum perlakuan agar ikan tidak
stres.
dengan lima kali ulangan. Konsentrasi fermentasi pelepah pisang yang digunakan
yaitu kontrol, 40 ppt, 45 ppt, 50 ppt, dan 55 ppt. Volume air yang digunakan adalah
Pelepah pisang bewarna kuning kecoklatan diambil dari pohon pisang mas
yang masih segar dengan ukuran ±1m. Setelah itu, pelepah pisang dilakukan
fermentasi pelepah pisang dilakukan selama kurang lebih 2-3 minggu atau sampai
terlihat hancur dan timbul serat seperti senar. Hasil yang didapat dari proses
ditentukan.
infestasi Argulus pada ikan komet dilakukan sesuai prosedur infestasi buatan
(Kismiyati, 2009). Akuarium diisi air fermentasi pelepah pisang sesuai dengan
konsentrasi yang telah ditentukan. Satu ikan komet dimasukkan ke dalam akuarium
yang berisi air fermentasi pelepah pisang yang telah dilarutkan ke dalam air.
Persiapan
Perlakuan
A B C D E
Kontrol (tanpa Fermentasi Fermentasi Fermentasi Fermentasi
fermentasi pelepah pelepah pelepah pelepah
pelepah pisang) pisang pisang pisang pisang
dengan tiga konsentrasi konsentras konsentrasi konsentrasi
ekor ikan 40ppt dengan 45 ppt 50 ppt 55 ppt
komet tiga ekor ikan dengan tiga dengan tiga dengan tiga
komet ekor ikan ekor ikan ekor ikan
A A A A A B B B B B C C C C C D D D D D E E E E E
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Analisis data
Parameter utama dalam penelitian ini adalah jumlah infestasi Argulus pada
ikan komet. Argulus dihitung sesudah perlakuan sehingga diketahui jumlah Argulus
yang menempel.
Parameter penunjang dalam penelitian ini adalah kualitas air dan tingkah laku
ikan. Pengamatan tingkah laku dan pengukuran kualitas air dilakukan sebelum dan
sesudah perlakuan. Pengukuran parameter kualitas air antara lain pH, DO dan suhu
air. Sedangkan pengamatan tingkah laku adalah pergerakan dan metabolisme ikan.
infestasi Argulus pada ikan komet (Carasius auratus) menghasilkan data berupa
Apabila terdapat pengaruh pada pemberian perlakuan, maka dilakukan uji lanjutan
menggunakan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) untuk
(Kusriningrum, 2012).
24
Pelaksanaan Penelitian ini direncanakan selama dua bulan yaitu pada bulan
1. Persiapan
1.1 Perijinan 2
4. Pelaksanaan Penelitian 60
5. Penyusunan Skripsi 15
6. Konsultasi Skripsi 15
DAFTAR PUSTAKA