Anda di halaman 1dari 56

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

KONSELING
KESEHATAN REPRODUKSI

DISUSUN OLEH
TIM

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2013
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................ 2

Pelajaran 1. Bimbingan dan Pelayanan Konseling ............................................... 3

Pelajaran 2. Komunikasi Interpersonal ................................................................. 16

Pelajaran 3. Konseling Feminis ............................................................................ 25

Pelajaran 4. Praktik Konseling .............................................................................. 31

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI2
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Pelajaran 1

Bimbingan dan Pelayanan


Konseling

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI3
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui definisi, tujuan dan maksud konseling;
2. Membedakan konseling dengan pemberian informasi dan nasihat;
3. Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dan tidak
dilakukan dalam memberikan pelayanan konseling;
4. Menjelaskan bagaimana menangani saat-saat sulit ( misal: klien menangis, klien
diam, dsb);
5. Menjabarkan tempat yang tepat untuk memberikan pelayanan konseling;
6. Mengetahui hak-hak klien; dan mengetahui kapan, kemana dan bagaimana
merujuk klien
Konsep Inti
Konseling mencakup komunikasi dua arah antara klien dan konselor (petugas yang
memberikan konseling) di mana masing-masing memanfaatkan waktu untuk
bicara, mendegarkan dan mengajukan pertanyaan. Konselor/petugas tidak boleh
menghakimi, bersifat sensitif dan menghormati emosi dan perasaan klien
(perempuan). Konselor harus terlatih dan memiliki pengetahuan yang memadai
serta mampu mengkomunikasikan dengan benar. Selain itu, konselor juga harus
menjaga privacy, kerahasiaan, dan anomitas. Elemen penting dari konseling adalah
kemampuan konselor dalam mengungkap dan mendegarkan kebutuhan,
permasalahan dan pertanyaan, serta menginformasikan,menjelaskan dan
menyakinkan klien dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah di
mengerti.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI4
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

A. Definisi Konseling
Beberapa definisi konseling, yaitu:
 Proses di mana konselor berusaha membantu dan memecahkan
permasalahan yang di hadapi klien (Peter Keer, 1992).
 Interaksi dua arah antara klien dan konselor di mana konselor menggali
kebutuhan, pengetahuan, dan permasalahan seksulitas dan kesehatan
reproduksi (SKR) klien, tanpa melihat jenis pelayanan kesehatan yang di
tekuni petugas dan jenis pelayanan yang di minta klien (Engender
Health,2003).
 (Khusus aborsi aman ); konseling adalah komunikasi tatap muka di mana
konselor membantu perempuan membuat keputusan terhadap hal-hal yang
terkait dengan keseluruhan pelayanan aborsi. Idealnya, pelayanan konseling
di berikan oleh konselor yang sama sebelum, saat dan setelah pelayanan
aborsi (WHO,1995).
Walaupun ada banyak definisi konseling, tetapi memiliki kesamaan dalam hal:
 Proses: konseling biasanya di selenggarakan lebih dari satu kali pertemuan;
klien harus di perkenankan dan dipancing menyatakan perasaan dan
pendapatnya melalui interaksi dua arah antara klien dan
petugas/konselor;
 Peran konselor: Peran konselor bukan untuk mencari atau memberikan
solusi, tetapi memberikan informasi,pengetahuan,dukungan, dan semangat,
kepada klien agar mampu membuat keputusannya sendiri; jadi keputusan
akhir selalu dibuat oleh klien dan bukan oleh konselor/petugas.
Karena itu konseling dibedakan maknanya dengan pemberian informasi dan
nasihat. Pemberian informasi dan nasihat merupakan komunikasi satu arah
antara petugas dan klien (EngenderHealth, 2003). Bila dalam memberikan
informasi, klien diberikan penjelasan mengenai data atau fakta yang ada untuk
membantu klien memahami pentingnya isu-isu kesehatan reproduksi; pada
pemberian nasihat, klien didorong untuk melakukansesuatu dalam menanggapi
situasi tertentu.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI5
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

B. Tujuan Dan Maksud Konseling


Konseling dapat dilakukan pada setiap tahapan dari perjalanan suatu
prosesdengan informasi dan pendekatan yang selalu disesuaikan. Demikian
pula halnya pada proses reproduksi; konseling dapat dilakukan pada tahapan
remaja, pra-nikah, merencanakan keluarga, kehamilan, antenatal, masalah dan
risiko reproduksi, persalinan dan berbagai tahapan dalam penatalaksanaan
pengobatan atau tindakan.
Berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif,
konseling memiliki tujuan dan maksud sebagai berikut:
 Perubahan perilaku. Banyak klien yang tidak menyadari bahwa mereka
memiliki perilaku yang beresiko. Konseling diharapkan bisa membantu
klien untuk merubah perilaku rentan mereka sehingga dapat mengurangi
mereka dari keterpaparan terhadap risiko.
 Meningkatkan ras percaya diri. Klien yang mengalami permasalahan
kesehatan reproduksi biasanya cenderung menutup diri ari masyarakat dan
keluarga. Konseling dapat membantu/menguatkan klien agar bisa lebih
menerima kondisi tubuhnya secara positif.
 Pemecahan masalah. Klien perlu bantuan, dukungan dan semangat untuk
menjaga kesehatannya. Konseling tidak hanya membantu klien keluar dari
masalah yang melingkupinya, juga melindunginya dari permasalahan yang
lebih kompleks. Sebagai contoh, saat klien dihadapkan pada permasalahan
kehamilan tak diinginkan, konseling membantu klien memutuskan yang
terbaik untuk tubuhnya.
 Efektifitas personal. Akar masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi
(SKR) sangat kompleks, bukan sekedar masalah medis tetapi sebanyak
masalah sosial yang ada. Konsekuensi masalah yang SKR (Sosial dan
medis)tidak hanya berdampak kepada klien itu sendiri tetapi juga anak-
anaknya, pasangannya, dan mungkin masyarakatnya. Tuuan konseling
adalah menginformasikan klien mengenai hak-hak dan pilihannya, serta
memberdayakan klien untuk membuat keputusan. Konselor juga dapat

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI6
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

menjangkau masyarakat mengajarkan mereka mengenai akar masalah,


keterbatasan dan konsekuensi berkaitan dengan pengobtan.

C. Karakteristik Bidan Sebagai Konselor


Sebagai seorang konselor , bidan sekurangnya harus memenuhi
persyaratan berikut, yaiu memiliki:
Kepribadian : rumah, hormat,bersahabat, tidak menghakimi, memiliki
motivasi yang kuat untuk membntu sesama, empati, pemikiran yang luas dan
terbuka, serta keinginan untuk belajar.
Pengetahuan tentang: 1) fungsi proses dan isu seksual dan kesehatan
reproduksi, termasuk proses kehamilan, metode kontrasepsi, infeksi menular
seksual (IMS), HIV/AIDS,dan Aborsi (aman dan tidak aman); dan 2) aspek
hukum terhadap praktik/pelayanan SKR serta nilai/norma sosial yang
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
Keterampilan: keterampilan dalam membina hubungan dengan klien dan
menyampaikan informasi tepat guna dan benar. Informasi yang disampaikan
secara tidak benar dapat berakibat serius terhadap keseluruhan pelayanan.
Studi yang diselenggarakan oleh population council (1994) menunjukan bahwa
pelayanan berkualitasmenurut persepsi klien adalah bila:
 Klien diperlukan dengan layak;
 Informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan, harapan dan
menjawab pertanyaannya; dan
 Pelayanan medis yang memadai dan aman.

D. Sebaiknya Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Konselor


Konselor harus melakukan hal-hal berikut :
 Ramah, terbuka dan simpatik
 Mampu mengontrol perasaan, khususnya yang bersifat negative
 Menyampaikan informasi yang tidak bias kepada klien
 Mampu mendaptkan respon balik (feedback) dari klien

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI7
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan melakukan upaya-upaya untuk


meningkatkan pengetahuan dan kompetensi professional
 Mampu menerima ide-ide dan pendapat klien tanpa menghakimi
 Mampu membangun empati pada klien
 Mampu menemukan solusi ynag baik
Konselor sebaiknya jangan melakukan hal-hal berikut :
 Memaksakan pendapat kepada klien
 Menyampaikan informasi yang tidak dibutuhkan dan diharapkan klien
 Menggunakan kata-kata dan istilah-istilah yang sulit dimengerti
 Menyela, meremehkan dan mengkritik klien
 Mengomentari atau memberikan saran kepada klien yang masalahnya
belum dipahami benar, atau menyutujui pendapat klien yang dibuat secara
terburu-buru
 Memaksa klien menjawab pertanyaan
 Menghakimi

E. Saat Saat Sulit Dalam Konseling


Dibawah ini beebrapa masalah yang sering dihadapi seorang konselor dilengkapi
dengan beberapa saran bagaimana cara menghadapinya.
1. Klien yang diam
 Jika klien berdiam diri diawal pertemuan, pancinglah perhatiannya dengan cara
yang halus. Konselor bisa mengatakan “ Saya bisa melihat bahwa anda sulit
untuk berbicara. Hal ini sering dialami oleh klien yang baru. Apakah anda
merasa sedikit gelisah?” Tetap klien dan gunakan bahasa tubuh yang
memperlihatkan simpati dan perhatian. Tunggulah tanggapan dari klien.
 Selama pembicaraan berlangsung, sikap diam klien merupakan sesuatu yang
wajar. Mungkin klien sedang berpikir atau memutuskan bagaimana
mengutarakan perasaan atau pikiran-pikiranya. Berikanlah waktu kepada klien
untuk berpikir.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI8
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

2. Klien yang menangis


 Klien menangis karena berbagai alasan, untuk mengekspresikan kesedihan,
mendapatkan simpati, menumpahkan segala emosi atau kegelisahan, atau
menghentikan pembicaraan. Jangan membuat dugaan mengapa klien anda
menangis.
 Tunggu beberapa saat dan bila klien terus menangis, katakana tidak apa-apa
menangis adalah reaksi wajar. Hal ini membuat klien merasa bebas
mengekspresikan alasannya menangis. Anda dapat menanyakan alasan klien
dengan lembut.
3. Klien menanyakan hal yang bersifat pribadi
 Secara umum, usahakan untuk tidak membicarakan hal pribadi anda karena
akan mengalihkan perhatian klien.
 Anda tidak perlu menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi. Hubungan antara
klien dan konselor adalah professional, bukan hubungan yang bersifat social.
 Dapat membantu klien jika anda ingin membicarakan pengalaman keluarga
sendiri atau anda dapat menceritakan pengalaman orang lain, tanpa
memberitahu nama atau mengidentifikasi orang tersebut sebagai klien.
 Kadang-kadang klien bertanya apakah konselor pernah menghadapi masalah
yang sama. Sebaiknya jangan menjawab ya atau tidak, anda bisa mengatakan
hal lain seperti “saya tahu kondisi seperti itu, tolong jelaskan kepada saya lebih
lanjut”.
4. Klien ingin konselor yang mengambil keputusan
 Klien sebenarnya membutuhkan bantuan, dan anda dapat membantunya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, “anda kelihatannya mengambil
kesulitan dalam mengambil keputusan, mungkin anda kurang siap? Apakah
anda ingin mendiskusikan hal ini lebih lanjut? Anda butuh informasi lebih
banyak? Butuh waktu yang lebih lama untuk berfikir? Anda ingin
membicarakan hal ini dengan orang lain, mungkin pasangan anda atau orang
tua anda?”

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI9
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Anda dapat berkata, “saya dapat menjawab pertanyaan anda dan membantu
anda memberikan beberapa alternative pilihan, tetapi andalah yang lebih tahu
apa yang terbaik untuk kehidupan anda.
 Jika klien dapat memutuskan metode KB yang dipakai, berikan kondom atau
spermisid untuk digunakan sewaktu-waktu.
5. Konselor tidak menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi klien
 Seorang konselor akan merasa cemas bila mereka yakin dengn apa yang harus
disarankan. Walaupun konselor tersebut ahli dalam hal kesehatan reproduksi
namun tidak selamanya dapat menemukan jalan keluar bagi masalah yang
dihadapi klien.
 Ekspresikan rasa simpati
 Kadang-kadang hal tersebutlah yang diinginkan klien, saran kepada klien
seseorang yang dapat membantunya.
6. Konselor tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan klien
 Katakan secara jujur dan terbuka bahwa anda tidak tau pemecahannya, namun
dapat mencari jalan keluarnya bersama-sama. Diskusikan dengan supervisor,
teman sejawat, atau cari referensi lain, lalu berikan pemecahan masalahnya
dengan tepat.
7. Konselor membuat kesalahan
 Perbaiki kesalahan dan minta maaf. Hal terpenting adalah ketepatan bukan
kesempurnaan; mengakui kesaahan, berarti konselor menunjukan penghargaan
terhadap klien.
 Bersikaplah jujur. Semakin anda jujur, menunjukan perasaan disaat yang tepat
(Tanpa harus menceritakan kehidupan pribadi anda) semakin mudah bagi klien
untuk melakukan hal yang sama.
8. Konselor dan klien sudah saling kenal
 Tekankan soal kerahasiaan klien dan privasinya
 Bila klien menginginkan, aturlah pertemuan dengan konslor lain.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI10
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

F. Hak-Hak Klien
1. HARGA DIRI –hak untuk diperlakukan dengan sopan dan layak ;
2. INFORMASI –hak untuk mandapatkan informasi yang benar,termasuk:
mengetahui nama pemberi pelayanan,pilihan pelayanan yang
tersedia,mendapatkan jawaban yang jujur dan akurat atas pertanyaan yang
diajukan;
3. AKSES – hak untuk mendapatkan pelayaanan tanpa dibedakan menurut
jenis kelamin,kepercayaan,status pernikahan,suku atau usia;
4. PILIHAN –hak secara bebas untuk menentukan apakah ingin punya anak
atau tidak,ingin menjadi akseptor KB atau tidak,dan memilih salah satu
metode KB; termasuk hak untuk menerima atau menolak pengobatan serta
hak untuk berubah pikiran dan membuat pilihan baru bila diinginkan;
5. KEAMANAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan atas
informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor;
6. PRIVACY –hak untuk tidak didengar atau diketahui orang lain selama
proses konseling;
7. KERAHASIAAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan ats
informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor;
8. KENYAMANAN –hak untuk mendapatkan kenyamanan;
9. KEBERLANGSUNGAN –hak untuk menerima pelayanan dan metode
selama dibutuhkan; dan
10. OPINI –hak untuk mengutarakan pandangan dan perasaan mengenai
pelayanan.

G. Langkah-Langkah/Tahapan Konseling
1. Membina hubungan melalui membangun rappor t – tahap awal Membina
hubungan yang ramah,yang dapat dipercaya dan menjamin kerahasiaan:
 Mengucapkan salam.
 Mempersilahkan klien duduk.
 Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI11
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

2. Identifikasi masalah
Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung
permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien
mendatangi konselor. Namun tidak jarang,konselor harus menggunakan
keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi dari
cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah,konselor harus menjadi
pendengar yang baik dan mengamati dari tanda-tanda non-verbal.
3. Penjelasan masalah
Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang
diajukan,termasuk berbagai alternatif jalan keluar.Hindari memberikan
informasi yang tidak butuhkan klien.
4. Pengambilan keputusan
Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas
persoalan yang dihadapinya.
5. Menutup/menunda konseling
Bila klien terlihat puas,ucapkan salam penutup.Bila diskusi dengan klien
belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan,tawarkan klien
untuk mengatur pertemuan selanjutnya.

H. Tempat Konseling
Proses konseling tidak harus dilakukan di ruangan formal yang dilengkapi
dengan perabotan dan berbagai materi informasi. Walaupun terkadang mungkin
masih ideal, namun hendaknya kita juga mesti fleksibel terhadap kebutuhan klien.
Klien dengan HIV/AIDS tidak akan merasa nyaman bila ia harus duduk di ruangan
bersama dengan klien-klien lainnya. Ada kekhawatiran ia akan bertemu dengan
orang yang dikenalnya dan bertanya alasan kedatangannya. Untuk klien seperti ini,
tempat alternatif yang bisa terjaga privacy-nya (seperti perpustakaan, ruangan lain
di klinik, atau ruangan terpisah lainnya), akan membuat klien merasa lebih nyaman.
Klien pasca aborsi yang masih berbaring di ruangan pemulihan, membutuhkan
dukungan dari konselor; keberadaan konselor di dekat klien dan dukungannya dapat
menenangkan perasaan klien. Konselor tidak menunggu hingga klien

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI12
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

menghampirinya di ruang konseling. Jadi konseling bisa dilakukan dimana saja,


selama klien merasa terjaga privacy, kenyamanan dan rahasianya.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI13
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

I. Merujuk klien
Seorang konselor tidak perlu memaksakan dirinya memberikan konseling.
Saat ia mengalami xeyh klien ke konselor lain atau bersifat terbuka dengan
menceritakan kondisinya dan meminta kesediaan klien untuk menunda waktu
konseling. Beberapa kondisi dimana konselor dapat merujuk kliennya adalah: 1)
Kurang menguasai isu/permasalahan klien; 2) Permasalahan yang dihadapi klien
merupakan isu baru; 3) Bila memiliki keterlibatan emosi dengan klien; 4)
memerlukan informasi lebih lanjut; 5) Keterbatasan waktu; 6) Permintaan klien; 7)
Klien merasa tidak punya masalah; dsb

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI14
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Kegiatan Pembelajaran
Diskusikan perasaanmu kepada salah seorang teman sekelas mengenai isu-isu
dibawah ini, dan minta dosenmu untuk memberikan komentar!
1. Istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga(KDRT), dan ingin
meninggalkan suaminya.
2. Remaja yang mencari pertolongan aborsi ke dukun.
3. Perempuan tidak menikah yang terkena infeksi menular seksual (IMS).
4. Laki-laki menikah yang terinfeksi HIV positif.
5. Remaja usia 16 tahun yang menghamili pacarnya.

Catat hasil diskusi pada tabel dibawah ini:


Sumber dari Perasaan Pendapat
Perasaanmu
perasaanmu temanmu dosen
Istri korban
KDRT
Aborsi
remaja
Perempuan
dengan IMS
Laki-laki
dengan HIV+
Remaja 16
tahun

Tuliskan essay (2 halaman) yang menjelaskan bagaimana perasaanmu dapat


membantu atau menghalangi efektifitas pemberian konseling kepada klien yang
mengalami permasalahan SKR
Kunjungi dan perhatikan tempat pelayanan kesehatan disekitar tempat
tinggalmu dan jelaskan bagaimana konseling diselenggarakan.

Uji kemampuan diri


Instruksi: Jawablah pertanyaan berikut
Cari definisi konseling sebanyak-banyaknya beserta sumbernya.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI15
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Pelajaran 2

Komunikasi Interpersonal

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI16
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Tujuan Khusus
Mahasiswi diharapkan mampu:
1. Mendefinisikan komunikasi interpersonal ; dan
2. Menjelaskan lima aspek penting dari komunikasi interpersonal:
 Komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah
 Komunikasi verbal dan non-verbal
 Pertanyaan tertutup dan terbuka
 Keterampilan mendengarkan efektif
 Paraphrasing
3. Menggunakan alat bantu

Konsep Inti
Komunikasi interpersonal adalah hubungan timbale balik untuk berbagi informasi,
opini dan perasaan yang dilakukan sekurangnya antara dua orang
Ada lima aspek penting dari komunikasi interpersonal
1) Komunikasi satu arah versus dua arah;
2) Komunikasi verbal dan non-verbal ;
3) Pertanyaan tertutup dan terbuka ;
4) Kterampilan mendengar efektif dan paraphrasing; dan
5) Menggunakan alat bantu sederhana

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI17
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

A. Definisi Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal adalah proses penyebaran dan berbagi
informasi,opini dan perasaan antara dua orang yang dilakukan secara
langsung atau tatap muka antara sekurangnya dua orang.
Konseling yang baik membutuhkan keterampilan berkomunikasiyang
baik.kemampuan membina rapport, memancing informasi, serta
menyampaikaninformasi secara efektif,penting untuk mendukung terpenuhinya
kebutuhan informasi klien dan pengambilan keputusan. Pertanyaan terbuka
dapat memotivasi klien untuk bercerita mengenai dirinya ; keterampilan
mendengarkan efekif dan paraphrasing dapat membantu meningkatkan
pemahaman klien. Untuk memberikan informasi yang tepat,konselor harus
mampu menyampaikan peengetahuannya tentang isu-isu SKR secara efektif.
Kemampuan menjelaskan dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah
dimengerti (dengan atau tanpa bantuan gambar), akan membuat klien merasa
nyaman.

B. Lima Aspek Penting Dari Komunikasi Interpersonal


1. Komunikasi Satu Arah Vs. Komunikasi Dua Arah
Petugas biasanya memberikan informasi dan nasihat kepada klien tanpa
memberikan kesempatan klien menyampaikan kebutuhan dan
keperluannya.petugas cenderung menyampaikan informasi searah dengan
asumsi bahwa mereka lebih tau apa yang terbaik untuk diketahui klien.
Padahal,seharusnya klienlah yang membuat keputusan.keputusan yang
terbiaik hanya tercapai bila klien mampu bercerita dan mengekspresikan
keperluan dan perasaannya informasi yang tepat dan benar dari konselor
membuat klien percaya diri untuk mengambil kepuyusan yang terbik untuk
dirinya.
2. Komunikasi satu arah :
 Hanya satu pihak yang aktif berbicara , tidak memberikan kesempatan
pihak lain untuk bertanya atau mengekspresikan perasaan dan
pendapatnya .

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI18
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Petugas/konselor tidak mengetahui apakah klien memahami informasi


yan di berikan , sehingga terjadi salah pengertian .
 Bisa disampaikan dalam waktu yang singkat , seperti tiak efesien dalam
membangun pemahaman .
3. Komunikasi dua arah :
 Memungkinkan kedua pihak sama sama berkesempatan untuk berbagi
informasi dengan pendapat dan klarifikasi informasi dengan pertanyaan
.
 Memancing diskusi dan interaksi aktif antara klien dan petugas ,
meningkatkan pemahaman kedua belah pihak , dan memungkinkan
petugas mengetahui apakah komunikasi telah memenuhi kebutuhan
klien .
 Membutuhkan waktu yang lebih lama , tetapi lebih efesien karena bisa
meyakinkan bahwa masing masing pihak memiliki pengertian yang
akurat.
4. Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Komunikasi verbal : komunikasi dengan menggunakan kata kata atau
kalimat . pemilihan kata kata yang harus dilakukan secara hati hati agar
lawan bicara tidak tersinggung. Gunakan kata kata atau kalimat yang mudah
dimengerti, hindari istilah istilah teknis atau medis yang membutuhkan
penjelasan lebih lanjut .
5. Komunikasi non verbal : komunikasi tanpa menggunakan kata kata,
melainkan ekspresi wajah atau bahasa tubuh . contoh :
 Menganggukkan kepala;
 Menggenggam tangan klien;
 Mempertahankan kontak mata.
Factor factor yang mempengaruhi komunikasi verbal adalah :
 Kontak mata ;
 Bahasa tubuh ;
 Tekanan suara ;
 Ekspresi wajah ;

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI19
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

6. Cara Bertanya
Konselor harus menguasai teknik bertanya untuk mengukur kebutuhan dan
pengetahuan klien secara akurat. Ada 2 jenis pertanyaan , tertutup dan
terbuka. Pertanyaan tertutup biasanya memerlukan jawaban yang singkat,
seringkali hanya satu kata. Pertanyaan terbuka memungkinkan jawaban
yang panjang dan sering melibatkan pendapat dan perasaan klien.
Kedua jenis pertanyaan tersebut memiliki peran penting dalam pelayanan
konseling SKR yang terintegrasi. Sebaiknya konselor tidak hanya
tergantung pada pertanyaan tertutup saja karena akan membatasi interaksi
klien dan konselor. Konselor yang terampil dalam menggunakan kedua
jenis pertanyaan memudahkanya dalam membantu klien mengemukakan
permasalahan dan perasaannya.
Mengapa kita perlu bertanya selama proses konseling ?
 Untuk mengetahui kebutuhan dan pengetahuan klien tentang SKR ;
 Untuk melibatkan klien sebagai patner aktif dan memancing kebutuhan,
perhatian dan pilihannya ;
 Untuk membina hubungan baik dengan cara menunjukan perhatian dan
minat ;
 Agar bisa memprioritasakan isu inti pada konseling yang biasanya
dilakukan dalam waktu yang singkat ;
 Untuk mengetahui tingkat pendidikan dan bahasa yang mudah
dimengerti klien ;
 Untuk menghindari pengulangan informasi yang sudah di ketahui klien
; dan
 Untuk memperbaiki salah pengertian terhadap isu tertentu.
7. Pertanyaan tertutup
 Berapa usiamu ?
 Berapa jumlah anakmu ?
 Apakah rumahmu jauh dari klinik ?
 Kapan mulai terjadinya pendarahan ?

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI20
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Apakah kamu telah menupayakan cara tertentu sebelum datang ke klinik


ini ?
8. Pertanyaan terbuka berguna memerlukan jawaban yang panjang. Jenis
pertanyaan ini juga dapat digunakan untuk mengetahui pikiran dan perasaan
klien. Karena itu pertanyaan terbuka biasa digunakan di awal pengobatan
medis atau konseling untuk mengetahui kondisi dan riwayat medis klien.
Contoh :
 Bagaimana perasaanmu ketika tahu dirimu hamil ?
 Bagaimana perasaanmu sekarang ?
 Apa yang menurutmu akan terjadi jika diketahui kamu ada disini ? apa
yang menjadi keberatan/perhatianmu mengenai hal tersebut ?
 Apa pertanyaan atau perhatian suami/pasanganmu mengenai
kehamilanmu ?
 Apa rencanamu untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadi
kehamilan lagi ?
 Apa yang membuatmu memutuskan untuk menggunakan metode KB
yang sama dengan kakakmu ?
9. Mendengarkan Efektif
Mendengarkan efektif merupakan cara menunjukan perhatian dan
membangun rapport dengan klien. Konselor yang tidak menunjukan
perhatian akan menimbulkan asumsi bahwa klien dianggap tidak penting
atau diremehkan. Jika hal tersebut terjadi, maka akan sulit untuk
membangun kepercayaan klien.
Mendengarkan efektif juga merupaka “kunci” dari konseling. Cara ini
efisien untuk mengungkap kebutuhan dan keperluan klien. Mendengarkan
efektif dapat dilakukan dengan berperilaku positif dengan cara cara :
 Menjaga kontak mata (sesuaikan dengan budaya setempat);
 Menunjukan minat mendengar;
 Menunjukan perhatian dengan cara tidak melakukan kegiatan lain atau
memotong pembicaraan;
 Tidak bicara kepada orang lain saat mendengarkan;

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI21
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Mengajukan pertanyaan yang relevan;


 Menunujukan empati;
Refleksi dengan cara menulang kata kata klien dengan kata kata sendiri;
 Mengutip kata kata klien ke dalam diskusi berikutnya;
 Membayangkan misalnya berada di situasi klien saat mendengarkan;
dan
 Sekali kali biarka klien dalam keadan terdiam, berikan klien waktu
untuk berpikir, ajukan pertanyaan dan bicara.
10. Membuat Kesimpulan (PARAPHRASING)
Membuat kesimpulan (paraphrasing) berarti menucapkan kembali pesan
pesan yang disampaikan klien secara sederhana dengan menuggunakan kata
kata sendiri.
Tujuan dari membuat kesimpulan adalah:
 Meyakinkan diri bahwa kita telah memahami kondisi klien sepenuhnya;
 Membiarkan klien tahu bahwa kita sedang berusaha memahami pesan
pesan dasar klien; dan
 Menyimpulkan atau mengklarifikasi apa yang klien katakan.
11. Menggunakan Bahasa Sederhana dan Alat Bantu
 Agar komunikasi efektif, konselor menjelaskan isu SKR dengan cara yang
mudah dimengerti oleh kilen. Tidak mudah menemukan cara sederhana
untuk menjelaskan isu SKR kepada klien, hanya mungkin bila sering
dipraktikan.
 Mencari tahu hal hal yang sudah diketahui klien dan istilah yang mudah
dimengerti klien (misalnya bahasa pergaulan, bahsa standar, atau istilah
istilah medis) untuk menghindari dua kesalahan : 1) menjelaskan sesuatu
diluar kemampuan daya tangkap klien ; atau 2) buang waktu menjelaskan
hal yang sudah diketahui klien (bisa menyinggung perasaan klien).
 Pilih kata kata yang tepat. Seringkali kata kata yang muncul dalam pikiran
terlalu klinis atau memojokkan. Agar komunikasi berlangsung efektif,
konselor harus pandai memilih kata kata yang mudah dipahami oleh klien.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI22
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Konselor juga harus mampu mengidentifikasi kata/istilah yang digunakan


klien untuk menyebutkan bagian tubuh atau kegiatan tertentu, sehingga
ketika menggunakan istilah medisnya, penjelasannya bisa merujuk pada
istilah tersebut.
 Bahasa daerah bisa dipertimbangkan untuk digunakan bila dapat
menjembatani terbentuknya pengertian karena bisa membantu klien
mengatasi rasa malu dalam mendiskusikan topic sensitive.
 Penggunaan bahasa yang sederhana dengan menjelaskan anatomi dan
fisiologi reproduksi dapat dilatih. Latiahn berguna untuk melatih konselor
dalam menjelaskan system internal yang kompleks kepda klien,
meningkatkan keterampilan berkomunikasi yan baik serta membangun rasa
percaya diri.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI23
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Kegiatan pembelajaran
Kasus:
Anda adalah seorang klien perempuan menikah yang mengetahui bahwa suami
berselingkuh dengan perempuan lain. Akhir akhir ini anda mengalami keputihan.
Suatu haru anda datang ke klinik untuk konseling KB dan ingin bertanya tentang
keputihan. Ketika bertemu engan konselor, anda kaget karena orang lalu lalang di
sekitar ruang konseling sehingga orang lain bisa mendengar pembicaraan dan pada
saat konseling, pandangan konselor tidak terfokus kepada anda. Konselor bercerita
tentang staf petugas kesehatan lainnya dan terlihat tidak mendengar apa yang anda
katakana. Ketika anda katakan bahwa ingin konseling KB, konselor hanya
menanyakan usia dan jumlah anak. Dia sama sekali tidak menanyakan hal lainnya
bahkan tidak mendengarkan ketika anda menjelaskan bahwa mengalami keputihan.
Anda merasa bahwa konselor harusnya lebih tahu. Anada jadi merasa bahwa
masalah yang anda alami tidak penting, sehingga anda berhenti menjelaskan.
Konselor mengakhiri konseling sambil mengatakn bahwa pil KB yang terbaik
untuk ada. Anda sebagai klien dihadapkan pertanyaan berikut :
1. Apa yang anda rasakan selama konseling?
2. Apa yang membuatmu berpikir konselor tidak mendengarkanmu?
3. Apa yang anda rasakan ketika konselor tidak mendengarkan penjelasanmu?
4. Apa yang dapat konselor lakukan agar bisa lebih memahami kebutuhanmu?

Uji kemampuan diri


Instruksi: jawab pertanyaan dengan hati hati
Mengapa seorang konselor harus menguasai keterampilan berkomunikasi
interpersonal?

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI24
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Pelajaran 3

Konseling Feminis

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI25
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mendiskusikan prinsip-prinsip konseling feminis
2. Mendiskusikan strategi feminis
3. Menjelaskan tanggung jawab dan etika konseling feminis; dan
4. Mendiskusikan apa yang dimaksud dengan perempuan bermental menurut
perspektif konselor.

Konsep inti
 Peremuan yang sehat mental , sangat percaya pada kemampuan dirinya dan
tidak melakukan hal-hal tertentu yang tidak sesuai dengan keinginannya; tidak
mengorbankan dirinya atau menjadi korban perbuatan orang lain.
 Perempuan merupakan tenaga ahli untuk dirinya sendiri, ia memiliki
kemampuan diri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
 Terapi feminis tidak memutuskan , melainkan membantu klien mencari solusi
yang terbaik untuk dirinya.
 Klien berhak mendapat informasi apapun yang menyangkut tubuhnya, dan
menyatakan keberatan bila klien tidak mendaptakn pelayanan yang dibutuhkan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI26
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

A. Prinsip-Prinsip Konsling Feminis


Akar dari setiap permasalahan memilikikomponen sosial dan pribadi. Dalam
hal ini, masyarakat tidak dapat untuk diminta menyesuaikan diri sengan sisuasi
yang tidak adil/ penuh dengan kekerasan. Tetapi, perhatian pada penyebab sosial
dari tekanan mental dan emosional tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk
minta pertanggungjawaban seseorang. Setiap orang harus dapat menerima
kesalahan dan mengambil langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah
tersebut guna merubah situasi yang ada.
Perempuan harus berusaha untuk mencapai status kebebasan secara ekonomi
dan psikologis dan dapat membina hubungan yang setara dengan kaum laki-laki
dan perempuan yang lain. Kekuatan dari sebuah hubungan haruslah bersifat setara.
Ahli terapi (therapist) dapat mengurangi adanya perbedaan kekuasaan yang
dimiliki dengan para klien melalui sebuah proses keterbukaan diri yang sesuai.
Setiap orang memiliki cara sendiri untuk mencapai kesehatan dan
kesejahteraan. Mereka merupakan pakar untuk diri mereka sendiri. Para konselor
bukanlah ahlinya. Konselor membantu kliennya dalam kelompok maupun
individual untuk menemukan solusi bagi permasalahan mereka. Konselor tidak
pernah berusaha memberikan jalan keluar terhadap masalah orang lain. Tidak ada
formula tertentu dalam melakukan konsling. Perempuan lain bukanlah musuh.
Demikian pula kaum laki-laki, sekalipun mereka bersikap kasar dan menekan.

B. Strategi Feminis
Para ahli terapi memiliki kewajiban terhadap klien mereka menurut nilai-nilai
tertentu mereka. Komunikasi yang jelas dan terbuka sangatlah diutamakan, tidak
disarankan untuk menunjukan tingkah laku yang bersifat tertutup dan manipulatif.
Kaum perempuan diajarkan saat yang tepat menggunakan komunikasi yang bersifat
terbuka.
Ahli terapi haruslah memulai sesi mereka dengan posisi mempercayai apa yang
disampaikan oleh klien mereka. Akan tetapi, ahli terapi haruslah mampu untuk
menghadapi tingkah laku yang bertentangan. Sang ahli terapi dapat memberikan
pendapatnya yang berfungsi sebagai persepsi dan bukan sebagai penentu “yang

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI27
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

sebenarnya akan terjadi”. Klien tetap yang menjadi penentu. Bila klien tidak
sependapat dengan ahli terapi, ia bisa menyatakan ketidaksetujuannya. Proses
konsling bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan individu atau kelompok
bila diperlukan. Terkadang permasalahan dibahas dengan menggunakan teknik
analisa sexim/elit/rasism/heteroseksual (analisa peran seks, dekonstruksi,
pencapaian pemahaman).

C. Tanggung Jawab Dan Etika


 Menjaga kerahasiaan
 Jelaskan berbagai nilai yang dianut secara jelas
 Dalam melakukan terapi, klien harus belajar mengenai filosofi dan prinsip
perawatan terapeutik
 Memastikan keelamatan dan kesejahteraan dari pasien terutama dalam
konseling
 Di larang untuk membina hubungan emosional (Misalnya menjalin
hubungan seksual) dengan sang klien
 Ahli terapi haruslah memberi pelayanan penuh kepada klien. Prinsip
kesetaraan dalam sebuah
 hubungan tidak bearti bahwa anda akan mendapatkan konselin atau sikap
peduli
 Uji diagnostik di lakukan dengan teliti. jika seorang klien harus menjalani
sebuah pemeriksaan atau/terapi, maka yang bersangkutan berhak untuk
mendapatkan hasil dari uji tersebut serta mengajukan keberatan terhadap
hasil yang di berikan
 Klien berhak terhadap akses informasi yang ada dalam arsipnya, terutama
atas informasi yang diberikan kepada badan atau ahli lainnya
 Menjunjung tingggi hak asasi manusia terutama hak kesehatan reprodukusi
dan seksualitas (misalnya: prinsip yang di anut terhadap orientasi seksual
seseorang)

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI28
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Menciptakan susana yang memberikan ruang bagi klien untuk mengajukan


keberatan atas jawaban yang diberikan,mencari pendapat lain atau
meninggalkan konselor tanpa mendapatkan hambatan apapun.
 Karena pemasalahan perempuan memiliki sebab-sebab sosial,konselor wajib
untuk melakukan aksi sosial

D. Perempuan Sehat Secara Mental:


Pandangan Terapi Feminis
 Memberikan nilai yang tinggi terhadap dirinya sendiri sebagai seorang
individu dan sebagai perempuan, tidak merendahkan diri.
 Bersikap sesuai dengan kenyamanan dengan dirinya dan situasi yang
dihadapi, secara sadar menolak untuk menyesuaikan diri dengan sterotipe
dari gender yang secara umum berlaku kecuali jika yang bersangkutan
melakukannya secara sadar dan sebagai hasil dari sebuah perenungan.
 Secara konsisiten berusaha mencapai pemenuhan emosi, sosial dan
ekonomi. Berusaha keras untuk mencapai otonomi sebelum mencapai
situasi yang saling membutuhkan dengan pihak lain.
 Menggabungkan otonomi dan saling ketergantungan dalam bentuk
membina hubungan baik dengan orang lain baik secara pribadi maupun
dalam berbagai kegiatan sosial.
 Menghargai adanya perbedaan dan persamaan, dan lebih menyukai adanya
perbedaan dalam dirinya dengan orang lain dibandingkan mengikuti
sereotipe.
 Tidak mengorbankan dirinya sendiri, tidak membiarakan dirinya menjadi
korban perbuatan orang lain, tidak menunjukkan dirinya sebagai seorang
korban dan tidak menjadikan orang lain sebagai korban.
 Menikmati kekuatan atas keinginan dan emosi dirinya sendiri.
Menunjukkan kekuatan ini dengan penuh semangat, dan bertanggung
jawab.
 Berani mengambil resiko mengambil tindakan tanpa mementingkan aspek
pencapaian keberhasilan dan kegagalan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI29
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Menjaga dirinya sendiri tanpa disertai dengan perasaan bersalah, serta


menerima kenyataan bahwa sangat penting umtuk merawat orang lain.

Kegiatan pembelajaran
Lakukan simulasi konseling feminis di kelasmu

Uji kemampuan diri


Instuksi: jawablah pertanyaan berikut ini!
Bedakan konseling feminis dengan konseling pada umumnya!
Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari konseling feminis!

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI30
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Pelajaran 4

Praktik Konseling

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI31
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Tujuan Khusus
Mahasiswi diharapkan mampu:
1. Memahami proses dalam menyiapkan sesi konseling;
2. Mendemostrasikan pendekatan GATHER dan REDI dalam konseling;
3. Mendiskusikan berbagai isu kesehatan reproduksi seperti keluarga Berencana
(KB), keterlibatan laki-laki, kesehatan reproduksi remaja, kehamilan tak
diinginkan, Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) atau Infeksi Menular Seksual
(IMS) (termasuk HIV/AIDS), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT);
4. Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi penting dari klien; dan
5. Menerapkan keterampilan melakukan konseling dalam bentuk simulasi.

Konsep Inti
1. Kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi merupakan konsep yang tumpah
tindih dan saling terkait. Istilah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR)
ditujukan kepada seluruh aspek terkait dengan seksualitas dan reproduksi.
2. Konseling SKR terpadu adalah interaksi dua arah antara klien dan petugas
dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui seluruh kebutuhan, pengetahuan
dan perhatian klien terhadap SKR, terlepas dari pelayanan kesehatan yang
disediakan petugas maupun jenis pelayanan yang diminta oleh klien.
3. Konseling merupakan komponen penting dari pelayanan SKR terpadu, yang
ditujukan untuk memberdayakan klien agar dapat memanfaatkan beragam
pelayanan yang tersedia di klinik setempat maupun rujukan dengan sebaik-
baiknya.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI32
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

A. Persiapan Konseling
Terdiri dari 4 langkah, yaitu :
1. Persiapan diri;
2. Persiapan tempat;
3. Persiapan materi-materi informasi; dan
4. Pencatatan sesi konseling (termasuk isu-isu yang rahasia).

B. Persiapan Diri
Konseling yang baik memerlukan konselor yang:
 Memiliki motivasi mendengarkan dan menolong orang lain. Idealnya,
seorang konselor harus siap mental dalam memberikan bantuan;
 Memfokuskan konsentari pada saat konseling untuk mendengarkan klien;
 Memiliki informasi dari pemikiran kreatif yang berguna bagi klien; dan
 Mampu bekerja sama dengan klien dengan tujuan memberdayakan klien
dalam membuat keputusan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualnya.

C. Persiapan tempat
Konseling bisa dilakukan dimana saja, asalkan nyaman bagi klien maupun
konselor. Walaupun demikian, konselor tetap harus menyiapkan tempat khusus
untuk konseling. Berikut adalah beberapa kiat mempersiapkan tempat
konseling yang nyaman:
 Tempat tidak perlu luas asal bersih;
 Furniture tidak perlu lengkap; cukup meja kecil; 3 kursi dan lemari kecil
untuk meletakkan alat-alat konseling dan materi informasi;
 Perhatikan penerangan dan saluran udara;
 Warna dinding sebaiknya warna pastel (tidak putih) agar menimbulkan efek
menenangkan dan menyegarkan perasaan dan pikiran klien;

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI33
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Bunga atau tanaman kecil, gambar atau poster akan menambahkan aura
selamat datang; dan
 Tisu dan minuman disediakan untuk mengantisipasi klien menangis.

D. Persiapan Materi-Materi Informasi


Information kids, seperti flipchart yang berisi informasi-informasi praktis
mengenai SKR yang disajikan menarik dan dilengkapi gambar-gambar dan
grafik; berguna saat konselor memberikan informasi SKR kepada klien,
mengingatkan konselor agar tidak lupa memberikan informasi yang dibutuhkan
klien, serta membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan yang benar
sehingga klien bisa membuat keputusannya sendiri.
Materi Informasi, seperti brosur, leaflet, dan booklet mengenai isu-isu SKR
akan membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien. Bila
memungkinkan klien diberikan materi informasi yang bisa dibawa pulang. Hal
ini dapat membantu klien mengingat beberapa hal penting dan dapat digunakan
untuk meyampaikan informasi yang sama kepada orang lain (keluarga, kerabat,
teman).
Pencatatan Sesi Konseling
Merupakan hal penting dalam konseling. Mengingat klien mungkin berkunjung
beberapa kali, sehingga perlu untuk menyimpan riwayat latar belakang klien
berikut masalah yang dihadapinya. Pencatatan harus standar dan sistematis,
dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari hal-hal yang terlupakan.
No. Rekam Medis :
Nama Klien :
Alamat : (Dapat berupa alamat, nama, nomor telpon)
Nama Konselor :

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI34
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Alasan Keluhan/Informasi Respon Keputusan


Tanggal
Kunjungan Klien Konselor Klien/Rencana

Table 1. Catatan Konseling

E. Kerahasiaan
Beberapa hal yang harus dilakukan konselor untuk menjaga kerahasiaan klien :
1. Tidak menyebarkan data diri klien kepada orang lain. Termasuk rekan
sejawak dan keluarga (klien atau konselor) tanpa sepengetahuan klien;
2. Melakukan konseling dengan suara yang pelan, atau di ruangan terpisah
agar klien yakin bahwa percakapannya tidak akan terdengar oleh orang lain;
3. Menyimpan catatan konseling di tempat khusus. Beberapa hal bisa menjadi
bahan pertimbangan konselor:
Catatan klien di klinik atau rumah sakit: catatan klien yang disimpan di
rekam medis klinik/rumah sakit memungkinkan bahwa lebih dari satu orang
konselor/petugas bisa memiliki akses terhadap catatan tersebut.
Catatan konseling terpisah: beberapa fasilitas kesehatam menyimpan
catatan klien dalam rekam medis secara terpisah sehingga cerita-cerita
pribadi, masalah klien tidak diketahui petugas lainnya.
Catatan pribadi konselor: konselor juga dapat menulis/mencatat
beberapa hal umum di rekam medis rumah sakit/klinik. Hal ini dilakukan
untuk menjaga kerahasiaan klien.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI35
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

F. Pendekatan GATHER dan REDI


Pendekatan GATHER dan REDI merupakan kerangka kerja yang umumnya
digunakan dalam memeberikan konseling mengenai isu–isu kesehatan
reproduksi. Pendekatan GATHER biasanya digunakan untuk konseling layanan
KB untuk membantu klien memilih metode KB yang baik dan cocok. Langkah-
langkah GATHER tidak mudah untuk diterapkan dalam konseling isu-isu
kesehatan reproduksi lainya (selain yang disebutkan diatas) karena itu
diperkenalkan REDI sebagai langkah baru.
1. Pendekatan Gather
GATHER merupakan singkatan dari:
 Greet/Salam - berikan salam dengan sikap bersahabat kepada
klien segera ketika bertemu. Buatlah klien
merasa nyaman dengan bertanya mengenai
hal-hal yang kecil.
 Ask/Tanya - apa dan bagaimana konselor dapat membantu
klien. Tanyakan masalah mereka; gunakan
intonasi suara yang mengisyaratkan
ketertarikan, perhatian dan keakraban.
 Tell/Tanggapan - jangan lupa menanggapi/merespon klien.
 Help/Bantu - bantu klien dalam membuat keputusannya
sendiri.
 Explain/Terangkan
 Return/Kembali - ingatkan klien
Selain KB, pendekatan GATHER juga dapat diterapkan pada isu-isu SKR
yang lain (seperti seksualitas dan pencegahan HIV/ISR) yang disebut
dengan pendekatan GATHER perlindungan ganda. Penekanannya
adalah kontrasepsi (kondom) tidak hanya untuk mencegah kehamilan tapi
dapat juga untuk mencegah ISR pada saat yang bersamaan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI36
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

G = GREET/Berikan Salam kepada klien dengan sopan dan hangat. Hargai


kedatangan klien, dan jelaskan bahwa diskusi tersebut bersifat rahasia.
Kedua hal tersebut merupakan bagian sangat penting dalam membangun
“kepercayaan” dan rasa aman klien dalam berbagai perasaan dan
masalahnya, khususnya isu yang berhubungan dengan HIV dan ISR,
seksualitas dan pencegahan HIV – IMS dan Kehamilan).
A = ASK/Tanyakan klien hal-hal umum menyangkut dirinya, seperti nama,
usia, anggota keluarga, dan lain-lain. Tanyakan alasan kedatangan klien
(yakinkan klien bahwa hal yang sama juga diajukan kepada klien lainnya
agar dapat memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya). Tanyakan
mengenai kehidupan seksual dan riwayat seksual klien; apa yang mereka
ketahui mengenai perilaku seks pasangannya, HIV, dan IMS, KB, dan
kondom; apakah mereka beresiko terinfeksi HIV dan IMS, kehamilah tidak
diingankan, atau kekerasan, atau mereka mempunyai masalah kesehatan
seksual lainnya.
T = TELL/Informasikan kepada klien berbagai jenis pelayanan yang tersedia,
pilih kontrasepsi (termasuk cara kerja, keampuhan dalam mencegah HIV-
IMS serta kehamilan, dan pengaruhnya terhadap seksualitas), cara-cara
mencegah HIV-IMS (dengan menekankan pada penggunan kondom), serta
penyebaran HIV dan IMS dan resikonya. Ruang lingkup dan kapasitas
pemberian informasi diberikan menurut kasus per kasus.
H = HELP/Bantulah klien untuk membuat keputusan terbaik termasuk
mengurangi resiko HIV dan IMS atau kehamilan tidak diinginkan, klien
menentukan sendiri tingkat resiko mereka terhadap HIV daan IMS, dan
memutuskan upaya yang akan dilakukan untuk meuurunkan resiko tersebut.
Konselor juga membantu klien memilih metode KB yang dapat
melindunginya dari kehamilan dan terkena HIV-IMS. Bantu klien
mengantisipasi reaksi pasangan saat memperkenalkan kondom atau
mendiskusikan seksualitas atau perilaku IMS beresiko. Jelaskan besar biaya
yang harus ditanggung oleh klien. Apabila penggunaan kondom pria tidak

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI37
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

memungkinkan, diskusikan strategi lain (misalnya pengunaan kondom


perempuan atau melibatkan pasangan dalam konseling).
E = EXPLAIN/Terangkan mengenai kerja dari fasilitas kesehatan, cara kerja
metode KB dan pengaruhnya terhadap seksualitas, proteksi ganda kondom,
pencegahan IMS, pengobatan lain yang harus dilkukan klien dan
pasangannya, atau tidak melakukan aktifitas seksual sampai dinyatakan
sembuh dari infeksi. Peragakan pemakaian kondom dengan menggunakan
model penis dan minta klien untuk mencobanya. Cari tahu rencana klien
untuk mengurangi resiko HIV dan IMS atau kehamilan tidak diinginkan.
Cari tahu juga bagaimana klien menangani menghadapi rintangan. Jika
memungkinkan, mainkanlah peranan untuk bernegosiasi terhadap
penggunaan kondom atau memperkenalkan diskusi mengenai seksualitas,
penggunaan kondom atau penurunan resiko IMS.
R = RETURN/Kunjungan ulang. Apabila memungkinkan, jadwalkan
kunjungan ulang dengan klien untuk mengetahui perkembangan klien.
Sediakan informasi tambahan, sumber-sumber, atau rekomendasi sebanyak
yang dibutuhkan (untuk konseling dan tes sukarela, pelayanan dan
dukungan HIV, pemeriksaan IMS atau pengobatan ISR). (Engender
Health,2002)
Pendekatan Redi
Ada 4 tahap pendekatan REDI, yaitu :
Tahap 1 : Membangun Hubungan Tahap 2 : Eksplorasi
 Menyambut klien  Cari tahu kebutuhan klien,
 Membuat pendahuluan resiko, kehidupan seksual,
 Memperkenalkan topik kehidupan sosial dan
seksualitas lingkungannya
 Menjanjikan kerahasiaan  Cari tahu pengetahuan klien
dan berikan informasi yang
dibutuhkan
 Bantu klien menerima atau
memutuskan kehamilannya
atau resiko HIV dan IMS

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI38
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Tahap 3 : Pengambilan Keputusan Tahap 4 : Menjalankan Keputusan


 Identifikasi keputusan yang  Buatlah rencana yang konkrit
diperlukan klien dan spesifik untuk menjalankan
 Identifikasi pilihan-pilihan keputusan
klien dalam mengambil  Identifikasi keterampilan yang
keputusan diperlukan klien dalam
 Jabarkan keuntungan, menjalankan keputusan
kekurangan, dan konsekuensi  Keterampilan praktis, bila
dari tiap pilihan diperlukan, dengan bantuan
 Bantulah klien untuk membuat petugas
keputusan yang nyata  Buat rencana tindak lanjut

Beberapa hal yang menyebabkan pendekatan REDI tepat digunakan untuk


konseling kesehatan reproduksi terpadu, yaitu : 1) menekankan pada tanggung
jawab klien untuk membuat keputusan dan menjalankannya; 2) memberikan
panduan yang mempertimbangkan hubungan seksual klien dn konteks sosial; dan
3) tantangan yang mungkin dihadapi klien dalam menjalankan keputusannya serta
menawarkan pengembangan keterampilan untuk membantu klien mengahadapi
segala tantangan.

G. Isu-Isu Khusus Kesehatan Reproduksi


Keluarga Berencana
Beberapa pengetahuan kunci
 Metode Kontrasepsi dapat dikelompokkan menjadi 5: 1) Metode Alami
(kalender, senggama terputus); 2) Metode Hormonal (pil, suntik, implant);
3) Metode Perintang (kondom, spermicide diafragma); 4) Metode
Operasi (vasektomi, tubektomi); 5) Intra Uterine Device (IUD/Spiral).
 Kondom mempunyai fungsi ganda: mencegah kehamilan tidak
diinginkan dan mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS).
 Petugas kesehatan versus klien berdasarkan metode control. IUD,
suntik, implant, vasektomi, tubektomi merupakan metode yang memerlukan
pengawasan petugas kesehatan. Klien membutuhkan petugas ketika
mengalami rasa tidak nyaman dengan metode pilihan dan memutuskan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI39
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

untuk mengganti atau menghentikan penggunaan. Klien tidak memerlukan


petugas untuk menghentikan penggunaan pil atau kondom saat merasa tidak
nyaman, atau menggunakannya kembali. Demikian pula bagi klien yang
punya keluhan dengan metode suntik, juga dapat menghentikan
penggunaan.
 Akses terhadap logistik: metode operasi, implant dan IUD dapat
digunakan untuk jangka waktu yang lama tanpa membutuhkan peralatan
tambahan. Pil, suntik dan kondom membutuhkan kepatuhan klien untuk
menjamin pencegahan KTD.

INGATLAH bahwa !
 Klien berhak untuk menerima informasi yang benar dan lengkap
mengenai berbagai metode kontrasepsi, termasuk cara kerja, keuntungan,
kekurangan, kemungkinan efek samping dan kontra indikasi.
 Klien berhak memilih dan memutuskan secara sukarela metode
kontrasepsi yang tepat bagi kondisi dan situasinya.
 Klien berhak menerima pelayanan yang aman dari suatu prosedur medis.
 Klien berhak mendapatkan suplai kontrasepsi berkelanjutan untuk
perlindungan jangka panjang, ketika klien memilih pil, suntik, dan kondom.
Pertanyaan yang harus dijawab saat klien memerlukan bantuan:
 Apakah metode menarik, serta sesuai dengan kebutuhan dan falsafah hidup
klien?
 Apakah klien memilih metode efektif untuk menghindari kegagalan?
 Apakah klien memiliki kondisi medis tertentu yang membuat pilihan lain
menjadi lebih baik?

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI40
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Tabel 2. Panduan Pemilihan Kontrasepsi Menurut Metode


Metode Penggunaan Keuntungan Keterangan
pasca-aborsi
Metode Metode  Murah ;  Kurang efektif
perintang digunakan begitu  Sebagai metode dibandingkan IUD
Non-fitted: memulai aktivitas antara bila metode atau metode
kondom (laki- seksual lagi. lain ditunda ; hormonal;
laki dan  Tidak perlu  Harus digunakan
perempuan); pengawasan medis ; setiap kali hubungan
serta usapan  Khusus kondom seksual;
vagina dan (latex dan vinyl),  Butuh motivasi
positories melindungi dari IMS, berkelanjutan;
(foaming termasuk HIV ;  Harus selalu tersedia;
tablets, jelly,  Pemakaian biasa  Bisa mengganggu
atau film) dihentikan kapan saja hubungan seksual.
;
 Efektif jika
digunakan dengan
benar.
Metode Diagragma dapat  Murah ;  Kurangefektif
perintang dipasang segera  Tidak perlu dibandingkan IUD
(spermicida); setelah aborsi pengawasan medis ; atau metode
diaphragma trimester pertama  Melindungi dari IMS hormonal;
atau penutup ; , termasuk hiv ;  Harus digunakan
mulut rahim Untuk aborsi  Pemakaian dapat setiap kali hubungan
atau jelly trimester ke dua, dihentikan kapan saja seksual;
pemasangan ;  Butuh motivasi
harus ditunda,  Efektif jika berkelanjutan;
sehingga rahim digunakan segera .  Harus selalu tersedia;
berada pada  Beberapa pengguna
posisi semula (4-6 mengalami infeksi
minggu) saluran kencing
 Harus dipasang oleh
Pemasangan petugas terlatih
penutup mulut
rahim sampai
pendarahan
terhenti dan rahim
berada pada
posisi semula (4-6
minggu)
Pil : terpadu Penggunaan pil  Sangat efektif ;  Butuh motivasi
dan prosges biasa dilakukan  Bisa digunakan berkelanjutan ;
trin saja secara, terutama segera bahkan ketika  Harus selalu bersedia
pada saat masih infeksi ; ;
pengobatan.  Bisa diperoleh dari  Efektifvitas
petugas non medis ; terganggu bila klien
menggunakan obat-

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI41
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Tidak obatan tertentu


mengangguhubungan (misalnya
seksual. rifampin,dilantin,
atau griseofulvin )
dalam jangka
panjang ;
 Disarankan juga
pengguna kondom
bila klien beresiko
IMS termasuk HIV.
Suntik : Suntik biasa  Sangat efektif ;  Bisa menyebabkan
diberikan setelah  Bisa digunakan perdarahan, terutama
DEMPA dan aborsi trimester segera bahkan ketika amenorrhea (jarang
NET-EN pertama dan masih infeksi ; terjadi perdarahan
kedua  Bisa diperoleh dari berat );
petugas non medis ;  Bisa mempengaruhi
Metode ini cocok  Tidak menganggu kesuburan ;
bila hubungan seksual ;  Disuntik setiap 2 -3
perempuaningin  Tidak bulan sekali ;
menunda ketergantungan  Disarankan pengguna
penggunaan (kecuali suntik setiap kondom bila klien
metode KB 2 bulan atau 3 bulan ) beresiko IMS
jangka panjang ; termasuk HIV.
 Tidak perlu klien
untuk mendapatkan
persediaan,
Susuk Susuk bisa  Sangat efektif ;  Bisa menyebabkan
progestin : dipasang segera  Perlindungan jangka perdarahan (biasanya
setelah aborsi. panjang bercak) atau
Susuk Pemasangan (sekurangnya 7 tahun amenorrhea ;
norplant harus melalui );  Butuh petugas terlatih
konseling, bila  Bisa subur segera untuk pemasangan
tidak ada harus setelah dicabut; dan pencabutan ;
disediakan  Tidak menganggu  Murah bila digunakan
metode perantara hubungan seksual ; jangka panjang ;
 Tidak perlu klien  Disarankan juga
untuk dapat pengguna kondom
persediaan . bila klien beresiko
IMS termasuk HIV.
Spiral atau Pemasangan  Sangat efektif ;  Bisa
IUD harus ditunda  Perlindungan jangka menambahperdarahan
sampai luka, panjang ; menstruasi dan kram
pendarahan dan  Bisa subur lagi pada beberapa bulan
anemia akut setelah dicabut tidak; pertama;
sembuh  Tidak menganggu  Bisa menyebabkan
atauteratasi hubungan seksual ; perfonansi pada rahim
 Tidak perlu klien selama pemasangan ;
Pemasangan untuk mendapatkan
ditunda hingga persediaan ;

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI42
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

infeksi sembuh (3  Perlu cek tali IUD  Meningkatkan resiko


bulan) setiap bulan (oleh pada rahim selama
klien) ; pemasangan ;
Aborsi trimester  Hanya perlu satu kali  Meningkatkan resiko
pertama : IUD kunjungan, kecuali penyakit radang
dapat dipasang ditemukan masalah. panggul (PID=Pelvic
bila infeksi telah inflamatory
sembuh disease)dan
kemandulan pada
Aborsi trimester perempuan terinfeksi
ke dua : klamydia atau gonore
pemasangan pada saat pemasangan
ditunda enam ;
minggu hingga  Disarankan juga
tersedia atau ada pengguna kondom
peralatan dan bila kline beresiko
petugas terlatih IMS termasuk HIV;
 Butuh petugas terlatih
untuk pemasangan
dan pencabutan.
Sterilisasi Secara tehnik,  Metode permanen ;  Memerlukan
perempuan prosedur  Metode paling konseling dan
(tubektomi) sterilisasi dapat efektifuntuk informend consent
dilakukan segera perempuan ; yang memadai
setelah  Tidak perlu upaya sebelum pemasangan;
pengobatan lain setelah selesai  Sedikit kemungkinan
komplikasi paska dilakukan ; terjadi komplikasi
aborsi, kecuali  Tidak menganggu operasi;
terjadi infeksi hubungan seksual ;  Perlu petugas terlatih
atau pendarahan  Tidak ada efek dan peralatan yang
berat. jangka panjang ; memadai;
 Efektif segera setelah  Disarankan juga
Sterilisasi tidak dilakukan. pengguna kondom
boleh dilakukan bila kline beresiko
kecuali infeksi IMS termasuk HIV.
teratasi (3 bulan)
atau luka
tersembuhkan
KB alamiah Metode alamiah  Tidak perlu biaya ;  Sulitditerapkan
tidak dianjurkan  Tidak merubah segera setelah aborsi;
untuk KB paska- fungsi seksual ;  Pengguna metode
aborsi. Ovulasi  Tidak ada efek alternatifkecuali
pertama setelah jangka panjang . siklus normal
aborsi sulit kembali;
ditebak, dan  Disarankan juga
metode ini tidak pengguna kondom
dapat dipercaya bila kline beresiko
sehingga pola IMS termasuk HIV;

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI43
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

menstruasi teratur  Perlu kerjasama dan


kembali. pengertian
perempuan dan
pasangannya
mengenai
penerapanmetode ini.
Vaksetomi Vaksektomi biasa  Metode permanen ;  Memerlukan
dilakukan kapan  Metode paling efektif konseling dan
saja untuk laki-laki ; informed consent
 Tidak perlu upaya yang memadai
lain setelah selesai sebelum dilakukan;
dilakukan ;  Sedikit kemungkinan
 Tidak menganggu terjadi komplikasi
hubungan seksual; operasi;
 Tidak merubah  Perlu petugas terlatih
fungsi seksual ; danperalatan yang
 Tidak efek jangka memadai ;
panjang ;  Disarankan juga
 Efektif 12 minggu pengguna kondom
setelah tindakan, bila kline beresiko
IMS termasuk HIV;
 Hanya efektif bila
sudah12 minggu
setelah tendakan.

H. Membangun Kesan yang Baik Dengan Klien Laki-Laki


Ide-Ide Inti
 Saat memberikan konseling SKR, konselor harus mengetahui seluruh
kebutuhan individu. Kebanyakan petugas terbiasa hanya dengan klien
menikah atau perempuan; dan mengalami kesulitan bila ada klien laki-laki
atau remaja belum menikah. Kendalanya budaya menambah tingkat
kesulitan dalam mendiskusikan isu-isu seksualitas kepada lawan jenis dan
remaja belum menikah.
 Kendala komunikasi ini meningkatkan permasalahan kaum laki-laki dan
remaja yang membutuhkan pelayanan konseling terpadu, karena mereka
seringkali tidak bisa mendapatkan informasi atau pelayanan yang
dibutuhkan agar terlindungi dari kehamilan tidak diinginkan atau HIV dan
ISR; serta mendapatkan akses pelayanan saat mengalami masalah SKR
yang serius.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI44
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

a. Memahami Kebutuhan dan Peran Laki-Laki


Menghadapi klien laki-laki dalam konseling berbeda dengan menghadapi
klien perempuan. Terutama pada saat membicarakan isu seksualitas.
Konselor harus memahami kebutuhan dan peran laki-laki agar bisa
membantu klien laki-laki. Dibawah ini beberapa karakteristik laki-laki
mengenai kebutuhan dan perannya. Karakteristik ini bisa menjadi bahan
pertimbangan saat menangani klien laki-laki.
b. Laki-laki adalah Pengambil Keputusan
Laki-laki disosialisasikan sabagai pemegang kendali. Datang ke fasilitas
kesehatan bagi laki-laki sering menimbulkan konflik, karena biasanya ia
diminta melakukan sesuat. Laki-laki merasa lebih nyaman bila mereka
dapat membuat keputusan sendiri. Konselor harus meyakinkan klien bahwa
kedatangan klien di klinik sudah tepat. Jika klien tidak yakin, konselor dapat
meyakinkan kemampuan klien dengan menanyakan bagaimana mereka
menangani masalah-masalah dalam kehidupannya. Jika klien masih tidak
yakin, konselor menyarankan beberapa keputusan yang bisa diambil, jangan
memilihkan salah satu keputusan pada klien.
c. Laki-laki Tidak ingin Diremehkan
Laki-laki seringkali disosialisasikan mengerti banyak mengenai seks.
Mengakui bahwa meraka tidak tahu apa-apa hanya akan membuat mereka
merasa tidak “Nyaman”. Pada saat konseling, konselor sebaiknya jangan
menanyakan “Apakah ada pertanyaan mengenai hal tersebut?” atau “Anda
mengerti apa yang saya katakan?”
d. Laki-laki Lebih Menggunakan Pikiran bukan Emosi
Umumnya laki-laki lebih senang berkonsentrasi atau berpikir daripada
berbicara mengenai perasaannya. Konselor harus fokus pada pikiran dan
langkah dalam membuat keputusan daripada berdiskusi tentang perasaan.
Klien tidak akan segera menanggapi bila ditanyakan mengenai perasaannya
saat mengetahui pasangannya hamil, sebaliknya ia segera menanggapi bila
ditanya mengenai pendapatnya.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI45
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

e. Laki-laki Ingin Tahu apakah Laki-laki Lain juga Memiliki Rasa Takut
dan Bersifat Perhatian
Laki-laki bersedia berdiskusi tentang rasa takut dan perhatiannya hanya bila
konselor berhasil meyakinkan hal tersebut juga dilakukan kilen laki-laki
lainnya. Bila konselor mengidentifikasikan adanya keengganan klien untuk
berbagi masalah tertentu yang dihadapi klien, konselor dapat menceritakan
bagaimana klien lain menceritakan hal tersebut. Biasanya, klien laki-laki
akan lebih terbuka untuk berdiskusi mengenai kebingungan, rasa takut, atau
perasaan lainnya bila diketahui bahwa orang lain juga melakukan hal yang
sama.
Kebutuhan atau Pernyataan
Peran
Laki-laki adalah “Keputusan Anda sudah tepat dengan dating
pengambil keputusan ke sini .”
dan ingin memecahkan “Anda membuat keputusan yang benar dengan
masalahnya sendiri memakai kondom saat ini.”
“Keputusan yang sangat baik untuk berbicara
dengan pasangan Anda tentang kontrasepsi.”
“Bagaimana anda memberitahukan pasangan
seks anda agar dating ke sini untuk
mendapatkan tes infeksi ini?”
“Apa rencana untuk memberitahukan
pasangan anda tentang masalah ini?”
Laki-laki lebih banyak “Anda mungkin sudah tahu, tapi..”
tahu tentang hal-hal “Anda mungkin sudah pernah dengar
yang berkaitan dengan sebelumnya, tapi saya harus menjelaskan
seks kepada seluruh klien bahwa..”
“Saya yakin anda sudah tahu bagaimana
memakai kondom yang benar, tapi ada baiknya
kita ulangi beberapa poin penting yaitu..”
“Saya mencoba memberi beberapa kiat untuk
anda.”
“Saya ingin menegaskan bahwa anda telah
mengerti bagaimana anda mendapatkan
penyakit ini.”

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI46
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Laki-laki tidak akan “Ada laki-laki yang datang beberapa hari yang
bertanya tentang seks lalu, dan ia bertanya kepada saya tentang
kesulitan ereksi.”
“Walau kita sudah memiliki cara efektif untuk
mengatasi masalah, kadang-kadang kita
memiliki keraguan sesudahnya. Apakah ada
yang ingin anada diskusikan dengan saya?”
“Anda kelihatan mengerti secara umum
bagaimana menggunakan kondom, tapi adakah
hal lain yang anda ingin tahu lebih lanjut?”
“Karena anda telah hadir di sini, apakah ada
hal-hal yang anda ingin tanyakan atau beritahu
kepada saya?”
Laki-laki ingin tahu “Banyak laki-laki mempunyai masalah yang
apakah mereka sama.”
“normal” dan sebaik “Anda tahu, banyak klien laki-laki bertanya
atau bahkan lebih baik tentang hal ini sebelumnya.”
dari laki-laki lain “Banyak klien laki-laki bertanya tentang hal
itu.”
Laki-laki membutuhkan “Itu adalah pertanyaan yang bagus.”
dukungan ketika mereka “Saya senang anda bertanya tentang hal itu.”
bertanya tentang seks “Anda sangat berani bertanya tentang hal itu.”
“Ini merupakan hal yang baik anda datang ke
sini untuk mendapatkan informasi yang lebih
tentang hal itu.”

Tabel 3. Contoh-contoh Pernyataan yang Dapat Digunakan untuk


Klien Laki-laki, Berdasarkan kebutuhan dan Peran
Remaja
Ada dua alasan mengapa program konseling dan pelayanan klinik SKR
untuk remaja perlu diselenggarakan :
 Remaja berhak mendapatkan pelayanan SKR yang berkualitas.
 Remaja membutuhkan pelayanan SKR.
Remaja terpapar resiko masalah SKR karena :
 Kurang pengetahuan dan informasi.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI47
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Terbatas akses terhadap pelayanan dan program.


 Kendala psikologi dan sosial untuk mengakses pelayanan.
Pelayanan dan konseling SKR dapat membantu remaja dalam hal :
 Melindungi dan meningkatkan kesehatan mereka.
 Memahami kebutuhan-kebutuhan SKR.
 Belajar bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi mereka.
 Mencegah kehamilan tak diinginkan.
 Mencegah masalah kesehatan yang serius dan kematian dini akibat
komplikasi aborsi yang tidak aman.
 Menghindari ISR.
 Memberikan informed choice tentang SKR.
 Menjamin kesehatannya di masa depan.
Saat memberikan konseling kepada remaja, konselor sebaiknya :
 Dapat dipercaya , menguasai informasi SKR yang factual, termasuk
kehamilan dan pencegahan ISR.
 Menciptakan privacy, rasa hormat dan rasa percaya, agar remaja bisa
bebas bertanya dan terbuka dalam berdiskusi tentang seksualitas.
 Terlibat dalam dialog atau diskusi terbuka.
 Menawarkan pilihan-pilihan, tidak menghakimi keputusan remaja, dan
menerima hak mereka dalam memilih dan membuat.

I. Klien Dengan Kehamilan Tak Diinginkan


Ada 3 tahap konseling klien dengan kehamilan tak diinginkan (KTD):
 Sebelum Tindakan. Menggali perasaan dan kebutuhab klien. Mendukung
segala keputusan klien untuk meneruskan kehamilan, menghentikan
kehamilan, ataupun mencari peluang untuki adopsi. Merujuk ke
klinik/fasilitas lain bila perlu, serta diskusikan rencana ke depan klien untuk
melindungi diri dari kemungkinan terjadi KTD berulang.
 Saat Tindakan. Bila klien memutuskan untuk melakukan terminasi
kehamilan, dan petugas kesehatan menyatakan bahwa aborsi yang aman
dapat dilakukan, konselor sebaiknya menemani klien saat prosedur medis

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI48
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

berlangsung. Tidak harus mendukung dengan percakapan, terkadang cukup


dengan memegang tangan klien dan membisikkan kata-kata yang dapat
membangkitkan semangat klien. Tindakan konselor ini bisa membantu
klien mengatasi rasa sakit saat prosedur. Selain itu, kehadiran konselor
membantu dokter berkonsentrasi terhadap pekerjaannya.
 Setelah Tindakan. Ketika tindakan selesai dilakukan:
 Hampiri klien yang kelihatan sudah tenang. Hati-hatilah dengan kondisi
fisik dan emosi klien; jangan memaksa klien untuk mendengarkan
karena hanya akan membuang waktu saja.
 Bersikap fleksibel dalam menentukan tempat konseling. Kadangkala
klien merasa cukup kuat untuk bangun dan berbicara di ruangan
terpisah; yang lainnya mungkin lebih memilih konseling dilakukan di
ruang penyembuhan.
 Perhatikan bahwa hal yang penting adalah memberikan klien informasi
yang berguna dan sesuai dengan kebutuhannya.
 Jika ada kerabat/teman yang menemani klien, tanyakan apakah ia juga
ingin ditemani saat konseling.
 Mulailah dengan menggali perasaan, pertanyaan, dan kekhawatirannya
setelah melakukan aborsi yang aman.
 Ikuti diagram konseling pada aborsi yang aman untuk mengetahui
informasi apa saja yang harus diberikan pada klien.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI49
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

J. Konseling pada Klien Aborsi yang Aman

Sebelum Tindakan
 Mengukur kemampuan atau kapasitas klien untuk menerima informasi.
 Menggali alasan mengapa klien mengalami kehamilan tak diinginkan.
 Menggali kebutuhan dan perasaan klien.
 Menggali nilai-nilai dan rencana masa depan klien.
 Berdasarkan kondisi klien, berikan informasi tentang hal berikut:
 Pemeriksaan dan hasilnya;
 Prosedur pengobatan/pembiusan (anesthesia);
 Kemungkinana efek samping, komplikasi dan risiko-risiko;
 prosedur reproduksi manusia;
 metode-metode kontrasepsi yang tersedia.

Saat Tindakan
Memberikan dukungan emosi dengan cara :
 Menunjukkan sikap positif dan empati secara verbal dan nonverbal;
 Kelembutan saat prosedur dilakukan.

Saat Tindakan
 Menggali perasaan klien, tunjukan pengertian dan dukungan.
 Ingatkan klien kemungkinan efek samping, resiko, komplikasi dan tanda-tanda
bahaya, klien harus kembali jika hal tersebut terjadi.
 Jelaskan agar klien mampu merawat dirinya di rumah.
 Berikan informasi tertulis pasca prosedur.
 Ingatkan klien pentingnya kunjungan ulang.
 Diskusikan tentang metode kontarsepsi yang tersedia bila memungkinkan.
 Diskusikan tentang ISR dan PMS.
 Lakukan asntisipasi perlunya konseling tambahan atau rujukan terhadap
kebutuhan kesehatan reproduksi lain ataupun isu-isu no medis lainnya.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI50
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

K. Klien Dengan ISR Dan IMS/AIDS


 Komplikasi serius ISR/IMS : jutaan laki-laki,perempuan dan anak-anak di
seluruh dunia terkena komplikasi dari ISR dan PMS. Akibat dari infeksi ini bisa
beragam komplikasi, jangka panjang, dan serng kali mematikan, terutama pada
perempuan. Beberapa ISR/IMS juga berhubungan dengan komplikasi
kehamilan atau infeksi kongenital. Sayangnya, gejala dan tanda-tandanya bisa
tidak terlihat hingga akhirnya terlambat untuk mencegah terjadinya kerusakan
serius pada organ-organ reproduksi. ISR yang sesungguhnya bisa disembuhkan,
juga dapat menimbulkan komplikasi serius bila tidak diobati. Jika diagnosa dan
pengbatan tidak dilakukan sedini mungkin, beberapa dari infeksi ini bisa
menyebabkan kemandulan, sakit pinggang kronis, persalinan premature, aborsi
spontan, kehamilan ektopik, peradangan pada testis, kardiovaskular, atau
kmplikasi neurologis, bahkan kematian. Beberapa infeksi juga dapat
menyebabkan phneumonia, infeksi pernapasan, dan infeksi mata pada bayi baru
lahir. komplikasi ISR dan IMS tidak hanya mempengaruhi kesehatan idividu,
tetapi juga kualitas hidup dan produktivitas ekonomi perempuan dan laki-laki,
keluarga dan masyarakat.
 Kenapa pelayanan kesehatan reproduksi fokus pada ISR dan IMS ? ISR dan
IMS adalah masalah yang berkembang dan menyebar diseluruh dunia.
Meskipun ISR berdampak serius baik bagi negara maju maupun negara
berkembang, namun negara berkembang atau negara miskin seperti indonesia,
dampaknya lebih besar lagi.
 Setiap tahun diperkirakan ada 400 juta orang dewasa di dunia terinfeksi ISR.
 Pada tahun 2000, diperkirakan 5,3 juta orang (termasuk 600.000 anak-anak
usia dibawah 15 tahun) terinfeksi HIV.
 Hingga November 2000,diperkirakan 36,1 juta orang dewasa dan anak-anak
di dunia hidup dengan AIDS atau terinfeksi HIV.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI51
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

 Di beberapa negara berkembang, prevalensi ISR rata-rata antara 5% sampai


52%ditemukan pada perempuan yang datang ke klinik bersalin dan KB.

L. Klien Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa terjadi dimana saja, tanpa
membedakan culture,agama,ras,latar belakang pendidikan,dan
sebagainya.walaupun KDRT banyak ditemukan, tetapi masyarakat banyak
yang tidak mahu tahu bahkan menola untuk bersama-sama mengatasi hal ini.
Berbagai jenis kekerasan yang kerap dialami oleh perempuan, terutama berada
dekat dengan lingkup rumah tangganya antara lain :
1. Perkawian di bawah Umur
Perkawinan di bawah umur, apalagi tanpa persetujuan, adalah bentuk
pelanggaran hak asasi manusia. Perkawinan usia dini cenderung diikuti
dengan munculnya berbagai persoalan kesehatan.kehamilan di usia dini
ditambah dengan rendahnya tigkat pengetahuan reproduksi dapat
mengakibatkan penderitaan seumur hidup bagi perempuan dan mungkin
juga anak-anaknya.
2. Perkosaan
Perkosaan dapat terjadi dimana saja,termasuk di dalam keluarga.seorang
istri jika menolak keinginan suaminya dianggap bukan istri yang baik,
bahkan ada pendapat bahwa perempuan wajib melayani kebutuhan seks
suaminya.
3. Pelecehan seksual
Di lingkungan rumah tangga jenis pelecehan seksual yang paling sering
ditemukan adalah antara seorang majikan kepada pembantunya. Para atasan
ini menggunakan seks sebagai alat kontrol perempuan. Jika mereka
menolak akibatnya bisa beragam dari penurunan kedudukan, penahanan
gaji sampai ke pemecatan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI52
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

4. Pelacuran dan Perdagangan Perempuan


Banyak perempuan terperangkap dalam dunia pelacuran karena “dipaksa”
orang tua, suami bahkan pacar. Banyak juga terjadi akibat himpitan
ekonomi. Dalam perdagangan perempuan biasanya si perempuan tidak
mengerti apa yang terjadi dengan dirinya dan lebih menyedihkan lagi, sekali
mereka masih dalam jaringan perdagangan perempuan kemungkinan keluar
sangatlah kecil.
5. KDRT dan Dukungan Pemerintah
Negara belum dapat mengakomodasi dengan baik persoalan yang banyak
dihadapi masyarakat. berikut ini adalah beberapa perangkat hukum dan
kebijakan-kebijakan yang menempatkan oerempuan sebagai warga kelas
dua.
 UU perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 31 ayat 1 dan 2 berbunyi, “suami
wajib melindungi istrinya dan wajib memberikan segala sesuatu
keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya dan istri
wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya”.
 UU perkawinan No. 1 tahun 1974 Pasal 31 Ayat 3 yang berbunyi “suami
adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga”.
 SK Menaker No. 7 tahun 1990 tentang upah. Perempuan tidak
memperoleh tunjangan keluarga karena didasarkan pada asumsi bahwa
pekerja adalah laki-laki sehingga tunjangan hanya diberikan kepada istri
dan anak-anak. Pekerja perempuan dianggap lajang meskipun secara
real dia menikah dan mempunyai anak.
 Dalam hukum positif di indonesia tidak ada pengaturan secara explisit
menjelaskan tentang KDRT. Akibatnya jiak terjadi KDRT banyak
instansi yang terkait seprti polisi, dokter/rumah sakit kurang membantu
menyelesaikan masalah KDRT tersebut.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI53
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Mitos dan Kenyataan Tentang Penganiayaan


No Mitos Kenyataan
1 Kekerasan dalam rumah tangga Tidak ada angka yang pasti berapa banyaknya
bukan hal yang serius, hanya korban karena sangat jarang dilaporkan.
dialami oleh sebagian kecil Angka rata-rata menunjukkan 20%-50%
perempuan di muka bumi. perempuan dalam ikatan perkawinan atau
hubungan erat lain menjadi korban kekerasan.
2 KDRT hal yang biasa, karena itu Akibat sering terjadi pertengkaran dalam
tak perlu dipermasalahkan. rumah tangga, pihak yang dirugikan biasanya
istri, seperti diceraikan sepihak, tidak diberi
nafkah, diusir dari rumah dan sebagainya.
3 KDRT hanya terjadi pada kalangan Penganiayaan tidak mengenal tingkat
yang tidak berpendidikan dan ekonomi, sosial, batas kedudukan,
berpenghasilan rendah pendidikan, ras, agama, dan keadaan lain dan
bisa terjadi pada siapa saja.
5 Perempuan senang diperlakukan Tidak mudah bagi perempuan untuk
kasar oleh pasangannya, kalau meninggalkan rumah tangganya. Faktor-
tidak tentunya ia sudah pergi dulu. faktor penghalangnya adalah: rasa malu, takut
kepada si pelaku, tidak mampu menghidupi
diri dan anak, hukum agama dan hukum adat
yang mengikat. Meninggalkan rumah tidak
menjamin bahwa ia akan bebas dari si
penagniaya. Beberapa klien memutuskan
untuk tetap tinggal meski tahu resikonya.
6 Penganiaya adalah orang yang Penganiaya tidak selalu bertindak kasar,
kasar. sesudah terjadinya penganiayaan ia seringkali
menyesal akan perbuatannya, bersikap lembut
dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI54
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Kegiatan Pembelajaran
1. buatlah laporan hasil wawancara dengan anggota masyarakat mengenai
masalah-masalah SKR.
2. Buatlah satu factsheet mengenai mengapa, kapan dan dimana konseling SKR
terpadu bisa diberikan dilingkungan tempat tinggalmu.
3. Lakukan kelompok diskusi kecil dengan teman-temanmu mengenai topik-
topik SKR tertentu.

Uji Kemampuan Diri


Instruksi : jawab pertanyaan ini dengan baik !
1. Buatlah daftar tempat dimana kamu bisa menyelenggarakan konseling yang
menjaga privacy dan rahasia.
2. Buatlah alasan mengapa dokumentasi perlu dilakukan dalam sesi konseling.
3. Buatlah perbedaan dan persamaan pendekatan GATHER dan REDI.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI55
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

DAFTAR PUSTAKA

Bernett and Schuller. Meeting The Needs of Young Clients : A Guide to Proceeding
Reproductive Health Service to Adolescents Research Triangle Park. New
York : FHI, 2000

Engender Health. Comprehensive the Post Abortion Client : A Training


Curriculum. New York: Ender Health, 2003.

Engender Health. Integration of HIV / STI Prevention, Sexuality, and Dual


Protection in Family Planning Counseling: Arranging Manual Working
Draft Vo. 2 Handout. New York : Engender Health, 2002.

Family Care International (FCI). Sexual and Reproductive Health: Briefing Cards.
New York : FCI, 2000.

IWHC. Comprehensive Counseling for Reproductive Health : An Integrated


Curriculum. Participant’s Handbook. New York : IWHC, 2003.

Joseph A Devito. Komunikasi Terapeutik Antar Manusia : Edisi V. Harper Collins


Publisher Inc., 1996.

Keer, Peter. Prevention HIV / AIDS Counseling Module. 1992

Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal / Konseling (KIP / K).


Bandung 2002.

Population Council. Improving Reproductive Health : International Shared


Experience. Jakarta : Population Council, 1998.

Rimehart, W., Rudy, S., and Drennan M. GATHER Guide to Counseling –


Population Reports. Baltimore : JHU, Population Program, 1998.

Stuart & Sundeen, Principles & Practice of Psychiatric Nursing. CV Mosby


Company, 1998.

United Nation (UN). Report of The International Conference of Population and


Development. New York : UN, 1994.

World Heakth Organization (WHO). Information and Counseliing for Patient in


Complication Abortion : Technical and Managerial Guidelines for
Prevention and Treatment. Geneva : WHO, 1995.

WHO. Violence Against Women : Fact Sheets. Geneva : WHO, 2000.

http;//www.who.int/inf-fs/en/fact239.html.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI56

Anda mungkin juga menyukai