Oleh:
SARI PUTRI HANDAYANI
NIM. P17312235047
Mahasiswa,
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayat-Nya serta nikmat sehat kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Kegiatan Konseling guna memenuhi tugas Praktik Klinik
Stase Asuhan Kebidanan Holistik Remaja & Pranikah dengan semaksimal
mungkin.
Keberhasilan penyusunan laporan ini tentunya tak luput dari bantuan segala pihak
yang terlibat. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
Kami selaku penyusun laporan sadar bahwa masih banyak kekurangan maupun
kesalahan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu, kami berharap Bapak/Ibu
dapat menyampaikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca.
Penyusun
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MALANG
VISI:
Mencetak Lulusan Profesi Bidan Yang Beradab, Berdaya Saing Global, serta
Unggul dalam Pemberdayaan Perempuan di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak di
Keluarga dan Masyarakat.
MISI:
1. Menyelenggarakan program pendidikan dan pembelajaran Profesi Bidan
yang berkualitas untuk mengembangkan potensi dan kepribadian
mahasiswa pendidikan profesi bidan yang beradab dan berdaya saing
global.
2. Menyelenggarakan penelitian terapan dan pengabdian kepada masyarakat
bertema pemberdayaan perempuan dalam bidang kesehatan ibu dan anak
yang berkualitas dan inovatif.
3. Melaksanakan tata kelola organisasi yang baik dan berbasis teknologi
informasi.
4. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan dalam maupun luar negeri.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa remaja, baik remaja perempuan maupun laki-laki
mengalami perubahan-perubahan fisik. Perubahan fisik tersebut ada 2
jenis, yaitu perubahan fisik primer dan sekunder. Pada remaja putri salah
satu perubahan fisik primernya adalah mengalami menstruasi. Menstruasi
adalah hal yang fisiologis, namun ada kalanya pada saat menstruasi
mengalami gangguan atau ketidaknyamanan. Salah satu gangguan pada
saat menstruasi yaitu disminore. Dismenore merupakan nyeri yang terjadi
saat menstruasi, umumnya disertai dengan rasa kram dan terpusat pada
abdomen bagian bawah yang menjalar kepunggung bawah sampai ke
paha. Biasanya dismenore ini juga disertai dengan pusing, mual, muntah,
bahkan diare. Keluhan ini dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan
sampai berat. Nyeri tersebut dapat menyebabkan aktivitas sehari-hari
menjadi terganggu serta menyebabkan perempuan tidak bisa melanjutkan
kegiatannya (Sarwono, 2013).
World Health Organization (WHO) mengatakan pada tahun 2017,
angka kejadian dismenore di dunia mencapai 1.769.425 jiwa (90%) wanita
yang mengalami dismenore dengan 10-15% mengalami dismenore berat.
Angka kejadiannya sangat besar, rata-rata hampir lebih dari 50% wanita
mangalami dismenore. Sedangkan di Indonesia angka kejadian dismenore
tidak dapat dipastikan secara mutlak di karenakan kurangnya kesadaran
penderita untuk berkunjung atau melaporkan ke dokter. Boleh dikatakan
90 % perempuan Indonesia pernah mengalami dismenore (Anurogo &
Wulandari, 2011).
Nyeri haid (dismenore) memiliki dampak yang cukup besar bagi
remaja putri karena menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.
Remaja putri yang mengalami nyeri haid (dismenore) pada saat menstruasi
akan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas khususnya aktivitas
belajar di sekolah (Rohmat, 2013). Penelitian terdahulu oleh Saguni
(2013) menunjukkan bahwa siswi yang mengalami nyeri haid (dismenore)
dapat menyebabkan siswi sulit berkonsentrasi sehingga materi yang
disampaikan selama pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik dan
menyebabkan penurunan prestasi. Tidak hanya itu, dismenore juga
berdampak dengan ketidakhadiran siswi dalam kegiatan belajar di sekolah
dikarenakan banyak siswi yang meminta izin untuk pulang atau sekedar
beristirahat di ruangan UKS. Nyeri haid (dismenore) pada remaja banyak
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah tingkat stres,
kurangnya aktivitas fisik atau berolahraga dan banyak mengonsumsi
makanan fast food. Faktor-faktor tersebutlah yang bisa menyebabkan
terjadinya dismenore primer (Tsamara, 2019). Faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya dismenore pada remaja yaitu remaja perokok,
baik remaja dengan perokok aktif maupun perokok pasif (Kristianingsih,
dkk., 2015).
Nyeri haid (dismenore) dapat ditangani secara farmakologis dan
non farmakologis. Penanganan secara farmakologis dilakukan dengan
mengonsumsi obat pereda nyeri haid sedangkan secara non farmakologis
yaitu olahraga secara teratur, kompres hangat, kompres dingin, istirahat
dan relaksasi (Kumalasari & Iwan Andhyantoro,2013). Penanganan yang
biasanya dilakukan oleh remaja putri untuk mengatasi nyeri haid adalah
dengan beristirahat, menggosokan minyak kayu putih ke perut dan minum
obat pereda rasa nyeri. Kemudian untuk pencegahannya biasanya remaja
putri hanya sebatas menghindari stres saja tanpa memperhatikan hal yang
lainnya. Terapi kompres hangat merupakan salah satu alternatif yang
sangat efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas dapat
dialirkan melalui konduksi, konveksi, dan konversi. Nyeri akibat spasme
otot dapat berespon baik terhadap peningkatan suhu karena dapat
melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal. Oleh
karena itu, peningkatan suhu yang disalurkan melalui kompres hangat
dapat meredakan nyeri (Mutaqqin, 2011). Namun, pencegahan atau
pengobatan disminore harus didasari dengan pengetahuan dan pemahaman
yang cukup. Pemahaman tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan
konseling secara individu dengan tenaga kesehatan yang berwenang. Maka
dari itu dibuatlah laporan ini yaitu Laporan Kegiatan Konseling Remaja
Nn. “N” Usia 15 Tahun Dengan Gangguan Menstruasi Disminore
Primer yang dilakukan pada tanggal 3 November 2023 di Polindes
Pucangsongo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan konseling kepada remaja diharapkan mampu
memahami gangguan yang dapat dialami pada saat menstruasi dan
bagaimana cara mengatasi gangguan saat menstruasi
Karakteristik paling subjektif pada skala nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri
sebagai yang ringan, sedang, atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda
bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri
yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale– VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Skala ini sama halnya
dengan skala numerik yang efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Pendeskripsi ini di-ranking dari “tidak
terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien
skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia
rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan
dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
Pengukuran skala nyeri pada dismenore yang sudah teruji validitas dan
reliabilitasnya akan memberikan akurasi pada pengukuran nyeri pada anak hingga
17 usia dewasa. Skala pengukuran nyeri yang digunakan pada dismenore kali ini
yaitu : Verbal Descriptor Scale (VDS). Skala ini menggunakan nomor (1-10)
untuk menggambarkan peningkatan nyeri. Skala yang merupakan sebuah garis
yang terdiri atas tiga sampai lima kata pendeskripsi. Skala intensitas nyeri
deskriprif efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik.
Skala nyeri yang digunakan untuk menentukan derajat dismenore yaitu dijelaskan
sebagai berikut (Ridwan & Herlina, 2015) : 0 : Tidak ada keluhan, nyeri
haid/kram pada perut bagian bawah. 1-3 : Terasa kram pada perut bagian bawah,
masih dapat ditahan, masih dapat melakukan aktivitas dan masih dapat
berkonsentrasi belajar. 4-6 : Terasa kram perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, nafsu makan berkurang, sebagian aktivitas terganggu dan sulit
berkonsentrasi. 7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar
ke pinggang, paha atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas,
tidak mampu beraktivitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar. 10 : Terasa kram
yang sangat erat pada perut bagian bawah menyebar ke pinggang, kaki dan
punggung, tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, lemas, tidak
mampu berdiri atau bangun dari tempat tidur (Ridwan & Herlina, 2015).
4) Tahap Pembinaan
Setelah berhasil dalam tahap penjajagan ini dan diperoleh informasi maka
tahap selanjutnya dilaksanankan tahap pembinaan. Dalam tahap
pembinaan ini usaha yang dilakukan konselor dalam membantu klien
mengambil keputusan untuk mengentaskan permasalahan yang dialaminya
adalah dengan memberikan pemahaman kepada konseli bahwa hal yang
dialami oleh konseli merupakan hal yang normal dialami oleh kebanyakan
wanita usia reproduksi, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi
kecemasan yang mungkin dialami oleh konseli, Konseli diberikan
penyuluhan secara komunikasi intrapersonal mengenai konsep dari
disminore. Konseli juga diberi tips atau cara untuk mengatasi rasa nyeri
saat mengalami disminore.
5) Tahap Evaluasi
Dari proses konseling yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa
permasalahan yang dialami klien sudah mulai teratasi, kebingungan yang
dialami konseli sudah tampak berkurang
6) Penilaian Hasil Layanan
Dari tahap-tahap konseling yang telah dilaksanakan maka untuk mencapai
tujuan proses konseling maka perlu dilaksanakan penilaian untuk melihat
bagaimana perkembangan konseli dalam melaksanakan konseling maupun
setelah melaksanakan proses konseling, adapun penilaian hasil dari
konseling tersebut adalah: Konseli memperoleh pemahaman baru terkait
gangguan menstruasi dan cara mengatasinya
7) Tindak Lanjut
Untuk mengetahui perkembangan layanan yang diberikan kepada konseli
diperlukannya tindak lanjut, untuk mengetahui perkembangan masalah
klien dan menetapkan tindak lanjut yang akan diberikan apakah konseling
akan dihentikan, maka diharapkan konseli dapat menjelaskan secara
singkat konseling yang telah diberikan dan menganjurkan konseli untuk
melakukan kunjungan ulang atau menghubuingi konselor melalui
WhatsApp apabila masih ada yang kurang dipahami. Hal tersebut
bertujuan untuk menentukan apakah konseling dilanjutkan dengan
layanan konseling yang lain ataupun dialih tangankan kepada konselor
yang lebih ahli dibidangnya.
B. Hambatan
Hambatan yang dialami saat melakukan konseling adalah klien yang sulit
terbuka dalam menjawab pertanyaan mendalam dari preceptor, kurangnya
percaya diri dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Sehingga
preceptor harus mengembangkan dan mengulang pertanyaan berkali-kali
sampai mendapatkan jawaban yang sesuai dengan apa yang dirasakan
klien sebenernya dalam mencapai kevaliditasan data pemeriksaan.
C. Solusi
Dalam menghadapi hambatan saat melakukan konseling kepada klien yang
telah diuraikan di atas solusi yang dapat diberikan adalah lebih melakukan
pendekatan sebelumnya, mengasa kemampuan berfikir kritis sebagai
preceptor, lebih mengasa kemampuan dalam mengembangkan pertanyaan,
dan berlatih dalam mencairkan suasana untuk mendapatkan pendekatan
yang diharapkan dalam mendapatkan data pemeriksaan dari permasalahan
klien yang didapatkan.
BAB IV
EVALUASI
4.1 Evaluasi
Pada BAB ini berisi tentang evaluasi terhadap materi, metode, dan media
yang digunakan dalam kegiatan konseling
1) Evaluasi Materi
Materi yang digunakan pada kegiatan konseling ini sudah cukup jelas
dalam menggambarkan bagaimana konsep dasar gangguan menstruasi
berupa disminore dan bagaimana disminore tersebut dapat terjadi dan
dialami oleh sebagian wanita pada masa menstruasinya. Dengan
adanya penjelasan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memberikan informasi kepada perempuan yang mengalami disminore
agar mereka memperoleh pemahaman dan dengan adanya pemahaman
yang cukup diharapkan rasa takut atau cemas dapat berkurang. Namun,
pada teori kurang dijelaskan secara detail bagaimana cara mengatasi
nyeri disminore, dikarenakan pada materi hanya diberikan gambaran
singkat bagaimana cara mengatasinya
2) Evaluasi Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan konseling ini berupa metode
CLEAR, yang mana metode tersebut sudah cukup membantu konselor
dan konseli untuk melakukan kegiatan konseling yang terstruktur dan
dapat berjalan dengan baik
3) Evaluasi Media
Media yang digunakan dalam konseling ini mempunyai visualisasi
yang menarik dan mudah dipahami, namun pada media yang
digunakan masih kurang menjelaskan mengenai disminore yang mana
harus membutuhkan kajian literatur lebih mendalam lagi
4.2 Rencana Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang dilakukan dalam kegiatan konseling ini adalah, setelah
konseli diberikan pemahaman mengenai gangguan menstruasi berupa
disminore dan cara mengatasinya, diharapkan konseli tidak mengalami
kebingungan atau rasa cemas. Dan diharapkan dengan adanya pemberian
informasi terkait cara mengatasi nyeri disminore, konseli dapat mengatasi
apabila mengalami disminore kembali, apabila nyeri tidak kunjung mereda
dan masih terus berlanjut, konseli akan diarahkan untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan yang berwenang seperti
bidan maupun dokter spesiali kandungan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan setelah dilakukan
skrining kesehatan reproduksi pada remaja putri yaitu “Nn.N ” usia 15
tahun didapatkan hasil bahwa remaja mengalami permasalahan yaitu
gangguan menstruasi berupa disminore. Klien merasakan nyeru yang
cukup hebat terutama pada awal periode menstruasi hingga mengganggu
aktivitasnya seharu-hari. Data terfokus yang mendukung permasalahan
tersebut adalah pola menstruasi yang dialami oleh klien.
5.2 Saran
Diharapkan kepada institusi pendidikan mampu menjadikan
laporan konseling ini sebagai bahan kajian literatur dan bahan evaluasi
untuk ketrampilan konseling sebagai capaian mutu bahan ajar.
DAFTAR PUSTAKA