Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 1

RINGKASAN MATERI

PERUBAHAN SPIRITUAL PADA LANSIA

Nama : Dhea Annathasya Matalang


NIM : A1C219139
Kelas : C, Keperawatan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum wr.wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan ringkasan materi sesuai topik kelompok saya yaitu
Perubahan Spiritual pada Lansia.

Ringkasan materi ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawata Gerontik, selama proses penyusunan ringkasan materi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang berupa materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. 
Saya menyadari bahwa ringkasan materi ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa,
ataupun penulisannya untuk itu saya mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
untuk menambah ringkasan materi ini menjadi komplit dan lengkap.

Saya berharap semoga ringkasan materi ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
yang lebih luas dan memberikan informasi untuk pembacanya untuk peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua. Amin

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Makassar, 27 April 2022

Penyusun
Dhea Annathasya

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………..…………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………....……. 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Konsep Teori…………………………………............................. 4
2.2  Contoh Kasus………………. ……………..…………….……. 6

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 8
3.2 Saran ………………………………………………..……………..... 8

DAFTAR PUSTAKA …………………..………………………………. 9

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000).

Di Indonesia, pelayanan kesejahteraan sosial bagi warga usia lanjut secara umum boleh
dikatakan masih merupakan hal yang baru. Hal ini dikarenakan prioritas yang diberikan pada
populasi usia lanjut memang baru saja mulai diperhatikan. Sebelum GBHN 1993, upaya kepada
populasi usia lanjut selalu dikaitkan dengan istilah “usia lanjut dan jompo“. Pandangan ini mulai
diperbaiki, seiring dengan peningkatan pengertian dan pemahaman tentang usia lanjut, sehingga
dalam GBHN 1993 usia lanjut mendapat perlakuan tersendiri, walaupun masih dalam seksi
bersama dengan wanita dan remaja. GBHN 1998 diharapkan memberikan perhatian yang lebih
bagi para usia lanjut. Dibanding negara maju, misalnya Amerika atau Australia, Indonesia sangat
tertinggal dalam hal pemberian kesejahteraan bagi lansia ini.

Kebutuhan spiritual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mencari tujuan
dan harapan hidup. Aspek dalam spiritual antara lain: harapan, kedamaian. Cinta, kasih, sayang,
bersyukur dan keyakinan. Perubahan-perubahan yang signifikan pada lanjut usia, antara lain :
perubahan gaya hidup dan keuangan, merawat pasangan yang sakit, menghadapi kematian,
kehilangan pasangan hidup dan orang-orang yang dicintai, ketidakmampuan fisik dan penyakit
kronis, kesepian serta perubahan lainnya (Elderly Health Service, 2003; Berger & William, 1992).

Berdasarkan kegiatan spiritual, kondisi lanjut usia meliputi dua hal yaitu mengenai ibadah agama
dan kegiatan didalam organisasi sosial keagamaan. Dalam hal ini kehidupan spiritual mempunyai
peranan penting, seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya tentu akan memelihara umurnya
dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat (Depsos, 2007).

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori


1. Definisi lanjut usia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia
pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75- 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas
90 tahun.3 Sedangkan pada Pasal 1 ayat 2, 3, 4, UU No.13 Tahun 1998 tentang
kesehatan, dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun.

2. Definisi Spiritual
Spiritual berasal dari kata spirit, spirit mengandung arti semangat atau sikap yang
mendasari tindakan manusia. Spirit juga sering diartikan sebagai ruh atau jiwa yang
merupakan suatu bentuk energi yang hidup dan nyata. Meskipun tidak terlihat oleh
mata dan tidak memiliki badan fisik seperti manusia, spirit itu ada dan hidup. (widi
2008)

3. Perubahan spiritual pada lansia


Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti
nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat)
menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang
lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).

Mubarak et.al (2006), perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia antara
lain:
1) Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan,
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya.
Hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan
spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan
contoh cara mencintai dan keadilan.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan
keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997),
bahwa :
Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang
yang religius.
Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang
non religius.
Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah
hidup lainnya.
Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang
nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian)
daripada yang nonreligius.

4. Kebutuhan spiritual Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan


atau mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh
rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan
tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004).
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya
apabila mampu (Hamid, 2000) :
- Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di
dunia/kehidupan.
- Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau
penderitaan.
- Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan
cinta.
- Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
- Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
- Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

5. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual


Menurut Taylor 1997 dan Craven & Hirnle 1996 dalam hamid 2000, faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang diantaranya:
- Tahap perkembangan: Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material,
seseorang harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai
mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan Tuhan.
- Peran keluarga: Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual
individu. Tidak banyak keluarga yang mengajarkan seseorang mengenai Tuhan
dan agama, akan tetapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri
sendiri dari tingkah laku keluarganya, sehingga keluarga merupakan lingkungan
terdekat dan dunia pertama bagi individu
- Latar belakang etnik dan budaya. Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh
latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti
tradisi agama dan spiritual keluarga.
- Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman hidup yang positif ataupun negatif
dapat mempengaruhi spiritual sesorang. Peristiwa dalam kehidupan seseorang

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
biasanya dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia
untuk menguji keimanannya.
- Krisis dan perubahan. Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritual
seseorang. Krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Perubahan
dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman
spiritual yang bersifat fiskal dan emosional.
- Terpisah dari ikatan spiritual. Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering
kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dari
sistem dukungan sosial. Akibatnya, kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah,
diantaranya tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan
18 atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa
memberikan dukungan setiap saat bila diinginkan.
- Isu moral terkait dengan terapi. Pada sebagian besar agama, proses
penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaran-Nya,
meskipun terdapat beberapa agama yang menolak intervensi pengobatan.

2.2 CONTOH KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
DISTRESS SPIRITUAL DI UPT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MAGETAN.

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.


Distress spiritual merupakan gangguan pada keyakinan berupa kesulitan merasakan makna dan
tujuan hidup baik dengan dengan diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan.

Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah
keperawatan distress spiritual meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatan.

Asuhan keperawatan dilakukan di wilayah kerja Magetan di UPT Panti Sosial Tresna Werdha
Magetan pada tanggal 06 – 13 Januari 2021.

Metode yang digunakan adalah proses keperawatan.

Hasil pengkajian didapatkan bahwa Tn. K mengalami gangguan distress spiritual dikarenakan:
- klien tidak pernah melaksanakan kegiatan spiritual
- klien tidak pernah melaksanakan sholat
- klien tampak malas dan mengalihkan pembicaraan jika diajak berbicara mengenai
keagamaan seperti belajar surat-surat, doa, dzikir, tata cara sholat maupun wudhu.

Tindakan keperawatan yang dilakukan:


- mengidentifikasi perasaan khawatir dan kesepian, menganjurkan berinteraksi dengan orang
lain
- mengajarkan surat-surat, dan berdzikir
- mengajarkan metode relaksasi dan meditasi.

Hasil evaluasi didapatkan:


- Klien mampu mengatasi gangguan distress spiritualnya.

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
- Klien mampu melaksanakan kegiatan spiritualnya dengan berdoa.

Asuhan keperawatan pada lansia ini diharapkan klien mampu mempraktikan doa-doa, bacaan
surat-surat maupun berdzikir yang telah di ajarkan, sehingga klien mampu mencegah terjadinya
distress spiritual.

BERIKUT ADALAH LINK VIDEO PENTINGNYA MENJAGA SPIRITUAL BAGI


LANSIA https://youtu.be/0ff7qQDE5cM

BERIKUT ADALAH BENTUK GAMBAR SPIRITUAL LANSIA

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada kelompok lansia saat menghadapi masalah/sakit/kematian, lansia lebih cenderung
mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama, berusaha untuk mengerti agama
dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda,
perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain
(saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri, perkembangan filosofis
agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000).
Berdasarkan kegiatan spiritual, kondisi lanjut usia meliputi dua hal yaitu mengenai ibadah
agama dan kegiatan didalam organisasi sosial keagamaan. Dalam hal ini kehidupan
spiritual mempunyai peranan penting, seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya tentu
akan memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat.

3.2 Saran
Sebagai perawat professional kita harus melakukan hal yang memang dibutuhkan oleh
pasien termasuk salah satunya adalah melakukan asuhan keperawatan spiritual, jangan
hanya mementingkan kepentingan bisnis yang berorientasi pada material saja.

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
DAFTAR PUSTAKA

Hamid (2000)
Depsos (2007)
Widi (2008)
Mubarak et.al (2006)
Kozier, 2004
Aspiani, Reny Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi NANDA, NIC dan
NOC-Jilid I. Jakarta: TIM.
Azizah, L. “M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. In Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011”
Bloom. Benyamin. Taxonomy of Educational Objevtives : The Classification of Educational
Goals.
Cahyono, “A.N. (2012). Hubungan Spiritualitas pada Lansia UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Magetan. Jurnal Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Surabaya : Universitas
Airlangga. Diakses pada tanggal 9 Agustus 2016” dari http://journal.unair.ac.id
Dinkes Kabupaten Magetan. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Magetan Tahun 2019.
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Ediawati, Eka. 2013. Gambaran Tingkat Kemandirian Dalam Actuvity Of Daily Living (ADL)
Dan Resiko Jatuh Pada Lansia DI Panti Sosial Trsna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta
Timur.(Skripsi, Universitas Indonesia). Diunduh dari : digital_20314351- S43833-Gambaran
tingkat.pdf
Fenti Hasnani. 2012. Spiritualitas dan Kualitas Hidup.
Hamid, “Achir Yani. 2008. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan KeperawatanJakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia”
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.
Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
Mauk, “K.L. 2010. Gerontological Nursing Competencies for Care. Sudbury : Janes and
Barlet” Publisher.
Nehlig, A. “2010. Is Caffeine a Cognitive Enhancer. Journal of Alzheimer’s Disease 20 : S85–
S94 S85”
Notoatmodjo, Soekidjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sari, K. 2012. Gambaran Tingkat Dpresi pada Lanisa di Panti Sosiak Tresna Werdha Budi
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Skripsi. Fakultas Ilmu Kerawatan Universitas Indonesia.
Depok.
Smeltzer & Bare. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta. EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Practice Nurse.

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Practice Nurse.
Yusuf, Ah, dkk. 2017. Kebutuhan Spiritual: konsep dan aplikasi dalam asuhan keperawatan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.

tugas1_Kep.gerontik@unimerz_2022

Anda mungkin juga menyukai