Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS LAYANAN BK KOMPREHENSIF UNTUK KONSELING

ADIKSI NARKOBA

Disusun Oleh:

1. Dwi Gustiara Putri


2. Vina Murdiyanti
3. Renti Acehlina
4. Muzakir Laili cahyadi

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022

1
DAFTAR ISI

Cover ...................................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
A. Layanan Dasar ............................................................................................. 6
B. Layanan Responsif ....................................................................................... 11
C. Perencanaan Individual ................................................................................ 13
D. Dukungan Sistem ......................................................................................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 17
A. Kesimpulan .................................................................................................. 17
Daftar Pustaka......................................................................................................... 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas
yang dirancang oleh konselor untuk membantu klien dalam upaya untuk
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Bimbingan dan konseling
komprehensif diprogramkan untuk semua peserta didik artinya bahwa semua
peserta didik hukumnya wajib memperoleh layanan bimbingan dan konseling,
sehingga sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok
yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku
jangka panjang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang diperlukan
dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam
menjalani kehidupannya.

Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif merupakan upaya


untuk memberikan bantuan kepada setiap peserta didik agar dapat
mengembangkan diri seoptimal mungkin. Dalam bimbingan komprehensif
dikemas dalam empat komponen salah satunya yaitu layanan dasar, layanan
dasar mencakup lima layanan yaitu diantaranya adalah layanan klasikal,
layanan orientasi,layanan informasi, layanan bimbingan kelompok, dan
layanan pengumpulan data. Layanan dasar sangat berperan di sekolah untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya seoptimal
mungkin dan membantu mengembangkan kehidupan pribadi, sosial,
kemampuan belajar dan perencanaan karir.

Permasalahan penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan


kompleks, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun
psikososial ( ekonomi, politik, sosial budaya, kriminalitas dan sebagainya).
Penyalahgunaan narkoba merupakan fenomena sosial yang telah menjadi
masalah sosial. Narkoba dan sejenisnya merupakan fenomena yang sudah ada

3
sejak jaman dulu seiring munculnya per- kembangan peradaban manusia di
muka bumi ini. Pada masa dulu bentuk narkoba tentu saja berbeda dengan
yang ada sekarang ini. Perkembangan bentuk sajiannya berjalan sesuai dengan
kemajuan tehnologi dalam pengolahannya. Kalau pada jaman dulu narkoba
dikonsumsi dalam bentuk lintingan rokok atau cerutu, namun saat ini sudah
ditemukan dalam bentuk pil, tablet hingga cairan suntik. Penggunaannyapun
juga sangat beragam, dari yang mulai menghisap sampai menggunakan jarum
suntik.

Konseling Adiksi merupakan bagian dari rangkaian proses rehabilitasi


yang harus dijalani oleh pecandu atau penyalahguna narkoba secara konsinten
dan berkesinambungan untuk dapat terlepas dari kecanduan akan zat yang
digunakan. Konseling dilakukan dalam suatu ruangan yang tertutup untuk
menjaga privasi dari klien. Dengan Konseling Adiksi klein akan mendapatkan
bimbingan dan pendampingan sehingga klien memiliki pemahaman,
kemampuan, dukungan dan solusi terkait penanganan adiksi atau
kecanduannya. Awal keberhasilan dari Konseling adiksi adalah adanya niat
dari klien untuk pulih, kemampuan klien untuk menolak menggunakan
narkoba baik dari keinginan diri sendiri ataupun dari orang lain, didorong
dengan adanya keluarga yang mendukung dan lingkungan yang kondusif.
Dalam penanggulangan masalah adiksi narkoba, peran konselor sangat
dibutuhkan. Konselor memiliki tugas yang sangat vital yaitu memberikan
bimbingan dan konseling agar sang klien dapat mengubah perilakunya dan
tergerak untuk mengambil keputusan yang tepat dalam hidupnya dan bisa
menentukan pilihan yang produktif. konseling yang efektif diharapkan dapat
mendorong klien menjadi lebih proaktif dalam menangkal penyalahgunaan
narkoba. Konseling terpadu diharapkan mencetak individu yang menolak
narkoba, berhati-hati dalam pergaulan, lebih produktif dalam bekerja dan lebih
kuat dalam konteks ibadah atau religinya, imbuh Titik. Ketika disinggung
mengenai pentingnya peran seorang konselor pada dasarnya para guru
bimbingan konseling (BK) dapat dimaksimalkan perannya agar bisa

4
memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap pelajar di sekolah
menengah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Layanan Dasar
Pelayanan dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada seluruh
peserta didik melalui penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal/kelompok yang disajikan secara sistematis/terjadwal dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan (yang diperlukan sebagai standar kemandirian) yang
diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil
keputusan dalam menjalani kehidupan. Secara khusus pelayanan dasar
bertujuan membantu konseli agar:
1. memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama)
2. mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung
jawab atau seperangkat perilaku yang sesuai untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya
3. mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya
4. mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya.
Fokus yang dikembangkan dalam komponen pelayanan dasar
menyangkut perilaku aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Materi
Pelayanan Dasar dirancang berdasarkan Standar Kompetensi Kemandirian,
yang mencakup pengembangan:

1. harga diri
2. motivasi berprestasi
3. keterampilan mengambil keputusan
4. keterampilan memecahkan masalah
5. keterampilan hubungan antar pribadi/berkomunikasi
6. penyadaran Keragaman budaya
7. perilaku bertanggung jawab

6
Konseling Adiksi merupakan bagian dari rangkaian proses rehabilitasi
yang harus dijalani oleh pecandu atau penyalahguna narkoba secara konsinten
dan berkesinambungan untuk dapat terlepas dari kecanduan akan zat yang
digunakan. Konseling dilakukan dalam suatu ruangan yang tertutup untuk
menjaga privasi dari klien. Dengan Konseling Adiksi klein akan mendapatkan
bimbingan dan pendampingan sehingga klien memiliki pemahaman,
kemampuan, dukungan dan solusi terkait penanganan adiksi atau
kecanduannya. Awal keberhasilan dari Konseling adiksi adalah adanya niat
dari klien untuk pulih, kemampuan klien untuk menolak menggunakan narkoba
baik dari keinginan diri sendiri ataupun dari orang lain, didorong dengan
adanya keluarga yang mendukung dan lingkungan yang kondusif.
Menurut Gibson, Mitchell untuk para pengguna, pecandu, yang
merupakan korban dari penyalahgunaan narkoba, di dalam bimbingan dan
konseling termasuk dalam kategori populasi yang spesifik. Para konselor bisa
terlibat di dalam program pencegahan, intervensi, penanganan krisis dan
pemulihan. Namun penting untuk ditekankan , bahwa konselor yang bekerja
dengan populasi pengguna narkoba memerlukan pelatihan khusus, bukan lain,
karena pendekatan konseling tradisional seringkali terbatas efektifitasnya.
Klien jenis ini sangat resisten terhadap perubahan kondisi akibat ketagihan dan
seringkali kondisinya melampaui kemampuan terapis mengendalikannya,
sehingga pelatihan konselor harus mengandung tehnik-tehnik yang efektif
menangani kondisi-kondisi ekstrem tersebut. Selain itu konselor juga harus
memahami betul kondisi klien, sehingga dapat merujuk mereka kepada
spesialis yang lebih terlatih untuk penanganan, perawatan dan pemonitoran
jangka panjang.
Dengan demikian, konselor di semua lingkup perlu mengenali sumber
daya apa saja yang tersedia untuk menangani klien yang kecanduan obat,
seperti klinik gawat darurat, pusat perawatan khusus, penanganan rumah sakit (
rawat inap / rawat jalan ), pusat-pusat krisis, rumah rehabilitasi dan kelompok
bantuan khusus seperti Alcoholics Anonymous dan Narcotic Anonymous.. Para
konselor yang bekerja dengan populasi tersebut umumnya memiliki

7
pengetahuan khusus tentang aspek-aspek farmakologis. Psikologis, fisiologis
dan sosial budaya dari penyalahgunaan narkoba. Selain itu, konselor di
populasi ini seharusnya terlibat di dalam interaksi yag baik dengan guru,
otoritas agama, otoritas kenakalan remaja yang dapat membantu dalam
pengimplementasian pencegahan, intervensi awal dan / atau program
perawatan para korban.
Di banyak program, bimbingan dan konseling individu maupun
kelompok digunakan sesuai kebutuhan dan ini dinilai efektif untuk penanganan
korban pengguna narkoba. Yang penting, konselor yang bekerja dengan
populasi jenis ini harus memiliki pengetahuan yang tepat dan luas mengenai
penyebab, symptom dan efek potensial problem.
Setelah mendiagnosis dengan tepat, konselor selanjutnya akan
mengembangkan sebuah rencana perawatan yang dirancang untuk
menyediakan struktur dan arah bagi klien dan konselor dalam mencapai tujuan-
tujuan yang diinginkan dan jelas-jelas spesifik bagi penanganannya. Faktor
yang mempengaruhi karakteristik rencana ini meliputi keseriusan kondisi dan
motivasi klien, memproyeksikan lamanya penanganan, faktor- faktor eksternal
yang mempengaruhi penanganan dan prognosis konselor bagi keberhasilan
penanganan. Dua hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi dan mencegah
beredarnya narkoba lebih luas, yaitu :
1. Mencegah sebelum terjadi korban;
Sebelum terjadinya korban, dengan harapan tidak akan terjadi dan tidak
akan menimpa anggota keluarga. Dimulai dari lingkungan yang paling
kecil, keluarga dan kepada anak usia dini (karena ini akan lebih bisa
dirasakan manfaatnya) baru kemudian meluas ke lingkungan sekitar.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba tidak lain merupakan segala
tindakan dan upaya untuk menghindari orang memulai penggunaan
narkoba. Caranya bisa dengan menjalankan cara hidup sehat atau
mengubah kondisi lingkungan yang memungkinkan orang
menggunakan Narkoba. Makanya pencegahan penyalahgunaan
Narkoba dapat dimulai sejak dini, usaha pencegahan itu bisa dimulai

8
ketika seorang bayi masih dalam kandungan ibu. Bagaimana sikap
seorang ayah terhadap ibu atau sebaliknya sikap ibu selama masa
kehamilan akan menentukan fisik, psikis dan spiritual anak. Kemudian
setelah anak lahir, orang tua perlu meningkatkan pemahamannya agar
dapat mendidik dan memperlakukan anak-anak mereka dengan positif.
Tentunya mendidik anak harus sesuai dengan tingkat usianya. Karena
mereka bukanlah miniature manusia, tetapi mereka adalah manusia
seutuhnya yang memiliki kepribadian dan sikap yang berbeda antara
satu dengan yang lain. Berikut beberapa hal mengapa pendidikan
keluarga kepada anak itu penting:
1) Peningkatan kesehatan dan budaya hidup sehat, baik fisik maupun
mental berlandaskan keimanan & ketaqwaan,
2) Pendewasaan kepribadian,
3) Peningkatan kemampuan untuk mengatasi masalah,
4) Peningkatan harga diri dan percaya diri,
5) Peningkatan hubungan intrapersonal dan interpersonal serta
kemampuan sosial,
6) Memperkuat sektor-sektor lingkungan, misalnya: keluarga,
sekolah, masyarakat yang mendukung peningkatan kesehatan dan
pengembangan kepribadian generasi muda.
Semua itu perlu kita lakukan agar anak-anak kita sehat dan mempunyai
budaya hidup sehat (healthy life styles), mempunyai keimanan dan
kepribadian yang kuat, sehingga mampu dalam menghadapi berbagai
masalah. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mempunyai harga diri
dan percaya diri, agar anak kita bisa berdiri tegak dan sejajar dengan
kawan-kawannya serta tidak merasa minder. Disisi lain, kita pun perlu
sekali-kali memberikan informasi tentang narkoba kepada anak kita.
Banyak slogan yang yang bisa kita baca dan kita temui di mana-mana,
misalnya : Say No to Drug; war to drug dan masih banyak lagi. Cara yang
ditempuh perlu dan harus hati-hati, agar anak kita tidak merasa
diceramahi.

9
Sekedar saran yang mungkin bisa dipakai adalah: Pertama, jangan
memberi ceramah. Hal ini menyebabkan anak menjauh dan tidak akan
mempedulilan informasi yang kita sampaikan. Kedua, Jangan
menggunakan metode yang bersifat menggurui. Anak- anak atau remaja
pada umumnya tidak suka jika menerima informasi yang bersifat
menggurui. Tapi sampaikanlah informasi kepada anak kita pada waktu
atau saat yang disenanginya, seperti ketika menonton TV atau sedang
makan bersama. Ketiga, gunakan gambar-gambar contoh untuk
menjelaskan berbagai jenis Narkoba kalau ada. Dengan demikian mereka
akan langsung mengenalinya, jika pada suatu saat ditawari oleh temannya
atau orang yang tidak dikenal. Keempat, jelaskan juga bahwa
penyalahgunaan Narkoba akan membawa dampak yang tidak
menyenangkan dan membahayakan kondisi kesehatan, bahkan dapat
mengancam keselamatan jiwanya. Kelima, jelaskan juga pada anak kita
untuk selalu berhati-hati terhadap setiap pemberian dari orang yang tidak
dikenal, terutama jika berbentuk makanan atau minuman, karena ada
kemungkinan Narkoba dicampurkan ke makanan dan minuman tersebut.
Keenam, jelaskan bahwa jika seorang memakai Narkoba untuk
menghindari persoalan, menghilangkan rasa sakit atau stress, maka
pengaruh itu hanya bersifat sementara Bisa juga kita memberikan
informasi mengenai narkoba kepada anak-anak kita sesuai dengan kearifan
budaya lokal yang dimiliki setempat. Karena mungkin masing-masing
daerah mempunyai istilah sendiri-sendiri dalam mentransfer nilai suatu
budaya.

1) Sesudah telanjur menjadi korban pengguna.


Menghadapi kondisi seperti ini, keluarga tidak mungkin menangani
korban sendirian, tetapi butuh bantuan pihak terkait, polisi, dokter, rumah
sakit, Badan Narkotika Nasional (BNN), serta balai rehabilitasi sosial.
Keluarga bisa dikatakan gagal mendidik anak, bila ada salah satu anggotanya
terkena kasus dan korban pengguna narkoba. Namun kita tidak bisa

10
menyalahkan keluarga, karena manusia hidup akan selalu berhubungan
dengan orang lain. Nah, yang harus kita ketahui adalah dengan siapa anggota
keluarga kita bergaul dan berhubungan setiap harinya di luar rumah.
Lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi masa depan anggota keluarga.
Korban pengguna narkoba harus dijauhkan dari barang haram ini dan
dijauhkan pula dari para pengguna, pengedar dan pemasok.
Kemudian menjalani rehabilitasi di tempat yang sudah ditentukan oleh
pemerintah. (Pasal 54 UU No. 35 tahun 2009). Rehabilitasi bisa dilakukan di
balai rehabilitasi sosial khusus korban pengguna narkoba milik pemerintah di
bawah naungan Dinas Sosial ataupun yang dikelola oleh swasta seperti
pondok Suryalaya asuhan Abah Anom yang buka cabang juga di Jogjakarta
dan Surabaya. Rehabilitasi ini wajib dan harus dijalani oleh korban, karena
sudah ditetapkan oleh UU dan BNN sebagai pemangku kepentingannya.
Rehabilitasi menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah suatu proses
pemulihan klien gangguan penggunaan narkoba baik dalam jangka waktu
pendek maupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk
mengembalikan fungsi individu di masyarakat. Rehabilitasi pada saat ini
adalah gratis karena sudah di jamin oleh negara dan seorang pecandu akan
diterapi agar bisa sembuh total. BNN yang mewakili pemerintah memiliki
metode tersendiri yang disebut Continuum of Care yaitu proses perawatan
pengobatan dan dukungan secara komprehensif (bersifat mampu menangkap/
menerima dengan baik) dan berkesinambungan.

B. Layanan Responsif
Layanan responsif yaitu tindakan atau tanggapan yang dilakukukan untuk
membantu peseta didik yang sedang memiliki masalah dan membutuhkan
solusi atau bantuan dengan segera, sebab jika tidak dilakukan pertolongan
dengan cepat konseli atau peserta didik akan mengalami hambatan dalam
mencapai tugas perkembangannya. Layanan responsif merupakan salah satu
layanan bimbingan dan konseling yang memiliki tujuan untuk membantu
memenuhi kebutuhan yang dianggap penting oleh peserta didik dengan segera.

11
Layanan responsif bersifat preventif atau mencegah dan juga kuratif atau
mengobati.
Layanan responsif disediakan untuk membantu konseli yang memiliki
masalah dan membutuhkan bantuan dengan segera agar mereka tidak
terhalang dalam mengerjakan tugas perkembangannya. Strategi dalam layanan
responsif termasuk konseling individu, konseling kelompok, konsultasi,
kolaborasi, kunjungan rumah dan rujukan khusus. Layanan responsif
bertujuan untuk membantu konseli atau peserta didik untuk memenuhi
kebutuhan dan memecahkan masalah yang dialami atau membantu konseli
atau peserta didik dalam mengatasi hambatan atau gangguan yang dialami
dalam tugas perkembangannya. Depdiknas menyatakan bahwa pelaksanaan
layanan responsif bertujuan untuk menanggapi masalah yang sedang dihadapi
konseli atau peserta didik atau kepedulian pribadi peserta didik yang dialami
saat itu. Layanan responsif dalam pelaksanaanya menangani beberapa masalah
yang berkenaan dalam bidang pribadi, social, belajar, dan karir.
Strategi layanan ini yang bersifat kuratif, strategi yang digunakan adalah
konseling individual, konseltling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan
responsif ini adalah bidang :
a. Bidang pendidikan, adalah pemilihan program studi di sekolah
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan; dan pemilihan
program studi lanjutan di perguruan tinggi.
b. Bidang belajar, adalah cara belajar efektif dan cara mengatasi
kesulitan belajar.
c. Bidang sosial, adalah cara memilih teman yang baik, cara
memelihara persahabatan yang baik, dan cara pembentukan pola
karier.
d. Bidang pribadi, adalah pembentukan identifikasi karier,
pengenalan karakteristik dan lingkungan pekerjaan, dan
pembentukan pola karier.
e. Bidang tata tertib di sekolah, adalah pengenalan tata tertib sekolah
dan pengembangan sikap serta perilaku disiplin.

12
f. Bidang narkotika dan perjudian, adalah penegenalan bahaya
penggunaan narkotika dan pencegahan terhadap bahaya narkotika.
Aspek-aspek layanan responsif:
a. Bidang Pribadi
b. Bidang sosial
c. Bidang belajar
d. Bidang karier
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau
kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan
dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang
penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini
seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang
pilihan karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya
obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas.
Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang
dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat
perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya,
atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah
konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung
tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang
ditampilkannya.
C. Perencanaan Individual
Perencanaan individual merupakan bantuan kepada konseli agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan
masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya,
serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan segala
karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen dan penyediaan informas yang
akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat
diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang

13
tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk
keberbakatan dan kebutuhan khusus konseli.
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar (1)
memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu
merumuskan tujuan, perencanaan atau pengelolaan terhadap pengembangan
dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir, dan (3)
dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang
telah dirumuskannya.
Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya
memfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir dan pengembangan sosial- pribadi oleh dirinya
sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk
memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individuak
karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan
oleh masing-masing konseli.
Melalui pelayanan perencanaan individual,konseli diharapkan dapat : 1.
Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan
karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi yang didasarkan atas
pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah/madrasah, dunia kerja,
dan masyarakatnya. 2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam
rangka pencapaian tujuannya. 3. Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4. Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.

D. Dukungan Sistem

Dukungan sistem adalah layanan komponen dan kegiatan manajemen, tata


kerja, infrastruktur (Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan
pengembangan kemampuan profesional konselor/guru pembimbing secara
berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta
didik atau mengembangkan perkembangan peserta didik.

14
Tujuan komponen ini memberikan dukungan kepada konselor/ guru
pembimbing dalam memperlancar penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk
memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah/madrasah.

Strategi pelaksanaan dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek:

1. Pengembangan Jejaring (networking) dan profesi


Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor/guru
pembimbing yang meliputi: a). Konsultasi dengan guru-guru; b).
Menyelenggarakan program kerjasama dengan orangtua atau
masyarakat; c). Berpartisipasi dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah/madrasah; d). bekerja
sama dengan personel sekolah/madrasah lainnya dalam rangka
menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
pengembangan konseli; e). melakukan penelitian tentang masalah-
masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling; f).
melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait
dengan pelayanan bimbingan dan konseling.

Dalam hal pengembangan profesi, guru pembimbing harus terus “


mengupdate ” pengetahuan dan keterampilannya melalui:

a. Pelatihan dalam jabatan


b. Aktif dalam organisasi profesi
c. Mengikuti seminar, workshop, atau lokakarya
d. melakukan penelitian dan penelitian
e. Studi lanjutan (Pascasarjana)

2. Kegiatan manajemen
Kegiatan manajemen merupakan upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan bimbingan dan konseling program
bersama melalui (1) pengembangan program; (2) staf

15
pengembangan; (3) pemanfaatan sumber daya; dan (4)
pengembangan penataan kebijakan.
3. Riset dan Pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktivitas konselor
yang berhubungan dengan pengembangan profesional secara
berkelanjutan, yang meliputi a) . Merancang, melaksanakan, dan
memanfaatkan PTK dalam BK sebagai sumber data bagi
kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses
pembelajaran, serta pengembangan program untuk peningkatan
unjuk kerja guru pembimbing profesional; b). Merancang,
melaksanakan, dan mengembangkan aktivitas pengembangan diri
guru pembimbing yang profesional sesuai dengan Standar
Kompetensi Konselor Indonesia (ABKIN); c). kesadaran
komitmen terhadap etika professional ; d).Berperan aktif dalam
organisasi dan kegiatan profesi BK seperti : instansi
pemerintah/swasta, ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia), MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling), Depnakertrans, dan ahli lainnya

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan konseling komprehensif merupakan bentuk layanan yang
menekankan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi,
dan pengentasan masalah konseli. Program bimbingan konseling komprehensif ini
mengandung empat komponen pelayanan, yaitu pelayanan dasar, pelayanan
responsive, perencanaan individual, dukungan sistem. Titik bimbingan dan
konseling komprehensif adalah mengarahkan klien agar mampu mencegah
berbagai hal yang dapat menghambat perkembangannya. Selain itu, melalui hal
pencegahan peserta didik mampu memutuskan dan memilih tindakan-tindakan
tepat yang dapat mendukung perkembangannya.
Adiksi adalah penyakit otak yang dimanifestasikan oleh penggunaan zat
secara kompulsif meskipun konsekuensi yang berbahaya. Orang dengan
(gangguan penggunaan zat memiliki fokus yang kuat untuk menggunakan zat
tertentu, seperti alkohol atau obat-obatan. Mereka terus menggunakan alkohol
atau obat-obatan bahkan ketika mereka tahu itu akan menyebabkan masalah.
Namun sejumlah perawatan efektif tersedia dan orang dapat pulih dari kecanduan
dan menjalani kehidupan normal dan produktif. Dalam penanggulangan masalah
adiksi narkoba, peran konselor sangat dibutuhkan. Konselor memiliki tugas yang
sangat vital yaitu memberikan bimbingan dan konseling agar sang klien dapat
mengubah perilakunya dan tergerak untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
hidupnya dan bisa menentukan pilihan yang produktif.

17
DAFTAR PUSTAKA
Pangestuti, Riana Wibi. "Strategi Layanan Perencanaan Individual Bagi Anak
Berbakat Akademik." Seminar Nasional Bimbingan Konseling Universitas Ahmad
Dahlan. Vol. 2. 2017.
Syarifuddin Gani, ÚTherapeutic Community pada Residen Penyalahgunaan
Narkoba, Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol.1, 2013.
https://slemankab.bnn.go.id/mengapa-adiksi-narkoba-harus-konseling/
Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam Jalur Pendidikan Formal.

http://repository.radenintan.ac.id/18397/1/PERPUS%20PUSAT%20BAB%201%20DAN
%202.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai