Anda di halaman 1dari 91

HUBUNGAN PENGETAHUAN

KANKER PAYUDARA
TERHADAP IMPLEMENTASI
DETEKSI DINI KANKER
PAYUDARA PADA MAHASISWI
ADISTI ZAKYATUNNISA
NIM: 03010006
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, AGUSTUS 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kanker merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh
masyarakat.
Etiologi penyakit kanker kebanyakan belum diketahui,
tapi sudah diketahui beberapa faktor resiko yang
menyebabkan tingginya insiden kanker di seluruh dunia,
antara lain pola makan yang kurang sehat, genetik,
paparan radiasi, hormonal, dan lain-lain.(1)
Menurut WHO 2005, kanker yang paling sering terjadi
pada wanita di seluruh dunia adalah kanker payudara,(2)
berdasarkan 1 dari 3 kanker yang terdiagnosis.

berdasarkan data dari WHO, 70% kematian karena kanker di tahun


2005 terjadi di negara-negara miskin dan negara-negara berkembang.
Ditambah lagi, insiden di negara-negara berkembang semakin
meningkat sebab faktanya, mayoritas dari kasus kanker di negaranegara berkembang ditemukan di stadium akhir (WHO 2010).

Kanker payudara lebih sering ditemukan pada usia 45-55


tahun, tapi bukan tidak mungkin kanker payudara menyerang
wanita muda, terlebih pada para wanita muda yang memiliki
faktor resiko.
Faktor resiko kanker payudara yang tidak dapat diubah : jenis
kelamin, usia, mutasi genetik (BRCA-1 dan BRCA-2), riwayat
kanker payudara pada keluarga, mempunyai riwayat penyakit
kanker payudara, densitas payudara, mempunyai riwayat tumor
pada payudara, usia menarche yang terlalu dini, usia
menopause yang terlalu lambat, dan pernah terkena radiasi
pada payudara.

faktor resiko yang dapat diubah : nullipara, riwayat kehamilan


pertama kali di atas usia 30 tahun, penggunaan hormon
tambahan setelah menopause, penggunaan kombinasi estrogen
dan progesteron, tidak pernah menyusui, konsumsi alkohol,
obesitas postmenopause, dan kurangnya aktivitas fisik (ACS
2010).(10)
angka kematian wanita muda yang terserang kanker payudara
cenderung lebih tinggi, dan angka kekambuhan yang lebih
tinggi pula, dibandingkan dengan wanita yang berusia lebih
tua.
Menurut riset lembaga penelitian kanker Inggris, Cancer
Research UK, menyatakan bahwa dalam waktu 5 tahun
terakhir ini, insiden kanker payudara pada wanita muda
meningkat sebesar 11%.(1)

kanker payudara juga dapat sembuh hampir seluruhnya pada


stadium awal untuk itulah para wanita harus dapat mengenali
gejala awal dari kanker payudara yang bisa didapatkan dari
skrining rutin.
untuk berpartisipasi pada kegiatan skrining, para wanita harus
memiliki pengetahuan dan sikap yang positif pada kegiatan
skrining.(15)
Cara mendiagnosis kanker payudara dengan cepat adalah
dengan cara deteksi dini.
Ada 3 cara skrining pada kanker payudara, yaitu :
mammografi, Clinical Breast Examination (pemeriksaan
payudara oleh tenaga kesehatan), dan Breast Self
Examination atau yang di Indonesia dikenal dengan SADARI
(Periksa Payudara Sendiri).

1.2 PERUMUSAN MASALAH


1.

2.

3.

Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang


kanker payudara terhadap implementasi deteksi dini
kanker payudara pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti?
Adakah faktor-faktor lain yang mempengaruhi
implementasi deteksi dini kanker payudara pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti?
Bagaimanakah gambaran pengetahuan Mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti tentang
kanker payudara?

4.

5.

Bagaimanakah gambaran sikap Mahasiswi Fakultas


Kedokteran Universitas Trisakti terhadap deteksi dini kanker
payudara?
Berapakah jumlah Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti yang pernah/secara teratur melakukan
tindakan deteksi dini kanker payudara?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi deteksi dini kanker payudara pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

1.3.2 Tujuan khusus:


Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang
kanker payudara terhadap implementasi deteksi dini kanker
payudara pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti.
Untuk mengetahui hubungan antara sikap Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti terhadap deteksi dini kanker
payudara dengan implementasi deteksi dini kanker payudara.
Untuk mengetahui hubungan antara usia Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti dengan implementasi deteksi
dini kanker payudara.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti tentang kanker payudara.

Untuk mengetahui gambaran sikap Mahasiswi Fakultas


Kedokteran Universitas Trisakti terhadap deteksi dini kanker
payudara.
Untuk mengetahui jumlah Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti yang pernah/secara teratur melakukan
tindakan deteksi dini kanker payudara

1.4 HIPOTESIS
1.

2.

3.

Terdapat hubungan antara pengetahuan kanker


payudara dengan implementasi deteksi dini kanker
payudara.
Terdapat hubungan antara sikap terhadap deteksi dini
kanker payudara dengan implementasi deteksi dini
kanker payudara.
Terdapat hubungan antara usia dengan implementasi
deteksi dini kanker payudara.

1.5 MANFAAT
1.5.1 Manfaat hasil penelitian bagi ilmu pengetahuan
1.Menambah referensi tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan implementasi deteksi dini kanker payudara.
2.Menambah referensi tentang hubungan antara pengetahuan
kanker payudara pada wanita muda yang belajar di bidang
kesehatan terhadap implementasi deteksi dini kanker payudara
yang dilakukan oleh para wanita tersebut.
3.Menambah referensi tentang jumlah wanita muda yang belajar
di bidang kesehatan yang melakukan deteksi dini kanker
payudara.

4.

5.

Sebagai referensi pendidikan tentang kanker payudara dan


deteksi dini kanker payudara.
Sebagai referensi pendidikan untuk melakukan SADARI
dan deteksi dini lainnya dengan benar dan teratur.

1.5.2

Manfaat hasil penelitian bagi profesi

1.Sebagai

motivasi baru bagi para praktisi kesehatan untuk lebih


menggalakkan promosi pencegahan kanker payudara, khususnya
yang berkaitan dengan deteksi dini.
2.Dapat meningkatkan pengetahuan profesi mengenai hubungan
pengetahuan kanker payudara terhadap implementasi deteksi dini
kanker payudara pada wanita muda yang belajar di bidang
kesehatan.
3.Dapat meningkatkan pengetahuan profesi mengenai gambaran
pengetahuan wanita muda yang belajar di bidang kesehatan
tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara.
4.Sebagai data dasar dan informasi untuk melakukan penelitian
baru ataupun pengembangan penelitian mengenai kanker
payudara dan deteksi dini kanker payudara.

1.5.2

Manfaat hasil penelitian bagi masyarakat

1.Meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang kanker


payudara dan deteksi dini pada kanker payudara.
2.Masyarakat menjadi mampu mengimplementasikan deteksi dini
kanker payudara dengan benar dan teratur.

BAB II
TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA

2.1 PENGETAHUAN
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata tahu,
yang artinya pandai atau mengerti sesudah melihat,
menyaksikan, mengalami, dan sebagainya.
Secara terminologi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengetahuan berarti segala sesuatu yang
diketahui, kepandaian, yang berkenaan dengan sesuatu
hal.

1.

2.

3.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan di dalam domain


kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
Tahu (know), Tahu diartikan sebagai mengingat objek, fakta,
informasi, atau stimulus apapun yang pernah diinderakan atau
dipelajari sebelumnya.
Memahami (comprehension), adalah kemampuan seseorang
untuk menjabarkan, menjelaskan, menginterpretasikan, atau
menafsirkan sesuatu hal secara benar dengan bahasanya
sendiri.
Penerapan (application), adalah kemampuan untuk
menggunakan konsep, teori, prinsip, abstrak, gagasan, dan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sesungguhnya di lapangan.

4.

5.

6.

Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan seseorang untuk


mengenali, menjabarkan, mengelompokkan, dan menyusun
materi atau suatu objek berdasarkan bagian dari
komponennya, dan menentukan hubungan dari satu bagian
dengan bagian lainnya yang berada pada komponen tersebut.
Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk
menghubungkan dan menggabungkan satu bagian dengan
bagian lain menjadi satu kesatuan, dan menjadikannya sebuah
pemahaman, pengetahuan, ataupun teori baru.
Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan
kriteria sendiri ataupun kriteria yang sudah ada sebelumnya.

a.
1.

2.

3.

Pengetahuan yang terdapat pada seseorang dipengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu:
Faktor internal:
Pengalaman, dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain. Semakin banyak pengalaman, semakin
banyak pengetahuan seseorang.
Pendidikan, berfungsi untuk memperoleh informasi secara
formal. secara tidak langsung, pendidikan sangat
mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya,
termasuk perilaku seseorang dalam pola hidupnya.
Keyakinan, adalah nilai-nilai prinsipal yang dimiliki oleh
seseorang.

4.

5.

6.

Pekerjaan, adalah usaha yang harus dilakukan secara teratur,


yang akhirnya menjadi sebuah kebutuhan, untuk menunjang
kehidupan pribadi dan kebutuhan keluarga. Melalui
pekerjaan, tercipta pula sebuah lingkungan interaksi sosial
yang akan menanamkan pengetahuan-pengetahuan baru
dalam diri seseorang.
Usia, adalah lama waktu hidup seseorang mulai dari sejak
dilahirkan hingga seseorang berulang tahun terakhir kali.
Makin tua usianya, akan semakin matang pula pengetahuan
dan pola pikir seseorang terhadap sesuatu hal.
Minat, merupakan sebuah keinginan atau ketertarikan yang
tinggi terhadap sesuatu hal, yang dapat membuat seseorang
ingin mengerti lebih jauh dan lebih mendalam tentang
sesuatu hal.

b. Faktor eksternal:
1.Fasilitas, yaitu media yang salah satu fungsinya adalah untuk
menambah pengetahuan seseorang.
2.Penghasilan, membuat seseorang mampu menyediakan fasilitas
yang lebih baik untuk dirinya sendiri.
3.Sosial budaya yang berada di dalam keluarga dan masyarakat
dapat mempengaruhi persepsi, pola pikir, cara pandang,
pengetahuan, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
4.Lingkungan, adalah suatu kondisi di sekitar manusia yang dapat
mempengaruhi perkembangan, persepsi, dan sikap manusia
tersebut.

2.2 ANATOMI PAYUDARA


Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang dimiliki oleh
pria dan wanita. Namun pada masa pubertas, hanya wanita yang
akan mengalami pembesaran.
Terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral
sternum sampai linea aksilaris media.
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan
kelenjar.
Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli
atau acini.
Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan
substansi lainnya selama masa menyusui (Snell, 2006).(21)

2.3 KANKER PAYUDARA


Kanker payudara adalah malignan tumor (kanker) yang
awalnya dimulai pada sel-sel di payudara.(5)
Etiologi kanker payudara memang belum diketahui,
namun terdapat banyak faktor resiko yang berhubungan
dengan kanker payudara, yaitu:

Faktor Reproduksi
a. Usia menarche, siklus menstruasi, dan usia menopause
Menarche dini berhubungan dengan peningkatan resiko
kanker payudara.
1.

Resiko kanker payudara mengalami penurunan sekitar 10%


setiap 2 tahun keterlambatan usia menarche.
Dalam suatu studi prospektif, siklus menstruasi yang kurang
dari 26 hari atau lebih lama dari 31 hari selama usia 18-22 juga
diprediksikan mengurangi resiko kanker payudara.
Studi lain menunjukkan bahwa siklus menstruasi yang pendek
saat usia 30 tahun, berhubungan dengan penurunan resiko
kanker payudara.
Menopause yang terlambat juga turut meningkatkan resiko
kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang
terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3%.

b. Usia Kehamilan Pertama


Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring
dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertama.
Ini diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan dari
sel-sel pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan, yang
membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi yang
bersifat karsinogenik.

c. Paritas
Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita
nullipara mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi
kanker dibandingkan dengan wanita yang multipara.
Sementara itu, studi lain juga menunjukkan adanya penurunan
resiko kanker payudara dengan peningkatan jumlah paritas.
Level hormon dalam sirkulasi yang tinggi selama kehamilan
menyebabkan diferensiasi dari the terminal duct-lobular unit
(TDLU), yang merupakan tempat utama dalam proses
transformasi kanker pada payudara. Proses diferensiasi dari
TDLU ini bersifat protektif melawan pertumbuhan kanker
payudara secara permanen.

d. Menyusui
Byers, dkk, melaporkan adanya efek yang bersifat protektif dari
menyusui terhadap kanker payudara.
Lipworth, dkk, menemukan bahwa waktu menyusui yang lebih
lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko
kanker payudara.
Sebab dari efek protektif menyusui ini dikarenakan adanya
penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik
selama menyusui.

2. Faktor Endokrin
a.Faktor endogen
Faktor-faktor seperti menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun)
dan menopause pada usia lanjut (setelah usia 55 tahun)
merupakan faktor resiko yang berperan dalam peningkatan
pertumbuhan kanker payudara.
b. Faktor eksogen
1.Kontrasepsi oral
beberapa studi menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan
dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita
pramenopause, tetapi tidak pada wanita dalam masa pasca
menopause.

2. Terapi sulih hormon (hormone replacement therapy)


Dari studi metaanalisis ditunjukkan bahwa terapi sulih hormon
(TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ada
peningkatan resiko sebesar 2,3% tiap tahunnya pada wanita pasca
menopause yang memakai TSH.
Dari penelitian yang dilakukan di U.K, didapatkan bahwa
penggunaan TSH kombinasi antara estrogen progesteron lebih
besar meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara jika
dibandingkan dengan hanya menggunakan estrogen.
Selain itu, juga resiko ini meningkatkan pada pemakaian TSH
kombinasi dalam jangka waktu >10 tahun. Daripada penggunaan
TSH selama 1-4 tahun. Resiko kanker menurun saat pemakaian
dihentikan, dan resiko wanita yang pernah memakai TSH hampir
sama dengan yang belum pernah menggunakannya.

3. Densitas payudara pada mamografi


Densitas dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak, jaringan ikat,
dan epitel pada payudara.
Densitas payudara yang berbeda-beda pada wanita dipengaruhi
20-30% oleh status menopause, berat badan, dan paritas, serta
dicurigai adanya kecenderungan terhadap genetik.
Payudara dengan proporsi jaringan lemak yang tinggi
mempunyai densitas yang lebih rendah. Kanker akan lebih
mudah dideteksi pada payudara yang mempunyai densitas lebih
tinggi.
Pada wanita dengan densitas payudara yang lebih tinggi
mempunyai resiko 2-6 kali untuk berkembang menjadi kanker
dibandingkan dengan densitas payudara yang rendah.

4. Intake alkohol
Studi menunjukkan bahwa resiko kanker payudara meningkat
berkaitan dengan asupan alkohol jangka panjang.
Hubungan antara peningkatan resiko kanker payudara dengan
intake alkohol lebih kuat didapatkan pada wanita menopause.
Berikut ini adalah bagan patofisiologi alkohol yang
menyebabkan pertumbuhan lesi pra kanker pada wanita
menopause.

5. Obesitas
Obesitas berhubungan dengan penurunan resiko kanker pada
premenopause dan peningkatan resiko kanker payudara selama
masa pascamenopause.
Obesitas juga berkaitan dengan rendahnya jumlah sex hormone
binding globulin (SHBG), yang berfungsi untuk berperan dalam
peningkatan jumlah estradiol. (JNCI Cancer Spectrum 2003).

6. Genetik
Mutasi yang paling banyak terjadi pada kanker payudara adalah
pada gen BRCA 1 dan BRCA 2.
Wanita dengan mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2, mempunyai
peluang 80% untuk berkembang menjadi kanker payudara selama
hidupnya.
Studi menunjukkan bahwa wanita yang orang tuanya (firstdegree relative) memiliki riwayat kanker payudara, mempunyai
risiko untuk berkembang menjadi kanker payudara adalah
sebesar 1,7 sampai 4,0 kali dibanding dengan populasi yang ada.

7. Kelainan payudara lainnya


Wanita yang didiagnosis dengan kelainan-kelainan payudara,
dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Adapun beberapa dari kelainan di bawah ini mempunyai risiko
untuk berkembang menjadi kanker payudara:
a.Lesi Non-Proliferatif : kelainan ini mempunyai peluang kecil
untuk berkembang menjadi kanker payudara.
b.Lesi Proliferatif tanpa keliainan atipik : kelainan ini menunjukkan
pertumbuhan yang cepat (excessive growth) dari duktus dan lobules
pada jaringan payudara.
c.Lesi Proliferatif dengan kelainan atipik : kelainan ini mempunyai
efek yang lebih kuat dalam meningkatkan resiko kanker payudara,
yaitu sebesar 4 sampai 5 kali lipat, berbeda dengan lesi proliferative
tanpa kelainan atipik yang hanya meningkatkan resiko kanker 2 kali
lipat.

2.3.1 Stadium

2.3.2 Prognosis
Pada diagnosis, hampir 45% pasien membuktikan adanya
penyebaran regional atau jauh atau metastasis.
Rute yang paling sering dari penyebaran regional adalah ke
nodus limfe aksilaris.
Kelangsungan hidup bergantung pada penyebaran regional
penyakit.
Tempat lain penyebaran limfatik mencakup nodus mamaria
internal dan supraklavikular.
Metastasis jauh dapat mengenai sembarang organ, tetapi tempat
yang paling umum adalah tulang (71%), paru-paru (69%), hepar
(65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak
(20%).

2.3.3 Pencegahan
1. Pencegahan primer :
Pencegahan primer ialah usaha untuk mencegah timbulnya
kanker dengan menghilangkan dan/atau melindungi tubuh dari
kontak dengan karsinogen dan faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kanker, atau dapat disebut juga sebagai pencegahan
terhadap etiologi penyakit, faktor pencetus, faktor resiko
timbulnya kanker, dan berupaya untuk melenyapkan
pengaruhnya bagi manusia.
Contoh pencegahan primer:
-Promosi dan edukasi hidup sehat
-Menghindari faktor resiko (Riwayat keluarga, tidak punya anak,
tidak menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas,
kebiasaan makan tinggi lemak kurang serat, perokok aktif dan
pasif, pemakaian obat hormonal > 5 tahun)

2. Pencegahan Sekunder :
Pencegahan sekunder adalah usaha untuk mengetahui adanya
kanker atau tumor secara dini, dengan tujuan untuk mencegah
timbulnya kerusakan lebih lanjut karena kanker tersebut apabila
memang ada, dengan cara deteksi dini dan diagnosis kanker serta
pengobatan dengan segera.
Contoh pencegahan sekunder:
-SADARI
-Pemeriksaan klinis payudara (CBE/Clinical Breast
Examination), untuk menemukan benjolan, ukuran kurang dari 1
cm.
-USG untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor
-Mammografi menemukan adanya kelainan sebelum adanya
gejala tumor dan adanya keganasan

3. Pencegahan Tertier :
Pencegahan tertier adalah usaha untuk mencegah timbulnya
komplikasi kanker.
Tujuan pencegahan tertier untuk meningkatkan angka
kesembuhan, angka survival, dan kualitas hidup dalam terapi
kanker.
Contoh pencegahan tertier yaitu:
-Pelayanan di rumah sakit (diagnose dan pengobatan)
-Perawatan paliatif
-Penatalaksanaan nyeri
-Rehabilitasi

2.4 DETEKSI DINI


Deteksi dini merupakan bagian dari pencegahan
sekunder.
Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi
kelainan yang secara klinis belum jelas dengan
mengggunakan alat test, pemeriksaan, atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat.
Deteksi dini bertujuan untuk menemukan secara dini,
kanker yang dapat disembuhkan, untuk mengurangi
mordibitas dan moralitas kanker.(5)
Deteksi dini dipengaruhi oleh usia, keterpaparan media,
pengetahuan, sikap, dan dukungan orang tua.(23)

Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk


mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya kanker
payudara, sehingga diharapkan dapat diobati dengan teknik
yang dampak fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar
untuk sembuh.
Upaya ini sangat penting karena apabila kanker payudara dapat
dideteksi secara dini dan diobati dengan tepat makan tingkat
kesembuhannya cukup tinggi (80-90%).
Di negara berkembang seperti Indonesia penapisan secara
masal dengan USG belum mungkin untuk sering dilakukan.

Oleh karena itu, pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan yang


terlatih dengan promosi dan edukasi tentang pengobatan yang
baik pada masyarakat (bahwa kanker payudara pada stadium
awal bila di operasi dapat meningkatkan harapan hidup
penderita) sangat dianjurkan.

2.4.1 SADARI (Breast Self Examination/BSE)


SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi
(hari ke 10 dari awal menstruasi). Pemeriksaaan seharusnya
dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun, namun merupakan
pilihan yang tepat apabila pemeriksaan dilakukan sejak usia
subur atau usia remaja di bawah 20 tahun, mengingat kejadian
kanker payudara pada wanita muda yang terus meningkat
belakangan ini.(23)

Ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai


mengalami perkembangan pada payudaranya, pemeriksaan
payudara sendiri (BSE) atau yang dikenal denga SADARI
perlu dilakukan.
Setiap wanita dengan usia diatas 20 tahun disarankan untuk
melakukan pemeriksaan payudara sendiri tiap bulannya.
pada wanita pramenopause sebaiknya melakukan pemeriksaan
setelah hari ke-5 dan ke-7 sesudah siklus menstruasi, dimana
jaringan payudara saat itu densitasnya lebih rendah.
Pada pasien yang tergolong dalam resiko tinggi disarankan
untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat
pertengahan siklus menstruasi.

Pemeriksaan payudara sendiri terdiri atas dua bagian yang


meliputi inspeksi dan palpasi. Dengan berdiri di depan kaca,
payudara diinspeksi sambil dalam posisi berdiri sambil tangan
disamping, sambil kedua telapak tangan menekan satu sama
lain, dan sambil kedua tangan berada pada pinggang. Bentuk
payudara yang asimetris, adanya massa, dan kulit yang retraksi
dapat terdeteksi dengan maneuver ini.
Di bawah ini beberapa tahap dalam pemeriksaan payudara
sendiri :
1. Berdiri di depan kaca agar dapat melihat payudara secara jelas
2. Sambil kedua tangan di atas kepala, periksalah apakah ada
kelainan berupa retraksi, inflamasi, pembengkakan, atau
kemerahan di semua bagian kedua payudaraUlangi dengan
kedua tangan diletakkan pada pinggul

3.

4.

5.

Palpasi kedua payudara dengan jari, dengan gerakan


memijat, awalannya periksa pada arah jam 12, kemudian
kearah jam 2 sampai kembali lagi arah jam 12, dirasakan
apakah ada benjolan. Berikan tekanan mulai dari superficial
kulit sampai ke dalam jaringan payudara. Adapun dapat
digunakan metode pembagian payudara berdasarkan kuadran
dan lakukan palpasi secara cermat. Juga perlu diperiksa
axilalary tail pada tiap payudara
Kemudian periksalah pada puting payudara dan area
sekitarnya. Juga perlu ditekan secara lembut untukmelihat
apakah ada discharge.
Dan ulangi pemeriksaan secara palpasi sambil berbaring.

2.4.2 Mammografi
Studi menemukan bahwa sensitifitas dari mammografi adalah
berkisar antara 60-90 persen.
Namun, penelitian pada wanita yang berusia muda, ternyata
sensitifitas mammografi lebih rendah dan menghasilkan angka
penurunan kematian yang juga ikut rendah. Hal ini dikarenakan
densitas payudara lebih padat pada wanita usia muda, dan
pertumbuhan kanker yang lebih cepat pada usia muda, sehingga
skrining mammografi kurang sensitif hasilnya.
Mammografi telah terbukti dapat mendeteksi kanker payudara
pada stadium dini dan, apabila dilakukan tindak lanjut dengan
diagnosis dan terapi yang cukup, dapat menurunkan angka
moralitas akibat kanker payudara. Namun, pada wanita berusia di
bawah 40 tahun penggunaan mammografi kurang sensitif.

Rekomendasi dari organisasi-organisasi kanker di seluruh


dunia mengatakan bahwa skrining dengan mammografi
sebaiknya di mulai pada wanita usia 40 tahun. Sementara
wanita dengan usia 40-49 tahun, sebaiknya di periksa
menggunakan mammografi tiap tahunnya, dan untuk wanita di
usia 50 tahun atau lebih dianjurkan mendapat skrining
mammografi sekali tiap tahunnya.

2.4.2 Pemeriksaan klinis kanker payudara oleh tenaga medis


terlatih (Clinical Breast Examination/CBE)
Clinical Breast Examination (CBE) digunakan untuk
mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada payudara dan
untuk mengevaluasi kanker payudara pada tahap ini sebelum
berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut.

Untuk wanita yang usia rata-rata 40 tahun atau yang lebih


muda, deteksi dini terhadap adanya massa pada payudara lebih
efektif menggunakan CBE.
Secara spesifik, CBE memberikan kesempatan pada tenaga
kesehatan untuk memberikan edukasi pada pasien wanita
tentang kanker payudara baik gejala klinis maupun peran
deteksi dini untuk menurunkan angka kematian akibat kanker
payudara, juga memberikan kesempatan kepada klinisi untuk
mendiskuskan manfaat dan keterbatasan CBE sebagai metode
deteksi dini.
Dasar pemeriksaaan pada CBE adalah dengan menggunakan
inspeksi secara visual dan palpasi untuk menemukan kelainan
pada payudara.

Baik CBE maupun mammografi dapat saling melengkapi


sebagai deteksi dini kanker payudara. Ketika pada pemeriksaan
CBE ditemukan adanya benjolan yang mencurigakan, maka ini
perlu dievaluasi meskipun dengan mammografi tidak ditemukan
adanya gambaran massa.
Sensitifitas dan spesifikasi CBE dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti cara pemeriksaan (palpasi, tekanan, dan pola), keadaan
pasien (densitas jaringan dan keadaan nodulnya), serta karakter
tumor (ukuran, kedalaman, dan mobilitas).
Pada perempuan berumur 20-40 tahun CBE dianjurkan untuk
dilakukan tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang
mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan
dilaksanakan CBE sehngga dapat lebih dipastikan apakah ada
kemungkinan keganasan.
Pada perempuan berusia lebih dari 40 tahun dilakukan CBE
setiap tahun.(1)

2.4 RINGKASAN PUSTAKA

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

BAB IV
METODE

4.1 DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional,
karena disamping melakukan identifikasi serta pengukuran
variabel, peneliti juga mencari hubungan antar variabel untuk
menerangkan kejadian atau fenomena yang diamati tanpa
melakukan intervensi terhadap variabel.
Jenis penelitian observasional yang digunakan adalah melalui
metode cross-sectional atau potong silang, sebab peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat
tertentu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan


antara variabel bebas yaitu usia, sikap terhadap deteksi dini
kanker payudara, dan pengetahuan tentang kanker payudara
(termasuk deteksi dininya), dengan variabel tergantung yaitu
implementasi deteksi dini kanker payudara.
Implementasi deteksi dini kanker payudara yang menjadi
variabel tergantung ini merupakan jenis variabel komposit,
yaitu variabel yang mewakili salah satu dari variabel lainnya,
yaitu SADARI, mammografi, dan CBE (Clinical Breast
Examination atau pemeriksaan payudara oleh tenaga
kesehatan). Kriteria spesifik dari variabel komposit adalah
apabila responden melakukan paling tidak salah satu dari
ketiga jenis deteksi dini pada kanker payudara.

4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran


Universitas Trisakti, Kampus B, pada bulan September
2013 sampai bulan Januari 2014.

4.3 POPULASI DAN SAMPEL


PENELITIAN
Populasi target yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah seluruh mahasiswi Fakultas Kedokteran.
Populasi terjangkau yang akan diteliti Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti angkatan 2010 dan 2013
dengan jumlah subyek dalam populasi keseluruhan 368
orang.
Kemudian dari populasi terjangkau akan dilakukan
pemilihan sampel sebagai bagian dari populasi yang
diteliti. Pengambilan sampel menggunakan rumus
sebagai berikut:

4.3.1 Populasi infinit

4.3.2 Populasi finit

Berdasarkan hasil perhitungan sampel di atas, didapatkan hasil


sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah
119 orang. Untuk meningkatkan akurasi, maka jumlah sampel
ditambah dengan perhitungan drop out sebesar 15% dari
jumlah sampel, sehingga menjadi = 136,85 137.
Kemudian untuk mempermudah perhitungan, dibagi dua untuk
masing-masing angkatan. Sehingga menjadi 68,5 yang
dibulatkan menjadi 70 sampel untuk angkatan 2010 dan 70
sampel pula untuk angkatan 2012.

1.

2.

1.
2.

Sampel yang akan diambil untuk penelitian ini adalah sampel


yang memiliki kriteria inklusi yaitu:
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang
berusia < 20 tahun pada angkatan 2012 dan => 20 tahun pada
angkatan 2010.
Bersedia menjadi responden dan telah menandatangani inform
consent
Sedangkan keriteria eksklusi untuk penelitian ini adalah
Mahasiswi yang tidak bersedia menjadi responden.
Mahasiswi fakultas kedokteran trisakti yang bukan angkatan
2010 atau 2012

4.4 BAHAN DAN INSTRUMEN


PENELITIAN
Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang
didapatkan langsung dari responden untuk mengetahui
tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan sikap
terhadap implementasi deteksi dini kanker payudara.
Peneliti membutuhkan instrumen penelitian berupa
kuesioner atau pertanyaan mengenai pengetahuan
tentang kanker payudara, sikap, dan tindakan responden
terhadap deteksi dini kanker payudara.

Pengumpulan data diawali dengan menendatangani inform


consent dengan menanyai kesediaannya untuk mengisi kuesioner
terlebih dahulu, kemudian responden di berikan waktu kurang
lebih setengah jam untuk mengisi kuesioner yang telah di
berikan. Pengisian kuesioner dilakukan di luar jam kuliah dan
jika terdapat pertanyaan yang kurang jelas responden dapat
menanyakan langsung pada peneliti.

4.4.1 Pengukuran Pengetahuan


Pengetahuan diukur melalui sesi a dan b berisi 25 pertanyaan
dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 1995).
Untuk pertanyaan pada sesi a, skala pengukuran pengetahuan
berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden
terhadap semua pertanyaan yang diberikan.

Masing-masing dengan alternatif jawaban a, b, dan c


dengan ketentuan jika responden menjawab a dikatakan
benar diberi nilai 2 (dua), dan jika responden menjawab b
dan c dikatakan salah diberi nilai 1 (satu).Untuk pertanyaan
no.15 apapun jawabannya, maksimal hanya diberi nilai 2.
Untuk jawaban pertanyaan pada sesi b, setiap jawaban benar
diberikan nilai 2 dan tiap jawaban yang salah diberi nilai 1.
Berdasarkan Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan
kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan
dalam 3 kategori yaitu :
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75%
dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 50
yaitu > 38.

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75%


dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu 2338.
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45%
dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 50 yaitu < 23.
4.4.2 Pengukuran Sikap
Sikap diukur melalui 16 pertanyaan dengan menggunakan skala
ordinal (Singarimbun, 1995). Untuk bagian a, skala pengukuran sikap
berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap
semua pertanyaan yang diberikan. Masing-masing dengan alternatif
jawaban setuju dan tidak setuju dengan ketentuan jika responden
menjawab setuju dikatakan benar diberi nilai 2 (dua), dan jika
responden menjawab tidak setuju dikatakan salah diberi nilai 1
(satu).

Sedangkan untuk bagian b, penilaiannya adalah sebagai berikut:


SS (Sangat Setuju) = diberi skor 2
S (Setuju) = diberi skor 2
TS (Tidak Setuju) = diberi skor 1
STS (Sangat Tidak Setuju) = diberi skor 1

Berdasarkan Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan


kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam
3 kategori yaitu :
a. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 32 yaitu > 24.
b. Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 32 yaitu 15-24.
c. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 32 yaitu < 15.

4.4.3 Pengukuran Tindakan


Tindakan diukur melalui 16 pertanyaan dengan
menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 1995). Skala
pengukuran tindakan berdasarkan pada jawaban yang
diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang
diberikan. Masing-masing dengan alternatif jawaban ya
melakukan dan tidak melakukan dengan ketentuan jika
responden menjawab ya melakukan dikatakan benar
diberi nilai 2 (dua), dan jika responden menjawab tidak
melakukan dikatakan salah diberi nilai 1 (satu).

Berdasarkan Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan


kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan
dalam 3 kategori yaitu :
a. Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari
nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 32
yaitu > 24.
b. Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75%
dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai
32 yaitu 15-24.
c. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari
nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 32
yaitu < 15.

Peneliti hanya berkonsentrasi pada tindakan SADARI dan


CBE, karena tindakan mammografi tidak
direkomendasikan untuk dilakukan pada wanita muda.
Namun, peneliti menilai sikap dan pengetahuan wanita
muda tentang mammografi, untuk menggambarkan
kemungkinan wanita muda tersebut akan melakukan
mammografi di masa depan atau tidak.

4.5 ANALISIS DATA

Data yang sudah di dapatkan dan dikoreksi secara


seksama kemudian dimasukkan dan dianalisa
menggunakan komputer dengan program SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences).

Ada 4 tahap pengolahan dan analisis data yaitu


Pemasukkan data (entry), dilakukan agar peneliti dapat
melanjutkan analisa berikutnya
Tabulasi data, yaitu memasukkan data-data yang telah di
dapatkan kedalam tabel untuk memudahkan analisa data

1.

2.

3.

4.

Pengeditan data,untuk mengoreksi data agar benar dan


lengkap
Penghitungan data, Ini merupakan tahap akhir dari
pengolahan data sebelum data dianalisis untuk ditarik
kesimpulan.
Data yang didapatkan dari hasil penelitian tersebut
kemudian di analisis dengan menggunkan analisis
univariat dan bivariat.
Analisis univariat bertujuan untuk variasi dari variabel
yang diteliti atau mendapatkan gambaran distribusi
responden.

Analisis univariat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
f = frekuensi
x = jumlah yang didapat
n = jumlah populasi

Kemudian, dilakukan penghitungan dengan analisis


bivariat yang bertujuan untuk melihat ada atau
tidaknya hubungan tergantung dengan variabel bebas.
Analisis bivariat di hitung dengan menggunakna rumus
uji Chi Square, yaitu :

Keterangan :

X2

= kai kuadrat ( Chi Square)

O (observed) = nilai observasi


E (expected) = nilai harapan

Kemudian untuk menguji kemaknaan hubungan,


digunakan tingkat kepercayaan 95%, dimana nilai
p pada tingakat kepercayaan 95% adalah sebagai
berikut :

1.

P > 0.05 menunjukkan bahwa hasil tidak


bermakna atau tidak berhubungan, yang berarti
hipotesis ditolak.

2.

P < 0.05 menunjukkan bahwa hasil bermakna


atau berhubungan, yang berarti hipotesis diterima

4.6 ALUR KERJA PENELITIAN

4.7 ETIKA PENELITIAN


Terdapat 3 prinsip etik utama yang menjadi dasar standar
etik dalam melakukan penelitian yaitu :
Beneficence; peneliti berupaya melindungi responden
dari bahaya atau ketidaknyamanan baik fisik ataupun
mental saat melakukan pengisian kuesioner
Respect for Human Dignity; responden memiliki otonom
atas dirinya sehingga berhak untuk memutuskan secara
sukarela keinginan berpartisipasi atau menolak
keikutsertaan dalam proses penelitian setelah adanya
penjelasan. Hal ini diaplikasikan dalam inform consent
yang disertai dengan syarat bahwa terdapat jaminan
kerahasiaan identitas dan data subjek penelitian.

3.

Justice; responden mendapat perlakukan yang adil


pada saat sebelum, selama, dan setelah dilakukan
penelitian.

4.8 PENJADWALAN PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjidi I, Setyabudi HH, Kusumo L, Noviani R, Monalisa, Hapsari A, et al. Kanker Payudara. In:
Rasjidi I, Kusumo L, editors. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. 1st ed. Jakarta:
Sagung Seto; 2009. p. 51-95.
2. Yan YY. Breast Cancer: Knowledge and Perception of Chinnese Women in Hongkong. GJHS
2009;1(2):97-105
3. Muttappallymyalil J, Sreedharan J, Venkatramana M, Thomas M. Attitude and Practice of Nurses
in Imparting Knowledge on Breast Self Examination to Women in Ajman, United Arab Emirates. Iran
J Cancer Prev 2010;3(3):139-44.
4. Dahlui1 M, Ramli S, Bulgiba1 AM. Breast Cancer Prevention and Control Programs in Malaysia.
Asian Pac J Cancer Prev 2011;12:1631-1634
5. Rasjidi I, Setyabudi HH, Kusumo L, Noviani R, Monalisa, Hapsari A, et al. Prinsip-Prinsip
Deteksi Dini dan Skrining. In: Rasjidi I, Kusumo L, editors. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker
pada Wanita. 1st ed. Jakarta: Sagung Seto; 2009. p.8-16.
6. Devolli-Disha E, Manxhuka-Kerliu S, Ymeri H, Kutllovci A. Comparative Accuracy of
Mammography and Ultrasound in Women with Breast Symptoms According to Age and Breast
Density. Bosnian Journal of Basic Medical Sciences 2009; 9 (2): 131-136
7. Yousuf SA, Al-Amoudi SM, Nicolas W, Hasna E, Banjar S, Salem M. Do Saudi Nurses in Primary
Health Care Centres have Breast Cancer Knowledge to Promote Breast Cancer Awareness?. Asian
Pacific J Cancer Prev 2012;13 (9); 4459-4464

8. Kumar S, Imam AM, Manzoor NF, Masood N. Knowledge, attitude and preventive practices for breast
cancer among Health Care Professionals at Aga Khan Hospital Karachi. J Pak Med Assoc 2009;59(7); 474478
9. Aziz MF. Gynecological Cancer in Indonesia. J Gynecol Oncol 2009;20(1);8-10
10. And S, Karayurt . Determination of Information and Support Needs of First Degree Relatives of
Women with Breast Cancer. Asian Pacific J Cancer Prev 2012;13 (9);4491-4499
11. Sim HL, Seah M, Tan SM. Breast cancer knowledge and screening practices: a survey of 1,000 Asian
women. Singapore Med J 2009; 50(2): 132-138
12. Donmez YC, Dolgun E, Yavuz M. Breast Self-examination Practices and the Effect of a Planned
Training Program in Western Turkey. Asian Pacific J Cancer Prev 2012;13 (12);6159-6161
13. Moodia M, Moodb MB, Sharifirad GR, Shahnazi H, Sharifzadeh G. Evaluation of Breast SelfExamination Program Using Health Belief Model in Female Students. JRMS 2011;16(3);316-322
14. Jemal A, Bray F, Center MM, Ferlay J, Ward E, Forman D. Global Cancer Statistics. Ca Cancer J Clin
2011;61:6990.
15. Heidari Z, Mahmoudzadeh-Sagheb HR, Sakhavar N. Breast Cancer Screening Knowledge and Practice
among Women in Southeast of Iran. Acta Medica Iranica 2008;46(4);321-328
16. Sule EA. Breast Cancer Awareness and Breast Examination Practices among Women in a Nigerdelta
Hospital. Continental J. Medical Research 2011;5 (1): 27 - 31
17. Batori M, Ruggieri M, Chatelou E, Straniero A, Mariotta G, Palombi L, et al. Breast cancer in young
women: case report and a review. European Review for Medical and Pharmacological Sciences. 2006; 10:
51-52

18. Gnerlich JL, Deshpande AD, Jeffe DB, Sweet A, White N, Margenthaler JA.
Elevated Breast Cancer Mortality in Women Younger than Age 40 Years Compared with
Older Women Is Attributed to Poorer Survival in Early-Stage Disease. J Am Coll Surg
2009; 208(3); 341-347
19. Bala1 DV, Gameti H. An educational intervention study of breast self examination
(BSE) in 250 women beneficiaries of urban health centers of west Zone of Ahmedabad.
Healthline 2011;2;46-49
20. Ohene-Yeboah M, Adofo K, Akpaloo M. Breast Cancer Awareness among nurses in
Kumasi Ghana: Knowledge, Attitudes, and Practice. Postgraduate Medical Journal of
Ghana 2013;2(1);70-76
21. Nurrakhmah R.Tingkat
Pengetahuan Mahasiswi Fakultas Sastra USU Medan Angkatan 2008 Tentang Pemeriksaa
n Payudara Sendiri (SADARI) Sebagai Salah Satu Cara Untuk Mendeteksi Dini Kanker
Payudara
. Skripsi. Medan : FKM USU.2011
22. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :
Sagung Seto; 2011. p. 130-45
23. Septiani S, Suara M. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Pada Siswa SMAN 62 Jakarta 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan 2013;5(1);31-35

24. Muslimah AN, Masruroh, Casnuri. Tingkat Pengetahuan Wanita


Usia Subur Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri di Padukuhan
Ngentak Depok Sleman Yogyakarta. Jurnal Medika Respati.
2012;10(4);32-43
25. Al-Dubai SAR, Qureshi AM, Saif-Ali R, Ganasegeran K, Alwan
MR, Hadi JIS. Awareness and Knowledge of Breast Cancer and
Mammography among a Group of Malaysian Women in Shah Alam.
Asian Pacific J Cancer Prev 2011;12;2531-2538.
26. Tanjung M, Syarifah, Syahrial E. Gambaran Perilaku Siswi
dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Plus
Safiyyatul Amaliyyah, E-Journal USU 2012;10;49-53
27. Kristinawati F. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita yang
Datang ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Tentang Mammografi. Skripsi. Medan: FKM USU. 2012

Anda mungkin juga menyukai