PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
angka 34/1.000 kelahiran hidup, tahun 2012 turun menjadi 32/1.000 kelahiran
hidup, dan pada tahun 2017 AKB turun hingga mencapai angka 24/1.000
Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal.
salah satunya asfiksia sebesar 37% yang merupakan penyebab kedua kematian
kerangka kerja 15 tahun kedepan yang dimulai dari tahun 2016 dengan salah
satu tujuan dari SDGs yaitu menurunkan AKI dan AKB, SDGs menargetkan
1
pada tahun 2030 penurunan AKI secara global menjadi 70 per 100.000
kelahiran hidup, dan mengurangi AKB menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup
(Prapti, 2015).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Cot Murong.
2
c. Mampu merumuskan diagnosa potensial pada Bayi Ny. L di PMB
Cot Murong.
Murong.
C. Manfaat Penelitian
dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari studi yang telah didapat
pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi sumber ilmu
dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta menjadi sumber
2. Bagi Penulis
3
Ikterus fisiologis dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara
khususnya pada kasus ikterus dan di PMB Safrana Cot Murong dapat lebih
diturunkan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teoritis kasus
1. Pengertian ikterus
pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan
lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir
patologis. Ikterus atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam batas
a. Ikterus Fisiologis
terkonjugasi pada minggu pertama > 2mg/dL. Pada bayi cukup bulan
menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan yang lambat
mendapat ASI kadar bilirubin puncak akan mencapai kadar yang lebih
5
b. Ikterus Patologis
total serum 0,5 mg/dL/jam. Ikterus diikuti dengan adanya tanda – tanda
menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea atau suhu
yang tidak stabil ). Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan
komponen yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah)
di bawah kulit. Pada saat masih dalam kandungan, janin membutuhkan sel
darah merah yang banyak karena paru-parunya belum berfungsi. Sel darah
merah mengangkut oksigen dan nutrisi dari ibu ke bayi melalui plasenta.
Sesudah bayi lahir, paru-parunya sudah berfungsi, sehingga darah merah ini
tidak dibutuhkan lagi dan dihancurkan. Salah satu hasil pemecahan itu adalah
bilirubin.
infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari
6
b. Pascahepatik (obstruktif)
konjungasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk ke dalam aliran
darah, kemudian sebagian masuk dalam ginjal dan diekskresikan dalam urine.
Sementara itu, sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera
berwarna kuning kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi saluran
berkurang, sehingga fases akan berwarna putih keabu-abuan, liat, dan seperti
dempul.
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami
dieksresikan oleh ginjal karena sifatnya mudah larut dalam air, namun
a. Faktor Maternal :
4) ASI
b. Faktor Perinatal :
7
2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
c. Faktor Neonatus :
1) Prematuritas
d. Faktor genetik :
1) Polisitemia
4) Hipoglikemia
5) Hipoalbuminemia
a. Fisiologis :
2) Kadar bilirubin inderect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari.
b. Patologis :
8
4) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
4. Penanganan
a. Ikterus fisiologis
2) Memandikan
9) Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah (misalnya feses berwarna
putih keabu-abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera
hari.
b. Ikterus sedang
9
3) Letakkan bayi di tempat yang cukup sinar matahari ± 30 menit, selama
3-4 hari
5) Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan
c. Ikterik berat
pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
10
yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam
oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis.
Mengantisipasi Penanganannya.
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
11
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Aman.
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh
12
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
langkah yang menggunakan SOAP. Metode ini merupakan inti sari proses
1. Data Subyektif
13
2. Data Obyektif
yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
informasi darikeluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif
ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
3. Assesment
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-2, ke-3 dan ke-4
4. Planning
Planning atau perencanaan (P) adalah membuat rencana asuhan saat ini
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang
14
ingin dicapai dalam batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus
mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil
tertulis.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
a. Identitas
16
Suku : Aceh Suku : Aceh
2) Data Subjektif
komplikasi apapun.
- Bayi Ny. L sudah berumur 4 hari, ibu mengatakan bayi kuning sejak 2 hari
yang lalu.
- Ny. L mengatakan bayi tidur pulas, tidak rewel, dan malas menyusu.
3) Data Objektif
Tanda vital
Pernafasan : 42 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
PB : 48 cm
Pemeriksaan Fisik
17
Hidung : Normal
Leher : Normal
Dada : Simetris
Punggung : Normal
Ekstremitas : Simetris
Menangis : Kuat
Menghisap : Lemah
Refleks Moro :+
Refleks Rooting :+
Refleks Sucking :+
Refleks Graphs :+
Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar dada : 34 cm
18
II. Identifikasi Masalah, Diagnosa danKebutuhan
2. Data Dasar
a) Data Subjektif :
komplikasi apapun.
menyusu.
b) Data Objektif
K/U : Sedang
Menangis : Kuat
Menghisap : Lemah
Mata : Ikterik
Pernafasan : 42 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
BB : 2.700 gram
PB : 48 cm
19
c) Masalah : Ikterik
jam sekali.
Ikterus Patologis
Tidak ada
V. Rencana Asuhan
6. Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan
7. Lakukan pendokumentasian
VI. Pelaksanaan
20
3. Memberikan asi sesering mungkin setiap 2 jam sekali untuk menurunkan
4 hari.
5. Melakukan perawatan tali pusat, dengan cara tali pusat tetap kering dan
6. Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya ke rumah sakit
7. Melakukan pendokumentasian.
VII. Evaluasi
2. Pakaian / popok bayi yang basah dan kotor sudah diganti, bayi tampak
21
PENDOKUMENTASIAN DALAM BENTUK SOAP
S:
komplikasi apapun.
- Bayi Ny. L sudah berumur 4 hari, ibu mengatakan bayi kuning sejak 2 hari
yang lalu.
- Ny. L mengatakan bayi tidur pulas, tidak rewel, dan malas menyusu.
O:
K/U : Sedang
Menangis : Kuat
Menghisap : Lemah
Mata : Ikterik
Pernafasan : 42 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
BB : 2.700 gram
PB : 48 cm
22
P:
keadaan bayi.
2. Menjaga kehangatan bayi dengan mengganti pakaian dan popok bayi bila
sudah basah untuk mecegah hipotermi. Pakaian / popok bayi yang basah
dan kotor sudah diganti, bayi nyaman dan tidak ada tanda diaper rush.
pecah jika bayi banyak mengeluarkan fases dan urine. Bayi sudah
posisi terlentang dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap, selama 3-4
5. Melakukan perawatan tali pusat, dengan cara tali pusat tetap kering dan
6. Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya ke rumah sakit
anjuran bidan.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
warna kulit bayi kekuningan dan muncul 2 hari setelah bayi lahir sesuai dengan
teori. Bayi Ny. L lahir secara spontan pada tanggal 19 April 2019 di PMB Safrana
observasi langsung yaitu Ny. L mengatakan kulit bayi berwarna kuning sejak 2
hari yang lalu, bayi males menyusu, tidur pulas dan tidak rewel. Data objektif
diperoleh dengan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dengan inspeksi dengan
hasil bagian muka, badan kaki dan bola mata bayi berwarna kuning. Lalu
ditegakkannya analisa kebidanan pada Bayi Ny. L umur 4 hari dengan ikterus
fisiologis. Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada Bayi Ny. L jika tidak
ditangani yaitu ikterus fisiologis dan harus mendapatkan perawatan dari rumah
holistik, menjaga kehangatan bayi dengan mengganti pakaian dan popok bayi bila
sudah basah untuk mecegah hipotermi. Memberikan asi sesering mungkin setiap 2
jam sekali untuk menurunkan kadar bilirubin dengan memberikan cukup ASI,
karena bilirubin dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan fases dan urine.
24
terlentang dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap, selama 3-4 hari.
Melakukan perawatan tali pusat, dengan cara tali pusat tetap kering dan tidak
perlu dibubuhi apapun. Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya
ke rumah sakit bayinya jika keadaan bayi bertambah parah serta mengeluarkan
Pada kasus ini pelaksanaan tindakan terapi terhadap Bayi Ny. L umur 4
hari dengan ikterus fisiologis sudah sesuai dengan rencana asuhan yang
menyeluruh. Setiap rencana dapat dilakukan dengan baik terhadap pasien. Hal ini
didukung oleh adanya kerjasama baik antara pasien, keluarga, bidan maupun
sesuai dengan teori mengenai asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ikterus
fisiologis.
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baru Lahir dengan Ikterus Fisiologis di PMB Safrana Cot Murong, maka
1. Bayi Ny. L lahir tanggal 19 April 2019 jam 16.30 Wib, pada tanggal 22
April 2019 dilakukan kunjungan masa nifas di dapatkan hasil mkulit bayi
adalah dengan memberikan asi sesering mungkin setiap 2 jam sekali dan
B. Saran
1. Klien
26
b. Secepatnya membawa ke pelayanan kesehatan apabila terdapat
2. Institusi Pendidikan
3. Mahasiswa
menerapkan pada ibu dan bayi, asuhan yang diberikan sesuai dengan
27
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2007) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan. Jakarta
28