Oleh
Fachrah
NPM. 1316010144
A. Latar Belakang
Acquired Immuno Deficiency Sindrom (AIDS) di dunia telah menjadi salah satu
global pada tahun 2011 tercatat 34 juta orang yang hidup dengan HIV termasuk
3,3 juta anak-anak <15 tahun dan sekitar 2,5 juta orang dengan kasus infeksi baru
HIV (termasuk 330.000 anak) dan 1,7 juta orang meninggal karena AIDS.
Di antara semua orang yang hidup dengan HIV, 69% berada di Sub-
Sahara Afrika dimana terdapat 6,2 juta orang yang mendapatkan terapi Anti Retro
Salah satu upaya penanggulangan HIV dan AIDS yaitu peningkatan akses
pelayanan Voluntary Counselling and Testing (VCT) bagi semua (minimal 80%)
populasi kunci (Wanita Pekerja Seks (WPS) langsung, WPS tidak langsung,
waria, pelanggan WPS, lelaki seks dengan lelaki dan pengguna NAPZA suntik)
VCT HIV dan AIDS adalah suatu bentuk komunikasi atau pembinaan dua
arah yang berlangsung terus menerus antara konselor dan kliennya dengan tujuan
pencegahan HIV dan AIDS, memberikan dukungan moral, informasi terkait
HIV dan AIDS, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga dan
lingkungannya.
HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan 30 Juni 2010 sebanyak 44.292 kasus
sebelumnya data penderita HIV-AIDS lima kasus saja, tapi laporan terakhir pada
kalangan pelajar, dan mahasiswa. Begitu juga usia para penderita yang
yaitu antara usia 20 hingga 45 tahun. Jumlah yang dikemukakan untuk Kota
penyakit tersebut, yang sedang dilakukan pemerintah antara lain, lebih giat
melakukan sosialisasi terhadap bahaya HIV-AIDS bagi waria, WTS, kaum remaja
menjumpainya secara rahasia, agar bisa diberi konseling dan tidak menularkannya
penelitian lebih lanjut tentang peran serta masyarakat dalam keberhasilan program
menjalankan program VCT untuk mengurangi kasus HIV Aids, maka tingkat
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Lhokseumawe.
2. Tujuan Khusus
VCT.
VCT.
c. Untuk mengetahui bagaimana peran serta masyarakat dalam keberhasilan
VCT.
Poli VCT.
D. Kerangka Konsep
V. Independen V. Dependen
Agustanti, D (2006) Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) di Kota Bandar lampung, Depok: FIK UI.
Dewi, Y.I (2007), Stress dan koping perempuan hamil yang didiagnosa HIV/AIDS
di DKI Jakarta : Studi Grounded Theory. (Tesis tidak dipublikasikan) Depok:
FIK UI .
Judul 2 : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pemerintahan
Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kecamatan Muara Dua.
A. Latar Belakang
yang sangat berharga serta merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Indonesia yang di tandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan
pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh
wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju
dan sejahtera.
hidup bersih dan sehat (Dinkes Prov NAD, 2007). Promosi Kesehatan adalah
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial
kesehatan setiap individu, keluarga dan lingkungan secara mandiri. Salah satunya
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
(Azwar, 1998).
tentang pesan yang akan disampaikan, agar pesan yang disampaikan tepat sasaran
2009).
Tidak bisa dipungkiri bahwa penyuluhan adalah metode salah satu tehnik
Sakti, Muara Dua, Muara Satu, Blang Mangat. Kecamatan Muara Dua merupakan
salah satu daerah endemis Demam Berdarah dengan kasus DBD paling tinggi
DBD, pada saat pemeriksaan jentik berkala dan pemasangan stiker ke tiap-tiap
pemberantasan DBD masih kurang, hal tersebut dapat di lihat dari saat
penyuluhan yang disampaikan pada saat posyandu ibu-ibu tidak fokus dan ada
dituju pada rumah-rumah mereka ada yang tidak bisa di akses oleh petugas karena
Lhokseumawe).
B. Rumusan Masalah
tersebut dapat di lihat dari saat pemeriksaan jentik nyamuk oleh petugas
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kota Lhokseumawe.
2. Tujuan Khusus
serta masyarakat.
b. Untuk mengetahui efektifitas penyuluhan kesehatan ditinjau dari peran
petugas kesehatan.
yang digunakan.
D. Kerangka Konsep
V. Independen V. Dependen
Effendy, Cristantie (1995). Perawatan Pasien DHF, Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Depkes RI. (2005). Petunjuk Teknis. Jakarta: Depkes RI Dirjen P2M dan 2L.
Depkes RI. (2007). Petunjuk Teknis. Jakarta: Depkes RI Dirjen P2M dan 2L.
Ircham Machfoedz dan Eko Suryani. (2009), Pendidikan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
A. Latar Belakang
mempertimbangkan tingkah laku kita sehari-hari. Hal ini pasti benar pada orang
dewasa, tetapi walau bila hal tersebut bertindak untuk melindungi anaknya,
berkembang atau menerima kepastian kematian masa anak-anak pada negara yang
sedang berkembang. Pada kedua keadaan tersebut, mereka semua terlalu sering
tersedia. Kecuali kalau diamanatkan oleh hukum pada keadaan yang pertama atau
diadakan oleh organisasi sosial atau pemerintah pada keadaan yang kedua,
berbagai penyakit yang berbahaya, mematikan dan dapat menyebabkan cacat atau
imunisasi. Semua bayi dan anak 6 sampai dengan 9 tahun perlu di imunisasi. Ibu
hamil juga perlu mendapatkan imunisasi untuk melindungi diri mereka sendiri
pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Dengan upaya imunisasi pula,
kita sudah dapat menekan penyakit polio dan sejak tahun 1995 tidak ditemukan
lagi virus polio liar yang berasal dari Indonesia (Indigenous). Hal ini sejalan
dengan upaya global untuk membasmi polio dunia dengan Program Eradikasi
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2002 sebanyak 1,4 juta kematian
melakukan vaksinasi rutin. Jumlah ini mewakili 14% dari angka kematian balita
setiap tahunya karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan
1,3 %, Diptheria 1,8 %, Rubella 0,4 %, pertusis 13,6 % dan campak mencapai
imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan atau kejadian luar
biasa (KLB) PD3I. Untuk itu upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya
terjadinya KLB dapat dideteksi dan segera dilatasi. Dalam PP nomor 25 tahun
luar biasa KLB merupakan kewenangan bersama antara Pemerintah pusat dan
Cakupan imunisasi secara rutin telah mencapai lebih dari 80% pada tahun
1993 dan berhasil meurunkan angka kesakitan dari penyakit yang dapat dicegah
dengan Imunisasi (PD3I) antara lain, tuberkulosis, polio, campak, difteri, batuk
Nanggroe Aceh Darussalam dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun
2006, cakupan imunisasi BCG sebesar 92,1%, DPT1 sebesar 91,5%, DPT3
sebesar 82,9%, polio4 sebesar 82,2%, cakupan Campak sebesar 81,5% dan
Hepatitis B3 sebesar 69,6% dengan jumlah sasaran 101.118 bayi (Dinkes NAD,
2008).
Untuk Kota Lhokseumawe tahun 2014, sebesar 87,4%, DPT 52,3%, DPT2
48,4%, DPT3 43,7%, Polio1 96,4%, Polio2 90,4%, Polio3 90,2%, Polio4 81,7%,
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka yang menjadi maslah dalam penelitian ini
adalah hubungan dukungan keluarga terhadap kelengkapan imunisasi pada bayi usia 1-2
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
pada dukungan keluarga terhadap kelengkapan imunisasi pada bayi usia 1-2 tahun.
2. Tujuan Khusus
tahun.
V. Independen V. Dependen