KONSELING
KESEHATAN REPRODUKSI
DISUSUN OLEH
TIM
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................ 2
Pelajaran 1
Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui definisi, tujuan dan maksud konseling;
2. Membedakan konseling dengan pemberian informasi dan nasihat;
3. Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dan tidak
dilakukan dalam memberikan pelayanan konseling;
4. Menjelaskan bagaimana menangani saat-saat sulit ( misal: klien menangis, klien
diam, dsb);
5. Menjabarkan tempat yang tepat untuk memberikan pelayanan konseling;
6. Mengetahui hak-hak klien; dan mengetahui kapan, kemana dan bagaimana
merujuk klien
Konsep Inti
Konseling mencakup komunikasi dua arah antara klien dan konselor (petugas yang
memberikan konseling) di mana masing-masing memanfaatkan waktu untuk
bicara, mendegarkan dan mengajukan pertanyaan. Konselor/petugas tidak boleh
menghakimi, bersifat sensitif dan menghormati emosi dan perasaan klien
(perempuan). Konselor harus terlatih dan memiliki pengetahuan yang memadai
serta mampu mengkomunikasikan dengan benar. Selain itu, konselor juga harus
menjaga privacy, kerahasiaan, dan anomitas. Elemen penting dari konseling adalah
kemampuan konselor dalam mengungkap dan mendegarkan kebutuhan,
permasalahan dan pertanyaan, serta menginformasikan,menjelaskan dan
menyakinkan klien dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah di
mengerti.
A. Definisi Konseling
Beberapa definisi konseling, yaitu:
Proses di mana konselor berusaha membantu dan memecahkan
permasalahan yang di hadapi klien (Peter Keer, 1992).
Interaksi dua arah antara klien dan konselor di mana konselor menggali
kebutuhan, pengetahuan, dan permasalahan seksulitas dan kesehatan
reproduksi (SKR) klien, tanpa melihat jenis pelayanan kesehatan yang di
tekuni petugas dan jenis pelayanan yang di minta klien (Engender
Health,2003).
(Khusus aborsi aman ); konseling adalah komunikasi tatap muka di mana
konselor membantu perempuan membuat keputusan terhadap hal-hal yang
terkait dengan keseluruhan pelayanan aborsi. Idealnya, pelayanan konseling
di berikan oleh konselor yang sama sebelum, saat dan setelah pelayanan
aborsi (WHO,1995).
Walaupun ada banyak definisi konseling, tetapi memiliki kesamaan dalam hal:
Proses: konseling biasanya di selenggarakan lebih dari satu kali pertemuan;
klien harus di perkenankan dan dipancing menyatakan perasaan dan
pendapatnya melalui interaksi dua arah antara klien dan
petugas/konselor;
Peran konselor: Peran konselor bukan untuk mencari atau memberikan
solusi, tetapi memberikan informasi,pengetahuan,dukungan, dan semangat,
kepada klien agar mampu membuat keputusannya sendiri; jadi keputusan
akhir selalu dibuat oleh klien dan bukan oleh konselor/petugas.
Karena itu konseling dibedakan maknanya dengan pemberian informasi dan
nasihat. Pemberian informasi dan nasihat merupakan komunikasi satu arah
antara petugas dan klien (EngenderHealth, 2003). Bila dalam memberikan
informasi, klien diberikan penjelasan mengenai data atau fakta yang ada untuk
membantu klien memahami pentingnya isu-isu kesehatan reproduksi; pada
pemberian nasihat, klien didorong untuk melakukansesuatu dalam menanggapi
situasi tertentu.
Anda dapat berkata, “saya dapat menjawab pertanyaan anda dan membantu
anda memberikan beberapa alternative pilihan, tetapi andalah yang lebih tahu
apa yang terbaik untuk kehidupan anda.
Jika klien dapat memutuskan metode KB yang dipakai, berikan kondom atau
spermisid untuk digunakan sewaktu-waktu.
5. Konselor tidak menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi klien
Seorang konselor akan merasa cemas bila mereka yakin dengn apa yang harus
disarankan. Walaupun konselor tersebut ahli dalam hal kesehatan reproduksi
namun tidak selamanya dapat menemukan jalan keluar bagi masalah yang
dihadapi klien.
Ekspresikan rasa simpati
Kadang-kadang hal tersebutlah yang diinginkan klien, saran kepada klien
seseorang yang dapat membantunya.
6. Konselor tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan klien
Katakan secara jujur dan terbuka bahwa anda tidak tau pemecahannya, namun
dapat mencari jalan keluarnya bersama-sama. Diskusikan dengan supervisor,
teman sejawat, atau cari referensi lain, lalu berikan pemecahan masalahnya
dengan tepat.
7. Konselor membuat kesalahan
Perbaiki kesalahan dan minta maaf. Hal terpenting adalah ketepatan bukan
kesempurnaan; mengakui kesaahan, berarti konselor menunjukan penghargaan
terhadap klien.
Bersikaplah jujur. Semakin anda jujur, menunjukan perasaan disaat yang tepat
(Tanpa harus menceritakan kehidupan pribadi anda) semakin mudah bagi klien
untuk melakukan hal yang sama.
8. Konselor dan klien sudah saling kenal
Tekankan soal kerahasiaan klien dan privasinya
Bila klien menginginkan, aturlah pertemuan dengan konslor lain.
F. Hak-Hak Klien
1. HARGA DIRI –hak untuk diperlakukan dengan sopan dan layak ;
2. INFORMASI –hak untuk mandapatkan informasi yang benar,termasuk:
mengetahui nama pemberi pelayanan,pilihan pelayanan yang
tersedia,mendapatkan jawaban yang jujur dan akurat atas pertanyaan yang
diajukan;
3. AKSES – hak untuk mendapatkan pelayaanan tanpa dibedakan menurut
jenis kelamin,kepercayaan,status pernikahan,suku atau usia;
4. PILIHAN –hak secara bebas untuk menentukan apakah ingin punya anak
atau tidak,ingin menjadi akseptor KB atau tidak,dan memilih salah satu
metode KB; termasuk hak untuk menerima atau menolak pengobatan serta
hak untuk berubah pikiran dan membuat pilihan baru bila diinginkan;
5. KEAMANAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan atas
informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor;
6. PRIVACY –hak untuk tidak didengar atau diketahui orang lain selama
proses konseling;
7. KERAHASIAAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan ats
informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor;
8. KENYAMANAN –hak untuk mendapatkan kenyamanan;
9. KEBERLANGSUNGAN –hak untuk menerima pelayanan dan metode
selama dibutuhkan; dan
10. OPINI –hak untuk mengutarakan pandangan dan perasaan mengenai
pelayanan.
G. Langkah-Langkah/Tahapan Konseling
1. Membina hubungan melalui membangun rappor t – tahap awal Membina
hubungan yang ramah,yang dapat dipercaya dan menjamin kerahasiaan:
Mengucapkan salam.
Mempersilahkan klien duduk.
Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.
2. Identifikasi masalah
Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung
permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien
mendatangi konselor. Namun tidak jarang,konselor harus menggunakan
keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi dari
cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah,konselor harus menjadi
pendengar yang baik dan mengamati dari tanda-tanda non-verbal.
3. Penjelasan masalah
Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang
diajukan,termasuk berbagai alternatif jalan keluar.Hindari memberikan
informasi yang tidak butuhkan klien.
4. Pengambilan keputusan
Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas
persoalan yang dihadapinya.
5. Menutup/menunda konseling
Bila klien terlihat puas,ucapkan salam penutup.Bila diskusi dengan klien
belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan,tawarkan klien
untuk mengatur pertemuan selanjutnya.
H. Tempat Konseling
Proses konseling tidak harus dilakukan di ruangan formal yang dilengkapi
dengan perabotan dan berbagai materi informasi. Walaupun terkadang mungkin
masih ideal, namun hendaknya kita juga mesti fleksibel terhadap kebutuhan klien.
Klien dengan HIV/AIDS tidak akan merasa nyaman bila ia harus duduk di ruangan
bersama dengan klien-klien lainnya. Ada kekhawatiran ia akan bertemu dengan
orang yang dikenalnya dan bertanya alasan kedatangannya. Untuk klien seperti ini,
tempat alternatif yang bisa terjaga privacy-nya (seperti perpustakaan, ruangan lain
di klinik, atau ruangan terpisah lainnya), akan membuat klien merasa lebih nyaman.
Klien pasca aborsi yang masih berbaring di ruangan pemulihan, membutuhkan
dukungan dari konselor; keberadaan konselor di dekat klien dan dukungannya dapat
menenangkan perasaan klien. Konselor tidak menunggu hingga klien
I. Merujuk klien
Seorang konselor tidak perlu memaksakan dirinya memberikan konseling.
Saat ia mengalami xeyh klien ke konselor lain atau bersifat terbuka dengan
menceritakan kondisinya dan meminta kesediaan klien untuk menunda waktu
konseling. Beberapa kondisi dimana konselor dapat merujuk kliennya adalah: 1)
Kurang menguasai isu/permasalahan klien; 2) Permasalahan yang dihadapi klien
merupakan isu baru; 3) Bila memiliki keterlibatan emosi dengan klien; 4)
memerlukan informasi lebih lanjut; 5) Keterbatasan waktu; 6) Permintaan klien; 7)
Klien merasa tidak punya masalah; dsb
Kegiatan Pembelajaran
Diskusikan perasaanmu kepada salah seorang teman sekelas mengenai isu-isu
dibawah ini, dan minta dosenmu untuk memberikan komentar!
1. Istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga(KDRT), dan ingin
meninggalkan suaminya.
2. Remaja yang mencari pertolongan aborsi ke dukun.
3. Perempuan tidak menikah yang terkena infeksi menular seksual (IMS).
4. Laki-laki menikah yang terinfeksi HIV positif.
5. Remaja usia 16 tahun yang menghamili pacarnya.
Pelajaran 2
Komunikasi Interpersonal
Tujuan Khusus
Mahasiswi diharapkan mampu:
1. Mendefinisikan komunikasi interpersonal ; dan
2. Menjelaskan lima aspek penting dari komunikasi interpersonal:
Komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah
Komunikasi verbal dan non-verbal
Pertanyaan tertutup dan terbuka
Keterampilan mendengarkan efektif
Paraphrasing
3. Menggunakan alat bantu
Konsep Inti
Komunikasi interpersonal adalah hubungan timbale balik untuk berbagi informasi,
opini dan perasaan yang dilakukan sekurangnya antara dua orang
Ada lima aspek penting dari komunikasi interpersonal
1) Komunikasi satu arah versus dua arah;
2) Komunikasi verbal dan non-verbal ;
3) Pertanyaan tertutup dan terbuka ;
4) Kterampilan mendengar efektif dan paraphrasing; dan
5) Menggunakan alat bantu sederhana
6. Cara Bertanya
Konselor harus menguasai teknik bertanya untuk mengukur kebutuhan dan
pengetahuan klien secara akurat. Ada 2 jenis pertanyaan , tertutup dan
terbuka. Pertanyaan tertutup biasanya memerlukan jawaban yang singkat,
seringkali hanya satu kata. Pertanyaan terbuka memungkinkan jawaban
yang panjang dan sering melibatkan pendapat dan perasaan klien.
Kedua jenis pertanyaan tersebut memiliki peran penting dalam pelayanan
konseling SKR yang terintegrasi. Sebaiknya konselor tidak hanya
tergantung pada pertanyaan tertutup saja karena akan membatasi interaksi
klien dan konselor. Konselor yang terampil dalam menggunakan kedua
jenis pertanyaan memudahkanya dalam membantu klien mengemukakan
permasalahan dan perasaannya.
Mengapa kita perlu bertanya selama proses konseling ?
Untuk mengetahui kebutuhan dan pengetahuan klien tentang SKR ;
Untuk melibatkan klien sebagai patner aktif dan memancing kebutuhan,
perhatian dan pilihannya ;
Untuk membina hubungan baik dengan cara menunjukan perhatian dan
minat ;
Agar bisa memprioritasakan isu inti pada konseling yang biasanya
dilakukan dalam waktu yang singkat ;
Untuk mengetahui tingkat pendidikan dan bahasa yang mudah
dimengerti klien ;
Untuk menghindari pengulangan informasi yang sudah di ketahui klien
; dan
Untuk memperbaiki salah pengertian terhadap isu tertentu.
7. Pertanyaan tertutup
Berapa usiamu ?
Berapa jumlah anakmu ?
Apakah rumahmu jauh dari klinik ?
Kapan mulai terjadinya pendarahan ?
Kegiatan pembelajaran
Kasus:
Anda adalah seorang klien perempuan menikah yang mengetahui bahwa suami
berselingkuh dengan perempuan lain. Akhir akhir ini anda mengalami keputihan.
Suatu haru anda datang ke klinik untuk konseling KB dan ingin bertanya tentang
keputihan. Ketika bertemu engan konselor, anda kaget karena orang lalu lalang di
sekitar ruang konseling sehingga orang lain bisa mendengar pembicaraan dan pada
saat konseling, pandangan konselor tidak terfokus kepada anda. Konselor bercerita
tentang staf petugas kesehatan lainnya dan terlihat tidak mendengar apa yang anda
katakana. Ketika anda katakan bahwa ingin konseling KB, konselor hanya
menanyakan usia dan jumlah anak. Dia sama sekali tidak menanyakan hal lainnya
bahkan tidak mendengarkan ketika anda menjelaskan bahwa mengalami keputihan.
Anda merasa bahwa konselor harusnya lebih tahu. Anada jadi merasa bahwa
masalah yang anda alami tidak penting, sehingga anda berhenti menjelaskan.
Konselor mengakhiri konseling sambil mengatakn bahwa pil KB yang terbaik
untuk ada. Anda sebagai klien dihadapkan pertanyaan berikut :
1. Apa yang anda rasakan selama konseling?
2. Apa yang membuatmu berpikir konselor tidak mendengarkanmu?
3. Apa yang anda rasakan ketika konselor tidak mendengarkan penjelasanmu?
4. Apa yang dapat konselor lakukan agar bisa lebih memahami kebutuhanmu?
Pelajaran 3
Konseling Feminis
Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mendiskusikan prinsip-prinsip konseling feminis
2. Mendiskusikan strategi feminis
3. Menjelaskan tanggung jawab dan etika konseling feminis; dan
4. Mendiskusikan apa yang dimaksud dengan perempuan bermental menurut
perspektif konselor.
Konsep inti
Peremuan yang sehat mental , sangat percaya pada kemampuan dirinya dan
tidak melakukan hal-hal tertentu yang tidak sesuai dengan keinginannya; tidak
mengorbankan dirinya atau menjadi korban perbuatan orang lain.
Perempuan merupakan tenaga ahli untuk dirinya sendiri, ia memiliki
kemampuan diri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Terapi feminis tidak memutuskan , melainkan membantu klien mencari solusi
yang terbaik untuk dirinya.
Klien berhak mendapat informasi apapun yang menyangkut tubuhnya, dan
menyatakan keberatan bila klien tidak mendaptakn pelayanan yang dibutuhkan.
B. Strategi Feminis
Para ahli terapi memiliki kewajiban terhadap klien mereka menurut nilai-nilai
tertentu mereka. Komunikasi yang jelas dan terbuka sangatlah diutamakan, tidak
disarankan untuk menunjukan tingkah laku yang bersifat tertutup dan manipulatif.
Kaum perempuan diajarkan saat yang tepat menggunakan komunikasi yang bersifat
terbuka.
Ahli terapi haruslah memulai sesi mereka dengan posisi mempercayai apa yang
disampaikan oleh klien mereka. Akan tetapi, ahli terapi haruslah mampu untuk
menghadapi tingkah laku yang bertentangan. Sang ahli terapi dapat memberikan
pendapatnya yang berfungsi sebagai persepsi dan bukan sebagai penentu “yang
sebenarnya akan terjadi”. Klien tetap yang menjadi penentu. Bila klien tidak
sependapat dengan ahli terapi, ia bisa menyatakan ketidaksetujuannya. Proses
konsling bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan individu atau kelompok
bila diperlukan. Terkadang permasalahan dibahas dengan menggunakan teknik
analisa sexim/elit/rasism/heteroseksual (analisa peran seks, dekonstruksi,
pencapaian pemahaman).
Kegiatan pembelajaran
Lakukan simulasi konseling feminis di kelasmu
Pelajaran 4
Praktik Konseling
Tujuan Khusus
Mahasiswi diharapkan mampu:
1. Memahami proses dalam menyiapkan sesi konseling;
2. Mendemostrasikan pendekatan GATHER dan REDI dalam konseling;
3. Mendiskusikan berbagai isu kesehatan reproduksi seperti keluarga Berencana
(KB), keterlibatan laki-laki, kesehatan reproduksi remaja, kehamilan tak
diinginkan, Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) atau Infeksi Menular Seksual
(IMS) (termasuk HIV/AIDS), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT);
4. Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi penting dari klien; dan
5. Menerapkan keterampilan melakukan konseling dalam bentuk simulasi.
Konsep Inti
1. Kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi merupakan konsep yang tumpah
tindih dan saling terkait. Istilah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR)
ditujukan kepada seluruh aspek terkait dengan seksualitas dan reproduksi.
2. Konseling SKR terpadu adalah interaksi dua arah antara klien dan petugas
dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui seluruh kebutuhan, pengetahuan
dan perhatian klien terhadap SKR, terlepas dari pelayanan kesehatan yang
disediakan petugas maupun jenis pelayanan yang diminta oleh klien.
3. Konseling merupakan komponen penting dari pelayanan SKR terpadu, yang
ditujukan untuk memberdayakan klien agar dapat memanfaatkan beragam
pelayanan yang tersedia di klinik setempat maupun rujukan dengan sebaik-
baiknya.
A. Persiapan Konseling
Terdiri dari 4 langkah, yaitu :
1. Persiapan diri;
2. Persiapan tempat;
3. Persiapan materi-materi informasi; dan
4. Pencatatan sesi konseling (termasuk isu-isu yang rahasia).
B. Persiapan Diri
Konseling yang baik memerlukan konselor yang:
Memiliki motivasi mendengarkan dan menolong orang lain. Idealnya,
seorang konselor harus siap mental dalam memberikan bantuan;
Memfokuskan konsentari pada saat konseling untuk mendengarkan klien;
Memiliki informasi dari pemikiran kreatif yang berguna bagi klien; dan
Mampu bekerja sama dengan klien dengan tujuan memberdayakan klien
dalam membuat keputusan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualnya.
C. Persiapan tempat
Konseling bisa dilakukan dimana saja, asalkan nyaman bagi klien maupun
konselor. Walaupun demikian, konselor tetap harus menyiapkan tempat khusus
untuk konseling. Berikut adalah beberapa kiat mempersiapkan tempat
konseling yang nyaman:
Tempat tidak perlu luas asal bersih;
Furniture tidak perlu lengkap; cukup meja kecil; 3 kursi dan lemari kecil
untuk meletakkan alat-alat konseling dan materi informasi;
Perhatikan penerangan dan saluran udara;
Warna dinding sebaiknya warna pastel (tidak putih) agar menimbulkan efek
menenangkan dan menyegarkan perasaan dan pikiran klien;
Bunga atau tanaman kecil, gambar atau poster akan menambahkan aura
selamat datang; dan
Tisu dan minuman disediakan untuk mengantisipasi klien menangis.
E. Kerahasiaan
Beberapa hal yang harus dilakukan konselor untuk menjaga kerahasiaan klien :
1. Tidak menyebarkan data diri klien kepada orang lain. Termasuk rekan
sejawak dan keluarga (klien atau konselor) tanpa sepengetahuan klien;
2. Melakukan konseling dengan suara yang pelan, atau di ruangan terpisah
agar klien yakin bahwa percakapannya tidak akan terdengar oleh orang lain;
3. Menyimpan catatan konseling di tempat khusus. Beberapa hal bisa menjadi
bahan pertimbangan konselor:
Catatan klien di klinik atau rumah sakit: catatan klien yang disimpan di
rekam medis klinik/rumah sakit memungkinkan bahwa lebih dari satu orang
konselor/petugas bisa memiliki akses terhadap catatan tersebut.
Catatan konseling terpisah: beberapa fasilitas kesehatam menyimpan
catatan klien dalam rekam medis secara terpisah sehingga cerita-cerita
pribadi, masalah klien tidak diketahui petugas lainnya.
Catatan pribadi konselor: konselor juga dapat menulis/mencatat
beberapa hal umum di rekam medis rumah sakit/klinik. Hal ini dilakukan
untuk menjaga kerahasiaan klien.
INGATLAH bahwa !
Klien berhak untuk menerima informasi yang benar dan lengkap
mengenai berbagai metode kontrasepsi, termasuk cara kerja, keuntungan,
kekurangan, kemungkinan efek samping dan kontra indikasi.
Klien berhak memilih dan memutuskan secara sukarela metode
kontrasepsi yang tepat bagi kondisi dan situasinya.
Klien berhak menerima pelayanan yang aman dari suatu prosedur medis.
Klien berhak mendapatkan suplai kontrasepsi berkelanjutan untuk
perlindungan jangka panjang, ketika klien memilih pil, suntik, dan kondom.
Pertanyaan yang harus dijawab saat klien memerlukan bantuan:
Apakah metode menarik, serta sesuai dengan kebutuhan dan falsafah hidup
klien?
Apakah klien memilih metode efektif untuk menghindari kegagalan?
Apakah klien memiliki kondisi medis tertentu yang membuat pilihan lain
menjadi lebih baik?
e. Laki-laki Ingin Tahu apakah Laki-laki Lain juga Memiliki Rasa Takut
dan Bersifat Perhatian
Laki-laki bersedia berdiskusi tentang rasa takut dan perhatiannya hanya bila
konselor berhasil meyakinkan hal tersebut juga dilakukan kilen laki-laki
lainnya. Bila konselor mengidentifikasikan adanya keengganan klien untuk
berbagi masalah tertentu yang dihadapi klien, konselor dapat menceritakan
bagaimana klien lain menceritakan hal tersebut. Biasanya, klien laki-laki
akan lebih terbuka untuk berdiskusi mengenai kebingungan, rasa takut, atau
perasaan lainnya bila diketahui bahwa orang lain juga melakukan hal yang
sama.
Kebutuhan atau Pernyataan
Peran
Laki-laki adalah “Keputusan Anda sudah tepat dengan dating
pengambil keputusan ke sini .”
dan ingin memecahkan “Anda membuat keputusan yang benar dengan
masalahnya sendiri memakai kondom saat ini.”
“Keputusan yang sangat baik untuk berbicara
dengan pasangan Anda tentang kontrasepsi.”
“Bagaimana anda memberitahukan pasangan
seks anda agar dating ke sini untuk
mendapatkan tes infeksi ini?”
“Apa rencana untuk memberitahukan
pasangan anda tentang masalah ini?”
Laki-laki lebih banyak “Anda mungkin sudah tahu, tapi..”
tahu tentang hal-hal “Anda mungkin sudah pernah dengar
yang berkaitan dengan sebelumnya, tapi saya harus menjelaskan
seks kepada seluruh klien bahwa..”
“Saya yakin anda sudah tahu bagaimana
memakai kondom yang benar, tapi ada baiknya
kita ulangi beberapa poin penting yaitu..”
“Saya mencoba memberi beberapa kiat untuk
anda.”
“Saya ingin menegaskan bahwa anda telah
mengerti bagaimana anda mendapatkan
penyakit ini.”
Laki-laki tidak akan “Ada laki-laki yang datang beberapa hari yang
bertanya tentang seks lalu, dan ia bertanya kepada saya tentang
kesulitan ereksi.”
“Walau kita sudah memiliki cara efektif untuk
mengatasi masalah, kadang-kadang kita
memiliki keraguan sesudahnya. Apakah ada
yang ingin anada diskusikan dengan saya?”
“Anda kelihatan mengerti secara umum
bagaimana menggunakan kondom, tapi adakah
hal lain yang anda ingin tahu lebih lanjut?”
“Karena anda telah hadir di sini, apakah ada
hal-hal yang anda ingin tanyakan atau beritahu
kepada saya?”
Laki-laki ingin tahu “Banyak laki-laki mempunyai masalah yang
apakah mereka sama.”
“normal” dan sebaik “Anda tahu, banyak klien laki-laki bertanya
atau bahkan lebih baik tentang hal ini sebelumnya.”
dari laki-laki lain “Banyak klien laki-laki bertanya tentang hal
itu.”
Laki-laki membutuhkan “Itu adalah pertanyaan yang bagus.”
dukungan ketika mereka “Saya senang anda bertanya tentang hal itu.”
bertanya tentang seks “Anda sangat berani bertanya tentang hal itu.”
“Ini merupakan hal yang baik anda datang ke
sini untuk mendapatkan informasi yang lebih
tentang hal itu.”
Sebelum Tindakan
Mengukur kemampuan atau kapasitas klien untuk menerima informasi.
Menggali alasan mengapa klien mengalami kehamilan tak diinginkan.
Menggali kebutuhan dan perasaan klien.
Menggali nilai-nilai dan rencana masa depan klien.
Berdasarkan kondisi klien, berikan informasi tentang hal berikut:
Pemeriksaan dan hasilnya;
Prosedur pengobatan/pembiusan (anesthesia);
Kemungkinana efek samping, komplikasi dan risiko-risiko;
prosedur reproduksi manusia;
metode-metode kontrasepsi yang tersedia.
Saat Tindakan
Memberikan dukungan emosi dengan cara :
Menunjukkan sikap positif dan empati secara verbal dan nonverbal;
Kelembutan saat prosedur dilakukan.
Saat Tindakan
Menggali perasaan klien, tunjukan pengertian dan dukungan.
Ingatkan klien kemungkinan efek samping, resiko, komplikasi dan tanda-tanda
bahaya, klien harus kembali jika hal tersebut terjadi.
Jelaskan agar klien mampu merawat dirinya di rumah.
Berikan informasi tertulis pasca prosedur.
Ingatkan klien pentingnya kunjungan ulang.
Diskusikan tentang metode kontarsepsi yang tersedia bila memungkinkan.
Diskusikan tentang ISR dan PMS.
Lakukan asntisipasi perlunya konseling tambahan atau rujukan terhadap
kebutuhan kesehatan reproduksi lain ataupun isu-isu no medis lainnya.
Kegiatan Pembelajaran
1. buatlah laporan hasil wawancara dengan anggota masyarakat mengenai
masalah-masalah SKR.
2. Buatlah satu factsheet mengenai mengapa, kapan dan dimana konseling SKR
terpadu bisa diberikan dilingkungan tempat tinggalmu.
3. Lakukan kelompok diskusi kecil dengan teman-temanmu mengenai topik-
topik SKR tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Bernett and Schuller. Meeting The Needs of Young Clients : A Guide to Proceeding
Reproductive Health Service to Adolescents Research Triangle Park. New
York : FHI, 2000
Family Care International (FCI). Sexual and Reproductive Health: Briefing Cards.
New York : FCI, 2000.
http;//www.who.int/inf-fs/en/fact239.html.