Anda di halaman 1dari 9

2.3.

3 Metode penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil

penyuluhan secara optimal. Metode tersebut antara lain:13

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau

seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar

digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyaimasalah atau alasan

yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk

dari pendekatan ini antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah

yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya

klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan

menerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara

antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak

atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk

mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang

lebih mendalam lagi.

2. Metode penyuluhan kelompok


Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar,

metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan

tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang

baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

a) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah yang

pertama yaitu Persiapan. Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri

menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus

mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih

baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat

bantu pengajaran. Selanjutnya yaitu, Pelaksanaan. Kunci keberhasilan

pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran Untuk

dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan

yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu ragu dan gelisah. Suara hendaknya

cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di

depan /dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat

semaksimal mungkin.

b) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap

hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode

yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,

memainkan peranan, permainan simulasi.

3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya

massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan

sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian

rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan

masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari

metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara

pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang

dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.

2.3.4 Pembagian media

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi

yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat

meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif

terhadap kesehatan. Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media,

pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari

pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif.11
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan

kesehatan antara lain adalah:11

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

3. Media dapat memperjelas informasi.

4. Media dapat mempermudah pengertian

5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

6. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

7. Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3

yaitu:11

1. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan, yaitu:

a. Flip chat adalah media penyampaian pesan kesehatan dalam bentuk lembar balik, dimana

tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi informasi yang berkaitan

dengan gambar tersebut.

b. Booklet adalah pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

c. Poster adalah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk

menyampaikan pesan/informasi kesehatan.

d. Leaflet adalah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat, gambar atau

kombinasi melalui lembaran yang dilipat.

e. Flayer adalah seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai suatu masalah kesehatan.

g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.


2. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan memiliki

jenis yang berbeda, antara lain:

a. Televisi: penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk sandiwara, diskusi, kuis dan

cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

b. Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab, sandiwara radio

dan ceramah tentang kesehatan.

c. Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang berhubungan

dengan kesehatan.

d. Slide dan film strip

3. Media papan (bill board) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan pesan

kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran

yang ditempel pada kendaraan umum.

Keberhasilan dari suatu penyuluhan dapat dipengaruhi oleh faktor orang yang

memberikan penyuluhan, faktor dari proses jalannya penyuluhan dan faktor dari sasaran

penyuluhan. Faktor penyuluh contohnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan

disampaikan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat

dimengerti, suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar. Faktor sasaran penyuluhan seperti

tingkat pendidikan terlalu rendah, tingkat sosio-ekonomi yang terlalu rendah, kepercayaan dan

adat istiadat yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah. Sedangkan faktor proses

misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat

penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian, jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan

terlalu banyak, alat peraga kurang memenuhi, metode yang digunakan kurang tepat dan bahasa

yang digunakan sulit dimengerti oleh sasaran.11


DAFTAR PUSTAKA

1. Tavassoli FA, Devilee P. World health organization classification of tumours: Pathology and
genetics of tumours of the breast and female genital organs. Lyon: IARC Press; 2003.

2. Globocan. Breast cancer incidence, mortality and prevalence worldwide in 2008 summary,
International agency for research on cancer. [internet] 2008. [sitasi 03 Desember 2014].
Diunduh dari: http://www.globocan.iarc.fr.

3. Siegel R, Naishadham D, Jemal A. Cancer statitics 2012. CA Cancer J Clin. 2012;62:h.10


29.

4. Departemen Kesehatan Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2007. internet 2007. [sitasi 3
Desember 2014]. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/profil kesehatan 2007.

5. Dharmais.co.id. Statistik kanker: 10 besar kanker tersering RSKD rawat jalan (kasus baru)
tahun 2007. [sitasi 5 Desember 2014]. Diunduh dari:
http://www.dharmais.co.id/index.php/cance-statistic.html.

6. Chong PN, Krishnan M, Hong CY, Swah TS. Knowledge and practice of breast cancer
screening amongst public health nurse in Singapore. Singapore Med J. 2002; 43(10):h.509-
516.

7. World Health Organization. The global burden of disease: 2004 Update. Geneva : World
Health Organization; 2011.

8. Rosolowich, Vera. Breast self-examination. J Obstet Gynaecol Can. 2006; 28(8):h.728-730.

9. Retnowati V. Study intervensi pemberian pelatihan SADARI (pemeriksaan payudara


sendiri) pada ibi-ibu PKK di wilayah Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Karya
tulis ilmiah. Sragen; 2007.

10. Notoatmodjo S. Pendidikan dan prilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.

11. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.

12. Surajiyo. Filsafat ilmu & perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara; 2007.

13. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Cetakan I. Jakarta: PT. Rineka Cipta;
2007.
14. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka cipta; 2007:h.144-9.

15. Nursalam, Ferri E. Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika;
2007:h.213-4.

16. Arikunto, Suharsini. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik; edisi revisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta; 2006.

17. Hendra, AW. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. [internet] 2008. sitasi 10
Desember 2014. Diunduh dari: http: //ajang-berkarya. Wordpress. Com/ 2008/ 06/ 07/
Konsep Pengetahuan/ 17/ 05/ 2011.

18. Efendi F, Makhfudl. Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika;
2009.h.102-3.

19. Azwar S. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Liberti; 2005.

20. Notoatmodjo S. Konsep perilaku kesehatan. Dalam: Promosi kesehatan teori & aplikasi edisi
revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

21. Azwar S. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009.

22. Purwanto H. Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 1998.

23. American Cancer Society. Breast cancer facts & figures 2009-2010. Atlanta: American
Cancer Society; 2009.

24. Hidayat AA. Metodologi penelitian kebidanan teknik analisis data. Jakarta: EGC; 2007.

25. Machfoedz I. Teknik membuat alat ukur penelitian bidang kesehatan, keperawatan, dan
kebidanan. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.

26. Zuriah. Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan dan sosial. Malang: Banyu Publishing;
2003.

27. Niven N. Psikologi kesehatan. Jakarta: RGC;2002.


28. Effendy OU. Ilmu Komunikasi teori dan praktek. Cetakan kesembilanbelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya;2003.

29. Mulyani NS, Rinawati M. Kanker payudara & PMS pada kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2013.

30. Nugroho T. Asi dan tumor payudara. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.

31. Olfah Y, Mendri NK, Badiah A. Kanker payudara & sadari. Yogyakarta: Nuha Medika;
2013.

32. Sari RM. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan risiko kanker payudara pada remaja
putri di MAN 2 Banda Acehskripsi, tidak diterbitkan. Banda Aceh; 2013.

33. Lewis SM, Margaret MH, Shannon RD. Medical surgical nursing : Assesment and
management of clinical problems. St.Louis,Missouri : Mosby Elsevies; 2007.

34. Ghazali. Carcinoma mamae pada wanita; 2007. sitasi tanggal 20 Desember 2014.

35. Watik A. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada; 2007.h.128.

36. Febrita M. Pengetahuan dan sikap wanita tentang pemeriksaan payudara sendiri sebagai
deteksi dini kanker payudara sendiri sebagai deteksi dini kanker payudara di wilayah kerja
Puskesmas Garuda Pekanbaru Tahun 2011 skripsi. Fakultas Kedokteran: Universitas Riau.
Pekanbaru; 2011.

37. Prasetyo B, Jannah L. Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada;
2007.

38. Hutomo HR. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penurunan nyeri dysmenorrhea pada
anggota PKK di desa Margo Asri, Puro, Karang Malang, Sragen skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan: Universitas Muhammadyah Surakarta; 2014.
39. Sungkar S, Winita R, Kurniawan A. Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan masyarakat
dan kepadatan Aedes aegypti di Kecamatan Bayah provinsi Banten. Makara kesehatan.
2010;14(2):81-5. Diunduh dari: http://journal.ui.ac.id/health/article/download/688/655

40. Kusumawardani E. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan, sikap


dan praktik ibu dalam pencegahan demam berdarah dengue pada anak. Jurnal Media Medika
Muda. Sitasi .26 Juli 2012.
41. Benthem BHB, Khantikul N, Panart K, Kessels PJ,Somboon P, Oskam L. Knowledge and
use of prevention measures related to dengue in northern Thailand: Trop. Med. Int. Health;
2002.h.993-9.

42. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2001.

43. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik 9th ed. Trans. Mukti
AG. Jakarta: EGC; 1995.p. 318-20.

44. Makhfudli, Effendi F. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.h. 101-4.

45. Merdhika WAR, Mardji, Devi M. Pengaruh penyuluhan asi ekslusif dan sikap ibu menyusui
di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar skripsi. Fakultas Teknik: Universitas Negeri
Malang. Malang; 2014.

46. Utami S. Sikap (Attitude). Diakses pada tanggal 1 maret 2015. Diunduh dari:
http://www.Nurul_Q.Staff.Gunadarma.Ac.Id ; 2008.

Anda mungkin juga menyukai