Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi diseluruh dunia diperkirakan 11 juta setiap tahun,

66% kematian bayi terjadi pada masa neonatal dan 40 % kematian neonatal terjadi

pada umur satu minggu pertama kehidupan atau neonatal dini (Suryati ,2004).

Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran

hidup paada tahun 2003 (Depkes RI 2005). Berdasarkan Survey Demografi Dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 angka kematian bayi di Indonesia masih

tinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya, Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Neonatal

(AKN) sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup, 50% dari kematian neonatal terjadi

pada BBLR dan kematian bayi baru lahir sampai umur 7 hari lebih dari 50%

kematian bayi (Suryati 2004).

Salah satu faktor penyebab kematian bayi adalah kelahiran bayi dengan

berat rendah termasuk didalamnya bayi dengan kelahiran prematurias dan bayi

kecil untuk masa gestasi, asfiksia, infeksi cacat bawaan. Hasil penelitian Reyston

dan Amstrong (1989), dalam penelitian premawari (2003), factor resiko yang

berhubungan dengan kejadian kematian bayi adalah pendidikan ibu, pekerjaan

ibu, umur ibu saat melahirkan, jarak kehamilan, jumlah anak (Darminto dkk,

2004). Bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah

satu factor resiko yang mempumyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya

1
pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan

mental dan fisik pada usia tumbuh kembang ,sehingga membutuhkan biaya

oerawstan yang tinggi ( DEPKES 2006).

Prevelensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan

batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di Negara –negara berkembang atau

sosio-ekonomi lemah. Secara statistic menunjukkan 90% kejadian BBLR

didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibanding pada bayi lebih dari 2500 gram (Dinkes,2007).

Secara teori , factor resiko terjadinya BBLR adalah factor janin (kelahiran

premature, hidramnion, kehamilan kembar, kelainan kromosom). Sedangkan dari

factor ibu sendiri adalah jarak kehamilan dan penyakit ibu saat hamil. Factor

lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR adalah tempat tinggal di

daratan tinggi, radiasi, social ekonomi, dan paparan zat-zat racun. (Israr ,Y.A,

2007).

Menurut Zaenab R.SKM dan Joeharno SKM (2006) bahwa usia ibu , jarak

kehamilan dan penyakit ibu saat hamil (anemia) berhubungan dengan kejadian

BBLR, sedangkan menurut Mainase (2007) jarak kehamilan , gizi ibu, dan

gangguan kesehatan ibu tidak ada hubungan dengan kejadian BBLR. Maka dari

itu, karena mengingat masih tingginya prevalensi kejadian BBLR sehingga

penulis mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada By.Ny.R dengan

Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) di Ruang NICU RSU Cut Meutia

2
Kabupaten Aceh Utara”.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada bayi baru

lahir dengan BBLSR di RSUD Cut Meutia pada tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat melakukan pengkajian data pada By. Ny. R

b. Untuk dapat melakukan interpretasi data dasar pada By. Ny. R.

c. Untuk dapat mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial pada

By. Ny. R.

d. Untuk dapat melakukan tindakan segera atau kolaborasi pada By.

Ny.R

e. Untuk dapat menyusun rencana asuhan pada By. Ny. R

f. Untuk dapat memberikan tindakan yang tepat pada By. Ny. R

g. Untuk dapat melakukan evaluasi pada By. Ny. R.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teoritis kasus

1. Pengertian

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir dengan

berat badan di bawah normal kisaran 1000 – 1500 gram (Indrasanto dkk,

2008). Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir

dengan berat badan di bawah normal kisaran 1000 – 1500 gram pada usia

kehamilan kurang dari 37 minggu (Nelson, 2010).

2. Etiologi

Berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari

ibu maupun dari bayi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Status gizi ibu hamil

Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi

yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan cukup. Namun,

kekurangan gizi yang adekuat dapat menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah.

(Pilliteri, 2002).

Status gizi ibu sebelum hamil berperan dalam pencapaian gizi ibu saat

hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum

hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu

dengan status gizi kurang (kurus) selama hamil mempunyai resiko 4,27 kali

untuk melahirkan bayi BBLR di bandingkan dengan ibu yang mempunyai

4
status gizi baik (normal). (Lubis, 2005).

b. Umur ibu saat hamil

Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak

permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan

bayi bisa prematur dan berat badan lahir kurang. Hal ini disebabkan karena

wanita yang hamil muda belum bisa memberikan suplai makanan dengan baik

dari tubuhnya untuk janin di dalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga

bisa menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri masih membutuhkan sel

darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan janin yang ada dalam

kandunganya. (Teresa S, 2002).

c. Umur kehamilan

Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua

kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur

kehamilan 28 minggu berat janin ± 1.000 gram, sedangkan pada kehamilan 37-

42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 2.500-3.500 gram. (Sastro, 2002)

d. Kehamilan ganda

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat

menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan ibu untuk

pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi

seperti anemia hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim.

e. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang masalah

kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik pada

5
diri maupun perawatan kehamilanya serta pemenuhan gizi saat hamil. (Bobak,

2004).

f. Penyakit ibu

Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir bayi jika

diderita oleh ibu yang sedang hamil,misalnya :

1) Jantung

2) Hipertensi

3) Pre-Eklamsi dan Eklamsi

4) Diabetes Melitus

Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi pertumbuhan intrauterine

(IURG) janin, yang menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil dan lemah

dari pada yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan. (Datta, 2004).

g. Faktor kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti merokok,

minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang salah

dapat menyebabkan anomaly plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi

yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu

mengantar makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan jug adapt

merupakan faktor pencetus terjadinya masalah Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR).

Menurut Sarwono (2005), Bayi Berat Lahir Sangat Rendah disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu :

6
a. Faktor ibu :

1) Penyakit : Toxemia gravidarum (keracunan kehamilan), perdarahan

ante partum, trauma fisik atau psikologis, nefritis akut (peradangan

ginjal), diabetes mellitus.

2) Usia ibu : Kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun,

multigravida dengan jarak kehamilan dekat.

3) Keadaan sosial ekonomi rendah.

b. Faktor janin : Hidramnion, gemeli, kelainan kromosom

c. Faktor lingkungan : Radiasi, tinggal di dataran tinggi, zat racun.

3. Klasifikasi

Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah dibagi menjadi dua golongan :

a. Prematuritas murni

Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan yang kurang dari

37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia

kehamilan (berat terletak antara persentil ke-10 sampai persentil ke-90),

pada intrauterus growth curve atau di sebut :

1) Neonatus Kurang Bulan – Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB -

SMK).

2) Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NCB - SMK).

3) Neonatus Lebih Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NLB - SMK).

b. Dismatur

Dismatur adalah bayi dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk

7
masa gestasi / kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK). Dismatur

dapat terjadi dalam preterm, term dan post term yang terbagi dalam :

1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB - KMK).

2) Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB - KMK).

3) Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB - KMK).

(Maryunani, 2013).

4. Tanda-tanda bayi berat lahir rendah

Tanda - tanda bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Menurut

Proverawati (2010), Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah mempunyai

tanda – tanda :

a. Berat kurang dari 2500 gram.

b. Panjang kurang dari 45 cm.

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

g. Kepala lebih besar.

h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.

i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.

j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada

lengan dan sikunya.

8
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.

l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,

telapak kaki halus, kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari.

m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif

dan tangisnya lemah.

n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100 - 140 kali/ menit.

o. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang.

Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. Bayi

dengan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) yaitu bayi baru lahir

dengan berat badan kurang dari 1500 gram juga sering disebut neonates

imatur, jadi tanda – tanda Bayi Berat Lahir Sangat Rendah sama dengan tanda

– tanda bayi berat lahir rendah/ prematur yang membedakan hanya berat

badan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah yaitu kurang dari 1500 gram (Nelson,

2010).

5. Masalah – masalah Bayi Berat Lahir Sangat Rendah

Menurut Ika Pantiawati (2010), masalah - masalah yang terjadi :

1) Hipotermi

Suhu bayi kurang dari 36,5° C dan bayi teraba dingin, kurang aktif dan tangis

lemah, malas minum, kulit mengeras kemerahan frekuensi jantung < 100 x/

menit, nafas pelan dan dalam.

9
2) Hipoglikemia

Kadar glukosa darah kurang 45 mg/ dl, kejang, tremor, letargi/ kurang aktif,

timbul saat lahir sampai dengan hari ke tiga, riwayat ibu dengan diabetes

milletus, hipotermi, sianosis, apneu intermiten.

3) Ikterik/ hiperbilirubin

Puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, dan ekstremitas berwarna kuning,

konjungtiva berwarna kuning pucat, kejang, kemampuan menghisap menurun,

letargi, kadar bilirubin bayi lebih dari 10 mg/ dl.

4) Infeksi/ sepsis

Bayi malas minum, suhu bayi hipertermi atau hipotermi, terdapat gangguan

nafas, letargi, kejang, kulit ikterus.

5) Gangguan pernafasan

Pernafasan tidak teratur, merintih waktu ekspirasi, thoraks yang lunak dan otot

respirasi yang lemah, resiko aspirasi akibat belum terkoordinirnya reflek

menghisap dan reflek menelan.

6) Perdarahan intracranial

Kegagalan umum untuk bergerak normal, reflek moro menurun atau tidak ada,

tonus otot menurun, letargi (kesadaran menurun), pucat dan sianosis

(kebiruan), apnea (henti nafas), muntah yang kuat, tangisan bernada tinggi dan

tajam, kejang, kelumpuhan, gagal menetek.

6. Penatalaksanaan

Menurut Weni (2009), penatalaksanaan yang dapat dilakukan :

a. Menjaga kehangatan dan mempertahankan suhu tubuh bayi

10
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan

menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi

dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relative luas.

Oleh karena itu, bayi prematur harus dirawat didalam incubator sehingga

panas badannya mendekati dalam rahim (Atika, 2010).

Inkubator adalah salah satu alat medis yang berfungsi untuk

menjaga suhu sebuah ruangan supaya suhu tetap konstan/ stabil. Bayi

umur 1 - 10 hari dengan suhu 35° C, bayi umur 11 hari – 3 minggu dengan

suhu 34° C, bayi umur 3 – 5 minggu dengan suhu 33° C, bayi umur lebih

dari 5 minggu dengan suhu 32° C. Apabila suhu kamar

28 - 29° C hendaknya diturunkan 1° C setiap minggu dan apabila berat

badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat diluar incubator

dengan suhu 27° C (Sudarti dan fauziah, 2013).

b. Nutrisi

1) Bila keadaan bayi sehat

ASI peras minumkan lewat NGT, minumkan 8x dalam 24 jam tiap 3

jam sekali, lanjutkan dengan cangkir/ sendok bila keadaan stabil, jika

baik dengan cangkir/ sendok langsung menyusu pada ibunya.

Tabel 2.1 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sehat


Umur (hari)
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI
tiap 3 jam 10 15 18 22 26 28 30
(ml/ kali)
(Sudarti dan Fauziah, 2013)

11
2) Bila keadaan bayi sakit

Berikan cairan IV 24 jam pertama, berikan ASI peras lewat NGT, beri

minum 8x dalam 24 jam tiap 3 jam, jika masih lapar bisa di tambah

ASI/ PASI, lanjutkan pemberian minum lewat cangkir/ sendok, bila

keadaan stabil, bila minum dengan cangkir/ sendok baik, maka

langsung menyusu ibu.

Tabel 2.2 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit


Umur (hari)
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan
cairan IV (ml/
3 3 3 2 2 0 0
jam atau tetes
mikro/ menit)
Jumlah ASI
tiap 3 jam 0 6 9 16 20 28 30
(ml/kali)
(Sudarti dan Fauziah, 2013)

c. Mencegah infeksi yang ketat

Memberi perlindungan pada bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah

dari bahaya infeksi dengan cara bayi tidak boleh kontak dengan penderita

infeksi dalam bentuk apapun itu. Digunakan masker dan baju khusus

dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat dan kulit dilakukan

dengan teknik septik dan antiseptik serta begitupun dengan alat-alat yang

digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien

ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama.

Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang

masih lemah, kemampuan leokosit masih kurang, serta pembentukan

12
antibodi belum sempurna (Atikah, 2010).

Memisahkan bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak

terkena infeksi, mencuci tangan setiap sebelum dan sesuah memegang

bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera setelah tidak di pakai lagi

dengan antiseptik, membersihkan ruangan pada waktu tertentu, setiap bayi

diwajibkan mempunyai perlengkapan sendiri, kalau mungkin bayi di

mandikan di tempat tidur masing – masing dengan perlengkapan sendiri,

merawat kulit dan tali pusat bayi dengan sebaik – baiknya, pengunjung

tidak di perbolehkan masuk di ruang perawatan bayi (Wiknjosastro, 2005).

d. Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi dan

erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat

badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

Pada umumnya bayi berat lahir kurang dari 1500 gram bayi diberi minum

melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila

daya hisap cukup baik maka pemberian air susu ibu diteruskan

(Winkjosastro, 2005).

e. Pemberian Oksigen

Oksigen hanya diperlukan bila bayi mengalami sianosis atau

kesulitan bernafas. Oksigen diberikan dengan aliran rendah untuk

membuat bayi tetap berwarna merah muda ( kurang lebih 0,5 liter / menit

13
dan tidak boleh lebih dari 10 liter/ menit) (Yuliasti, 2010).

f. Pemberian injeksi dosis pertama, jika terjadi kemungkinan infeksi bakteri :

gentamisin 4 mg/ kg BB I.M (atau kanamisin), ditambah ampisilin 100

mg/kg BB I.M (atau benzil penisilin) (Saifuddin, 2010).

B. Teoritis manajemen asuhan kebidanan menurut varney

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis

dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik

klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan

alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani

kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

Langkah langkah manajemen kebidanan sebagai berikut :

1. Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah

berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi

yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap

selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data

subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan

kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.

14
2. Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar

yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan

diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah

keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis

tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-

hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan

hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.

Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam

lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose

kebidanan.

3. Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap

mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.

Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi

masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan

terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis

15
potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang

bersifat antisipasi yang rasional atau logis.

4. Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera dan Kolaborasi

Mengindentifkasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

5. Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.

6. Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri,

ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,

misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

7.Langkah 7 : Mengevaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi

16
dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika

memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

A. Teori teknik pendokumentasian kebidanan (SOAP)

Pada asuhan kebidanan ini penulis menggunakan pendokumentasian 4

langkah yang menggunakan SOAP. Metode ini merupakan inti sari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan 7 langkah Varney (JHPIEGO,2003).

Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP yaitu :

1.Data Subyektif

Data Subyektif ( S ) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data) terutama data yang

diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya

yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini

nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

2.Data Obyektif

Data Objektif ( O ) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh

melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium atau diagnostic lain. Catatan medic dan informasi darikeluarga atau

17
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan

bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3.Assesment

Analysis atau assessment ( A ) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-2, ke-3 dan ke-4 sehingga

mencakup hal-hal berikut ini : diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau

masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera

untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera

harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri,

tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

4.Planning

Planning atau perencanaan ( P ) adalah membuat rencana asuhan saat ini

dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan

interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya

kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam

batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien

mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan

lain antara lain dokter.

18
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY.R DENGAN BERAT BADAN

LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR) DI RUANG NICU

RSUD CUT MEUTIA KABUPATEN

ACEH UTARA

1. PENGKAJIAN

Tanggal : 28 Januari 2019

Tempat : RSUD Cut Meutia Aceh Utara

Jam : 13.30 WIB

a. Identitas

1). Biodata bayi

Nama : By. Ny. R Tanggal lahir : 10 Januari 2019

Jenis kelamin : Perempuan Jam : 11.00 WIB

Alamat : Blang Pulo RM : 10.73.93

Tanggal masuk : 10 Januari 2019

2). Biodata orang tua

Nama ibu : Ny. R Nama ayah : Tn. F

Umur : 37 Tahun Umur : 41 tahun

19
Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Aceh Suku : Aceh

Pendidikan : Diploma IV Pendidikan : Diploma III

Pekerjan : Guru Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Blang Pulo Alamat : Blang Pulo

b. Data Subjektif

- Bayi Ny. R sudah dirawat di ruang Nicu selama 19 hari

- Bayi Ny. R dirujuk dari RS. Arun dengan riwayat ibu plasenta previa

dengan umur kehamilan 29 minggu

- Bayi lahir melalui persalinan Seksio sesarea

c. Data Objektif

Keadaan umum : Lemah

Tanda vital

Nadi : 144 x/menit

Pernafasan : 42 x/menit

Suhu : 36,6 ºC

BB sekarang : 1300 gram

PB : 42 cm

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Tidak tampak simetris dan berbentuk lonjong

Mata : Simetris kiri dan kanan

Telinga : Simetris kiri dan kanan

20
Hidung : Normal

Leher : Normal

Dada : Simetris

Tali pusat : Tali pusat tidak berdarah, bernanah, dan tidak

berbau

Punggung : Normal

Ekstremitas : Simetris

Genetalia : Labia mayora belum menutupi labia minora

Anus : Terdapat lubang anus

Refleks Moro :+

Refleks Rooting :+

Refleks Sucking :+

Refleks Graphs :+

Lingkar kepala : 30 cm

Lingkar dada : 28 cm

BAB : 2 kali/hari

BAK : Ada

B. Identifikasi Masalah, Diagnosa danKebutuhan

Diagnosa : Bayi Ny.R umur 19 hari dengan berat badan lahir sangat rendah

Data Dasar :

- Bayi Ny. R sudah dirawat di ruang Nicu selama 19 hari

- Bayi Ny. R dirujuk dari RS. Arun dengan riwayat ibu plasenta previa

dengan umur kehamilan 29 minggu

21
- Bayi lahir melalui persalinan Seksio sesarea

C. Masalah Potensial

Penurunan Berat Badan

D. Tindakan Segera

Tidak ada

E. Rencana Asuhan

1. Beri penjelasan mengenai keadaan bayi pada keluarga

2. Observasi keadaan umum bayi dengan mengukur tanda-tanda vital

3. Monitoring suhu incubator

4. Bersihkan bayi dan ganti popok setiap 6 jam sekali

5. Berikan diet susu formula 25 cc/2 jam secara oral

6. Pantau pola pernapasan bayi

7. Kolaborasi pemberian obat

8. Lakukan pendokumentasian

F. Pelaksanaan

1. Memberikan penjelasan mengenai keadaan bayi pada keluarga

2. Melakukan observasi keadaan umum bayi dengan mengukur tanda-tanda

vital. Hasil pemeriksaan : Pols : 144 x/I, RR : 42 x/I, T : 36, 6 º

3. Melakukan monitoring suhu incubator

4. Membersihkan bayi dan ganti popok setiap 6 jam sekali

5. Memberikan diet susu formula 25 cc/2 jam secara oral

6. Memantau pola pernapasan bayi

22
7. Melakukan kolaborasi pemberian obat

a. IVFD Dextrose 5% + NaCl 0, 225% 8 tpm.

b. Solvita drop 1 x 0,2 cc

c. Gentamicin tetes mata 3 x 1

8. Melakukan pendokumentasian

G. Evaluasi

Sudah dilakukan asuhan pada bayi Ny. R sihingga bayi terhindar dari

resiko penurunan berat badan.

B. Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP

1. SOAP 1 (Tanggal: 28 Januari 2019) Jam : 13.30 WIB

S : - Bayi dirujuk dari RS. Arun dengan riwayat persalinan Sectio Caesarea,

riwayat ibu dengan plasenta previa, usia kehamilan 29 minggu.

O:

K/U : Lemah

HR : 144 x/menit

RR : 42 x/menit

T : 36,6 ºC

BB : 1300 gram

PB : 42 cm

JK : Perempuan

Menangis : Kuat

Menghisap : Kuat

23
Tonus otot : Aktif

Kulit : Kemerahan seluruh badan

Sakit mata : Berkurang

BAB/BAK : Normal

A : By. Ny. R umur 19 hari dengan BBLSR

P:

1. Melakukan observasi keadaan umum bayi dengan mengukur tanda-tanda

vital.

2. Melakukan monitoring suhu incubator

3. Membersihkan bayi dan ganti popok setiap 6 jam sekali

4. Memberikan diet susu formula 25 cc/2 jam secara oral

5. Memantau pola pernapasan bayi

6. Melakukan kolaborasi pemberian obat

a. IVFD Dextrose 5% + NaCl 0, 225% 8 tpm.

b. Solvita drop 1 x 0,2 cc

c. Gentamicin tetes mata 3 x 1

2. SOAP 2 (Tanggal 29 Januari 2019) Jam : 10.00 WIB

S : By. Ny. R sudah dirawat hari ke-20

O:

K/U : Membaik

HR : 140 x/menit

RR : 44 x/menit

24
T : 36,7 ºC

BB : 1300 gram

PB : 42 cm

Menangis : Kuat

Menghisap : Kuat

Tonus otot : Aktif

Kulit : Kemerahan seluruh badan

Sakit mata : Berkurang

BAB/BAK : Normal

A : By.Ny.R umur 20 hari dengan BBLSR

P:

1. Melakukan observasi keadaan umum bayi dengan mengukur tanda-tanda

vital.

2. Melakukan monitoring suhu incubator

3. Membersihkan bayi dan ganti popok setiap 6 jam sekali

4. Memberikan diet susu formula 25 cc/2 jam secara oral

5. Memantau pola pernapasan bayi

6. Memberitahu keluarga bahwa perkembangan bayi mulai membaik dan

sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.

25
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan proses asuhan kebidanan pada By. Ny.R, penulis akan

membahas antara teori dengan kenyataan. Dalam pembahasan dimulai dari

pengkajian, analisis diagnosa/masalah, diagnosa/masalah potensial, tindakan

segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

1. Pengkajian

Pada pengkajian dan data yng ditulis penulis diperoleh bahwa By. Ny.R

lahir tanggal 10-1-2019 jam 11.00 WIB. Berdasarkan data data yang sudah

kemi kaji selama 2 hari, berat badan By. Ny.R belum ada kenaikan, sehingga

didapatkan suatu diagnosa bayi baru lahir dengan transisi. Dalam teori

dijelaskan bahwa bayi dalam masa transisi masih perlu mendapatkan

perawatan yang lebih intensif. Bayi masih membutuhkan perlindungan dari

lingkungan sekitarnya yang hangat untuk mencegah agar bayi tidak hipotermi.

Dan sangat dianjurkan ibu untuk memeluk bayinya, dengan demikian bayi

akan memperoleh kehangatan yang alami dari tubuh ibu. Proses asuhan

kebidanan dengan melakukan rawat gabung dapat dijalankan sesuai dengan

teori. Dan dalam memberikan asuhan tenaga kesehatan selalu menerapkan

komunikasi terapeutik sehingga klien sangan kooperatif oleh semua tindakan

san anuran petugas.

26
2. Interpretasi data dasar

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Interpretasi data yang

sesuai dengan kasus yaitu By. Ny.R umur 19 hari dengan BBLSR.

3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Berdasarkan dara data yang ada, tidak ditemukan masalah potensial

4. Identifikasi Kebutuhan Segera

Pada indikasi kebutuhan segera di rawat incubator

5. Intervensi

Rencana asuhan pada bayi berat lahir sangat rendah masa trasnsisi

disesuaikan dengan teori, karena fasilitas dan protap yang ada untuk

menunjang dalam membuat perencanaan sesuia dengan diagnosa dan masalah

yang ada.

6. Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan mengacu pada rencana tindakan yang telah

tersusun. Adapun asuhan yang telah dilaksanakan yaitu menjaga suhu tubuh

bayi agar tetap hangat, melakukan kontak ibu dan bayi dengan menusahakan

kontak antara kulit bayi dan ibu sesering mungkin, melakukan observasi TTV,

mengajarkan ibu cara menyusui bayi yang benar dan memberikan motivasi

pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

27
7. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan

dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan tindakan kebidanan. Adapun evaluasi

dari asuhan yang telah diberikan adalah sebagai berikut: bayi berat lahir sangat

rendah umur 19 hari, selama melakukan asuhan klien dan keluarga sangat

kooperatif terhadap petugas.

Dalam praktek asuhan kebidanan pada bayi berat lahir sangat rendah ridak

terdapat kesenjangan antara praktek dan teori yang didapat dari pendidikan.

28
BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Sudah dilakukan pengkajian data pada By. Ny. R

2. Sudah dilakukan interpretasi data dasar pada By. Ny. R.

3. Sudah dilakukan identifikasi diagnosis dan masalah potensial pada By.

Ny. R.

4. Sudah dilakukan tindakan segera atau kolaborasi pada By. Ny.R

5. Sudah menyusun rencana asuhan pada By. Ny. R

6. Sudah diberikan tindakan yang tepat pada By. Ny. R

7. Sudah dilakukan evaluasi pada By. Ny. R.

29
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika

Sarwono, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

desiarianti22.wordpress.com/2014/09/21 [di akses tanggal : 28 Januari 2019]

30

Anda mungkin juga menyukai