Anda di halaman 1dari 345

Modul

Implementasi PPSP melalui Penguatan Pilar-pilar


STBM Bagi Fasilitator
KATA PENGANTAR

Sampai dengan tahun 2013 pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP) sudah memasuki tahun ke 4 sejak dicanangkan oleh Wakil Presiden pada tahun 2009. Sebanyak
347 Kabupaten/Kota sudah mengikuti program PPSP, akan tetapi tantangan untuk pencapaian target
nasional yang tertuang dalam RPJMN 2010 -2014 masih sangat besar yaitu : (1) Terbebas dari Buang Air
Besar Sembarangan (SBS); (2) Pelaksanaan praktek 3 R serta peningkatan TPA menjadi sanitary landfill
serta; (3) Pengurangan genangan air di 100 wilayah perkotaan seluas 22.500 Ha

Masyarakat memiliki potensi yang sangat besar dalam pengelolaan sanitasi, namun sejauh ini
partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang proporsional dari pihak pemerintah. Masyarakat
diharapkan mampu mengenali permasalahan terkait dengan sanitasi rumah tinggal dan lingkungan
mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, serta
melakukan evaluasi dan pengembangan kegiatan program secara mandiri. Sementara itu pelaksanaan
program sanitasi juga diharapkan dapat secara partisipatif, tanpa harus menunggu “perintah” dari
pemerintah.

Permasalahan sanitasi bukan hanya sekedar permasalahan pembangunan sarana dan prasarana sanitasi
tetapi permasalahan perilaku higiene masyarakat. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 telah menetapkan kebijakan nasional
yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM sebagai pendekatan dan
paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat
dan perubahan perilaku. Pendekatan ini diharapkan dapat mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C,
yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi
pada tahun 2015. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh
masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Indonesia.
STBM sebagai salah satu strategi yang melibatkan peran serta masyarakat secara total dalam
pembangunan sanitasi perlu dicantumkan dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK).
Posisi SSK sebagai dokumen referensi bidang sanitasi bagi RPJMD diharapkan dapat memberikan
amunisi yang tepat bagi para penentu kebijakan. Namun pada kenyataanya masih banyak stakeholder
terkait pembangunan sanitasi melihat STBM dan PPSP secara terpisah, sehingga diperlukan adanya
advokasi dan juga peningkatan kapasitas bagi Pokja Sanitasi/AMPL di Provinsi maupun Kabupaten yang
bertugas menyusun dokumen Buku Putih dan SSK. Sehubungan dengan itu berdasarkan pilot project
Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM yang dilakukan di Kota Lhokseumawe dan Kota
Cimahi perlu disusun modul terkait implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM bagi
fasilitator STBM. Modul ini nantinya akan melengkapi modul STBM yang ada yaitu kurikulum dan Modul
Pelatihan bagi Fasilitator STBM.

Jakarta
Direktur Jenderal PP dan PL
Kementerian Kesehatan RI

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

1
Daftar Isi :
Hal

1. Kata Pengantar _____________________________________________________________ 1


2. Struktur Program Pelatihan IPP-STBM ___________________________________________ 5
3. Sub Modul : Skema STBM dalam PPSP
I. Deskripsi Singkat ______________________________________________________ 6
II. Tujuan Kegiatan ______________________________________________________ 6
III. Pokok Bahasan _______________________________________________________ 7
IV. Waktu ______________________________________________________________ 7
V. Metode _____________________________________________________________ 7
VI. Alat bantu dan Media __________________________________________________ 7
VII. Langkah Pelaksanaan __________________________________________________ 7
VIII. Uraian Materi ________________________________________________________ 11

Lampiran-lampiran :
1) Evaluasi Akhir Sesi _____________________________________________________ 31
2) Slide Materi __________________________________________________________ 32

4. Sub Modul : Konsep IPP-STBM


I. Deskripsi Singkat ______________________________________________________ 44
II. Tujuan Kegiatan _______________________________________________________ 44
III. Pokok Bahasan _______________________________________________________ 44
IV. Waktu ______________________________________________________________ 44
V. Metode _____________________________________________________________ 45
VI. Alat bantu dan Media __________________________________________________ 45
VII. Langkah Peleksanaan __________________________________________________ 45
VIII. Uraian Materi ________________________________________________________ 50

Lampiran-lampiran :
1) LA 1 : Lomba Mencari pasangan strategi dan aktivitas ________________________ 62
2) Evaluasi Akhir Sesi _____________________________________________________ 64
3) Slide Materi__________________________________________________________ 65

5. Sub Modul : Pemicuan 1 : Alur Penularan Penyakit


I. Deskripsi Singkat ______________________________________________________ 82
II. Tujuan Kegiatan _______________________________________________________ 82
III. Pokok Bahasan ________________________________________________________ 82
IV. Waktu _______________________________________________________________ 82
V. Metode ______________________________________________________________ 82
VI. Alat bantu dan Media ___________________________________________________ 82
VII. Langkah Pelaksanaan ___________________________________________________ 83
VIII. Uraian Materi _________________________________________________________ 86

Lampiran-lampiran :
1) Evaluasi Akhir sesi _____________________________________________________ 89
2) Slide Materi __________________________________________________________ 90

2
6. Sub Modul : Pemicuan 2
I. Deskripsi Singkat _______________________________________________________ 96
II. Tujuan Kegiatan ________________________________________________________ 96
III. Pokok Bahasan _________________________________________________________ 96
IV. Waktu ________________________________________________________________ 96
V. Metode _______________________________________________________________ 97
VI. Alat bantu dan Media ____________________________________________________ 97
VII. Langkah Pelaksanaan ____________________________________________________ 97
VIII. Uraian Materi __________________________________________________________ 105

Lampiran-lampiran :
1) Evaluasi Akhir sesi ______________________________________________________ 117
2) Matrik Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat _________________________________ 118
3) Matrik pemetaan sanitasi ________________________________________________ 119
4) Slide Materi ___________________________________________________________ 121

7. Sub Modul : Elemen Pemicuan lainnya


I. Deskripsi Singkat _______________________________________________________ 137
II. Tujuan Kegiatan ________________________________________________________ 137
III. Pokok Bahasan _________________________________________________________ 137
IV. Waktu ________________________________________________________________ 137
V. Metode _______________________________________________________________ 137
VI. Alat bantu dan Media ____________________________________________________ 138
VII. Langkah Pelaksanaan ____________________________________________________ 138
VIII. Uraian Materi __________________________________________________________ 144

Lampiran-lampiran :
1) Evaluasi Akhir sesi ______________________________________________________ 149
2) Slide Materi ____________________________________________________________ 150

8. Sub Modul : Pengorganisasian perencanaan komunitas


I. Deskripsi Singkat ________________________________________________________ 163
II. Tujuan Kegiatan _________________________________________________________ 163
III. Pokok Bahasan __________________________________________________________ 163
IV. Waktu _________________________________________________________________ 163
V. Metode ________________________________________________________________ 164
VI. Alat bantu dan Media _____________________________________________________ 164
VII. Langkah Pelaksanaan ____________________________________________________ 164
VIII. Uraian Materi __________________________________________________________ 171

Lampiran-lampiran :
1) Evaluasi Akhir Sesi _______________________________________________________ 178
2) Contoh Form ___________________________________________________________ 179
3) Slide Materi ____________________________________________________________ 183

3
9. Sub Modul : Pilihan/Opsi teknologi sanitasi (Jamban; Tempat Cuci Tangan; Pengolahan air minum;
Pengelolaan Sampah dan Pengelolaan Air Limbah)
I. Deskripsi Singkat ________________________________________________________ 197
II. Tujuan Kegiatan _________________________________________________________ 197
III. Pokok Bahasan __________________________________________________________ 197
IV. Waktu ________________________________________________________________ 197
V. Metode _______________________________________________________________ 197
VI. Alat bantu dan Media ____________________________________________________ 198
VII. Langkah Pelaksanaan ____________________________________________________ 198
VIII. Uraian Materi __________________________________________________________ 201

Lampiran-lampiran :
1) Evaluasi Akhir Sesi _______________________________________________________ 248
2) Slide Materi ____________________________________________________________ 249

10. Sub Modul : Peran Multi pihak dalam pembangunan sanitasi


I. Deskripsi Singkat ________________________________________________________ 274
II. Tujuan Kegiatan ________________________________________________________ 274
III. Pokok Bahasan _________________________________________________________ 274
IV. Waktu ________________________________________________________________ 274
V. Metode _______________________________________________________________ 274
VI. Alat bantu dan Media ____________________________________________________ 274
VII. Langkah Pembelajaran ___________________________________________________ 275
VIII. Uraian Materi __________________________________________________________ 279

Lampiran-lampiran :
1) Evaluasi Akhir sesi _______________________________________________________ 290
2) Slide Materi ____________________________________________________________ 291

11. Sub Modul : Teknik Fasilitasi


I. Deskripsi Singkat ________________________________________________________ 298
II. Tujuan Kegiatan _________________________________________________________ 298
III. Pokok Bahasan _________________________________________________________ 298
IV. Waktu ________________________________________________________________ 298
V. Metode _______________________________________________________________ 298
VI. Alat bantu dan Media ____________________________________________________ 299
VII. Langkah Pembelajaran ___________________________________________________ 299
VIII. Uraian Materi __________________________________________________________ 303

Lampiran-lampiran :
1) Evaluasi Akhir sesi _______________________________________________________ 331
2) LA 1 : Komunikasi satu arah dan dua arah ____________________________________ 327
3) LA 2 : Praktek Fasilitasi ____________________________________________________ 329
4) Slide Materi ____________________________________________________________ 332

4
Struktur program Pelatihan IPP-STBM
(Implementasi PPSP Melalui Penguatan Pilar-Pilar STBM) Bagi Fasilitator

Jam Pelajaran (JPL)


Praktek
No Materi Pelatihan Praktek
Teori (T) Lapangan
(P)
(PL)
A MATERI DASAR

1. Buku Putih, SSK dan MPS Kota  2 JPL -


2. Skema STBM dalam PPSP  2 JPL -

B MATERI INTI

1. Konsep IPP-STBM  1 JPL  2 JPL


2. Fase 1: Pemicuan 1 : Alur penularan  1 JPL  1 JPL
penyakit,  2 JPL  5 JPL
3. Fase 1: Pemicuan 2 : Klasifikasi
Kesejahteraan & Pemetaan
sanitasi,transect walk  1 JPL  4 JPL
4. Fase 2 : Elemen Pemicuan lainnya:
Penghitungan beban tinja, sampah,
limbah cair; Simulasi kontaminasi air
dan Diagram manfaat  6 JPL
5. Praktek Lapangan : Pemicuan
6. Fase 3: Pengorganisasian  2 JPL  5 JPL
Perencanaan Komunitas : Prioritas 3
aksi /Four File Sorting di semua pilar
STBM, Tingkatan partisipasi
masyarakat; Diagram Venn dan
Rencana Kerja Masyarakat.
7. Fase 4 : Pilihan/Opsi teknologi  1 JPL  2 JPL
sanitasi (Jamban; Tempat Cuci
Tangan; Pengolahan air minum;
Pengelolaan Sampah dan
Pengelolaan Air Limbah)
8. Peran Multi pihak dalam  1 JPL  1 JPL
pembangunan sanitasi
9. Teknik Fasilitasi  1 JPL  3 JPL

C MATERI PENUNJANG

1. BLC  1 JPL  2 JPL


2. RTL  1 JPL  1 JPL

16 JPL 26 JPL 6 JPL

TOTAL 48 JPL

5
SUB MODUL
SKEMA IPP-STBM
(IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sampai dengan tahun 2013 pelaksanaan Program PPSP sudah memasuki tahun ke 4 dan
sebanyak 225 Kabutapen/Kota sudah mempunyai dokumen Buku Putih dan Strategi Sanitasi
Kabupaten/Kota (SSK); serta 121 Kabupaten/Kota sudah mempunyai dokumen MPS. Tahun
2013 ini PPSP memasuki tahap Implementasi, akan tetapi tantangan untuk pencapaian target
nasional yang tertuang dalam RPJMN 2010 -2014 masih sangat besar yaitu :
1. Terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
2. Pelaksanaan praktek 3 R serta peningkatan TPA menjadi sanitary landfill
3. Pengurangan genangan air di 100 wilayah perkotaan seluas 22.500 Ha

Kementrian Kesehatan melalui program STBM yang dicanangkan sejak tahun 2008 bertujuan
untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat untuk
mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas yang berkelanjutan dengan metode “pemicuan”
dan pengorganisasian masyarakat. STBM sebagai salah satu strategi yang melibatkan peran
serta masyarakat secara total dalam pembangunan sanitasi perlu dicantumkan dalam dokumen
SSK. Posisi SSK sebagai dokumen referensi bidang sanitasi bagi RPJMD diharapkan dapat
memberikan amunisi yang tepat bagi para penentu kebijakan agar permasalahan sanitasi
menjadi urusan bersama untuk mengejar ketertinggalan bidang sanitasi.

Modul ini menggambarkan bagaimana skema sinkronisasi program STBM dan PPSP dalam
rumah sanitasi.

II. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan Umum:

Peserta mampu memahami skema besar integrasi dan sinkronisasi STBM dalam IPP-STBM
(Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM).

Tujuan Kegiatan Khusus:


Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu:
• Memahami mengapa perlu percepatan pembangunan sanitasi
• Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia
• Menjelaskan peran dan strategi STBM
• Memahami Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM

6
III. POKOK BAHASAN
a. Mengapa perlu Percepatan Pembangunan Sanitasi
b. Arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia
c. Peran dan Strategi STBM
d. Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM

IV. WAKTU: 90 menit (2 JPL)

V. METODE
1. Ceramah dan Tanya jawab
2. Curah pendapat

VI. ALAT BANTU dan MEDIA


1. Slide Presentasi.
2. Kertas flipchart
3. Spidol
4. Selotip kertas
5. LCD
6. Laptop

VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

SESI 1: Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah :
Skema STBM dalam IPP-STBM, sampaikan mengapa topik ini penting untuk dibahas

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan

Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta
apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan
dengan sesi selanjutnya

7
SESI 2: Pembahasan Sub Pokok Bahasan Mengapa perlu percepatan pembangunan
sanitasi (20 menit)

Langkah 1: Pengantar : Sampaikan bahwa untuk mengejar ketertinggalan pembangunan


sektor sanitasi dari sektor lainnya, di Kementrian Kesehatan ada dua program besar
yang sedang dilaksanakan yaitu STBM yang dicanangkan sejak tahun 2008 dan
program PPSP yang dicanangkan oleh Wakil Presiden pada tahun 2009. Percepatan
pembangunan sanitasi merupakan tanggung jawab semua pihak termasuk
masyarakat. Melalui program STBM diharapkan tercapai kondisi sanitasi total di
komunitas yang berkelanjutan.

Langkah 2: Tanyakan kepada peserta apakah ada yang mengetahui mengapa perlu adanya
percepatan pembangunan sanitasi?
Tulis poin-poin penting berdasarkan jawaban peserta pada kertas flipchart. Ucapkan
terima kasih.

Selanjutnya tanyakan apakah program PPSP? Sasaran program PPSP? Tulis poin-
poin penting berdasarkan jawaban peserta pada kertas flipchart. Ucapkan terima
kasih.

Ajak peserta untuk merangkum jawaban tentang pentingnya percepatan


pembangunan sanitasi di Indonesia serta sasaran PPSP, tayangkan slide yang
mendukung.

Langkah 3: Selanjutnya tanyakan kepada peserta mengenai tahapan pelaksanaan PPSP dan juga
peran masing-masing pihak mulai dari tingkat Pusat sampai masyarakat.
Tulis poin-poin penting berdasarkan jawaban peserta pada kertas flipchart. Ajak
peserta untuk merangkum jawaban mengenai tahapan pelaksanaan PPSP dan peran
masing-masing pihak . Tayangkan slide yang mendukung.

Langkah 4: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 3 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Sanitasi di Indonesia ( 15 menit)

Langkah 1: Tanyakan kepada peserta arah dan kebijakan pembangunan sanitasi di


Indonesia.Tulis poin-poin penting berdasarkan jawaban peserta pada kertas
flipchart. Ucapkan terima kasih

Sampaikan kepada peserta penjelasan lainnya selain jawaban peserta tersebut.


Tayangkan slide yang mendukung.

8
Langkah 2: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 3: Sampaikan kepada peserta bahwa pemerintah Indonesia melalui Kementrian


Kesehatan juga telah mencanangkan program STBM sebagai salah satu strategi
untuk mempercepat tercapainya tujuan pembangunan sanitasi di Indonesia
Tanyakan kepada peserta apakah ada yang mengetahui apakah STBM serta
komponen STBM?

Tulis poin-poin penting berdasarkan jawaban peserta. Ucapkan terima kasih.


Rangkum jawaban peserta dengan menayangkan slide yang mendukung.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 4 Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Peran dan Strategi STBM ( 15 menit)

Langkah 1 : Jelaskan Peran dan strategi STBM.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 2 : Selanjutnya jelaskan kepada peserta mengenai tahapan pelaksanaan STBM,


Sumber pendanaan STBM, Menu kegiatan STBM, mekanisme untuk mengakses
dana STBM.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

9
SESI 5 Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-
pilar STBM ( 20 menit)

Langkah 1 : Jelaskan Skema Besar Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM.
Sampaikan bahwa untuk mencari skema implementasi PPSP melalui penguatan
pilar-pilar STBM telah dilakukan pilot project di Kota Lhokseumawe dan Kota Cimahi.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 2: Buatlah rangkuman sesi

Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi Skema STBM dalam IPP-STBM


Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi
berikutnya yaitu Konsep IPP-STBM

10
VIII. URAIAN MATERI

SINKRONISASI STBM dan PPSP

A. PPSP SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGEJAR KETERTINGGALAN PEMBANGUNAN SANITASI

1. Latar Belakang

Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum
menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa kondisi
sanitasi di Indonesia masih relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor-sektor pembangunan
lainnya. Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari
turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi
masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit pada balita, turunnya
daya saing maupun citra kabupaten/kota, hingga menurunnya perekonomian kabupaten/kota.

Untuk memperbaiki kondisi sanitasi, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna
meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana sanitasi di daerah. Pada November
2007, pemerintah telah menyelenggarakan Konferensi Sanitasi Nasional dengan agenda
penyiapan langkah-langkah penting bagi pembangunan sanitasi ke depan yang sejalan dengan
pencapaian sasaran MDGs. Tahun 2008 bersamaan dengan International Year of Sanitation
(IYOS), pemerintah dan para stakeholder yang terkait dengan pengelolaan dan pembangunan
sanitasi menyepakati perlunya peningkatan kesadaran dan komitmen pemerintah di semua
tingkatan pada pembangunan sanitasi. Pada April 2009, untuk mendorong akselerasi
pembangunan sanitasi, pemerintah menyelenggarakan Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan
untuk mengidentifikasi permasalahan dan sasaran pembangunan sanitasi di masa depan. Acara
ini juga dimaksudkan untuk memperkenalkan pendekatan strategi sanitasi kota yang lebih
terintegrasi untuk bisa diadopsi oleh pemerintah daerah.

Upaya-upaya tersebut akhirnya mendorong lahirnya program Percepatan Pembangunan Sanitasi


Permukiman (PPSP), yang diarahkan untuk menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung
terciptanya percepatan pembangunan sanitasi, melalui advokasi, perencanaan strategis, dan
implementasi yang komprehensif dan terintegrasi. Selanjutnya, PPSP mendapatkan penegasan
pada Konferensi Sanitasi Nasional II yang dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, pada
Desember 2009.

Program PPSP merupakan program pembangunan sanitasi yang terintegrasi dari pusat hingga ke
daerah, melibatkan seluruh stakeholder dari kalangan pemerintah dan non- pemerintah di
seluruh tingkatan. Program ini setidaknya melibatkan 330 Kabupaten/Kota di 33 provinsi yang
termasuk dalam kategori rawan sanitasi, yang mencakup kota metropolitan besar dan sedang,
ibukota provinsi, kota-Kota yang berstatus otonom, serta kawasan perkotaan di wilayah
Kabupaten/Kota. Dengan demikian, pelaksanaan program PPSP membutuhkan sumber daya
yang sangat besar, dan dilakukan secara bertahap mulai tahun 2010 hingga tahun 2014.

2. Maksud Tujuan dan Lingkup Program PPSP

a. Maksud

11
Program PPSP dimaksudkan untuk mengarusutamakan percepatan pembangunan
sektor sanitasi yang meliputi sub sektor, yaitu: air limbah domestik, persampahan
rumah tangga, dan juga drainase lingkungan, dalam rangka pencapaian target RPJMN
2010-2014 dan MDGs 2015.

b. Tujuan

Mewujudkan kondisi sanitasi permukiman yang layak, yaitu yang dapat diakses oleh
masyarakat sesuai dengan standar teknis, berfungsi secara berkelanjutan, dan tidak
menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.

c. Lingkup Program PPSP

Mendukung pencapaian target pembangunan nasional di sektor sanitasi pada tahun


2014, melalui upaya sebagai berikut :

 Membangun sinergi secara vertikal dan horizontal dalam pembangunan sanitasi;


 Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
pembangunan dan pengelolaan sanitasi di daerah;
 Memaksimalkan seluruh stakeholder yang terkait dengan pembangunan dan
pengelolaan sanitasi di daerah.

3. Target Program PPSP

Target Program PPSP hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut:

• Sedikitnya 330 kabupaten/kota di 33 propinsi telah menyusun rencana Strategi


Sanitasi kabupaten/kota;
• Sedikitnya 225 kabupaten/kota di 33 Propinsi telah menyusun Memorandum
Program sektor sanitasi.
• Sedikitnya 160 kabupaten/kota di 33 Propinsi telah melakukan implementasi yang
komprehensif dan terintegrasi terhadap rencana Strategi Sanitasi kabupaten/kota

4. Komponen Program

Pembangunan sanitasi permukiman didefinisikan sebagai upaya peningkatan pengelolaan


air limbah domestik, sampah rumah tangga, dan drainase lingkungan yang layak dan
berkelanjutan, mulai dari tingkat rumah tangga, hingga sistem pengelolaan di tingkat
kabupaten/kota.

Dengan demikian sanitasi permukiman dalam PPSP dibagi ke dalam tiga komponen yaitu:
1) Air Limbah Domestik, yaitu limbah cair rumah tangga yang mencakup limbah black
water dan grey water. Limbah black water adalah limbah cair yang dihasilkan dari WC
rumah tangga, yakni berupa urin, tinja, air pembersih anus, air guyur, dan materi
pembersih atau materi lainnya. Limbah grey water adalah limbah cair dari berbagai
aktivitas yang berlangsung di dapur dan kamar mandi rumah tangga, yakni mandi,
mencuci pakaian atau peralatan makan. Penanganan air limbah domestik harus

12
mempertimbangkan kaitan antara pengelolaan air limbah domestik yang aman dan
pengelolaan air minum khususnya dalam pengamanan sumber daya air.
2) Sampah Rumah Tangga, yaitu limbah padat (sampah) basah dan kering yang dihasilkan
dari rumah tangga.
3) Drainase Lingkungan, yaitu drainase tersier/mikro dengan cakupan layanan kurang dari
4 (empat) hektar, dengan lebar dasar saluran kurang dari 0,80 meter. Drainase
lingkungan pada umumnya direncanakan, dibangun, dan dirawat oleh masyarakat dan
atau pemeritah kabupaten/kota.

5. Tahapan dan Road Map PPSP

Tahapan pelaksanaan PPSP terdiri dari:

1) Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan


2) Pengembangan kelembagaan dan peraturan
3) Penyusunan Rencana Strategis
4) Penyusunan Memorandum Program
5) Implementasi
6) Pemantauan dan Evaluasi

Gambar 1 : Tahapan pelaksanaan PPSP

Sampai tahun 2013 program PPSP telah dilaksanakan di 351 kabupaten/Kota. Adapun
perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 : Road Map PPSP

13
6. Pembagian peran dalam PPSP

Semua pihak mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan sanitasi.


Dalam program PPSP pembagian peran masing-masing pihak dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

Tabel 2 : Pembagian Peran dalam PPSP

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA

1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi

14
Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud. Selanjutnya
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2010-2014 yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia No. HK.03.01/160/1/2010
ditetapkan bahwa Visi Kemenkes adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
Adapun Misi Kemenkes adalah 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan
masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu
dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan 4)
Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang air
minum, hygiene dan sanitasi masih sangat besar. Berdasarkan hasil studi Indonesian Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, sebanyak 47% masyarakat masih berperilaku
buang air besar sembarangan. Lebih lanjut berdasarkan studi Basic Human Services di Indonesia,
kurang dari 15% penduduk Indonesia yang mengetahui dan melakukan cuci tangan pakai sabun
pada waktu-waktu kritis. Kondisi ini berkontribusi terhadap tingginya angka diare yaitu 423 per
seribu penduduk pada tahun 2006 dengan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.

Untuk memperbaiki capaian ini, perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi
total. Untuk itu, pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari
pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi
daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higiene dan peningkatan akses sanitasi, menjadi
pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan
perilaku hiegene.

Pada tahun 2005, pemerintah melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation
(CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 kabupaten. Pada tahun 2006, uji coba ini
telah berhasil menciptakan 160 desa bebas buang air besar sembarangan (open defecation free-
ODF), sehingga pada tahun 2006, pemerintah mencanangkan gerakan sanitasi total dan
kampanye cuci tangan pakai sabun nasional. Pada tahun 2007, sebanyak 500 desa sudah ODF
dan pada tahun 2008 pemerintah menetapkan kebijakan nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
852/MENKES/SK/IX/2008.

2. Arah Kebijakan dan Strategi STBM


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku hiegene
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM
memiliki indikator outcome dan indikator output.

Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.

15
Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut :

a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga
dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).
b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di
rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah,
kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun,
sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 (enam) strategi nasionalSTBM, yaitu:

1) Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment)

Prinsip

Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnnya dalam


meningkatkan perilaku higienis dan saniter.

Pokok Kegiatan:

 Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan


lainnya secara berjenjang,
 Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah,
 Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, pemerintah daerah, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan swasta.

2) Peningkatan kebutuhan (demand creation)

Prinsip

Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya
sanitasi total.

Pokok Kegiatan:

 Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan


pelaksanaan sosialisasi peningkatan kebutuhan
 Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk
sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku
komunitas,
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya
sarana sanitasi yang sehat.
 Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi
pemicuan perubahan perilaku masyarakat.

16
 Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan
menjaga keberlanjutan sanitasi total.

3) Peningkatan penyediaan (supply improvement)

Prinsip

Meningkatkan kertersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pokok Kegiatan:

 Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi


 Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga
keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi
 Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk
pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna.

4) Pengelolaan pengetahuan (knowledge management)

Prinsip

Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi lokal

Pokok Kegiatan:

 Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi


 Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non pemerintah dan
swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi di Indonesia
 Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam kurikulum pendidikan.

5) Pembiayaan

Prinsip

Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar

Pokok kegiatan:

 Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri


 Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong)
 Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi komunal.

6) Pemantauan dan evaluasi.

17
Prinsip

Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi

Pokok kegiatan:

 Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat


 Pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan dan pengelolaan data
 Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-kegiatan lain yang
sejenis
 Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan
berjenjang.

Dari 6 (enam) strategi tersebut, 3 (tiga) strategi pertama merupakan strategi utama dalam
pelaksanaan program nasional STBM. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total.

C. PERAN DAN STRATEGI STBM

1. Peran program STBM dalam pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs tujuan 7C

STBM adalah program nasional pembangunan sanitasi di Indonesia yang dipilih untuk:
memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit
berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan
komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses sanitasi dasar yang layak dan
berkesinambungan. Komitmen pemerintah tersebut tercantum dalam pencapaian target
pembangunan millennium (Millenium Development Goal), khususnya target 7C, yaitu
mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan
sanitasi pada ahun 2015. Komitmen pemerintah terkait sanitasi lainnya tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah sanitasi total untuk seluruh
rakyat Indonesia pada tahun 2025

18
Kontribusi program nasional STBM dalam MDGs, terlihat pada tabel di bawah:

Tabel 3 : Tujuan Millenium Development Goal (MDG’s)

2. Strategi STBM
Dari 6 strategi nasional STBM, ada 3 strategi
utama atau komponen pokok STBM, yaitu:

 Peningkatan kebutuhan dan permintaan


sanitasi, yaitu menciptakan kondisi yang
mendukung tercapainya sanitasi total,
melalui dukungan kelembagaan, regulasi
dan kemitraan antar pelaku STBM,
termasuk di dalamnya pemerintah,
masyarakat, institusi pendidikan, institusi
keagamaan dan swasta.

 Peningkatan layanan penyediaan


sanitasi, yaitu upaya sistematis untuk
meningkatkan kebutuhan menuju
perubahan perilaku yang higienis dan
saniter.
Gambar 2 : Komponen Pokok STBM

 Penciptaan lingkungan yang kondusif/mendukung, yaitu dengan meningkatkan dan


mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang
layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi.

19
Ketiga komponen pokok ini saling terkait satu sama lain, dan harus dilakukan semuanya, agar
program STBM sukses dilakukan.

Ketiga komponen sanitasi total tersebut menjadi landasan strategi pelaksanaan untuk
pencapaian 5 (lima) pilar STBM, yaitu:

1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS),


2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT),
4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan
5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).

3. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder di Masing-Masing Tingkatan


STBM dilakukan di semua tingkatan dengan memperhatikan koordinasi lintas memperhatikan
koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan, termasuk lintas program
pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga keterpaduan dalam persiapan dan pelaksanaan
STBM dapat tercapai.

Tahapan pelaksanaan program STBM terlihat pada bagan dibawah:

20
Tabel 4 : Tahapan Pelaksanaan STBM

21
Tugas dan fungsi stakeholder pelaksana STBM di setiap tingkatan, digambarkan pada bagan
dibawah:

a. Advokasi kebijakan program, penggalian pendanaan, koordinasi


dan penyediaan bantuan teknis
b. Penyiapan NSPK, modul pelatihan, sistem monitoring dan
evaluasi
c.

A. Advokasi program, pendanaan dan koordinasi


B. Menyapkan
Advokasi panel
program, pelatih master STBM propinsi
penda
C.Pemantauan dan fasilitasi pembelajaran
D.Bekerjasama dengan lembaga riset pasar untuk
mengembangkan strategi pemasaran & komunikasi perubahan
perilaku

a. Mengelola dan memantau program


b. Advokasi dan komunikasi kepada Bupati/DPRD untk pendanaan
dan dukungan program.
c. Mengorganisir pelatihan fasilitator CLTS Memfasilitasi
wirausaha sanitasi melayani konsumen warga ekonomi rendah.
d. Memfasilitasi wirausaha sanitasi

a. Memicu masyarakat & melakukan


pendampingan tindak lanjut pasca pemicuan.
b. Memantauan , melaporkan data secara regular
ke kabupaten, verifikasi ODF.
c. Melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam
memilih teknologi sanitasi.
d. Melakukan fasilitasi di antara masyarakat yang
dipicu dan wirausaha sanitasi

Gambar 3: Tupoksi STBM

D. SKEMA IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM

Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes di bawah Subdit PASD mempunyai 2 program yaitu
STBM dan PPSP. Selama ini masih banyak pihak yang melihat ke dua program tersebut berdiri
sendiri.

Pelaksanaan STBM sudah dilakukan oleh banyak pihak antara lain : IUWASH, High Five, PLAN,
Program USRI, SIMAVI, Program PAMSIMAS, Plan, CD Bethesda, Yayasan Rumsram, Yayasan
Dian Desa, dan WSP. Sebagian besar pelaksanaan STBM dilakukan di daerah pedesaan yang

22
fokus pilar 1 dan 2 saja. Beberapa kegiatan STBM sudah menyentuh semua pilar dan juga sudah
mulai dilaksanakan di perkotaan.

Permasalahan sanitasi di perdesaan dan perkotaan berbeda baik dari segi kultur dan budaya
masyarakat maupun dari prioritas permasalahan sanitasi yang dialami. Berdasarkan kondisi
sanitasi di Indonesia yang masih jauh tertinggal dibanding dengan Negara di ASEAN masih di
bawah Vietnam dan Myanmar maka untuk mengejar ketertingalan tersebut diperlukan upaya
bersama dalam integrasi dan sinkronisasi program sanitasi.

Beberapa contoh integrasi program sanitasi sudah mulai dilakukan antara lain :
1. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAM STBM)
• Tahap I tahun 2012 dilaksanakan di 20 Provinsi dan 28 Kabupaten
• Tahap II tahun 2013 dilaksanakan di 33 Provinsi dan 159 Kabupaten
2. Integrated Citarum Water Resources Management Investment Project (ICWRMIP) yang
dilaksanakan di:
• Tahap I (2010-2012) di Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi
• Tahap II (2012-2017) di 9 Kabupaten dan 3 Kota
3. Pensinergian STBM dalam PPSP (Implementasi PPSP melalui Penguatan Pilar-Pilar STBM),
dilaksanakan pilot project di Kota Lhokseumawe dan Kota Cimahi
4. PAMSIMAS Tahap I tahun 2008-2013 (implementasi komponen demand STBM) dilaksanakan
di 96 kabupaten dan 15 provinsi
5. PAMSIMAS Tahap II tahun 2014-2016 (implementasi komponen demand STBM)
dilaksanakan di 221 kabupaten dan 32 Provinsi
6. Program Urban Sanitation and Rural Infrastucture (USRI) Direktoral PPLP-Kementerian PU
7. Program DAK Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (DAK-SLBM) Direktorat PPLP-
Kementerian PU yang dilaksanakan di 33 Provinsi pada tahun 2013

Tantangannya selanjutnya adalah : Bagaimana dengan pilar lainnya (pilar 2-5), sistem
monitoring, dan pelaksanaan STBM di wilayah perkotaan?

Di dalam Program PPSP, proses perencanaan strategis menghasilkan 3 (tiga) dokumen berikut:
Buku Putih Sanitasi, SSK, dan Memorandum Program Sanitasi (MPS). Ketiga dokumen tersebut
perlu disiapkan Kabupaten/Kota sebelum implementasi fisik dapat dilakukan. Buku Putih
Sanitasi dan SSK merupakan dokumen yang dihasilkan dari pelaksanaan Tahap 3 di dalam PPSP,
yaitu Perencanaan Strategis Sanitasi.
Buku Putih Sanitasi (BPS) hakekatnya adalah gambaran karakteristik dan kondisi sanitasi serta
prioritas/arah pengembangan kabupaten/kota dan masyarakat saat ini. Kegunaan Buku Putih
Sanitasi sebagai baseline data tentang kondisi sanitasi kabupaten/kota saat ini bagi penyusunan
Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota dan monev sanitasi. Proses penilaian kondisi sanitasi aktual
tersebut tidak hanya terbatas kepada pemetaan aspek teknis pada fasilitas sanitasi yang ada

23
tetapi juga pada aspek-aspek non teknis termasuk perilaku yang mengacu kepada 5 pilar STBM.
Buku Putih Sanitasi menghasilkan area beresiko sanitasi sebagai prioritas wilayah
pengembangan sanitasi dan arah pembangunan sanitasi kabupaten/kota di masa mendatang .
Penetapan area berisiko merupakan proses klasifikasi dan pemetaan wilayah kabupaten/kota
berdasarkan tingkat/derajat risiko sanitasi yang dimiliki kawasan tersebut. Risiko yang dimaksud
mencakup risiko: penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan, dan atau lingkungan akibat
rendahnya akses terhadap layanan sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi.

Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah rencana pembangunan sanitasi yang terpadu dan menyeluruh
untuk jangka menengah. SSK berisi visi, misi, sasaran dan tujuan sanitasi, strategi, program dan
kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kondisi sanitasi. Tiga hasil Utama SSK adalah :

1. Kerangka Kerja Pengembangan Sanitasi Jangka Panjang, pernyataan Visi dan Misi sanitasi,
tahap pelaksanaan scenario untuk sistem dan teknologi sanitasi terpilih dan informasi
kapasitas pemerintah local untuk mendanai pembangunan sanitasi
2. Strategi jangka menengah untuk mempercepat perbaikan kondisi sanitasi, yang
digambarkan dalam pernyataan tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi dan rumusan
pencapaiannya.
3. Daftar program dan kegiatan, daftar ini memberikan informasi mengenai progam dan
kegiatan prioritas untuk meningkatkan kondisi sanitasi.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan merupakan salah
satu strategi yang penting untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan sanitasi di
Indonesia.

Memorandum program merupakan suatu komitmen bersama antara Pemerintah Pusat,


Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan para pemangku kepentingan lainnya
dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan sanitasi permukiman mengacu kepada
dokumen SSK yang telah disusun sebelumnya. Isi MPS terdiri dari:

 Memorandum Jangka Menengah, berupa nota kesepakatan/Memorandum Program yang


berisi resume umum dukungan untuk implementasi program dan kegiatan yang didanai oleh
sumber dana pemerintah baik tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat maupun sumber
dana non pemerintah baik dari swasta, masyarakat dan lembaga donor.
 Rencana Implementasi dan Pengelolaan Prorgam, berisi uraian rencana tindak lanjut
setelah adanya komitmen/nota kesepakatan terkait tahapan persiapan untuk implementasi
dan pengelolaan program. Rencana Implementasi dan Pengelolaan program terdiri dari :
manajemen dan organisasi pengelola, rencana pengadaan barang dan jasa, serta rencana
monitoring dan evaluasi

24
Tantangannya bagaimana sinkronisasi antara STBM dan PPSP ? Sinkronisasi STBM dan PPSP
dilakukan mulai tahap perencanaan strategis skala permukiman di kabupaten/kota, maupun
pada tahap implementasi (sebelum dan realisasi sesudah pembangunan fisik)

Gambar berikut menggambarkan skema Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM
atau IPP-STBM.

Gambar 4 : Skema IPP-STBM

Pada gambar berikut ini dijelaskan bagaimana pembagian peran serta sumber pendanaan STBM
pusat, provinsi, kabupaten/kota dalam implementasi PPSP melalui penguatan Pilar-pilar STBM.

25
Gambar 5 : Pembagian peran dalam IPP-STBM

Tujuan Umum IPP-STBM :


Memformulasikan skema penguatan sinergi dan integrasi STBM dalam PPSP, baik dari tahap
perencanaan strategis skala permukiman di kabupaten/kota, maupun pada tahap implementasi
(sebelum dan realisasi sesudah pembangunan fisik)

Tujuan Khusus IPP-STBM :

• Munculnya kebutuhan masyarakat serta kemauan untuk berkontribusi


• Adanya perencanaan tingkat masyarakat berdasarkan kepada perencanaan sanitasi
kabupaten/Kota (SSK)
• Terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat, TOMA, TOGA, pemerintah Kabupaten/Kota
• Adanya kegiatan peningkatan penyediaan sarana sanitasi
• Menciptakan lingkungan yang kondusif

26
• Membangun sinergi vertikal maupun horizontal dalam pembangunan sanitasi permukiman
• Memaksimalkan kontibusi semua pihak

Strategi yang diterapkan dalam IPP-STBM adalah:

1. Mendayagunakan potensi lokal (Sanitarian, Staf Promosi Kesehatan, Kasie PMD Kecamatan,
Kader di tingkat desa, tokoh masyarakat, pemuda, dan individu) yang memiliki komitmen
terhadap program sanitasi/ kesehatan sekaligus untuk kegiatan peningkatan kapasitas lokal;
2. Pelatihan - On the Job Training (OJT) bagi Pokja Sanitasi Provinsi, Pokja Sanitasi Kabupaten,
Sanitarian, staf Promkes, Kasie PMD Kecamatan, Kader, PKK
3. Bekerjasama dengan pemerintah pusat dan lokal dari Provinsi sampai Desa/Kelurahan,
terutama untuk sarana komunal dan layanan tingkat yang lebih tinggi.
4. Sinergi dan Koordinasi lintas sektor : Dinas Kesehatan, Dinas PU, Bappeda, Satker PLP,
Bapermas, KLH, Dinas Pertanian, Swasta

Pendekatan dan metodologi yang dipergunakan dalam IPP-STBM mengacu kepada strategi
utama STBM antara lain :

1) Meningkatkan kebutuhan : kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan


untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap permasalah sanitasi serta
memberikan pilihan untuk solusinya.
2) Memberikan pilihan biaya: merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan
alternatif pilihan biaya dari solusi penyelesaian masalah sanitasi yang dipilih serta akses
terhadap saluran pembiayaan yang mudah dan murah.
3) Dikelola oleh masyarakat : seluruh kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan masyarakat
dan dikelola oleh masyarakat.
4) Meningkatkan penyediaan sarana sanitasi : penyediaan sarana sanitasi diperlukan untuk
mendukung terjadinya perubahan perilaku higiene dan sanitasi yang diharapkan. Kegiatan
ini dikelola oleh masyarakat.
5) Promosi Higiene : kegiatan promosi hygiene dilakukan dalam semua tahapan perubahan
perilaku. Mulai proses peningkatan kebutuhan sampai mempertahankan perilaku baru.
6) Monitoring pembangunan dan penggunaan sarana : kegiatan monitoring dilakukan bukan
saja pada tahap pembangunan tetapi juga pada tahan penggunaan sarana. Kegiatan ini
dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan format yang sederhana dan mudah.

Tahapan pelaksanaan IPP-STBM terdiri dari 6 tahapan pencapaian utama (milestone) yaitu :

1) Persiapan :

Pada tahap ini ada dua kegiatan yaitu pengecekan dokumen (BPS, SSK, dan MPS serta
dokumen lain yang mendukung seperti RPJMD, RAD dll) dan sosialisasi kepada Pokja
AMPL/Sanitasi Kabupaten/Kota.

 Buku Putih Sanitasi: perlu dicek area beresiko dan faktor yang menyebabkan suatu
wilayah beresiko sanitasi

27
 Strategi Sanitasi Kota: perlu dicek Kerangka Kerja Logis terutama strategi
pemberdayaan masyarakat, apakah terdapat program dan kegiatan STBM
 Memorandum Program Sanitasi: perlu dicek bagaimana komitmen Pemda terkait
program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau program-program
pembangunan sanitasi berbasis masyarakat (STBM, dan program berbasis
masyarakat lainnya).

2) Komitmen :

Setelah melakukan pengecekan dokumen, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah


memastikan komitmen Pemda untuk mendukung kegiatan STBM terutama alokasi anggaran
yang disediakan sampai kebijakan penggunaan dana BOK.

3) Menentukan lokasi :

Ada dua kegiatan pada tahap ini yaitu menentukan desa/kelurahan terpilih (berdasarkan
area beresiko dan juga penetapan lokasi di dalam dokumen SSK dan MPS) serta melakukan
sosialisasi kepada desa/kelurahan terpilih. Setelah lokasi terpilih Pokja Sanitasi/AMPL juga
perlu menyusun strategi dan kegiatan yang lebih terperinci di masing-masing lokasi.
(Catatan: Akan lebih baik apabila lokasi yang dipilih sudah pernah melakukan kegiatan
STBM pilar 1).

4) Pelatihan (peningkatan kapasitas SDM):

Setelah lokasi terpilih, langkah selanjutnya adalah memilih tenaga sanitarian, staf promkes,
staf PMD (Kecamatan/Kelurahan), tokoh masyarakat, kader yang akan dilatih sebagai “agent
of change”/fasilitator di lapangan. Susun rencana untuk pelatihan yang melibatkan Pokja
Kabupaten/Kota serta Pokja Provinsi selama 5 hari. Pada akhir kegiatan pelatihan akan
disusun RTL. Catatan: Modul IPP-STBM telah tersedia.

5) Pelaksanaan kegiatan:

Setelah pelatihan tenaga terlatih melakukan kegiatan di lokasi terpilih dimulai dengan
melakukan sosialisasi kepada tokoh masyarakat serta menentukan lokasi prioritas yang akan
di damping. (RT/RW). Rangkaian kegiatan terdiri dari :

a) Pemicuan kepada masyarakat, penyusunan RKM


b) Melakukan promosi higiene dan sanitasi melalui berbagai saluran media yang sesuai
dengan masyarakat
c) Pelatihan masyarakat : sesuai dengan prioritas masalah dan penyelesaian yang telah
ditentukan
d) Pembangunan sarana sanitasi sesuai permasalahan dan prioritas penyelesaian masalah
yang dipilih oleh masyarakat termasuk menentukan lembaga masyarakat yang akan
mengorganisir seluruh kegiatan.
e) Operasi dan pemeliharaan sarana sanitasi : memilih lembaga masyarakat yang akan
mengelola sarana sanitasi.
f) Mengembangkan aturan lokal terkait sanitasi.

28
g) Mengembangkan dan meningkatkan Akses layanan melalui program berbasis
masyarakat yang berkelanjutan melalui :
 Mengembangkan wirausaha sanitasi ( 5 pilar )
 Kerjasama multipihak

6) Monitoring dan evaluasi


Melakukan monitoring dan evaluasi dengan berbagai media antara lain :
• Pertemuan rutin
• Kunjungan lapangan
• Dokumentasi dan pelaporan

Gambar 6 : Millestone pelaksanaan IPP-STBM

29
Referensi :

1. Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, 2003.


2. Kementerian Kesehatan RI, Renstra 2010-2014, Jakarta 2010
3. Kepmenkes No. 852/2008, tentang Strategi Nasional STBM.
4. Buku Profil Program Penyehatan Lingkungan
5. Pokja Nasional AMPL, Petunjuk Praktis Penyusunan Buku Putih Sanitasi, 2013
6. Pokja Nasional AMPL, Petunjuk Praktis Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota, 2013
7. Pokja Nasional AMPL, Petuntuk Praktis Penyusunan Memorandum Program Sanitasi,2013
8. ……………………..

30
LAMPIRAN : 1

EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan konsep Intervensi
Perubahan Perilaku sanitasi dan komunikasi perubahan perilaku dalam IPP-STBM
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud PPSP? Mengapa perlu percepatan PPSP?


2. Sebutkan tahapan pelaksanaan PPSP?
3. Sebutkan arah dan kebijakan pembangunan sanitasi di Indonesia?
4. Sebutkan peran dan strategi STBM?
5. Jelaskan bagaimana skema besar Implementasi PPSP melalui penguatan Pilar-pilar STBM?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

31
LAMPIRAN : 2

SLIDE PREENTASI

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
SUB MODUL
KONSEP IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sub modul ini menjelaskan tentang konsep Intervensi Perubahan Perilaku, Komunikasi
perubahan perilaku di dalam Implementasi PPSP melalui penguatan Pilar-pilar STBM (IPP-STBM).
Permasalahan sanitasi tidak terlepas dari permasalahan perilaku, sehubungan dengan hal itu
maka diperlukan rancangan kegiatan yang tepat untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan
yaitu mengurangi perilaku sanitasi yang tidak aman dan mempertahankan serta meningkatkan
perilaku sanitasi yang aman.

II. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan Umum:

Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami konsep intervensi perubahan perilaku
dan komunikasi perubahan perilaku di dalam Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar
STBM. (IPP-STBM)

Tujuan Kegiatan Khusus:


Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu :
• Memahami pengertian intervensi perubahan perilaku sanitasi
• Memahami tujuan intervensi perubahan perilaku sanitasi
• Memahami pengertian komunikasi perubahan perilaku
• Memahami komponen perubahan perilaku
• Memahami tahapan perubahan perilaku
• Menguraikan dan memahami tahapan komunikasi perubahan perilaku
• Menguraikan dan memahami tahapan pelaksanaan IPP- STBM

III. POKOK BAHASAN


a. Pengertian Intervensi perubahan perilaku sanitasi
b. Tujuan Intervensi perubahan perilaku sanitasi
c. Pengertian Komunikasi perubahan perilaku sanitasi
d. Komponen perubahan perilaku
e. Tahapan perubahan perilaku
f. Tahapan Komunikasi perubahan perilaku
g. Tahapan Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM (IPP-STBM)

IV. WAKTU: 180 menit (4 JPL)

44
V. METODE
1. Curah pendapat
2. Presentasi singkat
3. Diskusi kelompok.
4. Diskusi Pleno.
5. Simulasi

VI. ALAT BANTU dan MEDIA


1. Slide Presentasi.
2. Lembar Aktivitas 1 : Mencari pasangan strategi dan kegiatan
3. 5 buah amplop besar untuk LA 1
4. Tulisan strategi dan kegiatan IPP STBM
5. Kertas flipchart
6. Spidol warna warni
7. Selotip kertas
8. LCD
9. Laptop

VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

SESI 1: Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah :
Konsep IPP-STBM, sampaikan mengapa topik ini penting untuk dibahas

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan

Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta
apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan
dengan sesi selanjutnya

SESI 2 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan Perilaku dan Intervensi Perubahan Perilaku
Sanitasi, Tujuan Intervensi Perubahan Perilaku Sanitasi dan Komunikas Perubahan
Perilaku Sanitasi ( 30 menit)

Langkah 1: Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa permasalahan sanitasi tidak terlepas
dari permasalahan perilaku. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan intervensi

45
perubahan perilaku sanitasi yang bertujuan untuk mengurangi perilaku/praktek
sanitasi yang tidak aman dan menciptakan Lingkungan hidup yang sehat sehingga
akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Intervensi yang
dilakukan harus efektif. Untuk merancang intervensi yang efektif diperlukan
pemahaman yang tepat apakah yang dimaksud dengan intervensi perubahan
perilaku sanitasi sehingga rancangan intervensi yang dikembangkan dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan semula.

Langkah 2: Tanyakan kepada peserta mengenai pengertian “Intervensi”?


Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart.
Selanjutnya tanyakan kepada peserta intervensi apa saja yang sudah dilakukan
terkait dengan sanitasi.
Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Selanjutnya tanyakan apakah intervensi
yang sudah dilakukan sudah terbukti efektif/mampu menimbulkan dampak (terjadi
perubahan perilaku)?

Selanjutnya tanyakan kepada peserta mengenai :


 Pengertian Intervensi Perubahan Perilaku Sanitasi
 Tujuan Intervensi Perubahan Perilaku dan Intervensi Perubahan Perilaku
Sanitasi
 Komunikasi perubahan perilaku sanitasi

Tulis kata-kata kunci yang disampaikan peserta pada kertas flipchat.


Ajak peserta untuk merangkum pengertian Intervensi perubahan perilaku Sanitasi,
Tujuan intervensi perubahan perilaku sanitasi serta komunikasi perubahan perilaku
sanitasi berdasarkan kata-kata kunci yang sudah dituliskan.

Langkah 3: Tayangkan slide pengertian dan tujuan intervensi perubahan perilaku sanitasi serta
komunikasi perubahan perilaku sanitasi. Sampaikan kepada peserta bahwa pada
kemasan program untuk Intervensi perubahan perilaku sanitasi adalah : IPP-STBM.
Kemasan Komunikasi perubahan perilaku sanitasi dikemas adalah Promosi Higiene
dan Sanitasi

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 4: Jelaskan kepada peserta bahwa intervensi perubahan perilaku sanitasi terdiri dari :
Komunikasi perubahan perilaku, advokasi, pelibatan peran serta masyarakat, dan
akses ke layanan sanitasi. Tanyangkan slide sehubungan dengan hal tersebut.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

46
SESI 3 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan Komponen Perubahan Perilaku dan Tahapan
Perubahan perilaku Individu serta tahapan melakukan komunikasi perubahan
perilaku/promosi higiene dan sanitasi ( 50 menit)

Langkah 1: Minta kesediaan beberapa relawan untuk menceritakan pengalamannya melakukan


perubahan perilaku selama hidup dalam hal apapun.

Tanyakan faktor apa saja yang membuat peserta tersebut mau melakukan
perubahan perilaku. Catat kunci jawaban peserta pada kertas flipchart. Ucapkan
terima kasih kepada relawan.

Tanyakan kepada peserta komponen apa saja selain yang disebutkan oleh relawan
sebelumnya yang membuat seseorang mau melakukan perubahan perilaku. Catat
jawaban peserta pada kertas flipchart. Ajak peserta untuk membuat rangkuman
komponen perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan jawaban peserta.

Langkah 2: Tayangkan slide komponen perubahan perilaku, jelaskan setiap komponen


perubahan perilaku beserta contohnya.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 3: Sampaikan kepada peserta bahwa untuk melakukan perubahan perilaku tidaklah
mudah ada beberapa tahapan perubahan perilaku sebelum perilaku baru yang
diharapkan benar-benar dilakukan dan bertahan untuk seterusnya. Tanyakan
kepada peserta tahapan seseorang untuk melakukan perubahan perilaku.

Rangkum jawaban peserta dengan menayangkan slide tahapan perubahan perilaku


individu.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 4: Sampaikan bahwa untuk mendukung terjadinya perubahan perilaku diperlukan


kegiatan promosi higiene dan sanitasi yang terencana dengan baik.
Tanyakan pengalaman peserta tahapan melakukan kegiatan promosi kesehatan
yang pernah dilakukan. Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart.

Rangkum jawaban peserta dengan menayangkan slide tahapan perubahan perilaku


individu.

47
Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 4 Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Tahapan melakukan IPP-STBM (80 menit)

Langkah 1 : Jelaskan bahwa untuk mengembangkan suatu intervensi perubahan perilaku perlu
dilakukan beberapa tahapan kegiatan.

Minta kesediaan beberapa relawan untuk menceritakan pengalamannya melakukan


intervensi perubahan perilaku yang pernah dilakukan. Tulis jawaban peserta pada
kertas flipchart. Ucapkan terima kasih terhadap relawan tersebut.
Ajak peserta untuk membuat rangkuman tahapan kegiatan intervensi yang tekah
dilakukan berdasarkan pengalaman tersebut.

Langkah 2 : Jelaskan tahapan melakukan IPP-STBM dengan menayangkan slide.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 3 : Sampaikan kepada peserta bahwa untuk lebih mendalami tahap 4 kita akan
melakukan permainan kelompok.
Lakukan kegiatan sesuai dengan panduan melakukan LA 1 (terlampir)

Langkah 4: Setelah melakukan permainan untuk membahas tahap 4 dalam implementasi PPSP
melalui penguatan pilar-pilar STBM. Jelaskan kegiatan pada tahap 4 dengan
menayangkan slide.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 5 : Sampaikan bahwa :”Intervensi perubahan perilaku sanitasi yang dikemas dalam IPP-
STBM” merupakan peta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama
dalam bidang sanitasi. Dengan demikian setiap tahapan dalam kegiatan ini harus
direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya karena satu tahapan dengan
tahapan lainnya saling berkaitan dengan erat.

Langkah 6: Buatlah rangkuman sesi

48
Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi Konsep Intervensi Perubahan Perilaku sanitasi dan
komunikasi perubahan perilaku sanitasi dalam IPP-STBM
Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi
berikutnya yaitu pemetaan sanitasi

49
VIII. URAIAN MATERI

KONSEP INTERVENSI PERUBAHAN PERILAKU DALAM


IMPLEMENTASI PPSP MELALUI PENGUATAN PILAR-PILAR STBM

A. Pengertian dan Konsep Intervensi Perubahan Perilaku

Seperti kita ketahui bersama permasalahan sanitasi tidak terlepas dari permasalahan perilaku.
Perilaku Higiene dan sanitasi dalam hal ini mengacu kepada 5 pilar STBM yaitu :

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS),


2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT),
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan
5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).

Sehubungan dengan itu diperlukan intervensi perubahan perilaku.

Intervensi Perubahan Perilaku adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan


yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan, perilaku atau
tindakan individu maupun populasi untuk mengurangi perilaku/praktek higiene
dan sanitasi yang tidak aman.

Sebuah intervensi memiliki proses yang jelas, apa yang ingin kita capai, dan protokol yang
memuat petunjuk mengenai tahap-tahap implementasinya. Intervensi yang dilakukan harus
efektif (terbukti mampu menghasilkan efek/dampak).

Intervensi perubahan perilaku merupakan:

• Kombinasi dari berbagai kegiatan yang terencana secara strategis (terintegrasi dan
komprehensif)
• Berkaitan dengan kebutuhan kelompok masyarakat tertentu dan dikembangkan bersama
kelompok masyarakat tersebut (bottom up)

Strategi merupakan metode atau pendekatan tertentu yang secara konsisten digunakan selama
intervensi. Salah satu contoh strategi adalah pemicuan.

Intervensi perubahan perilaku sanitasi dapat didefinisikan sebagai pendekatan umum


yang berupaya mengubah perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang tidak aman dan
mempertahankan perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang aman melalui serangkaian
kegiatan sesuai kebutuhan kelompok dengan menciptakan lingkungan yang mendukung
Dalam kaitannyaperubahan baik secara
dengan program PPSPindividu maupun
intervensi perubahan
perubahan secara
perilaku ini dikolektif
kemas dalam
Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM.

50
Tujuan Intervensi Perubahan Perilaku antara lain :
• Mengurangi perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang tidak aman
• Mempertahankan perilaku/praktek higiene dan sanitasi yang aman dengan menciptakan
lingkungan yang mendukung perubahan perilaku baik individu maupun secara kolektif

Tujuan akhir program Implementasi PPSP melalui penguatan Pilar-pilar STBM adalah :

 Perubahan perilaku sanitasi yang terjadi melalui kegiatan pemicuan, pengorganisasian


masyarakat dan promosi higiene dan sanitasi yang berkelanjutan.
 Upaya menurunkan prevalensi penyakit diare, meningkatkan kesehatan masyarakat dan
meningkatnya usia harapan hidup.
 Menyediakan sarana dan prasarana sanitais yang akan menunjang terjadinya perubahan
perilaku sanitasi.

Intervensi perubahan perilaku terdiri dari :

 Komunikasi Perubahan Perilaku (dikemas dalam Promosi Higiene dan sanitasi)


 Advokasi
 Pelibatan peran serta masyarakat
 Akses ke layanan sanitasi

Berdasarkan Grimley (1997) dan Prochaska (1992), tahapan perubahan perilaku adalah :

Tabel 1 : Tahapan perubahan perilaku

No Tahapan Perubahan Perilaku Contoh


1 Precontemplation : Tidak mengetahui ada Masyarakat tidak mengetahui bahwa
permasalahan BABS dapat mencemari Lingkungan dan
menyebabkan tertular penyakit diare.
2 Contemplation : Sudah menyadari masalah dan Masyarakat sudah sadar bahwa BABS
perubahan perilaku yang diinginkan dapat mencemari Lingkungan yang
berujung pada penularan penyakit diare.
Sudah mempunyai keinginan untuk
membangun jamban sehat
3 Preparation : Siap-siap untuk mengambil Mencari tahu dan memilih design
tindakan jamban yang diinginkan sesuai dengan
kemampuan.
Mengumpulkan bahan dan biaya untuk
membuat jamban sehat
4 Action : Melakukan praktek dari perilaku yang Membangun dan menggunakan jamban
diinginkan sehat
5 Maintenance : Berupaya untuk Memelihara jamban sehat dan
mempertahankan perilaku mempertahankan perilaku SBS serta
mengajarkan kepada anggota keluarga
dan lingkungannya untuk melakukan hal
yang sama.

51
Gambar 1 : Tahapan perubahan perilaku

Sehubungan dengan tahapan perubahan perilaku tersebut di atas beberapa kegiatan dampingan
kepada masyarakat yang dirancang untuk dapat mendukung terjadinya perubahan perilaku
antara lain dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 : Kegiatan yang mendukung setiap tahapan perubahan perilaku

No Tahapan Perubahan Perilaku Kegiatan untuk merubah perilaku


1 Precontemplation : Tidak mengetahui ada Tumbuhkan kesadaran dan tawarkan
permasalahan solusi, misalnya melalui pemicuan,
promosi higiene dan sanitasi
2 Contemplation : Sudah menyadari masalah dan Sampaikan informasi terkait :
perubahan perilaku yang diinginkan identifikasi kan hambatan dan
keuntungan yang dirasakan untuk
merubah perilaku.
3 Preparation : Siap-siap untuk mengambil Berikan informasi yang logis,
tindakan manfaatkan kelompok masyarakat
4 Action : Melakukan praktek dari perilaku yang Sediakan informasi, dorong secara terus
diinginkan menerus, gunakan jasa media dengan
menekankan keuntungannya (Promosi
higiene dan sanitasi). Kurangi hambatan
melalui penyelesaian masalah,
tingkatkan kemam puan melalui uji
coba, dukungan sosial

5 Maintenance : Berupaya untuk Ingatkan mereka akan keuntungan


mempertahankan perilaku perilaku baru.Yakinkan bahwa mereka
mampu untuk meningkatkan dukungan
sosial

52
Di dalam program pembangunan sanitasi perubahan perilaku yang diharapkan mengacu kepada
5 pilar STBM antara lain:

Perilaku Tidak aman Periaku aman


 Buang Air Besar Sembarangan  Stop Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) (SBS)
 Tidak Cuci Tangan Pakai Sabun  Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di
(CTPS) di 5 waktu penting Lima Waktu Penting
 Tidak mengelola air minum dan  Mengelola air minum dan makanan
makanan dengan benar dengan baik
 Tidak mengelola sampah di rumah  Mengelola sampah mulai dari rumah
dengan benar dengan benar
 Tidak mengelola limbah cair  Mengelola limbah cair dengan baik
dengan baik  Mengelola drainase lingkungan
 Tidak mengelola drainase dengan dengan baik
baik

B. Komunikasi Perubahan Perilaku

Komunikasi perubahan perilaku: Suatu proses interaktif yang melibatkan


masyarakat untuk merancang beragam pesan menggunakan berbagai macam
media dan saluran untuk mempromosikan, mengembangkan dan memelihara
perilaku/praktek higiene dan sanitasi

yang aman
Tujuan Komunikasi perubahan perilaku adalah :

– Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi


– Mengubah sikap dan kepercayaan masyarakat
– Mengubah persepsi risiko
– Meningkatkan kebutuhan terhadap layanan sanitasi

Tahapan membuat komunikasi perubahan perilaku :

1. Merumuskan tujuan komunikasi


2. Melibatkan pemangku kepentingan
3. Identifikasi masyarakat
4. Melakukan penilaian terhadap masyarakat (Profiling)
5. Melakukan segmentasi kelompok masyarakat
6. Merumuskan tujuan perubahan perilaku
7. Merancang strategi KPP dan M&E
8. Mengembangkan media komunikasi

53
9. Pra test media komunikasi
10. Implementasi dan pemantauan
11. Evaluasi
12. Melakukan analisis dan memberikan umpan balik

Melakukan penilaian terhadap masyarakat (Profiling) merupakan kegiatan untuk mencari tahu
aspek psikografi dan demografi masyarakat. Adapun hal-hal yang dilihat antara lain:

1) Harapan di masa depan, ketakutan dan tujuan hidup


2) Kebiasaan terkait media dan hiburan yang dibaca/ditonton
3) Perilaku menyediakan dan mengakses layanan sanitasi
4) Orang-orang yang berperilaku sangat positif
5) Aktivitas sehari-hari
6) Hobi, makanan, tokoh idola, warna, musik, film
7) Kemampuan baca tulis
8) Topik obrolan yang disukai
9) Aktivitas pribadi di waktu senggang
10) Pada situasi apa merasa bahagia, sedih, biasa saja

Dalam kaitannya dengan Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM komunikasi
perubahan perilaku dikemas dalam promosi higiene dan sanitasi.

Promosi Higiene dan Sanitasi :

 Promosi higiene didefinisikan sebagai “pendekatan yang direncanakan untuk mencegah


penyakit diare, penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit terkait sanitasi lainnya
melalui penerapan praktik higiene yang aman” 1.
 Promosi higiene adalah sebuah pendekatan yang melibatkan masyarakat dalam rangka
meyakinkan dan mendukung anggota keluarganya untuk mengadopsi praktik higiene
dan sanitasi yang aman.

Tujuan promosi higiene adalah mendukung masyarakat dalam mengembangkan perilaku


higiene dan sanitasi yang baik untuk : mencegah penyakit, mempromosikan sikap dan praktik
positif tentang penyediaan, penggunaan dan pemeliharaan fasilitas dan layanan sanitasi.

Mengapa promosi higiene itu penting?

Penyakit yang penularannya lewat air dan berhubungan dengan sanitasi antara lain penyakit
diare, cacingan, penyakit kulit, mata dan penyakit yang ditularkan melalui vektor. Studi
kesehatan telah menunjukkan bahwa peningkatan perilaku higiene dan sanitasi dapat
mengurangi kasus diare sebesar 48%, dan meningkatkan penggunaan sarana sanitasi sebesar
36%. Mencuci tangan pakai sabun telah mengurangi infeksi saluran pernapasan atas pada anak-

1 http://www.washdoc.info/docsearch/title/153269

54
anak sebesar lebih dari 40%. Higiene dan sanitasi yang baik juga mengurangi serangan cacing
usus sebesar 60%.2

Bagi pemerintah dan masyarakat perilaku higiene dan sanitasi yang baik juga mengurangi biaya
yang ditimbulkan akibat penyakit dan kematian terkait higiene. Lebih lanjut, perilaku tersebut
mengurangi pendapatan akibat hilangnya waktu dan hari untuk bekerja dan hilangnya waktu
untuk sekolah ketika mereka tidak dapat bersekolah karena sakit atau harus merawat keluarga
yang sakit. Prioritas Program Pengendalian Penyakit dari Bank Dunia / WHO memberi peringkat
pertama pada promosi higiene melalui investasi biaya kesehatan secara efektif di negara-negara
berkembang, dan peringkat kedua adalah investasi pada infrastruktur sanitasi yang baik. 3

Selain itu, promosi higiene meningkatkan penggunaan sarana dan prasarana air bersih, higiene
dan sanitasi secara optimal dan komitmen masyarakat agar sarana dan prasarana dapat
berfungsi dengan baik secara berkelanjutan . Pengalaman sebelumnya telah menunjukkan
bahwa penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi sering tidak digunakan secara
efektif dan berkelanjutan kecuali jika dilakukan promosi higiene.

C. TAHAPAN MENGEMBANGKAN IPP-Intervensi Perubahan Perilaku

Gambar 2: Tahapan melakukan IPP-STBM

Mengembangkan kegiatan Intervensi perubahan perilaku dapat dilakukan dalam 5 tahapan


kegiatan antara lain :

1. Memilih lokasi
2. Identifikasi perilaku higiene dan sanitasi serta penyebabnya
3. Mengembangkan strategi
4. Merencanakan kegiatan
5. Mengembangkan rencana monev

2Cairncross, Sandy dan Vivian Valdmanis (2006). Water Supply, Sanitation and Hygiene Promotion. Bab 41 dalam Jamison,
Dean, dkk., eds. Disease Control Priorities in Developing Countries. Washington D.C., USA: World Bank.
http://www.dcp2.org/pubs/DCP

3 http://www.washdoc.info/docsearch/title/172326

55
Dalam Implementasi PPSP melalui penguatan pilar-pilar STBM tahapan pada tingkat
Kabupaten/kota tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tahap pertama : Memilih Lokasi

Pemilihan lokasi dilakukan mengacu kepada dokumen Buku Putih yaitu penentuan area
beresiko. Berdasarkan area beresiko dilihat wilayah (Desa/Kelurahan) yang mempunyai
resiko sanitasi sangat tinggi atau mempunyai resiko tinggi. Apabila lokasinya cukup banyak
maka buat skala prioritas untuk menentukan desa/kelurahan yang akan ditangani pertama
kali. Berikut ini contoh peta area beresiko sanitasi :

Gambar 3 : Peta Area Beresiko sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota – Sumatera Barat

2. Tahap kedua : Identifikasi perilaku higiene dan sanitasi

Tahap kedua adalah identifikasi faktor penentu perilaku higiene dan sanitasi. Faktor yang
menentukan perilaku seseorang ada dua yaitu faktor penentu langsung dan faktor penentu
tidak langsung.

Faktor penentu langsung dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri dan faktor
dari luar.

Faktor dari dalam diri Faktor dari luar diri


• Niat atau apa yang membuatnya • Akses terhadap layanan
terpicu sanitasi
• Persepsi seseorang tentang • Pendanaan
perilakunya • Ada tidaknya role model.
• Keyakinan dan kemampuan untuk
melakukan perubahan
• Keterampilan yang dimiliki untuk
melakukan perubahan perilaku
• Persepsi yang bersangkutan tentang
norma sosial yang ada

56
Komponen Perubahan Perilaku

Untuk terlaksananya perubahan perilaku sanitasi yang aman ada 5 komponen perubahan
perilaku yang terkait satu sama lainnya. Kelima komponen tersebut antara lain :

1) Persepsi Risiko: merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian


terhadap risiko dirinya. Tentu saja agar seseorang atau sekelompok orang
memahami risikonya, maka orang tersebut harus mempunyai akses terhadap
informasi dengan mudah, memahami informasi tersebut, dan mengkaitkan antara
keadaan dirinya dengan risiko tersebut. Kegiatan ini dilakukan pada saat pemicuan.
2) Efektivitas Penyelesaian Masalah: Intervensi efektif yang berkaitan dengan kondisi
untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan solusi yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah adalah pendampingan masyarakat yang
berkesinambungan. Atau melalui promosi higiene dan sanitasi yang
berkesinambungan. Dengan informasi yang berkesinambungan dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat diharapkan dapat memudahkan terjadinya perubahan
perilaku sesuai dengan yang diharapkan.
3) Kemampuan dan Keyakinan Diri: Intervensi yang berkaitan dengan kondisi untuk
membekali msyarakat sehingga mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk
mengubah perilakunya dicerminkan dalam intervensi yang sama dengan komponen
ke dua yaitu melalui pendampingan kepada masyarakat secara berkesimbungan.
4) Menciptakan lingkungan yang mendukung, merupakan salah satu faktor penting
bagi masyarakat agar terjadinya perubahan perilaku. Intervensi efektif yang
berkaitan dengan faktor lingkungan yang mendukung adalah advokasi, pemasaran
sosial sanitasi, pembentukan forum konsultasi, dan pembentukan kelompok
dukungan masyarakat.
5) Produk dan layanan Tersedianya produk dan layanan yang berkualitas sehingga
mendorong masyarakat untuk menggunakan sarana dan prasarana yang ada.
Intervensi yang terkait dengan faktor ini adalah pemasaran sosial sanitasi dan
pembangunan sarana sanitasi.

Gambar 4: Komponen Perubahan Perilaku

57
Faktor penentu tidak langsung terdiri dari : Individual (Pendidikan, Akses dan kontrol
terhadap sumber-sumber, tahapan hidup), keluarga/Komunitas (Norma, nilai-nilai, budaya),
sistem Layanan sanitasi ( Sarana dan prasarana, Kebijakan, Kelompok pendukung, Opini
publik), serta pada skala nasional apakah ada kebijakan/regulasi terkait dengan sanitasi yang
mendukung dan kesetaraan gender. Kesetaraan gender misalnya apakah ada aturan yang
menjelaskan bahwa sarana dan prasarana sanitasi juga harus mempertimbangkan aspek
kesetaraan gender. Ketika ada program pembangunan toilet untuk murid atau toilet umum
misalnya apakah sudah mempertimbangkan jumlah yang sesuai dengan perbandingan 1 : 25
untuk laki-laki dan 1 : 40 untuk perempuan, serta konstruksi yang sesuai untuk menjamin
kenyamanan kaum perempuan.

Catatan : Hasil studi EHRA dapat dipergunakan sebagai informasi tambahan.

3. Tahap ketiga : Mengembangkan strategi

1) Peningkatan kapasitas tenaga pendamping masyarakat


2) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi masyarakat untuk mendukung terjadinya
perubahan perilaku
3) Pemetaan sanitasi, Pemicuan dan melakukan promosi higiene dan sanitasi
4) Meningkatkan partisipasi/keterlibatan masyarakat (pemberdayaan masyarakat, jender,
dan kemiskinan)
5) Mendukung terjadinya perubahan perilaku jangka panjang
6) Mempertahankan perilaku aman
7) Menyediakan dan meningkatkan akses layanan air limbah, persampahan, dan drainase
lingkungan melalui program berbasis masyarakat yang berkelanjutan

4. Tahap ke empat : Merencanakan kegiatan.

Kegiatan-kegiatan direncanakan untuk setiap strategi antara lain :

1) Peningkatan Kapasitas tenaga pendamping masyarakat

Kegiatan pada strategi ini antara lain memilih dan meningkatkan kemampuan “agen
perubahan perilaku” (Agent of change) atau fasilitator lapangan. Tenaga yang dipilih
terdiri dari : Sanitarian, staff promkes, staf pemberdayaan masyarakat, Tokoh
masyarakat, Tokoh agama, tokoh pemuda, kader (PKK, Kesehatan, Dasawisma dll).
Pelatihan dilakukan terhadap fasilitator lapangan yang sudah dipilih menggunakan
modul penyesuaian dari modul pelatihan STBM.

2) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi masyarakat untuk mendukung terjadinya


perubahan perilaku

 Advokasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/kelurahan


 Pertemuan Koordinasi secara rutin dengan pemangku kepentingan baik tingkat
kabupaten/kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan

58
3) Pemetaan sanitasi, Pemicuan dan melakukan promosi higiene dan sanitasi

 Melakukan pemetaan sanitasi dan pemicuan untuk 5 pilar STBM


 Melakukan promosi higiene dan sanitasi kepada masyarakat melalui berbagai
media pertemuan yang ada di masyarakat serta saluran media lainnya (metode
partisipatif) yang sesuai
 Penyediaan dan distribusi media KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
 Lomba Desa/kelurahan sehat

4) Meningkatkan partisipasi/keterlibatan masyarakat (pemberdayaan masyarakat, jender


dan kemiskinan)

Pra Konstruksi :
 Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
 Identifikasi lembaga pelaksana kegiatan/pembangunan
 Menentukan pilihan teknologi
 Menentukan lahan dan konstribusi masyarakat lainnya

Konstruksi :
 Pelatihan tukang
 Pelatihan kelompok masyarakat : pengolahan sampah (Organik dan non organik)
 Pengumpulan kontribusi masyarakat (in cash dan in kind),
 Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

Pasca Konstruksi :
 Identifikasi lembaga pengelola sarana sanitasi
 Pelatihan lembaga pengelola, operasi dan pemeliharaan
 Pendampingan pengelolaan sarana

5) Mendukung terjadinya perubahan perilaku jangka panjang


 Pemasaran sosial sanitasi (Melibatkan pihak swasta)
 Pembentukan Kelompok dukungan
 Forum konsultasi

6) Mempertahankan perilaku aman


 Adanya regulasi lokal : Pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah dan
pengelolaan drainase lingkungan

7) Menyediakan dan meningkatkan akses layanan air limbah, persampahan dan drainase
lingkungan melalui program berbasis masyarakat yang berkelanjutan
 Pembangunan sarana sanitasi
 Mengembangkan wirausaha sanitasi
 Kerjasama multipihak

59
5. Tahap ke lima : Mengembangkan rencana monev

Dalam mengembangkan rencana monev dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

 Pertemuan rutin
 Kunjungan lapangan
 Dokumentasi dan pelaporan

60
Referensi :

1) Kementrian Kesehatan, 2009: Modul Intervensi Perubahan Perilaku Konsep Intervensi


Perubahan Perilaku
2) Kepmenkes No. 852/2008, tentang Strategi Nasional STBM.
3) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 1 : Panduan Praktis
Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih
4) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 2 Pelaksanaan Promosi
Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Lapangan
5) …..

61
LAMPIRAN : 1

LA 1 : LOMBA MENCARI PASANGAN STRATEGI DAN AKTIVITAS ( 45 menit)

Panduan :

Persiapan fasilitator

1. Siapkan cara untuk membagi kelompok menjadi 5 kelompok


2. Siapkan 4 amplop besar yang berisi potongan kata-kata yang akan dikerjakan oleh kelompok
3. Siapkan kertas flipchart sebanyak jumlah kelompok
4. Siapkan potongan kata-kata berikut ini yang diisikan kepada setiap amplop
a. Peningkatan kapasitas tenaga pendamping
b. Pelatihan sanitarian, staf promkes, staf PMD
c. Pelatihan kader, tokoh masyarakat,
d. Menciptakan Lingkungan yang kondusif
e. Advokasi kepada pemerintah
f. Pertemuan koordinasi rutin dengan pemangku kepentingan
g. Pemetaan sanitasi, pemicuan dan promosi higiene dan sanitasi
h. Melakukan pemetaan sanitasi, pemicuan untuk 5 pilar STBM
i. Melakukan kegiatan Promosi higiene dan sanitasi kepada masyarakat melalui berbagai
pertemuan dan saluran media yang sesuai secara partisipatif
j. Penyediaan dan distribusi media KIE
k. Lomba desa/kelurahan sehat
l. Mendukung terjadinya perubahan perilaku jangka panjang
m. Pemasaran social sanitasi (melibatkan peran swasta)
n. Pembentukan kelompok pendukung
o. Forum konsultasi
p. Mempertahankan perilaku
q. Adanya regulasi local mengenai sanitasi
r. Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat
s. Penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat
t. Identifikasi lembaga pelaksana kegiatan/pembangunan
u. Menentukan pilihan teknologi
v. Penentuan lahan dan kontribusi lainnya
w. Pelatihan tukang
x. Mengumpulkan kontribusi masyarakat
y. Masyarakat terlibat pada saat pembangunan
z. Identifikasi lembaga pengelola sarana
aa. Pelatihan lembaga pengelola
bb. Operasi dan pemeliharaan
cc. Menyediakan dan meningkatkan akses layanan
dd. Pembangunan sarana
ee. Kerjasama multipihak

62
5. Siapkan reward untuk pemenang

Langkah 1: Sampaikan kepada peserta bahwa “Kita akan melakukan kegiatan dalam kelompok
untuk membahas kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam setiap strategi yang
ada dalam tahap 4.

Langkah 2 : Sampaikan instruksi sebagai berikut :

 Peserta di minta membagi diri ke dalam 5 kelompok dengan cara yang sudah
dipersiapkan sebelumnya
 Bagikan amplop kepada setiap kelompok
 Tugas kelompok adalah : menggolongkan setiap kegiatan apa yang dilakukan
dalam strategi yang mana. Misalnya salah satu kegiatan dalam strategi
“Menciptakan Lingkungan yang kondusif” adalah melakukan advokasi kepada
pemerintah
 Sampaikan bahwa dalam IPP-STBM ada 7 strategi dan 24 kegiatan. Setiap
kelompok diminta untuk menempelkan hasil kerja kelompoknya pada kertas
flipchart
 Sampaikan bahwa kegiatan ini berupa perlombaan siapa yang menang akan
mendapatkan reward.
 Tanyakan apakah peserta sudah memahami tugasnya. Apabila sudah maka beri
kesempatan kepada kelompok untuk bekerja selama 10 menit
 Setelah 10 menit setiap kelompok diminta untuk menempelkan kertas
flipchartnya di depan.
 Minta peserta dari kelompok lain dan dari peserta dari kelompoknya untuk
memeriksa hasilnya.
 Tampilkan slide jawaban dan minta peserta melakukan penilaian.

Langkah 3 : Tanyakan kepada seluruh peserta:

 Bagaimana tentang proses tadi untuk memahami kegiatan yang dilaksanakan


dalam setiap strategi?
 Apa yang memudahkan, apa yang menyulitkan dari proses tadi?
 Apakah ada kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan kelompok yang baru saja
dilakukan?

Langkah 4: Lakukan langkah pembelajaran berikutnya.

63
LAMPIRAN : 2

EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan konsep Intervensi
Perubahan Perilaku sanitasi dan komunikasi perubahan perilaku dalam IPP-STBM
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan (Hot Potato-
pertanyaan disampaikan oleh fasilitator)
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud dengan Intervensi Perubahan perilaku?


2. Apa yang dimaksud dengan Intervensi perubahan perilaku sanitasi?
3. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Perubahan perilaku sanitasi?
4. Apa saja komponen perubahan perilaku?
5. Sebutkan tahapan pengembangan IPP-STBM?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

64
LAMPIRAN : 3
SLIDE PRESENTASI

65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
SUB MODUL
F Diagram (Alur Penularan Penyakit Diare dan Kecacingan)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sub modul ini menjelaskan tentang apabila kita tidak mengelola limbah cair, sampah dengan
baik sama saja artinya bahwa secara tidak langsung tinja, sampah dan limbah cair sampai ke
mulut atau kita memakan tinja, sampah, air limbah kita sendiri. Dampak penyakit yang
ditimbulkan akibat kondisi tersebut. Dengan mengetahui alur penularannya peserta diharapkan
mengetahui bagaimana cara mencegahnya.

II. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan Umum:

Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami alur penularan penyakit diare dan
kecacingan serta mengetahui cara mencegahnya .

Tujuan Kegiatan Khusus:


Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu :
a. Berbagi informasi & pengetahuan tentang penularan orang yang terjangkit diare atau
cacing perut kepada orang lainnya.
b. Menguji pengetahuan peserta yang benar & lengkap tentang siklus penularan
penyakit/alur kontaminasi.
c. Membantu peserta menemukan dan menganalisa bagaimana penyakit diare dan
kecacingan dapat menular dan menyebar melalui lingkungan serta cara mencegahnya

III. POKOK BAHASAN


a. Mungkinkah limbah masuk ke dalam mulut?
b. Praktek Pembuatan F-Diagram

IV. WAKTU: 90 menit

V. METODE
1. Curah pendapat
2. Presentasi singkat
3. Penugasan kelompok : Simulasi

VI. ALAT BANTU dan MEDIA


1. Slide Presentasi.
2. Lima set gambar F-Diagram
3. Kertas Flipchart

82
4. Spidol warna warni
5. Selotip kertas
6. LCD
7. Laptop

VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

SESI 1: Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah :
F-Diagram, sampaikan mengapa topic ini penting untuk dibahas

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan

Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta
apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan
dengan sesi selanjutnya

SESI 2 : Pembahasan Sub Pokok : Mungkinkan limbah masuk ke dalam mulut? ( 20 menit)

Langkah 1: Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa secara tidak sadar perilaku kita
sehari-hari bisa menyebabkan kita sakit apabila kita kurang memperhatikan perilaku
hygiene dan sanitasi kita. Apabila kita kurang memperhatikan kebiasaan perilaku
dan kebersihan diri bisa menyebabkan terjadinya penularan penyakit diare dan
kecacingan. Sehubungan dengan itu kita perlu mengetahui alur penularan penyakit
diare dan kecacingan agar kita bisa mencegahnya.

Langkah 2: Tanyakan kepada peserta bagaimana cara melakukannya? Apakah ada yang sudah
pernah melakukannya?

Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Ucapkan terima kasih kepada peserta
yang telah mau berbagi.

Selanjutnya tanyakan kepada peserta mengenai :


 Mungkinkah tinja yang dibuang di sembarang tempat masuk ke mulut kita
(termakan)?
 Lewat apa saja?

83
 Bagaimana dengan sampah?
 Lewat apa saja?
 Bagaimana dengan limbah cair RT?
 Lewat apa saja?

Ajak peserta untuk membuat kesimpulan dari jawaban-jawaban tersebut.

Lanjutkan dengan pertanyaan berikut:


 Apa dampak (penyakit) yang ditimbulkan?
 Siapa saja yang terkena?
 Bagaimana perasaan kita?

Tulis jawaban peserta pada papan flipchart. Ajak peserta membuat kesimpulan.

Langkah 3: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 3 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Praktek membuat F-Diagram ( 50 menit)

Langkah 1: Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan melakukan praktek membuat
F – Diagram.
Minta peserta membagi diri ke dalam 5 kelompok menggunakan metoda
pembagian kelompok yang sudah disiapkan.

Setiap kelompok diberikan satu set gambar F-Diagram, kertas flipchart dan spidol
warna-warni..

Sampaikan pada setiap kelompok tugasnya yaitu membuat alur perjalanan dan cara
tinja/feces sampai ke mulut menggunakan gambar yang telah disediakan. Lakukan
kegiatan selama 10 menit. Setelah selesai tempelkan hasilnya di kertas flipchart, dan
bagi kelompok yang sudah selesai tempelkan hasil kerjanya di depan.

Beri kesempatan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasilnya dengan


semangat.

Langkah 2 : Setelah selesai lakukan diskusi dengan seluruh peserta :

• Melalui praktek apa saja orang mempunyai resiko tertular kecacingan/diare.


• Tulis jawaban peserta pada kertas Flipchart. Ajak peserta untuk mengambil
kesimpulan dari jawaban tersebut.
• Apabila sudah jelas bahwa semua mempunyai resiko dengan cara yang berbeda,
ajukan pertanyaan berikutnya: Sebutkan tiga cara untuk mencegah hal
tersebut.

84
• Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart.
• Selanjutnya tanyakan : Apa yang dapat dilakukan oleh masing-masing kelompok
untuk mewujudkannya :
– Suami/Ayah
– Istri/ibu
– Anak laki-laki/anak perempuan : di sekolah, di rumah di masyarakat
• Akhiri dengan menanyakan pengalaman yang dapat diambil dari
kegiatan/latihan ini

Langkah 3: Tayangkan slide dan jelaskan Alur penularan penyakit Diare dan Kecacingan.
Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 4: Buatlah rangkuman sesi

Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi diagram F


Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi
berikutnya yaitu elemen pemicuan

85
VIII. URAIAN MATERI

Diagram F (Alur Penularan Penyakit)


Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa sekitar 1,1 juta anak usia di atas lima tahun
meninggal karena Diare. Sementara UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu
anak yang meninggal karena Diare. Kematian Diare pada balita di negara-negara berkembang
mencapai 1,5 juta jiwa. Data di Indonesia menunjukkan Diare adalah pembunuh balita kedua
setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Di Indonesia setiap tahun 100.000 balita
meninggal karena diare.

Penyebab utama Diare adalah bakteri Eschericia coli selanjutnya disingkat menjadi E.coli. E. coli
adalah tipe bakteri fecal coliform yang biasanya terdapat pada alat pencernaan binatang dan
manusia. Adanya E.coli di dalam air adalah indikasi kuat adanya kontaminasi adanya kotoran
manusia dan hewan.

Diagram penyebaran kuman diare biasa di sebut Diagram F. Diagram ini pertama ditemukan
oleh E.G. Wagner dan J.N Lanoix pada tahun 1958. Diagram F menggambarkan bagaimana
bakteri E.coli bisa masuk ke dalam mulut. Kotoran manusia bisa masuk ke perut karena
beberapa sebab antara lain melalui lalat. Lalat sering mengerubungi kotoran manusia atau
kotoran hewan, karenanya kaki dan mulutnya bisa mengandung kuman penyakit dari kotoran
itu. Makanan atau minuman yang tidak ditutupi dengan rapat dapat terkena kuman penyakit
Diare, jika ada lalat yang menempel, atau terkena udara yang menerbangkan kuman penyakit.
Kotoran manusia yang mencemari lingkungan, dapat membuat air di dalam tanah mengandung
kuman, dan jika langsung diminum bisa berbahaya. Sehabis Buang Air Besar/Buang Air Kecil,
tangan kita juga bisa mengandung kuman penyakit Diare, kalau kita memakan sesuatu yang kita
pegang, kita akan terkena Diare. Perilaku buang air besar sembarangan merupakan perilaku
yang dapat membantu penyebaran bakteri E. Coli. Saat turun hujan E.coli dapat terbawa ke
sumber-sumber air misalnya ke sungai, danau, dan air bawah tanah. Jika sumber-sumber air ini
tidak diolah dengan baik maka E.coli akan masuk ke dalam makanan dan minuman kita. Kuman
penyakit yang terdapat dalam tinja, tidak sengaja masuk ke dalam mulut.

Sumber utama penyakit diare dan cacingan berasal dari : Kotoran Manusia/Tinja

Bagaimana kita bisa mencegah penyakit diare tersebut ?

1. Pembuatan jamban sehat, sehingga lalat tidak dapat menyentuh kotoran manusia
2. Pengelolaan air minum mulai dari sumber sampai siap untuk diminum
3. Mengolah makanan dengan benar serta menutup makanan.
4. Mencuci tangan menggunakan sabun pada waktu-waktu penting

86
1 gr tinja mengandung :

 10.000.000 virus
 1.000.000 Bakteri
 1.000 kista parasite
 100 telur parasit
Sumber :

Gambar 1 : Diagram F (alur penularan penyakit)

87
Referensi :

1) Kementrian Kesehatan RI, Modul Pelatihan Fasilitator STBM,


2) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 1 : Panduan Praktis
Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih
3) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 2 Pelaksanaan Promosi
Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Lapangan

88
LAMPIRAN : 1

EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan Alur Penularan penyakit
Diare dan kecacingan
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan. Siapkan
beberapa pertanyaan dan tulis pada metaplan, tempatkan metaplan tersebut di lantai
dengan posisi berjauhan. Siapkan lagu yang menarik. Putar lagu tersebut, ketika lagu
dimatikan minta peserta untuk memilih salah satu metaplan. Buatlah kelompok sesuai
nomor yang disebutkan fasilitator. Setiap kelompok diminta menjawab pertanyaan yang ada
di metaplan.
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Apa yang Kapan F- Diagram disampaikan?


2. Sebutkan langkah-langkah memfasilitasi pembuatan F-Diagram?
3. Diskusikan dimana dan melalui praktek yang mana orang-orang yang berbeda mengalami
resiko yang berbeda dari penularan cacing/diare
4. Sebutkan 3 cara untuk mencegah penularan diare dan penyakit kecacingan?
5. Apa saja yang dapat dilakukan Suami/bapak-bapak, Istri/ibu-ibu, anak-anak laki-
laki/perempuan baik di sekolah maupun di masyarakat ?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

89
Lampiran 2 :

SLIDE PRESENTASI

90
91
92
93
94
95
SUB MODUL
PEMICUAN 2

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sub modul ini menjelaskan tentang metode yang dapat dilakukan untuk melakukan pemicuan
yang dimulai dengan diskusi klasifikasi kesejahteraan bersama masyarakat dilanjutlan dengan
pembuatan peta sanitasi dan Transect Walk/Penelusuran Wilayah.

II. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan Umum: Peserta mampu melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam
pembuatan peta kondisi sanitasi dan memicu masyarakat untuk berubah perilaku sanitasinya.

Tujuan Kegiatan Khusus:

1. Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat


a. Mengklasifikasikan penduduk menjadi tiga kategori sosial ekonomi dengan menggunakan
istilah yang sesuai secara budaya yaitu kelas atas/mampu, menengah, dan kelas bawah
(tidak mampu)
b. Mendapatkan gambaran mengenai kondisi sanitasi secara utuh dan distribusi yang lebih
adil dari kontribusi keuangan untuk pembangunan dan pemeliharaan

2. Peta Sanitasi
a. Memetakan :
• Tempat pembuangan limbah cair dan padat
• Sumber air masyarakat
• Ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan
b. Memahami situasi dan permasalahan sanitasi
c. Alat untuk membuat rencana peningkatan sarana maupun perilaku Higiene dan Sanitasi
masyarakat

3. Transect Walk
a. Mengetahui tempat-tempat dimana masyarakat biasa BAB, membuang sampah dan
limbah cair rumah tangga.

III. POKOK BAHASAN


1. Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat
2. Peta Sanitasi
3. Transect Walk

IV. WAKTU: 315 menit (7 JPL)

96
V. METODE
1. Curah pendapat
2. Diskusi kelompok.
3. Diskusi Pleno.
4. Penelusuran di lapangan

VI. ALAT BANTU dan MEDIA


1. Kertas flipchart.
2. Double tape
3. Spidol warna warni
4. Bendera merah/kuning

VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

POKOK BAHASAN 1: Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat (75 menit)

SESI 1 : Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah
Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat. Sampaikan bahwa klasifikasi kesejahteraan
perlu dilakukan untuk melihat kondisi sanitasi secara keseluruhan pada seluruh
kategori sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi tidak sebanding lurus dengan
kondisi sanitasi di rumahnya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa walaupun kondisi
social ekonomi termasuk ke dalam kategori golongan mampu belum tentu kondisi
sanitasinya telah memenuhi standar kesehatan.

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah:


a. Mengklasifikasikan penduduk menjadi tiga kategori sosial ekonomi dengan
menggunakan istilah yang sesuai secara budaya yaitu kelas atas/mampu,
menengah, dan kelas bawah (tidak mampu)
b. Mendapatkan gambaran mengenai kondisi sanitasi secara utuh dan distribusi
yang lebih adil dari kontribusi keuangan untuk pembangunan dan pemeliharaan

Langkah 4: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.

97
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

SESI 2 : Pembuatan Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat (55 menit)

Langkah 1: Sampaikan bahwa untuk memahami bagaimana membuat klasifikasi kesejahteraan


masyarakat dan bagaimana fasilitasi yang diperlukan maka akan dilakukan kegiatan
secara berkelompok. Bagi peserta menjadi 5 kelompok dengan metode pembagian
kelompok yang sudah disiapkan sebelumnya. Apabila jumlah peserta laki-laki dan
perempuan berimbang, bagilah kelompok berdasarkan jenis kelamin. Bagikan
kepada setiap kelompok kertas flipchart, spidol warna-warni.

Langkah 2 : Sebelum memulai kerja kelompok, katakan bahwa tujuan dari metode ini bukan
untuk mengetahui pendapatan masyarakat. Selanjutnya minta mereka untuk
melakukan langkah-langkah berikut:
• Mintalah peserta untuk menentukan batasan area yang akan dipetakan, misal 1
RT atau 1 dasawisma, satu RW, satu lorong dan sebagainya.
• Mintalah peserta untuk menentukan ciri-ciri masyarakat berdasarkan klasifikasi :
mampu, menengah dan tidak mampu berdasarkan kriteria dan status ekonomi.
Klasifikasi tersebut dilihat berdasarkan pola makan, kepemilikan aset, kondisi
rumah, pendidikan, kondisi kesehatan termasuk akses ke layanan kesehatan, dan
fasilitas air dan sanitasi). Buatlah dalam bentuk tabel (terlampir).
*Tabel bisa disiapkan sebelumnya oleh fasilitator sehingga memudahkan peserta
untuk mengisi dan juga menghemat waktu.
• Tentukan simbol /gambar untuk masing-masing tingkatan
• Minta peserta untuk menghitung/memperkirakan berapa banyak keluarga dari
masing-masing tingkatan

Langkah 3: Setelah tabel terisi lengkap, minta salah satu peserta menjelaskan hasil kesepakatan
kelompok tersebut.

Langkah 4: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

Langkah 5 : Buatlah rangkuman sesi

Rangkuman dan Pembulatan (10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat .

Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi
berikutnya yaitu pemetaan sanitasi.

98
POKOK BAHASAN 2: Kegiatan Pemetaan Sanitasi (120 menit)

SESI 1 : Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses. Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta,
fasilitator memperkenalkan diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama
masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah
Peta Sanitasi. Sesi ini sangat penting untuk memberikan gambaran yang utuh
mengenai kondisi sanitasi kepada masyarakat.

Langkah 3: Jelaskan tujuan pertemuan ini yaitu untuk:

a. Memetakan:
• Tempat pembuangan limbah cair dan padat
• Sumber air masyarakat
• Ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan
b. Memahami situasi dan permasalahan sanitasi
c. Alat untuk membuat rencana peningkatan sarana maupun perilaku Higiene dan
Sanitasi masyarakat

Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

SESI 2 : Pelaksanaan Pemetaan Sanitasi (100 menit)

Langkah 1: Sebelum masuk ke pembuatan peta sanitasi, identifikasi perilaku beresiko dengan
cara:
• Sepakati istilah-istilah yang berhubungan dengan sanitasi dalam bahasa
setempat. Gunakan istilah yang disepakati selama proses pemicuan
berlangsung.
• Ajukan pertanyaan : “Di mana saja biasanya masyarakat:
o BAB,
o Buang sampah,
o Mengambil air untuk masak dan minum,
o Membuang limbah cair rumah tangga?
Jawaban peserta tidak perlu dikomentari.

Langkah 2: Sampaikan bahwa untuk memahami bagaimana membuat peta sanitasi dan
bagaimana fasilitasi yang diperlukan maka akan dilakukan kegiatan secara
berkelompok. Bagi peserta menjadi 5 kelompok dengan metode pembagian

99
kelompok yang sudah disiapkan sebelumnya. Apabila jumlah peserta laki-laki dan
perempuan berimbang, bagilah kelompok berdasarkan jenis kelamin. Bagikan
kepada setiap kelompok kertas flipchart, spidol warna-warni.

Sampaikan kepada peserta mengenai langkah-langkah membuat peta sanitasi,


antara lain:

• Minta peserta untuk menggambar peta dimulai dengan menentukan area/daerah


yang akan dipetakan misal 1 RW atau 1 RT.
• Tentukan batas area, tempat/fasilitas umum dan tentukan simbolnya.
• Lengkapi dengan letak rumah masing-masing KK dan jumlah keluarga yang tinggal
dalam rumah tersebut. Sepakati simbol untuk masing-masing rumah (berdasarkan
klasifikasi kesejahteraan yang telah dilakukan sebelumnya)
• Saat melengkapi letak rumah, pastikan semua peserta berpartisipasi.

Langkah 3: Setelah batas wilayah, fasilitas umum dan lokasi rumah penduduk terpetakan,
lanjutkan dengan memetakan kondisi jamban, sampah, limbah cair, sumber air dan
ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan.

Langkah 4: Untuk jamban, lakukan langkah-langkah berikut:


• Sebelum melakukan pemetaan, diskusikan dengan peserta apa yang dimaksud
dengan jamban sehat (aman) dan tidak sehat (tidak aman).
Jamban sehat/aman adalah jamban yang tidak mencemari lingkungan sekitar
(memiliki tangki septik). Jika peserta belum sampai pada pengertian jamban
sehat/ aman tersebut, fasilitasi sehingga timbul pengertian dan kesepakatan
bersama mengenai pengertian jamban yang aman. Gunakan pengertian jamban
sehat/aman ini sebagai dasar dalam menentukan apakah jamban di sebuah
rumah sehat/aman atau tidak.
• Sepakati simbolnya dan warna. Untuk warna misalnya: jamban sehat/aman
menggunakan warna hijau, sedangkan jamban yang tidak sehat/tidak aman
menggunakan warna merah. Untuk tempat-tempat yang biasa dipakai BABS
gunakan warna cokelat.
• Setelah disepakati pengertian jamban sehat/aman dan jamban tidak sehat/tidak
aman, simbol dan warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi setiap jamban di
setiap rumah penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif.

Langkah 5: Untuk sampah, lakukan langkah-langkah berikut:


• Diskusikan dengan peserta kebiasaan membuang sampah di area yang akan
dipetakan. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Dimana biasanya sampah dibuang?
- Apakah sudah ada yang melakukan pemilahan?
• Tentukan simbol dan warna. Misalnya warna hijau jika memiliki tempat sampah
dan melakukan pemilahan sampah, kuning jika sudah memiliki tempat sampah
namun belum melakukan pemilahan, dan merah jika tidak ada tempat sampah.
• Setelah didiskusikan kebiasaan membuang sampah di area tersebut, simbol dan
warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi persampahan di setiap rumah
penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif.

100
Langkah 6: Untuk limbah cair, lakukan langkah-langkah berikut:
• Diskusikan kondisi saluran pembuangan air limbah yang ada di area yang
dipetakan. Tanyakan pertanyaan berikut:
- Apakah setiap rumah memiliki saluran pembuangan air limbah sendiri?
- Bagaimana kondisi salurannya? Bersih atau kotor/penuh sampah?
- Jika penuh dengan sampah apakah ada usaha untuk melakukan
pembersihan?
- Siapa dan kapan biasanya dilakukan pembersihan?
- Apakah di daerah yang saluran air limbahnya penuh sampah, sering
terjadi banjir?
• Sepakati simbol dan warna. Misalnya warna hijau jika memiliki SPAL yang sehat
dan bersih, kuning jika memiliki SPAL namun tidak terpelihara, dan merah jika
tidak memiliki SPAL
• Setelah didiskusikan kondisi saluran pembuangan air limbah yang ada di area
tersebut, simbol dan warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi saluran
pembuangan air limbah setiap rumah penduduk. Pastikan semua peserta
berpartisipasi aktif.

Langkah 7: Untuk sumber air yang dimaksud di sini adalah sumber air yang biasa digunakan
(khusus untuk minum dan masak), lakukan langkah-langkah berikut:
• Sepakati simbol dan warna. Misalnya hijau jika sumber air tersebut terlindungi
dan merah jika tidak terlindungi.
• Setelah disepakati pengertian sumber air terlindungi dan tidak terlindungi,
simbol dan warna, lanjutkan dengan memetakan kondisi setiap jamban di setiap
rumah penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif.

Langkah 8: Untuk ketersediaan sarana dan sabun untuk cuci tangan, lakukan langkah-langkah
berikut:
• Diskusikan mengenai ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan.
Tanyakan kepada peserta apa pentingnya cuci tangan pakai sabun.
• Sepakati simbol dan warna. Misalnya hijau jika tersedia sarana cuci tangan pakai
sabun dengan air mengalir dan sabun, dan merah jika tidak tersedia sarana cuci
tangan pakai sabun dengan air mengalir dan sabun.
• Setelah didiskusikan pentingnya cuci tangan pakai sabun, simbol dan warna,
lanjutkan dengan memetakan kondisi ketersediaan sarana dan sabun untuk cuci
tangan di setiap rumah penduduk. Pastikan semua peserta berpartisipasi aktif.

Langkah 9: Setelah peta lengkap, minta peserta untuk mengamati peta. Ajukan pertanyaan
kunci berikut :
• Bagaimana perasaan kita kalau melihat RT/RW/ kita seperti dalam peta?
• Apa dampaknya bagi masyarakat setempat?

Langkah 10:Buatlah matrik untuk menyimpulkan hasil pemetaan sanitasi : Jamban, sampah,
limbah cair, sumber air, dan CTPS.
Tabel bisa disiapkan oleh fasilitator sehingga memudahkan proses dan juga
menghemat waktu.

101
Langkah 11: Setelah matrik selesai dibuat. Diskusikan masing-masing matrik dan tanyakan
kepada peserta apa yang dapat dilakukan agar semua orang dapat memperoleh
sanitasi yang aman.

Langkah 12 : Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

Langkah 13 :Buatlah rangkuman sesi

Rangkuman dan Pembulatan (10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi pemetaan sanitasi

Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahapan berikutnya
yaitu transect walk.

POKOK BAHASAN 3: Transect Walk/Penelusuran Wilayah (120 menit)

SESI 1: Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk:menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini, kegiatan yang akan dilakukan
adalah penelusuran wilayah/transect walk.

Langkah 3: Berdasarkan peta sanitasi yang telah dibuat sebelumnya, sepakati dengan peserta
rute dan daerah mana yang akan ditelusuri. Peserta dan fasilitator akan menelusuri
rute dan daerah yang telah disepakati sebelumnya.

102
SESI 2 : Pelaksanaan Transect Walk/Penelusuran Wilayah (100 menit)

Langkah 1: Katakan kepada peserta bahwa di dalam kegiatan Transect Walk, ada tiga hal yang
akan kita perhatikan, yaitu air limbah domestik, persampahan, dan drainase.

Jelaskan kepada peserta langkah-langkah untuk setiap komponen tersebut yaitu :

Untuk air limbah domestik, yang akan diperhatikan adalah praktik buang air besar.
• Kegiatan ini dilakukan di lokasi-lokasi buang air besar sembarangan dan saluran
pembuangan air limbah yang kotor/rumah yang tidak mempunyai saluran
pembuangan air limbah.
• Saat menemukan kotoran, beri bendera warna kuning/merah.
• Saat berada di lokasi, ajukan pertanyaan di bawah ini:
o Sampah siapa ini?
o Siapa saja yang tadi malam/pagi membuangnya disini?
o Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran/sampah yang berserakan
seperti ini?
o Digunakan untuk apa saja tempat ini?

Untuk persampahan, yang akan diperhatikan adalah praktik buang sampah.


• Kegiatan ini dilakukan di lokasi-lokasi tempat orang membuang sampah
sembarangan.
• Saat menemukan kotoran, beri bendera warna kuning/merah.
• Saat berada di lokasi, ajukan pertanyaan di bawah ini:
o Sampah siapa ini?
o Siapa saja yang tadi malam/pagi membuangnya disini?
o Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran/sampah yang berserakan
seperti ini?
o Digunakan untuk apa saja tempat ini?

Untuk drainase yang akan diperhatikan adalah kondisi saluran air


• Kegiatan ini dilakukan di daerah tanpa saluran air dan dengan saluran air
mampet, daerah dengan genangan air (tempat berkembang biak nyamuk),
jalan/jalur di mana banjir hanya mencakup jalan/jalur tersebut, jalan/jalur di
mana air banjir memasuki rumah/toilet / tangki septik
• Saat menemukan kotoran, beri bendera warna kuning/merah.
• Saat di lokasi, ajukan pertanyaan di bawah ini:
o Sampah/kotoran siapa ini?
o Siapa saja yang tadi malam/pagi membuangnya disini?
o Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran/sampah yang berserakan
seperti ini?
o Digunakan untuk apa saja tempat ini?

103
Langkah 2 : Berdasarkan rute yang telah disepakati mulailah kegitan transek walk tersebut
untuk setiap komponen air limbah, persampahan dan drainase. Lakukan seperti
langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya.

Langkah 3 : Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

Langkah 4 : Buatlah rangkuman sesi.

Rangkuman dan Pembulatan (10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi Transek walk

Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahapan berikutnya
yaitu Elemen pemicuan lain

104
VIII. URAIAN MATERI

PENDAHULUAN

Promosi higiene adalah sebuah pendekatan yang melibatkan masyarakat dalam rangka meyakinkan dan
mendukung anggota keluarganya untuk mengadopsi praktik higiene dan sanitasi yang aman.

Tujuan promosi higiene adalah mendukung masyarakat dalam mengembangkan perilaku higiene dan sanitasi
yang baik untuk: mencegah penyakit, mempromosikan sikap dan praktik positif tentang penyediaan, penggunaan,
dan pemeliharaan fasilitas dan layanan sanitasi

Metode partisipatif adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mempromosikan kondisi
dan praktik higiene dan sanitasi yang baik dalam:

- Membantu sekelompok besar orang untuk menentukan sendiri perilaku dan kondisi apa
yang baik dan tidak baik.
- Memungkinkan masyarakat untuk menentukan sendiri apa yang akan mereka lakukan untuk
memperkuat perilaku dan kondisi yang baik dan menghilangkan perilaku dan kondisi yang
buruk di rumah dan masyarakat mereka.
- Lebih mudah mengadopsi perilaku baru jika tetangga dan teman melakukan hal yang sama.
- Berbagi pengetahuan antar peserta pertemuan (yang disebut efek belajar horisontal)

Diskusi kelompok dapat dilakukan dengan kelompok ibu-ibu, kelompok bapak-bapak, kelompok
remaja putri, kelompok remaja putra. Diskusi dapat dilakukan bersama-sama atau terpisah bagi
pria dan wanita tergantun dari kondisi sosial budaya.
Keuntungan jika diskusi dilakukan terpisah antara kelompok pria dan wanita yaitu:
 mendapatkan informasi yang mendalam dari kedua kelompok tersebut;
 memberikan kesempatan lebih banyak bagi bagi pria dan wanita untuk menyampaikan
pendapatnya.
Hal ini disebabkan bila pertemuan dijadikan satu antara kelompok pria dan wanita seringkali ada
kelompok yang mendominasi karena pengaruh kultur/budaya.

A. Penilaian Kondisi Sanitasi

1. Klasifikasi Kesejahteraan
Tujuan :

 Mengklasifikasikan penduduk menjadi tiga kategori sosial ekonomi dengan


menggunakan istilah yang sesuai secara budaya yaitu kelas atas/mampu, menengah,
dan kelas bawah (tidak mampu)
 Mendapatkan gambaran mengenai kondisi sanitasi secara utuh dan distribusi yang
lebih adil dari kontribusi keuangan untuk pembangunan dan pemeliharaan.

Langkah-langkah melakukan klasifikasi kesejahteraan masyarakat :

105
a. Jelaskan tujuan pertemuan bukan untuk mengetahui pendapatan masyarakat
b. Mintalah peserta untuk menentukan ciri-ciri masyarakat berdasarkan klasifikasi :
mampu, menengah dan tidak mampu
c. Tentukan simbol /gambar untuk masing-masing tingkatan
d. Minta peserta untuk menghitung/memperkirakan berapa banyak keluarga dari
masing-masing tingkatan

Tabel 1: Matrik klasifikasi kesejahteraan Masyarakat

Ciri-ciri
Kriteria dan Status Mampu Menengah Kurang Mampu
Sosial Ekonomi Jumlah : Jumlah : Jumlah :
Simbol : Simbol : Simbol :
Pola Makan
Kepemilikan Aset
Kondisi Rumah
Pendidikan
Kondisi dan akses
Kesehatan
Akses dan fasilitas air
dan saniitasi

Gambar 2: Pembuatan Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat

2. Pembuatan peta sanitasi

Tujuan

1) Memetakan :
 Tempat pembuangan limbah cair dan padat
 Sumber air masyarakat
 Ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan
2) Memahami situasi dan permasalahan sanitasi

106
3) Alat untuk membuat rencana peningkatan sarana
maupun perilaku Higiene dan Sanitasi masyarakat

Langkah Awal :
1. Sepakati istilah-istilah yang berhubungan dengan sanitasi dalam bahasa setempat
2. Gunakan istilah yang disepakati selama proses pemicuan berlangsung
3. Ajukan pertanyaan : “Di mana saja biasanya masyarakat:
 BAB,
 Buang sampah,
 Mengambil air untuk masak dan minum,
 Membuang limbah cair rumah tangga?
(jawaban yang disampaikan masyarakat tidak perlu dikomentari)

Gambar 3: contoh peta sanitasi

Langkah-langkah pembuatan peta sanitasi:

1. Minta beberapa orang dari peserta pertemuan untuk menggambar peta


RW/kelurahan
• di atas tanah lapang atau
• di atas kertas flipchart/koran
2. Mulailah dengan :
• Batas RW/ kelurahan, Jalan kelurahan,
• Bangunan utama/pusat,
• Sarana kegiatan masyarakat lainnya (Sepakati simbolnya)
3. Lengkapi dengan letak rumah masing-masing KK dan jumlah keluarga yang tinggal
dalam rumah tersebut.
(Sepakati simbol untuk masing-masing rumah berdasarkan klasifikasi
kesejahteraan)
4. Jamban
 Diskusikan jamban sehat (aman) dan jamban tidak sehat (Tidak aman).
 Sepakati simbolnya.

107
 Minta peserta untuk memberikan simbol dan warna
 Rumah yang memiliki jamban sehat (Hijau)
 Jamban tidak sehat (merah)
 Tempat-tempat yang biasa dipakai untuk BABS (coklat)

5. Sampah :

 Diskusikan mengenai kebiasaan membuang sampah


 Sepakati simbolnya
 Sepakati warna :
 Ada tempat sampah dan sudah melakukan pemilahan sampah (Hijau),
 Ada tempat sampah tanpa melakukan pemilahan (kuning),
 Tidak ada tempat sampah (Merah)

6. Limbah Cair (grey water)

 Diskusikan mengenai kondisi SPAL( Saluran Pembuangan Air Limbah),


 Sepakati simbolnya
 Sepakati warna :
 memiliki SPAL yang sehat dan bersih (hijau)
 memiliki SPAL tetapi tidak dipelihara dan kotor (kuning),
 tidak mempunyai SPAL (ke halaman, kebun tanpa pengolahan (Merah)

7. Sumber Air
 Sumber air bersih yang biasa digunakan (Khusus untuk minum dan masak)
 Sepakati simbolnya
 Sepakati warna sesuai dengan kondisi masing-masing :
 Terlindungi (Hijau),
 Tidak terlindungi (Merah)

8. Ketersediaan tempat dan sabun cuci tangan

 Diskusikan mengenai ketersediaan tempat dan sabun untuk cuci tangan


 Sepakati simbolnya
 Sepakati warna sesuai dengan kondisi masing-masing :
 Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (Hijau),

 Tidak tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (Merah)

9. Minta masyarakat untuk mengamati yang terlihat di peta tersebut

10. Ajukan pertanyaan kunci berikut :

 Bagaimana perasaan kita kalau melihat RW/kelurahan kita seperti dalam


peta?
 Apa dampaknya bagi masyarakat setempat?
 Lanjutkan dengan elemen pemicuan lain.

11. Buatlah matrik untuk menyimpulkan hasil pemetaan sanitasi : Jamban, sampah,
limbah cair, sumber air, CTPS

108
Tabel 2: Matrik Jamban Keluarga/Jamban Umum

Tabel 3: Matrik Tempat Sampah

Tabel 4: Matrik Saluran Pembuangan Air Limbah

Tabel 5: Matrik Sumber Air

109
Tabel 6: Matrik Ketersediaan Tempat dan sabun untuk Cuci tangan

3. Transect Walk/Penelusuran Wilayah

Teknik memfasilitasi pengkajian keadaan wilayah masyarakat dengan melakukan


perjalanan menelusuri wilayah Desa/kelurahan. Kegiatan ini dilakukan setelah
pembuatan peta sanitasi untuk melengkapi peta yang sudah dibuat juga sebagai langkah
untuk melakukan pemicuan.

Tujuannya : mengetahui tempat-tempat dimana masyarakat biasa BAB, membuang


sampah dan limbah cair rumah tangga. (Peserta menyetujui daftar periksa dan lokasi
sebelum dilakukan transek)

1) Tempat-tempat biasa digunakan untuk buang air besar :


a. Lokasi-lokasi buang air besar sembarangan
b. Jamban keluarga, jamban umum
c. Praktik buang air besar sembarangan anak-anak
d. Toilet helikopter dan toilet yang mengalir ke saluran, air atau bidang tanah

Di tempat terbuka (Kebun, sungai/kali, toilet helicopter)


Lakukan diskusi dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini :
1. Apakah anda mencium aroma tidak sedap? Aroma apakah itu?
2. Berapa banyak kira-kira orang yang BAB di sini setiap hari? Siapa saja?
3. Kalau ada tinja, tanyakan: kira-kira tinja siapa saja ini?
4. Apakah ada diantara peserta yang BAB di tempat ini?
5. Apakah anda BAB di tempat ini secara rutin? Pernahkah anda tidak kebagian
tempat ketika sudah sangat kebelet? Apa yang Anda lakukan?
6. Bagaimana dengan cebok? Apakah anda membawa air sendiri atau
menggunakan bahan lain (daun, kertas, etc)
7. Bila melihat kecoak, coba minta mereka untuk menangkapnya. Bila tidak mau,
tanyakan mengapa. Bagaimana kehidupan kecoak di sini? Bagaimana dengan
lalat?
8. Adakah binatang lain yang sering berkeliaran ke area ini?

110
Lokasi jamban pribadi/umum :
Lakukan diskusi dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini :
1. Siapa yang punya jamban ini?
2. Siapa yang membangun jamban umum ini? Mengapa dibangun di sini (khusus
pertanyaan untuk jamban umum)?
3. Berapa banyak kira-kira orang yang BAB di sini setiap hari?
4. Apakah selalu ada air di sini? Bila tidak, kapan saja air mengalir? Pernahkah
terjadi tidak ada air? Adakah yang bisa menceritakan bagaimana Anda cebok
dan menyiram jamban?
5. Tahukah Anda, ke mana tinja dari jamban disalurkan?
 Tangki septik – Tahukah Anda tempatnya? Tahukah Anda ukurannya?
Seingat Anda, kapan dibangun? Apakah pernah dikuras? Apabia sudah
pernah kapan terakhir kali dikuras? Siapa yang melakukan? Menurut
Anda, apa sebenarnya septic tank itu? Bagaimana Anda tahu bahwa tangki
itu septic? (Observasi langsung konstruksi yang dikatakan peserta sebagai
tangki septik: Apakah ada lubang kontrol? Apakah ada pipa udara? Apakah
ada kebocoran? Apakah ada genangan air di sekitar tangki septik? Apakah
Anda mencium aroma tidak sedap? Aroma apakah itu? Menurut anda
berasal dari mana aroma tersebut?
 Got atau saluran air –minta tunjukkan di mana. Tanyakan, “Apakah Anda
mencium aroma tinja yang kuat?”
 Cubluk – perhatikan apakah lubang tertutup atau terbuka. Bila perlu,
dengan senter coba lihat seberapa banyak tinja, perhatikan apakah banyak
serangga dan tikus di wilayah tersebut. Tanyakan, “Sudah berapa lama
cubluk ini digunakan? Berapa lama lagi kira-kira masih dapat
digunakan?”Apakah Anda mencium aroma tidak sedap? Aroma apakah itu?
Menurut Anda, dari mana asalnya?
6. Bila melihat kecoak, coba minta mereka untuk menangkapnya. Bila tidak mau,
tanyakan mengapa. Bagaimana kehidupan kecoak di sini? Apakah makmur?
Bagaimana dengan lalat? Adakah binatang lain yang sering terlihat berkeliaran
di area ini? Apa saja? Apa yang mereka lakukan?

Tambahan pertanyaan di tempat biasa orang buang air besar sembarangan/tempat


terbuka

1. Untuk kelompok ibu, tanyakan juga bagaimana bila sedang haid, apakah tetap
BAB di situ? Bila ya, bagaimana?
2. Untuk kelompok bapak, bagaimana perasaan mereka bila anak, istri dan ibunya
BAB di tempat terbuka?

111
Catatan:

Apabila tidak ada peserta yang mengaku buang air besar di tempat-tempat yang
dilalui, tanyakan:

1. Di mana mereka biasa buang air besar?


2. Mengapa mereka tidak menggunakan tempat-tempat yang dilalui tersebut?
3. Bagaimana perasaan mereka ketika mengunjungi tempat-tempat terbuka di
mana orang biasa BAB tersebut?

Cuci Tangan Pakai Sabun

Lakukan diskusi seputar cuci tangan pakai sabun. Diskusi dilakukan di sekitar tempat
BAB.

1. Menurut Anda, setelah selesai BAB, berapa banyak dari Anda yang membawa
kembali tinja Anda?
2. Apa yang biasanya Anda lakukan sesudah BAB?
a. Bila cuci tangan tidak disebutkan atau bila ada yang tidak cuci tangan,
tanyakan:
Jadi Anda membawa pulang tinja Anda kembali? Berapa banyak dari Anda
yang membawa pulang tinja Anda kembali?
Dalam perjalanan pulang, biasanya apa yang terjadi? Ketika sampai di
rumah, apa yang dilakukan? Jadi berapa banyak Anda menghadiahi
teman/saudara/anggota keluarga Anda dengan tinja? Berapa banyak benda
yang Anda tinggali tinja?
Buat perhitungan: berapa orang disentuh kemudian menyentuh orang lain
lagi, dst.
b. Bila dikatakan cuci tangan, tanyakan:
Bagaimana Anda mencuci tangan?
Bila sabun tidak disebut, tanyakan pertanyaan di atas.
Bila disebut, tanyakan: apakah Anda tahu bahwa teman-teman Anda tidak
mencuci tangan? Pernahkah Anda menyangka bahwa Anda diare/mencret
karena Anda menelan tinja teman Anda?
Bila mencuci tangan dengan sabun, siapa yang menyediakan (bawa
sendiri/ada dalam WC)? Mengapa Anda mencuci tangan Anda setelah BAB?
Apakah sering dilakukan?

112
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Skala Tangga

1. Tanyakan: “Sepengetahuan Anda, apakah ada sumur/ pipa distribusi PDAM


yang bocor/dll di dekat sini (dalam radius 20 meter dari lokasi BAB) dimana
masyarakat mengambil air untuk minum?” Kunjungi sumur/pipa
PDAM/sumber air lainnya tersebut untuk diobservasi kondisinya.
1. Jika sumur/sumber air,
 berapa banyak keluarga yang mengambil air dari situ untuk sumber air
minum? Bagaimana cara mengambilnya?
 Berapa jaraknya dari lokasi BABS
2. Jika ada pipa PDAM yg bocor,
 apakah konsumen dr pipa2 tsb merupakan warga di kampung ini?
2. Tanyakan: “Menurut anda, bagaimana dengan kualitas air dari sumber
tersebut (pengamatan fisik: bau,rasa, keruh,warna,etc). Apakah ada yang
pernah meminum langsung air dari tempat tersebut? Bagaimana rasanya?
Apakah ada akibatnya pada diri anda?”
3. Pakai metode simulasi air terkontaminasi menggunakan gelas air dan rambut di
sini.

2) Masalah limbah padat/sampah


Lokasi tempat orang membuang limbah padat (tidak ada koleksi / pembersihan
lokasi), dan lain-lain

Lakukan diskusi dengan masyarakat dengan mengajukan beberapa pertanyaan


berikut:
1. Apakah tempat ini merupakan tempat warga di sini membuang sampah? Ada
lagi kah tempat-tempat lain yang digunakan untuk membuang sampah?
2. Siapa saja yang membuang sampah di sini? Mengapa mereka membuang
sampah di sini?
3. Sampah apa saja kah yang dibuang disini? Kapan orang biasa membuang
sampah?
4. Adakah di antara Anda yang membuang sampah di sini?
5. Untuk satu keluarga kira-kira berapa banyak sampah dihasilkan setiap hari?
Terdiri dari sampah apa saja?
6. Untuk menjadi sebanyak ini, kira-kira berapa keluarga yang membuang
sampahnya di sini setiap hari? Selama berapa lama? Pernahkah tumpukannya
lebih tinggi dari ini? Berapa lama biasanya sampah menumpuk di sini? Apa yang
dilakukan bila sampah sudah menumpuk? Siapa yang melakukan?
7. Siapa saja yang mendapatkan keuntungan dari tumpukan sampah ini? Selain itu
siapa lagi atau apa lagi? Bila disebutkan untuk kecoa, lalat, tikus, dll – ke mana
binatang-binatang tersebut berkeliaran?

113
8. Bagaimana perasaan Anda melihat situasi seperti ini? Apa yang akan dilakukan?

3) Masalah Saluran Pembuangan Air Limbah dan drainase


a. Daerah tanpa saluran air dan dengan saluran air mampet
b. Daerah dengan genangan air (tempat berkembang biak nyamuk)
c. Jalan-jalan / jalur-jalur di mana banjir hanya mencakup jalan-jalan / jalur-
jalurtersebut
d. Jalan-jalan / jalur-jalurdi mana air banjir memasuki rumah / toilet / tangki septik

Lakukan diskusi dengan masyarakat di saluran pembuangan air limbah-drainase


yang bermasalah. Ajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Siapa saja kah yang membuang sampah/BAB/menyalurkan tinja langsung ke
sini?
2. Adakah di antara Anda yang membuang sampah/BAB/menyalurkan tinja
langsung ke sini hari ini?
3. Dapatkah Anda menemukan kembali tinja/sampah yang Anda buang di antara
tinja/sampah yang lain?
4. Bagaimana sumbangan warga lainnya terhadap tersumbatnya saluran ini?
5. Adakah waktu-waktu tertentu di mana saluran ini tersumbat atau meluap?
Kapan saja? Mengapa?
6. Bila meluap, sampai seberapa besar? Apakah sampai terjadi banjir? Apa
akibatnya?
7. Ke mana saluran ini mengalir? Bila ke wilayah lain, bagaimana menurut Anda
perasaan warga wilayah lain mendapatkan kiriman dari Anda?

Bila ditemukan penjual makanan/minuman di area yang dilewati

1. Perhatikan apakah ada penjual makanan/minuman di daerah BABS,


 Tertutup atau tidak jualan makanannya
 Bagaimana sang penjual menyajikannya (dengan tangan
telanjang/sendok/tangan berplastik)
 Ada/tidaknya lalat, genangan air,
2. Apabila ada lalat tanyakan ke peserta:
 Menurut anda, darimanakah asal lalat yang hinggap di makanan tersebut?
Apakah itu lalat yang sama yang tadi kita temukan di lokasi BABS/Jamban
Pribadi/Jamban umum/ selokan?

Setelah selesai kegiatan penelusuran wilayah, peserta dipersilahkan untuk


menambahkan hal-hal yang kurang pada peta sanitasi yang sudah dibuat. Bebarapa hal
penting yang perlu ditambahkan dalam peta: siapa yang melakukan, apa yang
dilakukan, kapan dilakukan, di mana dilakukan. Tanyakan apakah mereka merasa perlu

114
untuk mengganti peta secara keseluruhan atau hanya menambahkan saja beberapa
informasi yang belum lengkap.

Keseluruhan rangkaian penelusuran ditutup dengan mendiskusikan pertanyaan berikut:

1. Bagaimana perasaan Anda setelah berjalan-jalan bersama tadi?


2. Apa saja yang menarik perhatian Anda? Mengapa?
3. Kesimpulan apa yang dapat Anda tarik dari perjalanan tadi?
4. Adakah hal-hal yang ingin Anda rubah? Perubahan yang seperti apa? Mengapa?
5. Kira-kira apa yang dapat dilakukan bersama untuk memastikan perubahan tersebut
terjadi?

115
Referensi :

1) Kementrian Kesehatan RI, Modul Pelatihan Fasilitator STBM,


2) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 1 : Panduan Praktis
Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih
3) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 2 Pelaksanaan Promosi
Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Lapangan
4) Panduan Asessment partisipatif dan pemicuan STBM, High Five

116
LAMPIRAN : 1

EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan : Klasifikasi Kesejahteraan,
Peta Sanitasi dan Transek Walk
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Apa tujuan melakukan klasifikasi kesejahteraan ?


2. Sebutkan langkah-langkah melakukan klasisikasi kesejahteraan masyarakat?
3. Apa tujuan membuat Peta Sanitasi? Ada berapa cara dalam membuat peta sanitasi?
4. Sebutkan masing-masing keuntungan dan kerugiannya?
5. Sebutkan langkah-langkah membuat peta sanitasi?
6. Apa Tujuan melakukan transek walk?
7. Sebutkan langkah-langkah melakukan transek walk?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

117
LAMPIRAN 2 : MATRIK UNTUK KLASIFIKSI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Ciri-ciri
Kriteria dan Status Mampu Menengah Kurang Mampu
Sosial Ekonomi Symbol : Symbol : Symbol :
Jumlah : Jumlah : Jumlah :
Pola Makan

Kepemilikan Aset

Kondisi Rumah

Pendidikan

Kondisi
kesehatan/akses
layanan kesehatan
Fasilitas air dan
sanitasi

118
LAMPIRAN 3 : MATRIK PEMETAAN SANITASI

Matrik Jamban Keluarga/Jamban Umum :

Matrik Pengelolaan sampah Rumah Tangga :

Matrik Pengelolaan Limbah Cair

119
Matrik Sumber Air Utama untuk Minum dan makan

Matrik Ketersediaan Tempat dan sabun untuk Cuci tangan pakai sabun

120
LAMPIRAN 4 :
SLIDE PRESENTASI

121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
SUB MODUL
Elemen Pemicuan Lainnya

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sub modul ini menjelaskan elemen pemicuan lainnya yang dapat dilakukan kepada masyarakat
dengan tujuan untuk meningkatkan kebutuhan terhadap sanitasi. Ada tiga kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain : Menghitung beban sampah (Padat dan Cair), simulasi air terkontaminasi
(meminum air yang tercemar dan membasuh muka dengan air yang tercemar) dan diagram
manfaat.

II. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan Umum:

Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami dan memfasilitasi berbagai metode
pemicuan.

Tujuan Kegiatan Khusus:


Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu :
• Mengetahui dan mampu melakukan fasilitasi penghitungan limbah padat dan limbah cair
• Mengetahui dan mampu melakukan fasilitasi simulasi air terkontaminasi
• Mengetahui dan mampu melakukan fasilitasi diagram manfaat

III. POKOK BAHASAN


a. Penghitungan Volume limbah (Padat dan Cair)
b. Simulasi Air terkontaminasi
c. Diagram manfaat
d. Puncak pemicuan

IV. WAKTU: 135 menit

V. METODE
1. Ceramah Tanya jawab
2. Curah pendapat
3. Presentasi singkat
4. Diskusi kelompok.
5. Diskusi Pleno.
6. Simulasi

137
VI. ALAT BANTU dan MEDIA
1. Slide Presentasi.
2. Kertas Flipchart
3. Spidol warna warni
4. Selotip kertas
5. LCD
6. Laptop
7. 2 gelas Air mineral yang masih disegel
8. Air bersih
9. Baskom/ember
10. Handuk

VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

SESI 1: Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah :
Elemen Pemicuan, sampaikan mengapa topic ini penting untuk dibahas

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan

Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta
apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan
dengan sesi selanjutnya

SESI 2 : Pembahasan Sub Pokok Penghitungan beban tinja, sampah dan air limbah ( 30
menit)

Langkah 1: Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa untuk meningkatkan kebutuhan


terhadap sanitasi perlu dilakukan kegiatan pemicuan yang dapat dilakukan pada
saat melakukan pemetaan sanitasi ataupun pada saat transek walk.

Langkah 2: Tanyakan kepada peserta : “Apakah ada yang mengetahui cara-cara melakukan
pemicuan kepada masyarakat agar masyarakat timbul kesadarannya terhadap
permasalahan sanitasi dan mau melakukan perubahan perilaku sanitasi?”

138
Apabila ada minta kepada peserta untuk menceritakannya.
Tulis kata-kata kunci jawaban yang disampaikan peserta pada kertas flipchart.
Ucapkan terima kasih terhadap peserta tersebut.

Langkah 3: Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas elemen pemicuan
: Penghitungan beban tinja. Tanyakan kepada peserta tujuan melakukan
penghitungan beban tinja?
Ajak peserta merangkum tujuan tersebut selanjutnya tayangkan slide tujuan
penghitungan beban tinja.

Langkah 4: Sampaikan kepada peserta kita akan langsung praktek memfasilitasi menghitung
beban tinja secara bersama-sama.

a. Ajukan pertanyaan kepada masyarakat :


 Ada berapa orang yang masih BAB di sembarang tempat?
 Berapa kali setiap orang biasanya BAB dalam sehari?
 Berapa banyak (kg) dalam sekali BAB?
b. Hitung jumlah tinja dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst.
c. Konversikan jumlah tinja dalam ukuran karung beras, berapa karung dan berapa
tinggi jika ditumpuk seperti padi/ beras.

Langkah 5: Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas elemen pemicuan
: Penghitungan beban sampah. Tanyakan kepada peserta tujuan melakukan
penghitungan beban sampah?
Ajak peserta merangkum tujuan tersebut selanjutnya tayangkan slide tujuan
penghitungan beban sampah.

Langkah 6: Sampaikan kepada peserta kita akan langsung praktek memfasilitasi menghitung
beban sampah secara bersama-sama.

a. Ajukan pertanyaan kepada masyarakat :

 Ada berapa jumlah rumah di Dusun/Kampung/RW/RT ini?


 Berapa rumah yang masih melakukan praktek buang sampah sembarangan?
 Berapa banyak (Kg) setiap rumah membuang sampah dalam sehari?
b. Hitung jumlah sampah dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst.
c. Konversikan jumlah sampah dalam ukuran karung beras, berapa karung dan
berapa tinggi jika ditumpuk seperti padi/ beras.

Langkah 7: Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas elemen pemicuan
: Penghitungan volume limbah cair. Tanyakan kepada peserta tujuan melakukan
penghitungan volume limbah cair?
Ajak peserta merangkum tujuan tersebut selanjutnya tayangkan slide tujuan
penghitungan volume limbah cair

Langkah 8: Sampaikan kepada peserta kita akan langsung praktek memfasilitasi menghitung
volume limbah cair secara bersama-sama.

139
a. Ajukan pertanyaan kepada masyarakat :
 Berapa banyak (liter/kubik) setiap rumah membuang limbah cair dalam
sehari?
b. Kalikan dengan jumlah rumah yang ada.
c. Hitung jumlah limbah cair dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun?.

Langkah 9 : Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 3 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan Simulasi air terkontaminasi ( 25 menit)

Langkah 1: Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan melakukan simulasi air
terkontaminasi alternatif 1 (minum air tercemar). Tanyakan kepada peserta, apakah
ada peserta yang sudah mengetahui dan melakukannya?

Minta kesediaan peserta tersebut melakukan fasilitasi simulasi air terkontaminasi.


Apabila tidak ada maka lakukan hal-hal berikut ini.

 Siapkan 2 gelas air mineral yang masih disegel


 Minta salah seorang peserta untuk minum air tersebut . Fasilitator juga
melakukan hal sama
 Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan
rambut tersebut ke tinja/sampah/air limbah cair RT yang sudah diambil saat
transek, celupkan rambut tersebut ke air mineral yang tadi diminum oleh
peserta
 Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah
diberi kotoran. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya
 Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum?
 Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari
rumah, makan yang kita makan sama tercemarnya seperti air tadi jika kita masih
BAB, buang sampah dan limbah cair RT di sembarang tempat

Langkah 2: Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 3: Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan melakukan simulasi air
terkontaminasi alternatif 2 (membasuh muka dengan air tercemar). Tanyakan
kepada peserta, apakah ada peserta yang sudah mengetahui dan melakukannya?

140
Minta kesediaan peserta tersebut melakukan fasilitasi simulasi air terkontaminasi.
Apabila tidak ada maka lakukan hal-hal berikut ini

o Siapkan 1 ember/baskom air dari sumur milik warga atau dari sungai yang
bersih
o Minta salah seorang peserta untuk mencuci muka dengan air tersebut.
Fasilitator juga melakukan hal sama (mencuci muka)
o Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan
rambut tersebut ke tinja/limbah cair RT/sampah yang sudah diambil saat
transect, celupkan rambut tersebut ke air yang tadi digunakan untuk mencuci
muka oleh peserta
o Minta peserta yang telah mencuci muka tadi untuk mencuci muka kembali
dengan air yang telah diberi tinja. Minta juga peserta yang lain untuk
melakukannya
o Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani melakukan?
o Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari
rumah, makanan yang kita makan sama tercemarinya seperti air tadi jika kita
masih BAB, buang sampah dan buang limbah cair RT di sembarang tempat

Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 4 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Diagram Manfaat (30 menit)

Langkah 1: Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang untuk lebih meningkatkan kebutuhan
akan layanan sanitasi seseorang perlu mengetahui manfaat perilaku higiene dan
sanitasi. Semakin banyak manfaat perilaku higiene dan sanitasi diharapkan semakin
memotivasi seseorang untuk melakukan peningkatan perilaku higiene dan sanitasi.

Langkah 2 : Tanyakan kepada peserta apakah ada yang mengetahui bagaimana cara melakukan
pembuatan diagram manfaat serta tujuannya melakukan pembuatan diagram
manfaat?

Apabila ada minta kepada peserta untuk menceritakannya.


Tulis kata-kata kunci jawaban yang disampaikan peserta pada kertas flipchart.
Ucapkan terima kasih terhadap peserta tersebut.

Langkah 3 : Sampaikan kepada peserta bahwa untuk lebih memahami cara pembuatannya kita
akan langsung melakukan simulasi pembuatan diagram manfaat dalam kelompok
kecil.

Bagi peserta ke dalam 5 kelompok dengan cara yang sudah disiapkan. Apabila
jumlah peserta laki-laki dan perempuan berimbang maka bagi kelompok terdiri dari
kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.

141
Bagikan kepada setiap kelompok kertas flipchart dan spidol warna-warni.

Langkah 4 : Sampaikan tugas kelompok untuk melakukan diskusi dalam kelompoknya mengenai
manfaat dari setiap perilaku higiene dan sanitasi. Setiap kelompok diminta untuk
menuliskan perilaku higiene dan sanitasi yang berbeda.
 Kelompok satu diminta membahas perilaku terkait pilar 1
 Kelompok dua diminta membahas perilaku terkait pilar 2
 Kelompok tiga diminta membahas perilaku terkait pilar 3
 Kelompok empat diminta membahas perilaku terkait pilar 4
 Kelompok lima diminta membahas perilaku terkait pilar 5

Minta kepada kelompok untuk menuliskan ditengah-tengah kertas flipchart perilaku


yang dipilih, lingkari manfaat tersebut. Tentukan siapa yang paling termotivasi oleh
manfaat tersebut apakah laki-laki, perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan.

Tuliskan sebanyak-banyaknya manfaat yang dapat diterima oleh kelompok yang


sudah ditentukan (laki-laki, perempuan, anak laki-laki, atau anak perempuan) di
sekitar perilaku yang sudah dipilih. Lingkari setiap manfaat tersebut .

Langkah 5 : Akhiri kegiatan dengan melihat banyaknya manfaat dari setiap perilaku, perbedaan
untuk setiap kelompok dan mana yang menjadi faktor motivasi utama untuk
melakukan peningkatan.

Langkah 6: Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

SESI 5 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Puncak Pemicuan (20 menit)

Langkah 1: Sampaikan kepada peserta bahwa setelah rangkaian pemicuan dilakukan maka
diakhir pertemuan buat kesepakatan dengan masyarakat dengan membuat
komitmen siapa yang mau melakukan perubahan perilaku sanitasi. Caranya dengan
mengajukan beberapa pertanyaan penguat seperti berikut ini :

1. Ajukan pertanyaan penguat :

 Apakah BAB, buang sampah dan buang limbah cair RT di sembarang


tempat itu lebih banyak mendatangkan manfaat atau lebih banyak
kerugiannya?
 Apa saja kerugiannya?
 Apakah kita mau kondisinya terus seperti ini? Kalau tidak harus bagaimana?
 Apa yang akan kita lakukan setelah ini?

142
2. Minta masyarakat yang mau berubah untuk ke depan dan berikan apresiasi
dengan tepuk tangan
3. Minta mereka (yang mau berubah) untuk menanda tangani ‘kontrak sosial’
(komitmen pembuatan sarana sanitasi) di dalam form yang sudah disiapkan
4. Sepakati jadwal pertemuan berikutnya (RTL)
5. Tutup pertemuan dengan ucapan terimakasih kepada masyarakat dan ajak
mereka untuk bertepuk tangan

Langkah 2: Jelaskan slide jumlah fasilitator untuk melakukan elemen pemicuan

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 3: Buatlah rangkuman sesi

Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi elemen pemicuan

Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi
berikutnya yaitu pengorganisasian dan perencanaan masyarakat/komunitas.

143
VIII. URAIAN MATERI

ELEMEN PEMICUAN LAIN

Dalam melakukan pemicuan di masyarakat terdapat beberapa faktor yang harus dipicu sehingga
target utama yang diharapkan yaitu: merubah perilaku higiene dan sanitasi masyarakat yang
tidak aman menjadi perilaku higiene dan sanitasi yang aman. Elemen pemicuan ini dilakukan
pada saat membuat peta sanitasi dan pada saat penelusuran wilayah.

Secara umum faktor-faktor yang harus dipicu untuk menumbuhkan perubahan perilaku sanitasi
dalam suatu komunitas, diantaranya:

 Perasaan jijik
 Perasaan malu dan kaitannya dengan privacy seseorang
 Perasaan takut sakit
 Perasaan takut berdosa
 Perasaan tidak mampu dan kaitannya dengan kemiskinan.
 Seberapa besar manfaat yang dapat dirasakan oleh perilaku baru

Beberapa metode elemen pemicuan lainnya antara lain :

A. Penghitungan beban limbah padat dan limbah cair

Menghitung Volume Tinja

Tujuan:

Membantu masyarakat untuk :

1. Menghitung dan menyadari berapa banyak tinja yang mereka buang bersama-sama di
tempat terbuka
2. Menyadari bahwa masyarakat benar-benar menelan / makan bagian dari tinja
3. Membuat keputusan STOP BABS (SBS)
4. Menyusun rencana kegiatan untuk STOP BABS (SBS) dengan memperhatikan peran
yang setara antara perempuan dan laki-laki dan solidaritas serta kesetaraan bagi
anggota masyarakat yang termiskin dan terlemah

Langkah-langkah :

Lakukan diskusi dengan kelompok masyarakat :


1. Ajukan pertanyaan kepada masyarakat berdasarkan temuan pada saat melakukan
penelusuran wilayah:
 Ada berapa orang yang masih BAB di sembarang tempat?
 Berapa kali setiap orang biasanya BAB dalam sehari?

144
 Berapa banyak (kg) dalam sekali BAB?
2. Minta masyarakat menghitung jumlah tinja dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun
dst.
3. Konversikan jumlah tinja dalam ukuran karung beras, berapa karung dan berapa tinggi
jika ditumpuk seperti padi/ beras.
4. Diskusikan akibat yang akan ditimbulkan oleh tumpukan tinja tersebut.
5. Tanyakan apa yang akan dilakukan dengan kondisi tersebut?

Menghitung Volume sampah

Tujuan :

Membantu masyarakat untuk :

1. Menghitung dan menyadari berapa banyak sampah yang mereka buang bersama-sama
di tempat terbuka
2. Sadar bahwa masyarakat benar-benar menelan / makan bagian dari sampah
3. Keputusan untuk mengakhiri buang sampah sembarangan
4. Menyusun rencana kegiatan untuk stop buang sampah sembarangan dengan
memperhatikan peran yang setara antara perempuan dan laki-laki dan solidaritas serta
kesetaraan bagi anggota masyarakat yang termiskin dan terlemah

Langkah-langkah :

Lakukan diskusi dengan kelompok masyarakat :

1. Ajukan Pertanyaan kepada masyarakat :


 Ada berapa jumlah rumah di Dusun ini?
 Berapa rumah yang masih melakukan praktek buang sampah sembarangan?
 Berapa banyak (kg) setiap rumah membuang sampah dalam sehari?
2. Hitung jumlah sampah dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst.
3. Konversikan jumlah sampah dalam ukuran karung beras, berapa karung dan berapa
tinggi jika ditumpuk seperti padi/ beras.
4. Diskusikan akibat yang akan ditimbulkan oleh tumpukan sampah tersebut.
5. Tanyakan apa yang akan dilakukan dengan kondisi tersebut?

Menghitung Volume Limbah Cair

Tujuan :

Membantu masyarakat untuk :

1. Menghitung dan menyadari berapa banyak limbah cair yang mereka buang bersama-
sama di tempat terbuka
2. Sadar bahwa masyarakat benar-benar menelan / makan bagian dari limbah cair tersebut

145
3. Keputusan untuk mengakhiri buang air limbah sembarangan
4. Menyusun rencana kegiatan untuk stop buang air limbah sembarangan dengan
memperhatikan peran yang setara antara perempuan dan laki-laki dan solidaritas serta
kesetaraan bagi anggota masyarakat yang termiskin dan terlemah

Langkah-langkah :

Lakukan diskusi dengan kelompok masyarakat :


1. Ajukan Pertanyaan kepada masyarakat :
 Berapa banyak (liter/kubik) setiap rumah membuang limbah cair dalam sehari?
2. Kalikan dengan jumlah rumah
3. Hitung jumlah limbah cair dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun dst.
4. Diskusikan akibat yang akan ditimbulkan oleh limbah yang berlimpah tersebut.
5. Tanyakan apa yang akan dilakukan dengan kondisi tersebut?

B. Simulasi air terkontaminasi

Alternatif 1 :

1. Siapkan 2 gelas air mineral yang masih disegel


2. Minta salah seorang peserta untuk minum air tersebut . Fasilitator juga melakukan hal
sama
3. Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut
tersebut ke tinja/sampah/air limbah cair RT yang sudah diambil saat transek, celupkan
rambut tersebut ke air mineral yang tadi diminum oleh peserta
4. Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah diberi
kotoran. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya
5. Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum?
6. Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari rumah,
makan yang kita makan sama tercemarnya seperti air tadi jika kita masih BAB, buang
sampah dan limbah cair RT di sembarang tempat.

Alternatif 2 :

1. Siapkan 1 ember/baskom air dari sumur milik warga atau dari sungai yang bersih
2. Minta salah seorang peserta untuk mencuci muka dengan air tersebut. Fasilitator juga
melakukan hal sama (mencuci muka)
3. Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut
tersebut ke tinja/limbah cair RT/sampah yang sudah diambil saat transect, celupkan
rambut tersebut ke air yang tadi digunakan untuk mencuci muka oleh peserta
4. Minta peserta yang telah mencuci muka tadi untuk mencuci muka kembali dengan air
yang telah diberi tinja. Minta juga peserta yang lain untuk melakukannya
5. Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani melakukan?
6. Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita minum dari rumah,
makanan yang kita makan sama tercemarinya seperti air tadi jika kita masih BAB, buang
sampah dan buang limbah cair RT di sembarang tempat

146
C. Diagram manfaat (Free floating Diagram)

Tujuan :

1. Meningkatkan kesadaran tentang manfaat dari peningkatan fasilitas, layanan atau


praktik;
2. Memunculkan dan memasukkan pandangan dan pengalaman yang berbeda dari
perempuan dan laki-laki;
3. Menciptakan permintaan terhadap fasilitas, layanan atau praktik dari perempuan dan
laki-laki;
4. Memunculkan faktor yang dapat me-motivasi kelompok perempuan dan laki-laki.

Langkah-langkah melakukannya antara lain :

 Jelaskan tujuan pertemuan


 Jika peserta banyak bagi peserta ke dalam kelompok kecil terdiri dari Ibu-Ibu, Bapak-
bapak secara terpisah
 Setiap kelompok diminta menuliskan di kertas flipchart manfaat dari setiap perilaku
higiene dan sanitasi yang diharapkan serta alasannya. Lingkari manfaat tersebut
 Siapa yang paling termotivasi oleh manfaat tersebut : laki-laki, perempuan dan lain-lain
 Tuliskan sebanyak-banyaknya manfaat yang dapat diterima. Setiap manfaat dibuat
dalam lingkaran-lingkaran sekitar layanan/perilaku yang dipilih.
 Akhiri kegiatan dengan melihat banyaknya manfaat dari setiap perilaku, perbedaan
untuk setiap kelompok dan mana yang menjadi faktor motivasi utama untuk melakukan
peningkatan

Gambar 4 : Contoh diagram manfaat mempunyai jamban Sehat

147
Tabel 7: Elemen yang harus dipicu dan alat PRA yang digunakan

Hal – hal yang harus Alat yang digunakan


dipicu
Rasa jijik  Transect walk
 Demo air yang mengandung tinja, untuk digunakan cuci
muka, kumur-kumur, sikat gigi, cuci piring, cuci pakaian,
cuci makanan / beras, wudlu, dll
Rasa malu  Transect walk (meng-explore pelaku open defecation)
 FGD (terutama untuk perempuan)
Takut sakit FGD:
 Perhitungan jumlah tinja
 Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan
didukung data puskesmas
 Alur kontaminasi
Aspek agama Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli agama
yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang karena
merugikan manusia itu sendiri.
Privacy FGD (terutama dengan perempuan)
Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan
dengan masyarakat “termiskin” seperti di Bangladesh atau
India.
Manfaat Diagram Manfaat

Dalam memicu elemen-elemen di atas pada suatu komunitas biasanya ada juga faktor-
faktor penghambat pemicuan. Salah satunya adalah bahwa masyarakat sudah terbiasa
dengan subsidi, sementara dalam pendekatan CLTS tidak ada unsur subsidi sama sekali
untuk sarana individual. Berikut adalah beberapa hal yang biasanya menjadi penghambat
pemicuan di masyarakat, dengan alternatif solusi untuk mengurangi atau mengatasi faktor
penghambat tersebut.

Tabel 8: Penghambat pemicuan dan solusinya

Hal-hal yang menjadi penghambat Solusi


pemicuan di masyarakat
Kebiasaan dengan subsidi / bantuan Jelaskan dari awal bahwa kita tidak
punya apa-apa, kita tidak membawa
bantuan
Faktor gengsi; malu untuk Gali model-model jamban menurut
membangun jamban yang sangat masyarakat dan jangan memberikan 1
sederhana (ingin jamban permanen) pilihan model jamban
Tidak ada tokoh panutan Munculkan natural leader, jangan
mengajari dan biarkan masyarakat
mengerjakannya sendiri.

148
LAMPIRAN : 1

EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan elemen pemicuan
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan (Hot Potato-
bola panas Petanyaan digulung pada bola)
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Ada berapa cara/teknik melakukan elemen pemicuan, sebutkan?


2. Apa tujuan melakukan penghitungan beban tinja, beban sampah dan beban limbah cair?
3. Bagaimana melakukan fasilitasi penghitungan beban tinja, beban sampah dan beban limbah
cair?
4. Sebutkan 2 cara bagaimana melakukan simulasi kontaminasi air?
5. Sebutkan langkah-langkah membuat diagram manfaat?
6. Apa saja yang perlu dilakukan pada saat puncak pemicuan?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

149
Lampiran 2 :

SLIDE PRESENTASI

150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
SUB MODUL
PENGORGANISASIAN PERENCANAAN MASYARAKAT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sub modul ini menjelaskan tentang metode yang dapat dilakukan untuk mengorganisasi
masyarakat yaitu Four Pile Sorting (tiga prioritas aksi), Tingkatan Partisipasi Masyarakat,
Diagram Venn, dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM).

II. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan Umum: Peserta mampu melakukan pengorganisasian masyarakat untuk


program sanitasi dan melakukan perubahan perilaku.

Tujuan Kegiatan Khusus:

1. Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi


a. Membedakan antara kondisi dan praktik yang baik dan buruk
b. Berbagi pengetahuan kesehatan terkait dengan higiene dan sanitasi berdasarkan
pemahaman masyarakat
c. Identifikasi prioritas aksi
d. Menyepakati tiga prioritas aksi termasuk pembagian peran, tanggung jawab serta
kesempatan untuk melakukan kegiatan.
e. Dasar dari perencanaan kegiatan bersama.

2. Tingkatan Partisipasi Masyarakat


a. Memahami pengertian dan tingkatan partisipasi
b. Menentukan bentuk partisipasi yang dapat diberikan sehubungan kegiatan promosi
higiene dan sanitasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing

3. Diagram Venn
a. Memetakan : potensi lembaga yang ada dalam masyarakat dan potensi SDM yang ada
pada tiap lembaga masyarakat tersebut
b. Memilih lembaga yang akan melaksanakan dan mengelola program

4. Rencana Kerja Masyarakat


a. Mendokumentasikan rencana kerja masyarakat dan sebagai dasar perencanaan

III. POKOK BAHASAN


1. Tiga prioritas aksi
2. Tingkatan partisipasi
3. Diagram Venn
4. Rencana Kerja Masyarakat

IV. WAKTU : 315 menit (7 JPL)

163
V. METODE
1. Curah pendapat.
2. Diskusi kelompok.
3. Diskusi Pleno.

VI. ALAT BANTU dan MEDIA


1. Gambar perilaku baik dan buruk
2. Kertas flipchart.
3. Form Rencana Kerja Masyarakat
4. Selotip kertas
5. Spidol.

VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN

Pokok Bahasan 1: Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi (90 Menit).

SESI 1 : Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa topik yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah
four file sorting/tiga prioritas aksi

Langkah 3: Jelaskan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk:


a. Membedakan antara kondisi dan praktik yang baik dan buruk
b. Berbagi pengetahuan kesehatan terkait dengan higiene dan sanitasi
berdasarkan pemahaman masyarakat
c. Identifikasi prioritas aksi
d. Menyepakati tiga prioritas aksi termasuk pembagian peran, tanggung jawab
serta kesempatan untuk melakukan kegiatan.
e. Dasar dari perencanaan kegiatan bersama.

Berikan kesempatan pada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta apakah
sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan dengan
sesi selanjutnya

164
SESI 2 : Pelaksanaan Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi (70 menit)

Langkah 1: Bagi peserta menjadi 2 yaitu kelompok bapak dan ibu. Bagikan 1 set gambar yang
berisi perilaku baik dan buruk untuk 5 pilar (stop BABS, cuci tangan pakai sabun,
pengolahan air bersih dan makanan, sampah, dan air limbah).

Langkah 2: Setelah peserta terbagi, minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut:

• Pelajari kumpulan gambar yang telah disiapkan. Sepakati arti setiap gambar. Jika
ada gambar yang tidak disepakati artinya, pisahkan.
• Pisahkan gambar perilaku baik dan gambar perilaku buruk.
• Setelah yakin, pisahkan gambar yang baik dan sudah dipraktekkan semua orang
dan gambar buruk dan tidak lagi dipraktekkan
• Dari dua kelompok gambar yang tersisa yaitu gambar perilaku baik tapi belum
dilakukan dan perilaku buruk dan masih dilakukan, pilihlah tiga gambar yang
nantinya akan menjadi tiga prioritas aksi.
Tiga prioritas aksi dipilih karena dianggap paling penting dan mudah dilakukan.

Langkah 3: Setelah setiap kelompok menyepakati 3 gambar prioritas aksi yang akan dilakukan,
setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok beserta dasar
pertimbangan yang dipakai saat memilih. Setiap kelompok berhak memberikan
pendapat dan komentar atas hasil diskusi kelompok lain.

Langkah 4: Sepakati 3 gambar prioritas aksi dari hasil kelompok. Jika terjadi ketidaksepahaman,
fasilitasi agar dapat tercapai kesepakatan.

Langkah 5: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

Langkah 6: Buatlah rangkuman Sesi

Rangkuman dan Pembulatan (10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi four file sorting/tiga prioritas aksi. Jelaskan bahwa ketiga
gambar yang telah terpilih akan menjadi prioritas peserta untuk diubah.

Langkah 2: Buat Rencana Tindak Lanjut (RTL) berdasarkan hasil kesepakatan (form terlampir).
Ucapkan terima kasih dan lanjutkan ke sesi berikutnya yaitu tingkatan partisipasi
masyarakat

165
Pokok Bahasan 2: Tingkatan Partisipasi Masyarakat (90 menit)

SESI 1 : Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa topik yang akan dibahas adalah tingkatan partisipasi
masyarakat

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah:


a. Memahami pengertian dan tingkatan partisipasi
b. Menentukan bentuk partisipasi yang dapat diberikan sehubungan kegiatan
promosi higiene dan sanitasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing

SESI 2 : Pelaksanaan Tingkatan Partisipasi Masyarakat (70 menit)

Langkah 1: Tanyakan kepada peserta, apa yang mereka ketahui mengenai partisipasi. Tulis
jawaban di kertas plano. Simpulkan dan jelaskan pengertian partisipasi yaitu:
Keikutsertaan atau peran serta aktif dalam suatu kegiatan.

Langkah 2: Setelah pengertian partisipasi sudah disepakati, tanyakan kepada mereka


pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Apa saja bentuk peran serta masyarakat dalam pembangunan yang ada di
daerah tersebut? Tuliskan jawabannya di kertas plano

Setelah semua bentuk partisipasi masyarakat teridentifikasi, katakan kepada


masyarakat bahwa bentuk-bentuk partisipasi itu beragam. Partisipasi tidak hanya
berupa uang namun juga bisa berupa ide, tenaga, material, waktu dan lain-lain.

Langkah 3: Jelaskan bahwa ada tingkatan-tingkatan dalam partisipasi masyarakat yaitu:

1. Masyarakat hanya menerima informasi


2. Masyarakat mulai diajak berunding
3. Membuat keputusan bersama-sama
4. Masyarakat mendapat wewenang dalam mengatur sumber daya dan
memutuskan

*Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

Langkah 4: Setelah selesai menjelaskan tentang tingkatan dalam partisipasi masyarakat,


tanyakan kepada peserta bentuk partisipasi yang akan masyarakat berikan dalam

166
pembangunan sanitasi yang akan dilakukan di daerah tersebut (berdasarkan pada
Rencana Kerja Masyarakat yang telah disepakati bersama).

Tulis jawaban peserta dalam kertas flipchart.

Langkah 5: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

Langkah 6: Buatlah rangkuman Sesi

Rangkuman dan Pembulatan (10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi tingkatan partisipasi masyarakat

Langkah 2: Ucapkan terima kasih dan tutup sesi ini. Lanjutkan ke sesi selanjutnya yaitu Diagram
venn

POKOK BAHASAN 3: Diagram Venn (90 Menit).

SESI 1 : Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada bahwa topik yang akan dibahas adalah diagram Venn

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah:

a. Memetakan: potensi lembaga yang ada dalam masyarakat dan potensi SDM
yang ada pada tiap lembaga masyarakat tersebut
b. Memilih lembaga yang akan melaksanakan dan mengelola program

167
SESI 2 : Pelaksanaan Diagram Venn (70 menit)

Langkah 1: Apabila peserta laki-laki dan perempuan jumlahnya seimbang bagi peserta 5
kelompok terdiri dari kelompok bapak dan kelompok ibu. Bagikan kertas plano dan
spidol warna – warni kepada masing-masing kelompok.

Langkah 2: Setelah peserta terbagi, minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut:
• Sebutkan nama-nama organisasi yang ada di masyarakat, buat daftarnya
• Buatlah gambar berbentuk lingkaran untuk mewakili setiap organisasi yang ada
di masyarakat. Ukuran lingkaran ditentukan oleh besarnya pengaruh, manfaat,
kedekatan organisasi dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi
tersebut.
*Semakin besar pengaruh, manfaat, kedekatan organisasi dan kepercayaan
masyarakat terhadap organisasi tersebut, semakin besar ukuran lingkarannya.
• Setelah semua organisasi digambarkan, tuliskan pada masing-masing organisasi
jumlah pengurus laki-laki dan perempuan.
• Sepakati simbol untuk masing-masing pengurus misalnya kursi untuk ketua
• Bahaslah masing-masing organisasi berdasarkan keahlian dan waktu
pengurusnya untuk mengelola kegiatan “Promosi Higiene dan Sanitasi”
berdasarkan simbol gambar yang telah disepakati. Simbol ditempatkan ketika
orang yang bersangkutan memiliki keahlian dan waktu. Lakukan terhadap
seluruh organisasi yang ada.

Langkah 3: Setelah diagram Venn selesai dibuat, minta kepada seluruh peserta untuk
menempelkan tanda (misal ekspresi wajah) pada organisasi yang dipercayai tanpa
diketahui peserta yang lain.

Langkah 4: Sepakati organisasi mana yang dipercaya dapat bertanggungjawab untuk kegiatan
promosi higiene dan sanitasi dengan melihat jumlah suara peserta.
• Apabila organisasi banyak dipercaya tetapi tidak memiliki keahlian yang
diharapkan sepakati apakah memungkinkan dilakukan re-organisasi, misalnya
menempatkan orang yang sesuai. Apakah memerlukan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan organisasi tersebut?
* Pastikan semua anggota berpartisipasi aktif

Langkah 5: Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

Langkah 6: Buatlah rangkuman Sesi

Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi Diagram Venn. Sebutkan organisasi yang terpilih oleh
peserta sebagai penanggungjawab kegiatan sanitasi.

168
Langkah 2: Ucapkan terimakasih dan tutup sesi ini. Lanjutkan ke sesi berikutnya yaitu
penyusunan Rencana kerja Masyarakat

POKOK BAHASAN 4: Rencana Kerja Masyarakat (45 Menit).

SESI 1 : Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta topik yang akan dibahas dalam pertemuan ini adalah Rencana
Kerja Masyarakat

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyepakati rencana kerja
masyarakat untuk perubahan perilaku (tiga prioritas aksi/sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya)

SESI 2 : Pelaksanaan Sesi Rencana Kerja Masyarakat (25 menit)

Langkah 1: Bagikan form rencana kerja masyarakat/siapkan kertas flipchart dengan tabel yang
nantikan digunakan sebagai form rencana kerja masyarakat

Langkah2: Minta peserta mempelajari form tersebut, minta kepada peserta untuk berperan
sebagai masyarakat dan melakukan musyawarah dalam mengisi form rencana kerja
masyarakat tersebut. Peserta bekerja dalam kelompok. Pembagian kelompok bisa
disesuaikan dengan kondisi peserta. Bisa berdasarkan asal daerah peserta.

Langkah 3 : Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta

Langkah 4 : Buatlah rangkuman sesi

169
Rangkuman dan Pembulatan (10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi Rencana Kerja Masyarakat

Langkah 2: Ucapkan terimakasih dan tutup sesi ini. Lanjutkan ke sesi berikutnya yaitu pilihan
teknologi sanitasi

170
VIII. URAIAN MATERI

PENGORGANISASIAN MASYARAKAT

A. Four File Sorting/Tiga Prioritas Aksi

Tujuan :
1. Membedakan antara kondisi dan praktik yang baik dan buruk
2. Berbagi pengetahuan kesehatan terkait dengan hygiene dan sanitasi berdasarkan
pemahaman masyarakat
3. Identifikasi prioritas aksi
4. Menyepakati tiga prioritas aksi termasuk pembagian peran, tanggung jawab serta
kesempatan untuk melakukan kegiatan.
5. Dasar dari perencanaan kegiatan bersama.

Bahan:
 Foto atau gambar mengenai kondisi /praktik higiene dan sanitasi yang baik serta yang
buruk (mengacu kepada 5 pilar STBM)

Langkah-langkah :

 Kelompok masyarakat dibagi menjadi dua sub kelompok : Kelompok ibu-ibu, dan
kelompok Bapak-bapak .
 Kumpulan gambar/foto yang telah disiapkan dibagikan ke setiap kelompok. (akan lebih
baik apabila foto tersebut merupakan foto local yang diambil ketika penelusuran
wilayah)
 Pelajari setiap gambar/foto dan diskusikan bila ada gambar/foto yang belum dipahami.
Ketika kelompok telah selesai, tanyakan apakah mereka yakin bahwa semua gambar
telah berada di baris yang tepat. Diskusikan jika masih diperlukan beberapa perubahan.
 Minta setiap kelompok untuk mengurutkan gambar ke dalam dua baris. Baris pertama
kondisi/praktek yang baik dan baris kedua kondisi/praktek yang buruk

171
 Setelah yakin dengan pilihannya, pisahkan
gambar yang baik dan sudah dipraktekkan
semua orang dan gambar buruk dan tidak
lagi dipraktekkan diantara baris pertama dan
baris kedua. Sekarang terdapat empat baris
gambar : Baris pertama kondisi/praktek yang
baik dan sudah dipraktekkan smua orang ,
baris kedua kondisi/praktek yang baik yang
belum dipraktekkan semua orang, baris
ketiga kondisi/praktek yang buruk yang
masih dipraktekkan oleh beberapa/semua
orang, dan baris ke empat kondisi/praktek
yang buruk dan sudah tidak lagi dipraktekkan Dalam
oleh semua orang. Luar

Gambar 5 : empat baris kondisi/praktek


higiene/sanitasi

 Setelah menyepakati ke empat baris tersebut diskusikan untuk memilih tiga gambar
kondisi/praktek dari dua baris di dalam menjadi prioritas aksi yang paling penting
 Persilahkan kelompok bapak-bapak mengunjungi kelompok ibu-ibu dan kelompok ibu-ibu
menjelaskan pilihannya. Demikian sebaliknya
 Apabila terjadi perbedaan antara kelompok ibu-ibu dan kelompok bapak-bapak, fasilitasi
untuk mencapai kesepakatan 3 prioritas pilihan aksi kondisi/praktek higiene dan sanitasi
yang akan diperbaiki.
 Pada akhir kegiatan tanyakan kepada seluruh kelompok mengenai pengalaman melakukan
kegiatan tersebut. Tanyakan beberapa hal berikut
o Apakah kegiatan tersebut sesuai dengan masyarakat? Bisakah semua orang
berpartisipasi sama baiknya?
o Fokus jender: Apakah memiliki dua kelompok yang terpisah adalah hal yang penting?
Apakah muncul prioritas yang berbeda bagi ibu-ibu dan bapak-bapak? Mengapa hal ini
terjadi? Apakah hasil akhir (prioritas aksi masyarakat) dapat diterima bagi kedua
kelompok?
o Tindak lanjut: Apa yang akan menjadi langkah berikutnya? Dapatkah hasil tersebut
digunakan untuk merencanakan aksi masyarakat, atau kegiatan yang sama harus
dilakukan dengan kelompok masyarakat lain untuk mendapatkan pilihan aksi dari semua
orang? Jika demikian, dapatkah kedua kelompok mengulangi kegiatan tersebut dengan
ibu-ibu dan bapak-bapak, anak laki-laki dan anak perempuan lain dalam masyarakat dan
melaporkan hasilnya? Bagaimana dan kapan pilihan akhir dapat dibuat?
 Jika diperlukan adanya replikasi, diskusikan bagaimana hal ini akan dilakukan dan siapa yang
akan menjadi relawan. Susun gambar-gambar yang akan difotokopi, sehingga relawan

172
masing-masing memiliki / nya set sendiri. Sepakati salah satu fasilitator akan datang kembali
untuk membantu masyarakat mempersiapkan rencana aksi lokal mereka atas dasar hasil
dari kegiatan ini. Juga mendiskusikan di mana pertemuan perencanaan akan diadakan, siapa
yang akan diundang, bagaimana hal ini akan dilakukan dan siapa yang akan mempersiapkan
pertemuan. Membantu kelompok menentukan:
o Di mana dan bagaimana semua rumah tangga dapat bertemu untuk perencanaan
tindakan partisipatif, misalnya bersama-sama di satu tempat, atau bagian masyarakat
yang terpisah di lokasi yang terpisah semua;
o Bagaimana suami dan istri dari setiap rumah tangga dapat berpartisipasi untuk
memastikan pandangan laki-laki dan perempuan dan kepentingannya diwakili ;
o Hari apa dan waktu yang paling cocok agar perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi;
o Bagaimana juga perempuan dan laki-laki miskin dapat berpartisipasi dalam perencanaan
dan pengambilan keputusan.

B. Tingkatan partisipasi masyarakat

Tujuan kegiatan :
1. Memahami pengertian dan tingkatan partisipasi
2. Menentukan bentuk partisipasi yang dapat diberikan sehubungan kegiatan promosi
higiene dan sanitasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing

Pengertian partisipasi Secara harfiah adalah keikutsertaan atau peran serta aktif dalam
suatu kegiatan.

Partisipasi dalam program pembangunan adalah suatu bentuk keterlibatan dan


keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam
dirinya (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik), secara keseluruhan proses kegiatan yang
bersangkutan.

Adapun keterlibatan masyarakat berarti tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk lebih


berdaya menghadapi berbagai tantangan hidup tanpa harus bergantung kepada orang lain.
Ketika masyarakat semakin kuat, peran orang luar semakin dikurangi. Pendekatan
partisipatif disebut juga pendekatan pemberdayaan masyarakat.

173
Langkah-langkah :

a. Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok laki-laki (Bapak-bapak) dan perempuan (ibu-
ibu)
b. Tanyakan kepada masing-masing kelompok bentuk partisipasi yang diketahui, gali
dengan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan jawaban bentuk partisipasi yang
beragam
c. Catat jawaban peserta di kertas plano, sepakati gambar yang mewakili setiap jawaban
peserta (fasilitator terlebih dahulu mempersiapkan gambar-gambar partisipasi) atau
apabila waktu tersedia cukup dan ada peralatan yang mendukung buat menjadi
permainan yang menarik : peserta dibagi kedalam beberapa kelompok, minta kepada
setiap kelompok untuk membuat gambar dari setiap bentuk partisipasi yang diketahui)
d. Pilih gambar partisipasi yang bisa diberikan sesuai dengan kemampuannya
e. Sepakati bentuk partisipasi yang akan diberikan masyarakat untuk mendukung kegiatan
promosi higiene dan sanitasi sesuai dengan tingkatannya

Gambar 6 : Tingkatan partisipasi

C. Diagram Venn

Tujuan melakukan diagram Venn:

1. Memetakan :
 potensi lembaga yang ada dalam masyarakat
 potensi SDM yang ada pada tiap lembaga masyarakat tersebut
2. Memilih lembaga yang akan melaksanakan dan mengelola program

174
Langkah-langkah :

Diskusi dilakukan dengan kelompok masyarakat yang berbeda yaitu kelompok ibu-ibu dan
kelompok Bapak-bapak :
a. Mintalah kepada peserta untuk menyebutkan nama-nama organisasi yang ada di
masyarakat, misalnya : PKK, Koperasi, karang Taruna, kelompok agama dan lain-lain
b. Buatlah gambar berbentuk lingkaran untuk mewakili setiap organisasi yang ada di
masyarakat. Ukuran lingkaran ditentukan oleh besarnya pengaruh, manfaat, kedekatan
organisasi dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut
c. Setelah semua organisasi digambarkan, tuliskan pada masing-masing organisasi jumlah
pengurus laki-laki dan perempuan
d. Sepakati simbol untuk masing-masing pengurus misalnya:
Kursi besar untuk ketua,
kursi yang lebih kecil untuk wakil ketua,
Buku catatan untuk sekretaris,
uang untuk bendahara,
Sabun untuk Penyuluh kesehatan
Kunci untuk teknisi

e. Bahaslah masing-masing kelompok berdasarkan keahlian dan waktu yang tersedia dari
pengurusnya untuk mengelola kegiatan “Promosi Higiene dan Sanitasi” berdasarkan
simbol gambar yang telah disepakati. (Simbol ditempatkan ketika orang yang
bersangkutan memiliki keahlian dan waktu).

f. Lakukan analisa tersebut terhadap seluruh


organisasi yang ada
g. Sepakati organisasi mana yang dipercaya
dapat mewakili dari kegiatan promosi higiene
dan sanitasi.
h. Minta kepada seluruh peserta untuk
menempelkan tanda (misal ekspresi wajah)
pada organisasi yang dipercayai tanpa
diketahui peserta yang lain
i. Apabila organisasi banyak dipercaya tetapi
tidak memiliki keahlian yang diharapkan
sepakati apakah memungkinkan dilakukan re-
organisasi, misalnya menempatkan orang
yang sesuai. Diskusikan apakah memerlukan Gambar 7 : Contoh Diagram
Venn
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
organisasi tersebut? Pelatihan apa yang
diperlukan?

175
D. Pembuatan Rencana kerja masyarakat

Jika masyarakat telah mencapai kesepakatan mengenai perilaku/kondisi higiene dan sanitasi
yang akan diperbaiki, pesan-pesan yang dapat digunakan untuk mempromosikannya
(berdasarkan hasil pemicuan : apa yang paling memicu masyarakat untuk berubah),
lembaga yang akan mengelola kegiatan maka masyarakat difasilitasi untuk membuat
rencana aksi tentang kapan mereka ingin mencapai target dan siapa yang akan melakukan
apa, kapan dan bagaimana. Lakukan diskusi dengan kelompok masyarakat mengenai
rencana kegiatan/aksi. Sepakati kemballi berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh
selama melakukan pemicuan, memilih tingkatan partisipasi yang akan diberikan dan analisa
organisasi kelompok.

Hasil kesepakatan dtuangkan menjadi Rencana Aksi masyarakat, yang terdiri dari :

 Deskripsi dari perilaku yang menjadi masalah utama


 Kegiatan yang disepakati (Promosi Higiene dan sanitasi, pembangunan sarana
sanitasi)
 Kelompok sasaran
 Tim atau kelompok yang akan melaksanakan kegiatan
 Hasil yang diharapkan
 Waktu

Tabel 9: Contoh matrik Rencana Aksi masyarakat

Prioritas Hasil yang


Kegiatan yang Penangung
perilaku yang Sasaran diharapkan Waktu
dilaksanakan Jawab
akan dirubah
48 keluarga
Semua Kelompok mempunyai jamban
Melakukan
Semua orang keluarga di PKK / sehat Akhir
pemicuan dan
menggunakan RT/RW/ Karang 48 keluarga bulan
Promosi higiene
jamban sehat Lingkunga Taruna menggunakan dan ……
keluarga
n memelihara jamban
sehat
Tersedianya 48 keluarga memiliki
Semua
Air dan sabun Melakukan Kelompok air dan sabun untuk
keluarga di Akhir
untuk pemicuan dan PKK/ mencuci tangan
RT/RW/ bulan
mencuci Promosi higiene Karang
Lingkunga …..
tangan di keluarga taruna
n
toilet
Para pria 20 keluarga yang
meyakinkan dan Kelompok tadinya
Keluarga
membantu pria di menggunakan
Tidak ada lagi yang Pada
penggantian toilet masyarakat jamban helikopter
jamban memakai bulan
Strategi pembiayaan , Ketua sudah memiliki
helikopter toilet ….
yang disepakati RT/RW/ jamban sehat
helikopter
membantu keluarga lingkungan
termiskin

176
Referensi:

1) Kementrian Kesehatan RI, Modul Pelatihan Fasilitator STBM,


2) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 1 : Panduan Praktis
Pelaksanaan Pelatihan untuk Pelatih
3) Pokja AMPL Nasional, 2012 : Prohisanmas-JK (Promosi Higiene dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dengan Kepedulian jender dan Kemiskinan), Seri 2 Pelaksanaan Promosi
Higiene dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Lapangan
4) Panduan Asessment partisipatif dan pemicuan STBM, High Five

177
LAMPIRAN 1 :

EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan : Tiga prioritas aksi,
Tingkatan partisipasi Masyarakat, Diagram Venn dan Rencana Kerja Masyarakat
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Apa tujuan melakukan tiga prioritas aksi ?


2. Sebutkan langkah-langkah melakukan tiga prioritas aksi?
3. Apa tujuan membuat tingkatan partisipasi masyarakat?
4. Sebutkan langkah-langkah membuat tingkatan partisipasi masyarakat?
5. Apa Tujuan melakukan diagram venn?
6. Sebutkan langkah-langkah melakukan diagram venn?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

178
LAMPIRAN 2 :

Contoh Form RKM

FORM RENCANA KERJA SANITASI MASYARAKAT

RT/RW : ______________________________

Desa/Kelurahan: ______________________________

Kecamatan : ______________________________

Kabupaten : ______________________________

I. TIGA PRIORITAS AKSI YANG DISEPAKATI:

1.
2.
3.

II. JENIS SARANA SANITASI YANG AKAN DIBANGUN :

A. Jamban :

No. Nama Warga Jenis Jamban Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan

179
B. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

No. Nama Warga Jenis SPAL Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan

C. Pembangunan/pemeliharaan Saluran Drainase Lingkungan

No. Nama Warga Saluran Tanggal mulai Tanggal Tanda tangan


Drainase/pengelolaan selesai
air hujan

180
D. Tempat Sampah dan pengolahan sampah

Tempat Sampah :

No. Nama Warga Jenis Tempat Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan
sampah

Pengolahan sampah

No. Nama Warga Jenis Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan
Pengolahan
sampah

181
E. Air Minum

No. Nama Warga Jenis Tanggal mulai Tanggal selesai Tanda tangan
Pengolahan air
minum

F. Organisasi/Lembaga pelaksana dan pengelola sanitasi :

Nama Organisasi/Lembaga pelaksana : ____________________________________________

Susunan Kepengurusan :

Pengarah :
Ketua :
Wakil Ketua :
Bendahara :
Sekretaris :
Seksi Promosi Higiene dan sanitasi :
1. Air Limbah (jamban dan SPAL),
drainase Lingkungan dan CTPS
2. Sampah
3. Air Minum
Seksi Teknis :

182
Lampiran 3
SLIDE PRESENTASI

183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
SUB MODUL
PILIHAN TEKNOLOGI SANITASI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sub modul ini menjelaskan tentang pilihan teknologi sanitasi. Pilihan teknologi sanitasi
tergantung kepada kondisi wilayah serta kondisi masyarakat. Melalui modul ini diharapkan
dapat memberikan gambaran berbagai pilihan teknologi sanitasi mulai dari yang paling
sedarhana sesuai dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakat untuk 5 pilar STBM. Hal yang
harus diperhatikan pada saat memilih teknologi sanitasi adalah fungsi dari bangunan/sarana
yang dipilih bukan kepada bentuk, design serta biaya yang dikeluarkan.

II. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan Umum:

Setelah mempelajari materi peserta memahami berbagai jenis pilihan teknologi sanitasi.

Tujuan Kegiatan Khusus:


Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu :
• Menyajikan pilihan teknis untuk peningkatan sanitasi rumah tangga
• Memahami biaya pembangunan yang harus dikeluarkan termasuk untuk biaya
pemeliharaan sesuai dengan pilihan teknisnya
• Membantu membuat keputusan pilihan teknis yang diinginkan sesuai dengan kemampuan
masyarakat
• Membantu mencarikan alternatif pembiayaan dan pengorganisasian yang lebih murah

III. POKOK BAHASAN


a. Pilihan teknis untuk meningkatkan sanitasi rumah tangga
1) Air Limbah (Black water dan grey water)
2) CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
3) PAMM RT (Pengolahan air minum dan makanan skala rumah tangga)
4) Sampah
b. Biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan masing-masing opsi teknologi
c. Alternatif pembiayaan dan pengorganisasian yang lebih murah

IV. WAKTU: 135 menit (3 JPL)

V. METODE
1. Ceramah Tanya Jawab
2. Curah pendapat
3. Presentasi singkat
4. Diskusi kelompok.

197
5. Diskusi Pleno.
6. Simulasi

VI. ALAT BANTU dan MEDIA


1. Slide Presentasi.
2. Dua set gambar opsi teknologi jamban individu, jamban komunal dan SPAL (Saluran
Pembuangan Air Limbah)
3. Dua set gambar opsi teknologi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan kelompok,
4. Empat set gambar sarana CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
5. Empat set gambar pengelolaan air minum
6. Spidol warna warni
7. Selotip kertas
8. Kertas flipchart
9. LCD
10. Laptop

VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

SESI 1: Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah :
Pilihan Teknologi Sanitasi, sampaikan mengapa topik ini penting untuk dibahas

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan

Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta
apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan
dengan sesi selanjutnya

SESI 2 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Pilihan Teknis untuk meningkatkan sanitasi
rumah tangga ( 115 menit)

Langkah 1: Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa ada beragam pilihan teknologi untuk
sanitasi mulai dari yang paling sederhana sampai yang yang paling modern untuk
setiap pilar. Tayangkan slide dan jelaskan mengenai langkah-langkah melakukan
fasilitasi.

198
Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 2: Sampaikan bahwa untuk memudahkan proses fasilitasi pembahasan akan dilakukan
dalam kelompok kecil. Bagi peserta menjadi 4 kelompok. Pembagian kelompok
menggunakan metode yang sudah dipersiapkan fasilitator. Masing-masing
kelompok akan melakukan diskusi kelompok dengan topic yang berbeda antara lain:

a. Kelompok satu dan kelompok dua akan membahas pilihan teknologi jamban
baik jamban individu maupun jamban komunal, Saluran pembuangan Air
Limbah, pengelolaan air minum dan sarana CTPS.
b. Kelompok tiga dan empat akan membahas pilihan teknologi pengolahan
sampah skala rumah tangga dan skala kelompok, pengelolaan air minum
dan sarana CTPS

Bagikan satu set gambar pilihan teknologi sanitasi kepada setiap kelompok sesuai
dengan penugasan kelompoknya.

Sampaikan tugas masing-masing kelompok adalah:


1. Melakukan identifikasi teknologi sanitasi yang seuai dengan kondisi wilayah dan
masyarakat
2. Melakukan analisa perkiraan biaya yang diperlukan untuk pembangunan dan
pemeliharaan sarana masing-masing pilihan teknologi
3. Sebutkan beberapa alternative pembiayaan dan pengorganisasian yang lebih
murah dan mudah untuk masing-masing teknologi
4. Tuliskan hasil kesepakatan kelompok pada kertas flipchart

Tanyakan kepada peserta apakah sudah memahami tugasnya. Apabila sudah, beri
kesempatan kepada kelompok untuk bekerja dalam kelompok selama 30 menit.
Lakukan dampingan kepada setiap kelompok kecil, jawablah apabila ada pertanyaan
pada saat diskusi dalam kelompok kecil.

Langkah 3: Setelah 30 menit beri kesempatan kepada setiap kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing selama 5 menit dan
kelompok lain diberi kesempatan untuk menambahkan dan melengkapinya
informasi yang diperlukan.

Langkah 4: Beri penjelasan tambahan dengan menayangkan slide presentasi.

Setelah semua kelompok melakukan presentasi, beri kesempatan kepada peserta


untuk bertanya
Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.

199
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 5: Buatlah rangkuman sesi

Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi pilihan opsi teknologi sanitasi


Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi
berikutnya yaitu peran multi pihak dalam pembangunan sanitasi

200
VIII. URAIAN MATERI

Tujuan Umum : memahami berbagai jenis pilihan teknologi sanitasi.

Tujuan Khusus :
• Menyajikan pilihan teknis untuk peningkatan sanitasi rumah tangga
• Memahamie biaya pembangunan yang harus dikeluarkan termasuk untuk biaya
pemeliharaan sesuai dengan pilihan teknisnya
• Membantu membuat keputusan pilihan teknis yang diinginkan sesuai dengan kemampuan
masyarakat
• Membantu mencarikan alternatif pembiayaan dan pengorganisasian yang lebih murah

Langkah-langkah Fasilitasi kegiatan ini di masyarakat:

1. Jelaskan tentang tujuan dari kegiatan tersebut.


2. Mientalah peserta untuk membentuk dua kelompok terpisah (laki-laki dan perempuan) jika
diharuskan demiekian secara budaya. Buatlah lebih banyak sub-kelompok jika ada banyak
peserta
3. Bagikan set fotokopi pilihan teknologi masing-masing pilar STBM (Sesuaikan dengan 3
pilihan prioritas aksi).
4. Fasilitasi diskusi mengenai ciri-ciri berbagai jenis dan desain teknologi yang sesuai dengan
kondisi wilayah tersebut dan jawablah setiap pertanyaan peserta
5. Periksalah apakah semua peserta sudah memahamie perbedaannya
6. Fasilitasi peserta untuk mengetahui besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap
pilihan teknis sesuai dengan harga setempat
7. Fasilitasi peserta untuk memutuskan pilihan teknis berdasarkan analisis yang dilakukan
peserta
8. Apabila ada kesulitan pendanaan diskusikan bagaimana mendapat kemudahan pembiayaan
miesalnya dengan cara arisan, kelompok simpan pinjam, pembangunan secara bersama-
sama (mendapatkan potongan harga), mengambil pinjaman dari bank, pembelian
barang/pemasangan fasilitas secara kredit dari sektor swasta dll. Cari tahu siapa saja yang
ingin bergabung dalam pembangunan bersama dan / atau kegiatan pendanaan dan rencana
tindak lanjut yang sesuai.
9. Apabila pilihan teknis yang akan dibangun adalah sistem komunal maka langkahnya :
a) Tentukan pilihan teknologi secara komunal yang disepakati
b) Hitung besarnya biaya yang diperlukan sesuai pilihan teknologi tersebut, bagaimana
cara mengumpulkannya
c) Sepakati lokasi yang akan dipergunakan untuk membangun sarana komunal tersebut
d) Sepakati siapa yang akan melakukan pembangunan
e) Buat rencana kerjanya
10. Lakukan evaluasi kegiatan: Apakah kegiatan ini relevan? Bisakah semua orang berpartisipasi
sama baiknya? Apakah memieliki dua kelompok yang terpisah adalah hal yang penting?
Apakah muncul prioritas yang berbeda bagi perempuan dan laki-laki? Kenapa? Apakah hasil
akhir dapat diterima bagi kedua kelompok?

201
Tindak lanjut:
1. Apayang harus dilakukan selanjutnya?
2. Dapatkah hasil ini digunakan untuk merencanakan aksi masyarakat, atau kegiatan yang
sama harus dilakukan dengan kelompok masyarakat lain untuk mendapatkan pilihan aksi
semua orang?
3. Dapatkah seorang perwakilan dari dua kelompok mengulangi kegiatan tersebut dengan ibu-
ibu dan bapak-bapak, anak laki-laki dan perempuan lain dalam masyarakat dan melaporkan
hasilnya?
4. Bagaimana dan kapan pilihan akhir dibuat?

Pengertian air limbah rumah tangga :


Limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, (grey water) dan kotoran manusia (tinja
dan urine/black water).

1. Jamban

Jamban merupakan salah satu sarana untuk mengolah air limbah rumah tangga terutama blak
water (limbah yang dihasilkan dari WC sebagai pembuangan antara lain : Tinja, urine, air
pembersih dan air penggelontor). Pilihan teknologi jamban harus mengikuti kriteria pengelolaan
air limbah rumah tangga, antara lain :
• Tidak mencemari sumber air mienum dan tanah
• Menghindari penyebaran cacing tambang
• Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain
• Jarak mienimal dengan sumber air 10 m
• Tidak menimbulkan bahaya terutama bagi anak-anak

Jamban adalah bangunan yang dipergunakan untuk tempat buang air besar. Bangunan Jamban
terdiri dari tiga bagian antara lain :
a. Bangunan atas : fungsinya untuk kenyamanan, psikologis dan estetika
b. Bangunan Tengah/landasan : Fungsinya untuk keamanan saat orang buang air besar
c. Bangunan bawah/ tempat pembuangan tinja : fungsinya untuk melokalisir tinja dan
mengubahnya menjadi lumpur stabil

202
a) Bangunan atas jamban

Konstruksi bangunan atas jamban sesuai untuk fungsinya adalah untuk kenyamanan,
psikologis dan estetika bisa disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan masing-masing
keluarga, mulai dari yang sangat sederhana sampai yang permanen.

Pilihan konstruksi dan bentuk bangunan bisa disesuaikan dengan kondisi rumah. Beberapa
contoh bangunan atas jamban dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1 : Pilihan konstruksi bangunan atas jamban

b) Bangunan Tengah Jamban

Berdasarkan fungsi bangunan tengah jamban yaitu untuk menjaga keamanan ketika
orang buang air besar maka konstruksinya dapat disesuaikan dengan kondisi daerah dan
rumah. Berbagai jenis bangunan tengah jamban atau biasa di sebut kloset antara lain
cemplung, plengsengan dan leher angsa. Secara lebih jelasnya masing-masing pilihan
dapat dilihat pada tabel berikut :

203
Tabel 1 : Pilihan jenis kloset dan persyaratannya

Gambar berikut ini memperlihatkan bangunan jamban secara utuh (Bangunan atas,
bangunan tengah dan bangunan bawah). Gambar 2 memperlihatkan berbagai jenis
kloset dengan tempat penampungan/penyaluran tinjanya ke cubluk (untuk daerah
dengan kepadatan penduduk masih sangat jarang dan jarak dengan sumber air lebih
dari 10 m keliling). Gambar 3 memperlihatkan berbagai jenis kloset dengan tempat
penampungan/penyaluran tinjanya ke septik tank (untuk daerah yang sangat padat dan
jarak dengan sumber air kurang dari 10 m keliling)

Gambar 2 : Berbagai jenis kloset dengan bangunan bawah berupa cubluk

204
Gambar 3 : Berbagai jenis kloset dengan bangunan bawah septik tank

Kloset bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang sangat sederhana, berikut ini contoh
pembuatan kloset sederhana :

Gambar 4 : Cara membuat


kloset sederhana

Toilets That Make Compost Low-cost,


sanitary toilets that produce valuable
compost for crops in an African
context, by Peter Morgan

205
c) Bangunan Bawah Jamban

Sesuai dengan fungsinya untuk melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur
stabil maka bangunan bawah di buat sedemikian rupa agar fungsinya tercapai.

Tangki septik adalah ruang kedap air di bawah tanah yang menampung kotoran dan air
penggelontor (Black water) dari WC. Tangki Septik biasanya paling tidak mempunyai dua
ruangan. Panjang ruang pertama harus paling tidak 50 % dari panjang total dan jika
hanya ada dua ruang maka panjang ruang pertama harus 2/3 dari panjang total.
Endapan dari tangki septik di buang melalui truk penyedot atau kereta penyedot tinja.
Pipa saluran masuk berbentuk T dipakai untuk mempermudah aliran masuk tanpa
mengganggu kotoran di permukaan. Penapis atau pemisah di antara ruang, dipakai
untuk mencegah agar sampah dan padatan tidak lolos masuk kedalam aliran limbah ke
luar (effluent). Pipa saluran keluar berbentuk T akan mengurangi kotoran dan padatan
yang terbuang.

Pemeliharaan :
 Tangki septik hanya menerima buangan kakus/tinja saja, tidak untuk air bekas
mandi/cuci (grey water).
 Perlu dilakukan penyedotan secara berkala. Penyedotan dilakukan ketika endapan
(sludge) dan kotoran (scum) mencapai 2/3 dari kapasitas tangki, umumnya setiap 2
– 5 tahun.
 Tidak membuang bahan-bahan kimia berbahaya ke dalam tangki septik seperti
insektisida, karbol pembersih lantai dan pemutih pakaian
 Lumpur hasil pengurasan tidak boleh di buang ke sungai atau tempat terbuka tetapi
harus ke tempat pembuangan akhir Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Aplikasi dan efesiensi :


 Tidak boleh dibangun di daerah dengan permukaan air tanahnya tinggi
 Jika di pasang di daerah padat penghuni, resapan setempat (On site infiltration)
tidak boleh dipakai. Sebagai gantinya tangki septik harus tersambung ke saluran
limbah.
 Lokasinya harus bisa di masuki oleh truk/kereta penyedot tinja.

206
Gambar 5 : Tangki Septik

Gambar 6 : Semi tangki septik berbentuk bulat dan


persegi

2. Saluran Pembuangan Air Limbah Sederhana (SPAL)

Pengertian Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah perlengkapan pengelolaan air limbah
bisa berupa pipa dari semen atau pralon atau berupa tanah galian yang dipergunakan untuk
membantu air buangan dari sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau ke tempat
pembuangan.

207
Fungsi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL: untuk membuang air cucian, air bekas mandi, air
kotor/bekas lainnya.

Pengelolaan Air Limbah

Air limbah merupakan air bekas yang berasal dari kamar mandi, dapur atau cucian yang dapat
mengotori sumber air seperti sumur, kali ataupun sungai serta lingkungan secara keseluruhan.
Banyak dampak yang ditimbulkan akibat tidak adanya SPAL yang memenuhi syarat kesehatan.
Hal yang pertama dirasakan adalah mengganggu pemandangan, dan terkesan jorok karena air
limbah mengalir kemana-mana. Selain itu, air limbah juga dapat menimbulkan bau busuk
sehingga mengurangi kenyamanan khususnya orang yang melintas sekitar rumah tersebut. Air
limbah juga bisa dijadikan sarang nyamuk yang dapat menularkan penyakit seperti malaria serta
adanya air limbah yang melebar membuat luas tanah yang seharusnya dapat digunakan menjadi
berkurang.

Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
 Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan
tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
 Tidak mengotori permukaan tanah.
 Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
 Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
 Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
 Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
 Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-
benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat
dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan mienyak dan lemak.
Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana
lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan
sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan
saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan
yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari dan suhu yang tinggi di
daerah.

Pembuatan SPAL
Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau disesuaikan
dengan tempat dan kebutuhan. Selanjutnya di buat saluran dari batu bata, pasir, semen atau
pakai bis. Bila saluran terbuka dapat ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi
dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan
kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Bak resapan dapat diberi saluran udara dari pralon.

208
Berbagai jenis pembuatan SPAL sederhana :

a) Penampung air limbah dan saluran air limbah ke bak resapan


b) Penampung air limbah dari drum yang dilubangi
c) Bak Saluran bekas mandi dan cuci

a) Penampung air limbah dan saluran air limbah ke bak resapan

Gambar 7 : Bak penampung air limbah/bekas

Pemeliharaan
 Perlu dibersihkan setiap hari terutama pada saluran yang terbuka dan pada bak kontrol
 Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik, dsb

Keuntungan dan Kerugian

 Keuntungan : Mudah membuatnya, sederhana dan bahan-bahan mudah didapat. Selain itu
ada hasil untuk menambah penghasilan keluarga yaitu ikan lele.
 Kerugian : Kadang-kadang baunya masih terasa sehingga dapat mengganggu lingkungan
sekitarnya

209
Gambar 8 : Air Limbah ke sumur
resapan

b) Penampung air limbah dari Drum yang dilubangi

Gambar 9. Drum yrang Dilubangi

Pemeliharaan : Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik
dan sebagainya.

Keuntungan : Mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal dan merupakan pemanfaatan
bahan-bahan bekas

210
Kerugian : Air yang meresap akan mempengaruhi air tanah di sekitarnya apabila struktur tanah
merupakan tanah liat yang berbongkah- bongkah pada waktu musim kemarau, serta jaraknya
kurang diperhatikan dengan sumur bersih (terlalu dekat).

Gambar 10 : Pembuatan lubang

c) Bak saluran Bekas Mandi dan Cuci

Gambar 11: Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci serta Saluran air bekas mandi dan cuci : A :
Kamar mandi dan cuci B : Bak kontrol C : Bak resapan

211
Pemeliharaan :
1. Saluran setiap hari perlu dibersihkan dengan memakai alat sapu.
2. Jangan membuang benda-benda padat seperti : batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-
barang lainnya.
3. Semua resapan perlu sering dikontrol, agar bagian-bagian yang tersumbat dibersihkan.

Keuntungan : Pembuatannya mudah, bahan-bahan ada disekitar kita dan konstruksinya


sederhana.

Kerugian : Pembuangan air kotor ini juga tergantung dari struktur lapisan tanah. Tanah yang
liat pada musim kemarau akan bongkah-bongkah hal ini mungkin berpengaruh pada sumber
air bersih. Untuk mengatasi hal ini agar jaraknya perlu lebih diperpanjang lagi.

d) Lahan Basah Buatan


Tujuannya untuk meniru proses alami
yang terjadi di daerah rawa dan payau.
Sistem ini memiliki dasar dengan
Gambar 12 : Lahan basah buatan lapisan atau saluran yang diisi pasir
atau media (batu, kerikil, pasir, tanah)
Saluran atau mangkuk dilapisi
penghalang tidak tembus air (tanah liat)
untuk mencegah rembesan air limbah.
Tumbuhan asli seperti (alang-alang atau
sulur-sulur) dibiarkan tumbuh di bagian
dasar.

Pemeliharaan :

 Bahan penyaring perlu dibersihkan


secara berkala dan diganti setiap 8
Gambar 13 : Lahan basah buatan horizontal
hingga 15 tahun.
 Perawatan lebih difocuskan untuk
memastikan bahwa pengolahan
primer berfungsi efektif. Khususnya
untu mengurangi padatan dalam air
limbah, sebelum air limbah masuk
ke lahan basah
 Perlu perhatian agar orang tidak
bersentuhan dengan aliran limbah.
Sebab ada potensi penularan
penyakit dan resiko tenggelam di
perairan yang dalam.

212
Aplikasi dan efesiensi :
Sistem ini cocok jika mengikuti beberapa tipe pengolahan primer untuk memperkecil BOD.
Sistem ini menjadi pengolahan yang bagus untuk masyarakat. Terutama yang mempunyai
fasilitas pengolahan primer misalnya tangki septik. Tergantung volume air dan ukurannya, lahan
basah bisa cocok untuk daerah perkotaan yang kecil atau daerah pinggiran kota dan perdesaan.

3. Pilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Komunal :

Ada beberapa macam pilihan Sistem pengolahan Tinja secara komunal antara lain:

1) Sarana Mandi Cuci Kakus


2) IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal
3) Septik Tank Komunal

1. Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK)

MCK biasanya dibangun di daerah yang padat penduduknya. Bangunan MCK terdiri dari
sarana untuk mandi, mencuci dan BAB. Pada beberapa pengembangan selanjutnya sarana
MCK ini bisa di tambahkan pengolahannya secara anaerobic sehingga menghasilkan biogas
yang dapat dipergunakan untuk kepentingan penerangan atau memasak bagi masyarakat.
MCK yang dilengkapi dengan pengolahan biogas dinamakan MCK ++. (100 – 400 orang)

2. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Komunal

Apabila daerahnya cukup padat tetapi masyarakatnya ingin mempunyai jamban di rumah
dan dialirkan ke bagunan IPAL komunal dengan system perpipaan maka system ini cocok
diterapkan. Biasanya design IPAL Komunal bisa untuk memenuhi kebutuhan antara 100 –
400 orang.

3. Septik Tank Komunal.

Beberapa rumah karena lahan terbatas menggunakan tangki septik secara bersama-sama.

213
Gambar 14 : Pilihan teknologi pengolahan air limbah secara komunal

4. Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun

Syarat utama untuk penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun adalah menggunakan air
bersih yang mengalir dan menggunakan sabun

Berbagai jenis sarana cuci tangan pakai sabun banyak tersedia di toko-toko, namun ada juga
pembuatan sarana cuti tangan pakai sabun yang sederhana untuk masyarakat yang tidak
mampu. Berbagai pilihan sarana cuci tangan pakai sabun dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 15 : Pilihan pembuatan sarana cuci tangan pakai sabun

214
Gambar 16 : Pilihan pembuatan sarana cuci tangan pakai
sabun

5. Pengolahan Air Minum dan Makanan Skala Rumah Tangga (PAMM-RT):

Pengolahan air minum rumah tangga artinya :


Merupakan pengelolaan air minum di rumah tangga
Meliputi pengolahan, penyimpanan yang aman dan perilaku penanganan air minum.

Mengapa perlu dilakukan pengelolaan air minum di rumah tangga?


 Air yang jernih belum tentu bebas dari kuman
 Memperbaiki kualitas miekrobiologis air minum dengan teknologi yang sederhana
 Mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh penyakit yang dibawa
oleh air
 Menurunkan biaya kesehatan

Pengelolaan Air Minum terdiri dari :

1) Pengolahan air minum

Pengolahan air minum bertujuan untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air secara
mikrobiologis untuk keperluan : Air minum, produksi makanan termasuk mencuci sayuran
dan buah-buahan siap saji, untuk mencuci peralatan makanan, air untuk keperluan
berkumur dan sikat gigi.

215
Beberapa teknologi pengolahan air minum antara lain :

a) Filtrasi : Biosand filter dan keramiek filter

Biosand filter :

Gambar 17 :Biosand
filter

Merupakan proses disinfeksi melalui kombinasi proses biologis (lapisan biofilm) dan
mekanisme (lapisan pasir). Air baru boleh diminum setelah 21 hari proses pembentukan
lapisan biologis.

Kapasitas : 20 l/5 jam

Kelebihan:
 Efektif menghilangkan protozoa dan bakteri 90 %
 Tidak membutuhkan bahan bakar
 Hanya satu kali pemasangan dan perawatan minimal
 Bertahan lama

Keterbatasan
 Meski bisa melumpuhkan virus tetapi tidak begitu efektif
 Jika wadah tidak aman memungkinkan terkontaminasi ulang karena tidak ada
perlindungan residu
 Investasi awal relatif mahal

216
Keramik Filter:
Gambar 18 :Keramik
filter

Merupakan proses disinfeksi dengan kombinasi proses penyaringan bakteri secara


mekanis dan kimia.

Ada beberapa macam keramik yang daoat digunakan antara lain keramik tradisional
yang biasa terdapat dipasar atau keramik buatan pabrik.

Kelebihan keramik :

 Efektif menghilangkan bakteri dan protozoa


 Mudah digunakan dan praktis
 Bertahan cukup lama
 Relatif murah karena bisa diproduksi secara local khusus untuk keramik tradisional

Kekurangan:
Belum diketahui efektivitas dalam menangani virus

b) Khlorinasi : Cair dan tablet

Khlorinasi adalah proses pembubuhan zat khlor ke dalam air untuk membunuh bakteri
dan virus.

Khlorinasi tabet:

Disinfeksi dengan tablet natrium dischloroicoscyanurat (NaDCC) yang dapat larut secara
mandiri.

Contoh : Aquatabs (5 lt dan 10 lt), masukkan satu tablet tunggu sampai larut diamkan 30
menit. Siap dimienum

217
Gambar 19 :Khlorinasi Cair dan Tablet

Khlorinasi Cair

Metode disinfeksi dengan pembubuhan khlorin (sodium hypochorite 1,25 %) cair ke


dalam air jernih.

Contoh : Air Rahmat, tersedia dalam kemasan 100 ml atau sachet 3 ml. Masukkan ke
dalam air, kocok selama 30 detik, diamkan 30 menit dan siap dimienum.

c) Pengumpulan dan Disinfeksi

Adalah proses penggunaan bubuk penggumpal untuk menjernihkan air dan disinfeksi
dengan khlor. Contohnya : PUR tersedia dalam kemasan sachet 4 gr cukup untuk 10 lt
air.

Cara penggunaan : Siapkan air keruh sebanyak 10 lt, masukkan bubuk penggumpal dan
disinfektan kedalam air. Aduk selama 5 menit dan diamkan sehingga terpisah antara
yang jernih dan gumpalan-gumpalan. Apabila masih keruh aduk kembali dan diamkan
selama beberapa menit. Setelah air menjadi bersih saring air dengan menggunakan kain
yang bersih. Diamkan air tersebut selama 20 menit. Air siap diminum.

218
Kelebihan :

 Menghilangkan bakteri, virus, parasit, logam, dan pestisida.


 Menghasilkan residual khlorin yang berguna untuk melindungi dari kontaminasi
ulang
 Dapat digunakan pada air yang keruh

Kekurangan :

 Diperlukan beberapa langkah dalam mengolah air


 Memerlukan bubuk penggumpal yang banyak.

Gambar 20 : Contoh Penggumpalan dan disinfeksi

d) SODIS (Solar water Disinfection)

SODIS adalah cara pengolahan air mentah menjadi air minum yang aman dengan
memanfaatkan sinar matahari dan sesuai untuk diterapkan pada tingkat rumah tangga

219
Gambar 21 : SODIS

Cara Kerja SODIS :

• Botol plastik yang transparan diisi dengan air yang terkontamienasi bakteri dan
dijemur selama 6 jam pada cuaca cerah
• Sinar matahari akan mematikan mikro organisme (bakteri dan virus ) dalam air
karena ada radiasi dari spektrum UV-A
• Terjadi sinergi antara sinar UV-A dengan panas. Apabila temperatur mencapai di
atas 50 ºC: radiasi yang dibutuhkan hanya sepertiganya saja
• E-Coli berkurang sampai 3-4 desimal (99,9%)

Cara membuatnya :
 Siapkan botol plastik PET transparan ukuran 1,5 liter atau yang lebih kecil, cuci
bersih dengan sabun dan gunakan kain yang halus
 Isi botol dengan air mentah (jernih)
 Jemur ditempat terbuka, pastikan tempat tersebut tidak akan terkena bayang-
bayang pohon ataupun lainnya
 Lama penjemuran :
o Bila hari cerah jemur dari pagi hingga sore atau minimal 6 jam
o Apabila hari cerah kadang berawan atau hujan jemur 2 hari atau lebih (botol
tidak perlu diambil bila hari hujan)
 Sinergi dari radiasi UV-A dan panas air akan membunuh mikroorganisme dalam air –
air aman untuk diminum

Kelebihan SODIS ;

 Menghilangkan bakteri, virus dan protozoa


 Mudah dan murah. Tidak menimbulkan banyak perubahan pada rasa air
 Potensi terkontaminasi ulang kecil karena langsung di konsumsi dari wadah yang
memiliki mulut sempit dan tertutup
 Ramah Lingkungan (memanfaatkan botol bekas)

220
Kekurangan :

 Volume air yang diolah sedikit sehingga membutuhkan banyak botol.


 Setelah botol kusam harus diganti
 Kesulitan pengadaan botol di daerah terpencil

e) Merebus

Merebus adalah proses mematikan mikroorganisme (Virus, bakteri, protozoa, spora)


dengan cara pemanasan. Air dapat diminum setelah dibiarkan mendidih selama 1-3
menit.

Kelebihan :

 Efektif membunuh semua mikroorganisme penyebab sakit (Virus, bakteri, jamur,


protozoa, spora)
 Operasionalnya mudah dan sudah di kenal masyarakat

Kekurangan :

 Kesulitan mendapatkan bahan bakar.


 Tidak ramah lingkungan (Menimbulkan pencemaran)
 Relatif lebih mahal dari pada opsi lain
 Kemungkinan terkontaminasi ulang besar karena tidak ada perlindungan residu
apabila wadah dan perlakuan tidak aman

2) Penyimpanan yang aman

 Wadah yang aman adalah wadah yang tertutup, bersih, berleher sempit dan lebih baik
jika di lengkapi kran.
 Air minum sebaiknya disimpan dalam wadah pengolahannya
 Jangan meminum langsung dari wadah penyimpanannya
 Letakkan wadah penyimpanan air di tempat yang bersih dan jauh dari jangkuan
binatang
 Wadah air sebaiknya di cuci 3 hari sekali atau saat air habis
 Gunakan air yang sudah diolah untuk bilasan terakhir.

221
Gambar 22 : Berbagai contoh tempat penyimpanan air
yang sudah diolah

3) Penanganan air minum

Penting untuk dilakukan :


 Cucilah tangan dengan menggunakan sabun sebelum mengolah air minum dan makanan
 Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan keluarga
 Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayuran dan buah-buahan siap santap
dan mengolah makanan siap santap
 Hindari kontak tangan langsung dengan air yang sudah di olah.

Pengelolaan Makanan Rumah Tangga :

Berdasarkan WHO tahun 2001 ada 5 kunci mengolah makanan antara lain:
 Jagalah kebersihan : cuci tangan sebelum mengolah makanan
 Pisahkan pangan mentah dan pangan matang
 Masaklah dengan benar (rebus sayuran sampai mendidih, masak daging/ikan/telur sampai
matang, panaskan hanya 1 kali saja)
 Gunakan air dan bahan baku yang aman (Cuci buah dan sayur siap saji dengan air yang
sudah diolah)
 Jagalah pangan pada suhu yang aman

Selain itu untuk mencegah tertular penyakit perlu menutup makanan yang sudah siap santap,
mencuci bahan makanan dengan air mengalir.

222
6. Pengelolaan Sampah

Jenis-jenis sampah

Setiap hari manusia menghasilkan sampah yang jenisnya tergantung dari aktivitasnya. Setiap
jenis memiliki metoda pengolahan yang berbeda. Sampah yang tercampur menyebabkan biaya
pengolahan menjadi mahal. Oleh karena itu, kunci dari pengelolaan sampah adalah pemilahan,
atau pemisahan antara jenis sampah yang satu dengan jenis sampah yang lain. Marilah kita
memahami lebih lanjut apa saja jenis sampah dan bagaimana pengolahan masing-masing.

Sampah Organik :
Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad
hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sayuran,
daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/daun/ranting dari kebun. Pembusukan sampah organik
terjadi karena proses biokimiea akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh
mikroorganisme (makhluk hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat
di lingkungan. Metoda pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya adalah melalui
pembusukan yang dikendalikan,yang dikenal dengan pengomposan atau komposting.

Sampah Non Organik :

Sampah non-organik/sampah kering atau sampah yang tidak mudah busuk adalah sampah yang
tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti
mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas
plastik, kaleng, dan logam. Sebagian sampah non-organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama
sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Mengolah sampah non-
organik erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk
membuat bahan-bahan tersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam
pabrik.

Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) :

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah setiap limbah yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup
dan atau membahayakan kesehatan manusia.

223
Perbandingan lamanya sampah organik dan non-organik hancur dapat dilihat pada tabel berikut:

Jenis Sampah Lama Hancur

Kertas 2-5 bulan


Kulit Jeruk 6 bulan
Dus Karton 5 bulan
Filter Rokok 10-12 tahun
Kantong Plastik 10-20 tahun
Kulit Sepatu 25-40 tahun
Pakaian/Nylon 30-40 tahun
Plastik 50-80 tahun
Alumienium 80-100 tahun
Styrofoam tidak hancur

Sumber: http://merbabu-com.ad-one.net/artikel/sampah.html

Pengelolaan Sampah berbasis masyarakat : (Community Based Solid Waste Management =


CBSWM)

CBSWM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola
dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam
mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

Prinsip-prinsip CBSWM adalah:


(1) Partisipasi masyarakat
(2) Kemandirian
(3) Efisiensi
(4) Perlindungan lingkungan
(5) Keterpaduan

224
Gambar 23 :Sistem pengolahan berbasis masyarakat

3R adalah singkatan dari Reduce, Reuse dan Recycle. 3R adalah prinsip utama mengelola
sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah
sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Langkah utama adalah pemilahan
sejak dari sumber salah satu contohnya dari rumah tangga.

Reduce artinya mengurangi. Kurangilah jumlah sampah dan hematlah pemakaian barang.
Misalnya dengan membawa tas belanja saat ke pasar sehingga dapat mengurangi sampah non
organik.

Reuse artinya pakai ulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung dibuang, tetapi
sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-ulang. Misalnya menulis pada kedua sisi kertas
dan menggunakan botol isi ulang, menyimpan kantong plastik untuk dipergunakan kembali.

Recycle artinya daur ulang. Sampah kertas dapat dibuat kerajinan tangan, demikian pula dengan
sampah kemasan mie instan, sabun, minyak, dll. Sampah organik dapat dibuat kompos dan
digunakan sebagai penyubur tanaman maupun penghijauan.

Langkah-langkah mewujudkan CBSWM adalah:


(1) Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin dari pemimpin wilayah (RW,
Lurah),
(2) Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dan kemampuan
untuk melaksanakan program serta dapat menjadi penggerak di lingkungannya,
(3) Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan setempat dari berbagai
aspek, termasuk pendataan jumlah dan komposisi sampah dari rumah tangga,
(4) Studi banding (kalau memungkinkan),

225
(5) Pembentukan komite kelompok kerja, penyusunan rencana kerja, dan kesepakatan
kontribusi warga dalam bentuk materi maupun non-materi,
(6) Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran penghijauan
lingkungan dan 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakai ulang, daur ulang),
(7) Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan pemantauan terus menerus sampai
menghasilkan kompos, produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman produktif,
(8) Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti Dinas/Sub Dinas Kebersihan, Tata Kota,
Perumahan, Pekerjaan Umum, dan lain lain agar bersinergi dengan pengelolaan sampah
skala kota
(9) Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau kompos bagi yang bermienat
menambah penghasilan.
• Melakukan promosi terhadap hasil daur ulang sampah miesalnya berpartisipasi
dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil kegiatan daur ulang, dan pameran foto
lingkungan.
• Bekerja sama dengan Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Pariwisata dan
perindustrian, kelompok tani dan lain-lain.

Pola Pemilahan

Langkah awal pengelolaan sampah adalah pemilahan. Tanpa pemilahan, pengolahan sampah
menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan membayakan kesehatan.
Pemilahan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu dengan jenis yang lainnya.
Minimal pemilahan menjadi dua jenis: sampah organik dan non organik. Sebab sampah organik
yang menginap satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya
dengan sampah non organik.

Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan memiliki
kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kemampuan
masyarakat yang akan memilah.

226
Gambar 24 : Contoh tempat untuk memilah sampah di rumah tangga

Pola Pengolahan

Pengolahan sampah adalah upaya yang sangat penting untuk mengurangi volume sampah dan
mengubah sampah menjadi material yang tidak berbahaya. Pengolahan dapat dilakukan di
sumber, di TPS, maupun di TPA. Prinsipnya adalah dilakukan setelah pemilahan sampah dan
sebelum penimbunan akhir, sehingga sering juga disebut pengolahan antara.

Pencacahan: pengolahan fisik dengan memotong/mengurangi ukuran sampah agar lebih mudah
diolah, misalnya untuk proses pengomposan rumah tangga.

Pemadatan: pengolahan fisik dengan menambah densitas (kepadatan) sampah agar volumenya
berkurang, terutama untuk menghemat penggunaan truk untuk pengangkutan sampah ke TPA.
Contohnya di DKI Jakarta adalah stasiun peralihan antara (transfer station)di Cakung.

Pengomposan/komposting: pengolahan sampah organik melalui pembusukan (proses biologis)


yang terkendali. Hasil yang diperoleh disebut kompos.

Daur ulang sampah non organik: pengolahan fisik dan kimiea untuk mengubah sampah non
organik menjadi material baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Contoh: melelehkan plastik
dan mencacahnya menjadi bijih plastik, membuat bubur kertas untuk menjadikan kertas daur
ulang, dan membuat kerajinan.

227
Pembakaran: pengolahan fisik dengan membakar sampah pada temperatur tinggi (diatas 1000
derajat celcius). Pembakaran atau insinerasi sangat mahal dan perlu teknologi tinggi agar tidak
berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Karena itu, insinerasi tidak cocok untuk
tingkat RT atau RW, yang jumlah sampahnya masih dibawah 120 ton per hari.

1. Pengomposan/Komposting

Komposting adalah upaya mengolah sampah organik melalui proses pembusukan yang
terkontrol atau terkendali. Produk utama komposting adalah kebersihan lingkungan, karena
jumlah sampah organik yang dibuang ke TPA menjadi berkurang. Adapun kompos sebagai
produk komposting adalah hasil tambahan atau bonus yang dapat kita gunakan untuk tanaman
sendiri ataupun untuk dijual.

Prinsip Dasar Komposting

Proses perubahan sampah organik menjadi kompos merupakan proses metabolisme alami
dengan bantuan makhluk hidup. Untuk itu, ada beberapa faktor yang wajib dipenuhi.

Gambar 25: faktor yang mempengaruhi proses pembuatan kompos.

(1) Mikroorganisme atau mikroba. Yaitu makhluk hidup berukuran mikro (sangat kecil) yang
hanya dapat dilihat melalui mikroskop, misalnya bakteri dan jamur. Mikroba inilah yang
’memakan’ sampah dan hasil pencernaannya adalah kompos. Semakin banyak jumlah
mikroba maka semakin baik proses komposting. Mikroba ini dapat diperoleh dari kompos
yang sudah jadi ataupun dari lapisan atas tanah yang gembur (humus).

228
(2) Udara. Komposting adalah proses yang bersifat aerob (membutuhkan udara). Aliran udara
yang kurang baik selama komposting akan menyebabkan mikroba jenis lain (yang tidak
baik untuk komposting) yang lebih banyak hidup, sehingga timbul bau menyengat dan
pembentukan kompos tidak terjadi. Oleh karena itu, wadah yang berlubang ataupun,
pembalikan dan pengadukan secara teratur sangat penting dalam komposting.
(3) Kelembaban. Komposting berlangsung optimal dalam kelembaban antara 50 – 70%. Jika
terlalu lembab maka udara akan terhambat masuk ke dalam materi organik sehingga
bakteri mati karena kekurangan udara. Maka simpanlah di tempat yang cukup kering.
Namun juga jangan terlalu kering karena miekroba membutuhkan air sebagai media
hidupnya. Maka siram atau percikkan lah air jika terlalu kering.
(4) Suhu. Proses penguraian materi organik oleh miekroba menyebabkan suhu yang cukup
tinggi (fase aktif). Suhu akan turun secara bertahap yang menandakan fase pematangan
kompos. Kisaran suhu yang ideal untuk komposting adalah 45 – 70 derajat celcius.
(5) Nutrisi. Seperti manusia, miekroba juga membutuhkan makanan atau nutrisi. Kandungan
karbon dan nitrogen yang ada dalam sampah organik merupakan sumber makanan
mikroba. Perbandingan kedua unsur ini akan berubah saat komposting berakhir.
(6) Faktor lainnya seperti waktu, pH (derajat keasaman), dan ukuran partikel sampah organik.
Rata-rata proses komposting membutuhkan waktu sekitar 6 – 8 mienggu. Variasi waktu
tergantung pada jenis sampah organik dan ada tidaknya unsur tambahan yang
mempercepat proses komposting seperti EM4. Ukuran partikel sampah juga perlu
diperhatikan dalam pengomposan rumah tangga. Kulit pisang dan sayuran miesalnya,
perlu dicacah terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komposter.

Jenis Sampah yang dapat dibuat menjadi kompos

Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad
hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alamie. Contohnya adalah sayuran,
daging, ikan, nasi, ampas perasan kelapa, dan potongan rumput /daun/ ranting dari kebun.
Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik
sampah itu sendiri oleh mikroorganime dengan dukungan faktor lain yang terdapat di
lingkungan.

Gambar 26 : Berbagai jenis sampah organik

229
Berbagai metode pembuatan kompos

Model 1: Skala Rumah Tangga

Takakura dan modifikasinya

Gambar 27: Takakura (kiri) dan Bambookura (kanan). Metoda Takakura sangat dikenal di
Surabaya, karena murah dan sederhana. Menggunakan prinsip aerob (dengan udara), Takakura
terdiri dari keranjang berpori, bantal sekam, kardus tebal, kain penutup, dan kompos jadi

Gentong

Gambar 28: Gentong dari tanah liat ini dapat disulap menjadi komposter karena sirkulasi udara
yang cukup dan juga kelembabannya. Pembalikan dan pengadukan juga tetap perlu dilakukan

230
Doskura

Gambar 29: Doskura (Kiri dan kanan). Orang menyebutnya doskura, karena menggunakan
kardus sebagai pengganti keranjang. Cukup kardus yang dilapisi dengan gelangsing dan diberi
aktivator (kompos), doskura dapat juga mengubah sampah menjadi kompos.

Hanya saja, karena kardus mudah lapuk maka kardus harus diganti secara kontinyu setiap 6-8
minggu sekali. Untuk memperpanjang umur kardus, sebaiknya kardus tidak diletakkan langsung
di lantai namun diberi alas berupa kayu atau triplek.

Ember berlubang

Gambar 30: Ember bekas cat seperti ini dapat disulap menjadi komposter sederhana dengan
memberi lubang yang cukup untuk aerasi. Mirip dengan Takakura, digunakan bantal sekam dan
kardus untuk mengontrol kelembaban dan mengurangi bau. Komposter model ini digunakan di
Penjaringan, Jakarta Utara.

231
Model 2: Skala Komunal

Drum/tong

Gambar 31: Menggunakan tong plastik berukuran 120 L yang dilengkapi pipa vertikal dan
horizontal agar proses berlangsung secara aerob (dengan udara). Salah satu pengguna
komposter jenis ini adalah masyarakat di Jambangan, Surabaya.

Gambar 32: Masih dengan tong plastik serupa, namun


aerasi dilakukan dengan menggoyang/memutar
komposter. Kerangka yang kuat diperlukan agar mampu
menyangga berat sampah organik saat komposter penuh
(gambar kiri). Di bagian dalam tong terdapat pipa
berlubang dan pemecah gumpalan sampah agar aerasi
berjalan lebih optimum dan air yang belebih dapat
dikeluarkan (gambar kanan). Komposter ini dipasang di
kolong tol dan digunakan oleh masyarakat di
Penjaringan, Jakarta.

232
Bak/kotak

Gambar 33: Metoda ini menggunakan konstruksi sederhana pasangan bata yang dikombinasikan
dengan bilik kayu sebagai pintu untuk ruang pengomposan. Cara ini digunakan di Kebun Karinda
Lebak Bulus, Jakarta.

Takakura susun

Gambar 34: Metoda ini menggunakan keranjang berlubang dan kemudian dilapisi dengan
gelangsing. Caranya: sampah organik dicampurkan dengan miekroorganisme padat dari
campuran bekatul, sekam padi, pupuk kompos, dan air. Kemudian dimasukkan kedalam
keranjang dan ditutup dengan keset dari sabut kelapa. Cara ini diterapkan oleh Pusdakota -
Universitas Surabaya.

233
Windrow composting

Untuk lahan yang cukup luas, metode ini sangat efektif karena mudah dan murah untuk
diterapkan. Sampah ditumpuk sesuai umur prosesnya dalam bentuk gundukan atau ‘pile’, dan
dibalik secara berkala untuk memungkinkan proses aerob. Contoh metoda ini berada di TPS
Rawasari, Jakarta Pusat. Gambar dan tahap proses dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Langkah-langkah membuat Kompos

Sistem Individual Takakura

Berikut ini adalah contoh penggunaan komposter Takakura. Metoda lain kurang lebih akan mirip
dengan langkah-langkah yang digunakan dalam Takakura.

Gambar 35: Alat dan bahan untuk komposter Takakura (kiri).


Susunan bagian dalam keranjang Takakura (kanan)

Fungsi alat dan bahan:


(1) Agar proses aerob berlangsung dengan baik, pilihlah keranjang yang berlubang, dan lapisi
dengan kardus. Fungsi kardus adalah: (a) membatasi gangguan serangga, (b) mengatur
kelembaban, dan (c) berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang udara & air.
(2) Letakkan bantal sekam di bawah dan di atas keranjang. Fungsi bantal sekam adalah: (a)
sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat pembusukan sampah organik, (b)
karena berongga besar, maka bantal sekam dapat segera menyerap air dan bau sampah,
dan (c) sifat sekam yang kering akan memudahkan pengontrolan kelembaban sampah
yang akan menjadi kompos.
(3) Media kompos jadi yang berasal dari sampah rumah tangga diisikan ½ sampai 2/3 bagian
keranjang. Kompos yang ada dalam keranjang berfungsi sebagai aktivator/ragi bagi
sampah baru

234
(4) Pilih kain penutup yang serat atau berpori besar. Tutupkan kain di atas bantal sekam, agar
lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang, serta mencegah metamorfosis (perubahan)
dari belatung menjadi lalat, karena lalat tidak dapat keluar dan mati di dalam keranjang.
(5) Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator
(kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk

Cara membuat :

Gambar 36: Langkah langkah membuat kompos dengan keranjang Takakura.

235
Catatan lain.
(1) Hindarkan dari hujan (taruh di tempat teduh)
(2) Sampah yang dimasukkan berumur maksimal 1 hari
(3) Sampah yang dalam ukuran besar harap dicacah dahulu

Cara perawatan
(1) Cuci kain penutup satu minggu sekali
(2) Bila kompos kering, cipratkan air bersih, sambil diaduk
(3) Bila sudah lapuk, kardus harus diganti agar tidak robek dan menyebabkan lalat/serangga
masuk

Cara pemanenan kompos


(1) Bila keranjang penuh, diamkan selama 2-4 minggu agar kompos benar-benar matang.
Sementara itu, gunakan keranjang lain untuk memulai proses baru
(2) Setelah matang, kompos dikeluarkan dari keranjang, diangin-anginkan dan kemudian
diayak. Bagian yang halus dapat dijual/diberikan ke tanaman, sedangkan bagian yang
kasar dapat digunakan sebagai ’starter’ awal proses komposting berikutnya.

Jangan lupa, setelah membuat kompos, cuci tangan pakai sabun!

Sistem Komunal Windrow Komposting (Metode Gundukan)

Gambar 37: Pembuatan kompos skala komunal dengan metoda windrow (gundukan)

Untuk komposting dengan metoda ini, dibutuhkan lahan yang cukup, yaitu untuk:
 Area penerimaan sampah
 Area pemilahan dan pencacahan (jika diperlukan, terutama untuk sampah pertamanan)
 Area sampah non organik / lapak
 Ruang pengomposan (windrow)
 Ruang pengayakan kompos
 Gudang kompos

236
 Gudang peralatan
 Instalasi pengelolaan lindi (air sampah)

Instalasi pengomposan sebaiknya dilengkapi juga dengan kantor, sebagai ruang untuk
pemantauan, dan dilengkapi juga dengan fasilitas air bersih, toilet dsb.

Tahapan komposting

(1) Penerimaan sampah. Sampah yang masuk ke lokasi dari gerobak/truk sebaiknya masih
relatif segar dan didominasi oleh sampah organik, agar lebih cepat pemilahannya.
Jumlahnya perlu dicatat secara rutin dalam buku catatan kegiatan.
(2) Pemielahan dan pencacahan sampah organik. Secara manual, sampah organik dipisahkan
untuk dibawa ke tempat pengomposan. Non-organik yang dapat di daur ulang dibawa ke
area non organik/lapak, sedangkan residu (sisa) dikumpulkan dalam kontainer. Sampah
yang berukuran besar dan panjang seperti dari pertamanan dicacah terlebih dahulu.
(3) Pencampuran dan pembentukan tumpukan/gundukan. Agar lebih homogen (merata),
beberapa jenis sampah organik (sampah dapur, taman, kotoran ternak dll) perlu dicampur
terlebih dahulu. Kemudian ditumpuk berbentuk trapesium (windrow) memanjang atau
dalam bak.
(4) Pembalikan. Secara teratur tumpukan dibalik 1 – 2 kali seminggu secara manual dengan
memindahkan tumpukan atau digulirkan. Catat waktu / tanggal pembalikan.
(5) Penyiraman. Tumpukan perlu disiram secara rutin untuk menjaga kelembaban proses,
menggunakan selang spray agar perata. Hentikan penyiraman untuk tumpukan yang telah
berumur 5 minggu atau dua minggu sebelum panen.
(6) Pemantauan. Agar masalah yang timbul dapat diantisipasi sedini mungkin, pemantauan
sangat penting. Terutama terhadap suhu, tekstur, warna, bau, dan populasi lalat. Hasil
pemantauan dicatat dengan rapi.
(7) Pemanenan dan pengayakan. Produk kompos matang perlu diayak agar berukuran halus
sesuai kemudahan penggunaan.
(8) Pengemasan dan penyimpanan. Jika ingin dijual, kompos halus dapat dikemas sesuai
volume yang diinginkan dan diberi informasi tentang nama kompos, bahan baku,
produsen kompos, dan kegunaannya untuk tanaman. Setelah dilemas dapat disimpan
dalam gudang yang terlindung dari panas matahari dan hujan.

Pemantauan Proses Komposting

Pemantauan atau monitoring penting dilakukan untuk memastikan proses komposting berjalan
dengan baik, terutama pada 6 minggu pertama. Perlengkapan yang diperlukan diantaranya
termometer yang mampu mengukur hingga 100 derajat Celcius, sarung tangan karet, dan sekop.
Pemantauan ini sangat mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat, baik ibu-ibu, bapak,
maupun pemuda/pemudi. Semakin banyak yang terlibat dalam pemantauan akan semakin baik.

237
Gambar 38: Peralatan monitoring komposting yang terdiri dari termometer, sarung tangan
karet, sekop, dan tabel/formulir monitoring

Parameter yang perlu dipantau

Suhu
Proses komposting ditandai dengan peningkatan suhu yang mampu mencapai 70ºC. Untuk
memastikannya, gunakan termometer dengan hati-hati untuk mengukur suhu sampah organik
dalam komposter. Pengukuran sebaiknya dilakukan sejak minggu pertama, dan dilanjutkan
paling tidak dua kali semienggu hingga minggu ke-6. Jika suhu tidak lebih dari 30 ºC,
kemungkinan besar proses komposting tidak terjadi. Hal ini dapat disebabkan kelembaban yang
berlebihan, atau jumlah sampah organik yang terlalu sedikit.

Kelembaban
Memantau kelembaban dilakukan dengan mengambil segenggam sampah organik dalam
komposter yang sedang diproses lalu diremas, jika keluar air dari sela-sela jari maka kadar airnya
berlebih. Jika tanah yang digenggam menjadi hancur berarti kompos terlalu kering.

Larva dan bau


Perhatikan kondisi sampah organik yang sedang diproses, apakah terdapat larva atau belatung
yang disertai bau yang tidak enak atau tidak. Jika ya, maka mungkin kondisi terlalu lembab atau
sampah yang masuk sudah dihinggapi lalat. Bau yang timbul mungkin disebabkan kurangnya
aerasi atau pembalikan dan pengadukan sehingga proses biologis yang terjadi menghasilkan gas
yang berbau.

Pemantauan juga sebaiknya dilakukan terhadap kompos yang telah dihasilkan, baik kualitasnya
maupun kuantitas atau jumlahnya. Kualitas kompos dari sampah rumah tangga telah dibuat
standard, yaitu Standar Nasional Indonesia atau SNI No. 19-7030-2004. Untuk mengetahui
kualitas kompos apakah sudah sesuai standar atau belum, perlu dilakukan uji laboratorium.

238
Standar Kualitas Kompos dari Sampah Rumah Tangga

Parameter Standar
Kadar air Max 50%
pH 6.8 – 7.49
Nitrogen Mien 0.4%
Karbon 9.8 – 32%
Kalium (K2O) Mien 0.2%
Fosfor (P2O5) Mien 0.1%
Besi (Fe) Max 2%
Tembaga (Cu) Max 100 ppm
Seng (Zn) Max 500 ppm
Timbal (Pb) Max 150 ppm
Kromieum (Cr) Max 210 ppm

Kuantitas atau jumlah kompos dapat dipantau dengan mudah melalui penimbangan setiap kali
panen kompos. Melalui data ini, kita dapat memperkirakan sudah berapa banyak jumlah
sampah organik yang berkurang dari lingkungan tempat tinggal kita. Jumlah ini dapat menjadi
bahan evaluasi bagi masyarakat untuk menilai apakah program komposting sudah dapat
meningkatkan kebersihan lingkungan atau perlu diperluas dan ditingkatkan lagi.

Rencana Tindak Lanjut

Langkah selanjutnya untuk melakukan program pengomposan di lingkungan adalah:


(1) Memperkirakan jumlah sampah organik, berdasarkan jumlah keluarga yang akan
berpartisipasi atau sumber sampah lainnya seperti warung, kios, pasar, dll
(2) Menentukan metoda yang digunakan: individual, komunal, atau kombinasi keduanya
(3) Menyusun tabel rencana kerja dan membuat kesepakatan

Kebutuhan
Metode Penanggung Teknik Potensi yang Perlu
Kegiatan
Kompos Jawab Pelaksanaan sudah ada dukungan
lain
Rumah 1. Pemilahan
Tangga 2. Membuat
kompos
Komunal 1. Pengumpulan
dari rumah ke
rumah
2. Pembuatan
kompos di
lokasi khusus
3. Pembalikan
secara teratur

239
Pemanfaatan Kompos

Penghijauan dan Budidaya Tanaman

Selama ini tidak sedikit masyarakat yang melakukan penghijauan dan budidaya tanaman obat di
lingkungan rumah masing-masing. Untuk menunjang kegiatan tersebut, sangatlah membantu
jika pupuk yang digunakan tidak perlu dibeli dari luar tetapi dihasilkan sendiri melalui proses
pengomposan.

Membuat kompos memang gampang-gampang susah akan tetapi jika mengingat banyaknya
manfaat yang bisa diperoleh, kesulitan dalam proses pembuatanpun dapat dilalui. Salah satu
pemanfaatan kompos adalah dalam pemupukan untuk penghijauan dan budidaya tanaman
obat. Kompos yang terbentuk dari proses penguraian materi organik oleh mikroorganisme pada
sampah akan menjadi pupuk yang sangat baik jika memang telah melalui tahapan komposting
yang benar.

Gambar 39: Penghijauan

Penjualan Kompos

Selain untuk penghijauan di rumah tangga, kompos dapat digunakan untuk rehabilitasi lahan
bekas tambang, dijual kepada petani atau tukang tanaman, atau dibeli untuk program
pertamanan. Beberapa tambak udang juga menggunakan kompos untuk tanah tambak, agar
plankton tumbuh lebih baik. Ini semua adalah potensi pemasaran kompos. Namun, penting
untuk memperhatikan hal-hal berikut ini jika kompos akan dijual ke pasaran.

(1) Pengendalian standar kualitas. Pemilahan sebelum proses maupun pengecekan setelah
proses komposting sangat penting untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi produk
kompos dengan materi anorganik dan logam berat. Adapun kemungkinan kontaminasi
bakteri patogen dapat pula terjadi, jika selama proses kurang dilakukan pemantauan suhu
dan kelembaban yang baik.

240
(2) Harga. Harga jual kompos dengan bahan baku sampah rumah tangga akan sulit bersaing
dengan kompos dari sampah yang lebih homogen, seperti kotoran hewan atau sampah
pertanian. Hal ini disebabkan biaya produksi yang lebih tinggi untuk pemilahannya. \

2. Daur Ulang Sampah

Daur ulang adalah proses memanfaatkan bahan bekas atau sampah untuk menghasilkan produk
yang dapat digunakan kembali. Daur ulang memiliki banyak manfaat, diantaranya:
 Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
 Mengurangi dampak lingkungan yang terjadi akibat menumpuknya sampah di lingkungan
 Dapat menambah penghasilan melalui penjualan produk daur ulang yang dihasilkan
 Mengurangi penggunaan bahan alam untuk kebutuhan industri plastik, kertas, logam, dan
lain-lain

Kebiasaan Hidup Ramah Lingkungan

Setiap rumah tangga dan anggota keluarga dapat melakukan banyak hal kecil tetapi berarti bagi
lingkungan. Diantaranya adalah:
 Saat berbelanja, biasakan membawa tas belanja sendiri agar tidak memerlukan tas plastik
lagi
 Saat hajatan, arisan, jamuan atau kumpul keluarga usahakan untuk tidak menggunakan
plastik/styrofoam untuk menempatkan makanan dan minuman. Gunakanlah gelas, piring
atau cangkir yang dapat dipakai berulangkali, dan jika mungkin gunakan daun untuk
membungkus kue. Makan dengan cara prasmanan lebih cocok dibandingkan dengan nasi
di box untuk menghindari pemakaian kertas/kardus. Atau pakailah piring dari anyaman lidi
daun lontar yang diberi alas kertas atau daun, sehinga dapat dipakai berulang kali
 Saat di kantor, hematlah kertas, dengan membiasakan memakai kertas atau fotokopi
secara bolak balik. Dengan menghemat kertas, berarti kita membantu mengurangi jumlah
pohon yang harus ditebang
 Saat kenaikan kelas anak, buku-buku lama yang tidak diminati dapat diserahkan ke
perpustakaan, barangkali masih dapat dipakai. Buku petunjuk telepon lama dapat
diberikan kepada tukang sayur untuk membungkus dagangannya. Kumpulkan sisa
halaman dari buku tulis yang masih bersih, beri lubang, ikat dan beri sampul sehingga
menjadi buku tulis yang baru.

Di tingkat masyarakat, para ibu kader, ketua RT, ketua RW dan pemuda/pemudi perlu
bekerjasama membiasakan warga hidup secara ramah lingkungan. Misalnya:
 Sesekali adakanlah acara ‘dari warga untuk warga’ yaitu mengumpulkan barang yang
sudah tidak terpakai dan biarkan orang yang membutuhkan untuk mengambil dan
menggunakannya secara gratis atau dengan harga murah. Acara yang sama di sekolah
untuk baju seragam, buku dll, dengan program ‘dari kakak untuk adik kelas’
 Pemilahan sampah mulai dari rumah, dilanjutkan dengan pusat daur-ulang sederhana.
Usulkanlah di lingkungan tempat tinggal agar diadakan suatu pusat daur ulang
 Kerjabakti secara berkala untuk mengumpulkan sampah dan membersihkan selokan. Demi
menjaga kesehatan, jangan lupa menggunakan sarung tangan, atau kantung plastik yang

241
diikat di pergelangan tangan. Jangan lupa pula untuk mencuci tangan dengan sabun
sesudah kegiatan

Pusat Daur Ulang

Kegiatan pengomposan dan daur ulang sampah non-organik dapat dilakukan baik di rumah
tangga maupun komunal (tingkat RT, RW atau Kelurahan). Pada umumnya, tindak lanjut dari
kegiatan ini adalah adanya Pusat Daur Ulang sebagai suatu kebutuhan untuk mata rantai
sampah yang dikelola secara terpadu.

Tips untuk pusat daur ulang skala rumah tangga


(1) Untuk sampah organik, lakukanlah pengomposan, dan tempatkan komposter (alat
pembuat kompos) tidak jauh dari jangkauan.
(2) Untuk sampah non organik dan barang bekas lainnya, sediakanlah ruangan di suatu pojok
di rumah yang tidak mengganggu kegiatan lainnya, namun diketahui dan mudah dicapai
oleh semua anggota keluarga.
(3) Gunakan kardus, keranjang, ember bekas atau apa saja sebagai wadah, dan tempatkan
wadah-wadah tersebut di tempat yang kering.
(4) Tulislah secara jelas fungsi masih-masing wadah, misalnya: wadah 1 untuk pecahan atau
wadah gelas/botol, wadah 2 untuk plastik, wadah 3 untuk kertas, dll
(5) Pada akhir bulan, lihat apakah barang-barang tersebut dapat dijual, ditukar dengan barang
lain, atau diberikan kepada pemulung. Jika kerjasama dengan pemulung sudah terjalin,
diharapkan kegiatan ini dapat mengurangi beban pemulung dan memberi tambahan
waktu kepada mereka untuk melakukan hal-hal lain yang positif

Tips untuk pusat daur ulang skala komunal4


(1) Seperti skala rumah tangga, buatlah sistem pemilahan namun gunakan wadah yang lebih
besar dan perhatikan kebersihan serta kerapihan agar tidak menjadi tempat kumuh yang
dijauhi masyarakat,
(2) Sampaikan informasi seluasnya kepada masyarakat tentang bagaimana melakukan
kegiatan di pusat daur ulang: tata tertib, jam buka, dan lain sebagainya . Penyebaran info
ini sangat efektif jika dikerjakan bersama-sama baik oleh ibu kader, para ketua RT,
maupun pemuda/pemudi
(3) Jika perlu, libatkan perangkat di tingkat Kelurahan dan Kecamatan untuk mendampingi
kegiatan ini

4Untuk daerah yang kepadatannya tinggi dan kurang ketersediaan lahan, pusat daur ulang mungkin
menjadi sulit. Perlu kerjasama antara masyarakat dan pihak kelurahan maupun kecamatan untuk
mempelajari peta daerah/lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pusat daur ulang

242
Aneka kreasi daur ulang

Gambar40: (1). Tas anyaman dari bungkus mie instan; (2). Amplop dan kertas surat dari kertas
daur ulang; (3). Tas anyaman dari aluminium foil; (4). Taplak dari sedotan plastic; (5). Berbagai
produk dari flexible plastic.

243
Daur Ulang Kertas

Berikut ini adalah cara sederhana membuat kertas daur ulang yang dapat dilakukan di rumah
tangga atau masyarakat.

Gambar 41: Cara membuat kertas daur ulang

Alat-alat:
(1) Blender
(2) Screen (cetak saring)
(3) Rekel (dapat dibeli di toko kertas)
(4) Papan kayu yang dilapisi kain tipis (disebut sebagai kain hero)
(5) Bak besar

Bahan:
(1) Kertas bekas (sewarna dan sejenis lebih baik)
(2) Lem kertas
(3) Air

Langkah pembuatan:
(1) Kertas bekas dipotong kecil-kecil dengan ukuran sekitar 3 x 3 cm. Potongan kertas
direndam di dalam bak air selama sekitar tiga jam (tergantung jenis kertasnya). Kertas
dilunakkan dengan blender hingga halus hasilnya dan menyerupai bubur kertas (pulp).
Masukkan bubur kertas (pulp) ke dalam bak besar lagi. Bubur kertas dan lem kemudian

244
dimasukkan ke dalam bak besar berisi air. Perbandingan antara air, bubur kertas dan lem
adalah: 15 liter air : 3 liter bubur kertas : 1 sendok makan lem. Masukkan karakteristik
yang dipilih ke dalam bak, lalu aduk hingga merata dengan campuran pulp dan lem.
(2) Masukkan screen ke dalam bak. Angkat screen hingga pulp tinggal di atas screen.
(3) Basahi papan yang telah dilapisi dengan kain hero. Tempelkan screen ke papan lalu dirakel
sehingga airnya turun. Angkat screen hingga kertas menempel di papan
(4) Ulangi langkah berkali-kali hingga papan dipenuhi oleh kertas secara merata. Jemur papan
di tempat panas hingga kertas menjadi kering.
(5) Setelah kering, cabut kertas dengan perlahan-lahan.

Daur Ulang Plastik

Gambar 42: Proses daur ulang plastik menjadi bijih plastik dan digunakan kembali sebagai barang rumah
tangga. 1.Produksi barang baru; 2. Pemilahan sampah plastik; 3. Pembersihan dan pengepakan; 4.
Pencacahan; 5. Peleburan (pembuatan pelet); 6. Pelet.

Tas Anyaman dari bungkus mie instan dan Kopi

Alat dan Bahan-bahan:


(1) Gunting kecil
(2) Benang
(3) Jarum jahit strimien (sulaman)
(4) Kemasan mie instant

245
Cara pembuatan
(1) Bagian dalam dan luar bekas kemasan mie instant dibersihkan
(2) Masing-masing ujung atas dan bawah kemasan digunting agar kemasan lebih rapi dan
mudah untuk dilipat
(3) Bekas kemasan mie instant yang sudah dibersihkan dan dirapikan, dilipat menjadi tiga
bagian dengan bentuk lipatan disesuaikan dengan bagian kemasan yang ingin ditampilkan
(4) Lipatan ditipiskan dan dirapikan dengan menggunakan ujung gunting
(5) Lipatan-lipatan kemasan mie instant yang sudah terbentuk, dirangkaikan satu sama lain
membentuk anyaman tas
(6) Anyaman tas yang telah terbentuk diperkuat dengan cara dijahit menggunakan benang
dan jarum jahit
(7) Tas anyaman siap untuk digunakan

Berikut adalah langkah kerja persiapan kemasan mie instant yang siap untuk dianyam
membentuk tas dan produk-produk lainnya.

Gambar 43: 1. Bahan baku bungkus mie instan; 2. proses melipat; 3. hasil lipatan; 4. Proses
menganyam; 5. Hasil anyaman dirangkai dengan cara dijahit menggunakan benang.

Tas anyaman dari bungkus kopi memerlukan alat-alat dan cara pembuatan yang sama dengan
tas anyaman dari bungkus mie instant, hanya berbeda pada bahan yang digunakan.

246
Referensi :

1. Depkes RI (1990), Pedoman penggunaan dan pemeliharaan sarana penyediaan air bersih
dan penyehatan lingkungan pemukiman.
2. Notoatmodjo (2007) , Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta
3. Depkes RI (1984), Teknologi Desa. Depkes RI, Jakarta
4. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan & Pemasya- rakatan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (1998), Teknologi Tepat Guna Pengelolaan Air dan Sanitasi, Menegristek RI,
Jakarta
5. Direktorat Perumahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum, Pembuatan
Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
6. TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi), 2010, Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi
Sanitasi
7. Peter Morgan Stockholm Environment Institute EcoSanRes Programme 2007, Toilets That
Make Compost Low-cost, sanitary toilets that produce valuable compost for crops in an
African context
8. Kementrian Kesehatan, Modul Kebijakan Diklat Kesehatan Lingkungan dalam Pembuatan
Saluran Pembuangan Air Limbah Sederhana
9. Direktorat Penyehatan Lingkungan, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Depkes RI, 2009 : Modul Pelatihan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
10. Modul Pelatihan Pilar 4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)

LAMPIRAN : 1

247
EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan pilihan teknologi sanitasi
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Sebutkan tujuan melakukan fasilitasi pilihan teknologi sanitasi?


2. Sebutkan tahapan fasilitasi pilihan teknologi?
3. Hal apa saja yang harus menjadi perhatian pada saat memilih teknologi sanitasi ?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

LAMPIRAN : 2

248
SLIDE PRESENTASI

249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
SUB MODUL
PERAN MULTI PIHAK DALAM KETERSEDIAAN LAYANAN SANITASI YANG BAIK

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sub modul ini menjelaskan tentang peran multi pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, dan
LSM) dalam ketersediaan layanan sanitasi yang baik. Permasalahan sanitasi merupakan urusan
semua pihak, melalui sub modul ini akan dibahas peran masing-masing melalui alat yang
dinamakan Diagram system sanitasi.

II. TUJUAN KEGIATAN


Tujuan Kegiatan Umum: Peserta mampu mengidentifikasi dan menjelaskan peran masing-
masing pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, dan LSM) dalam ketersediaan layanan sanitasi
yang baik.

Tujuan Kegiatan Khusus:


1. Memetakan peran masyarakat, pemerintah, sektor swasta/kelompok masyarakat, LSM dalam
kegiatan penyediaan layanan sanitasi
2. Melihat potensi untuk melakukan kerjasama multipihak
3. Menentukan langkah-langkah untuk menjalin kerjasama

III. POKOK BAHASAN


1. Pengertian Sanitasi
2. Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik
3. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan
4. Peluang Kerjasama

IV. WAKTU: 90 menit (2 JPL)

V. METODE
1. Curah pendapat.
2. Ceramah tanya jawab.
3. Diskusi kelompok.
4. Diskusi Pleno.

VI. ALAT BANTU dan MEDIA


1. Gambar isian diagram sistem sanitasi air limbah domestik
2. Gambar isian diagram sistem sanitasi persampahan
3. Metaplan bertuliskan masyarakat, pemerintah, swasta, LSM
4. Metaplan
5. Sticky Cloth
6. Spraymount
7. Kertas flipchart
8. Spidol warna warni

274
VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

SESI 1: Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta topik-topik yang akan dibicarakan dalam pertemuan ini
adalah:
1. Pengertian Sanitasi
2. Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik
3. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan
4. Peluang Kerjasama

Langkah 3: Jelaskan tujuan pertemuan, yaitu:


• Peserta mampu mengidentifikasi dan menjelaskan peran masing-masing pihak
(masyarakat, pemerintah, swasta, dan LSM) dalam ketersediaan layanan sanitasi
yang baik.
• Melihat potensi untuk melakukan kerjasama multipihak
• Menentukan langkah-langkah untuk menjalin kerjasama

Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta
apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan
dengan sesi selanjutnya

SESI 2: Pengertian Sanitasi (10 menit)

Langkah 1: Katakan bahwa sebelum masuk ke peran masing-masing pihak dalam pembangunan
sanitasi, perlu diketahui dan sepakati bersama tentang pengertian sanitasi.

Langkah 2: Tanyakan kepada peserta apa saja komponen sanitasi. Tulis jawaban peserta di
kertas flipchart. Simpulkan bersama dengan peserta selanjutnya tampilkan slide
pengertian sanitasi yaitu: “Upaya membuang limbah cair rumah tangga, dan
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik di tingkat
rumah tangga maupun di lingkungan permukiman” (Buku Opsi Teknologi, PPSP)
Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

275
SESI 3 : Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik (20 menit)

Langkah 1: Bagi peserta menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ibu-ibu dan kelompok bapak-
bapak. Sebelum memulai kerja kelompok, tanyakan kepada peserta permasalahan
sanitasi merupakan tanggungjawab siapa saja? Jika belum semua pihak
teridentifikasi, simpulkan dengan memberikan jawaban yang lengkap yaitu
pemerintah, masyarakat, swasta, dan kelompok/lembaga swadaya masyarakat.

Langkah 2: Setelah peserta terbagi, minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut:

• Pelajari kumpulan gambar yang telah disiapkan. Sepakati arti setiap gambar.
• Diskusikan dan letakkan gambar di kolom yang sesuai dalam diagram sanitasi yang
telah disiapkan.
• Tulisan (pemerintah, swasta, masyarakat) diletakkan setelah gambar sudah
diletakkan di kolom yang sesuai. Tulisan diletakkan di gambar, saat kegiatan dalam
gambar tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah/swasta/masyarakat/kelompok
masyarakat

Langkah 3: Setelah setiap kelompok meletakkan gambar dan tulisan di kolom yang disepakati,
tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya beserta dasar pertimbangan yang
dipakai saat memilih.
Setiap kelompok berhak memberikan pendapat dan komentar atas hasil diskusi
kelompok lain.

Langkah 4: Jika terjadi perbedaan hasil dari kedua kelompok, minta masing-masing kelompok
untuk menjelaskan dasar pertimbangan mereka dan kemudian menyepakati
bersama mana yang lebih benar.

Langkah 5: Setelah selesai, gunakan diagram sanitasi air limbah domestik untuk menjelaskan
alur air limbah domestik dari sumber sampai pengolahan akhir. Jangan lupa
menyebutkan peran masing-masing pihak di setiap tahapan. Pada saat ini tanyakan
kepada peserta pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Apa saja layanan yang sudah disediakan oleh pemerintah terkait sanitasi?
- Layanan apa lagi yang masih diperlukan?
- Bagaimana cara mendapatkan layanan tersebut?

Langkah 6 : Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 4 : Diagram Sistem Sanitasi Persampahan (20 menit)

Langkah 1: Bagi peserta menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ibu-ibu dan kelompok bapak-
bapak

276
Langkah 2: Setelah peserta terbagi, minta mereka untuk melakukan langkah-langkah berikut:

• Pelajari kumpulan gambar yang telah disiapkan. Sepakati arti setiap gambar.
• Diskusikan dan letakkan gambar di kolom yang sesuai dalam diagram sanitasi
yang telah disiapkan.
• Tulisan (pemerintah, swasta, masyarakat) diletakkan setelah gambar sudah
diletakkan di kolom yang sesuai. Tulisan diletakkan di gambar, saat kegiatan dalam
gambar tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah/swasta/masyarakat.

Langkah 3: Setelah setiap kelompok meletakkan gambar dan tulisan di kolom yang disepakati,
minta tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya beserta dasar
pertimbangan yang dipakai saat memilih.
Setiap kelompok berhak memberikan pendapat dan komentar atas hasil diskusi
kelompok lain.

Langkah 4: Jika terjadi perbedaan hasil dari kedua kelompok, minta masing-masing kelompok
untuk menjelaskan dasar pertimbangan mereka dan kemudian menyepakati
bersama mana yang lebih benar.

Langkah 5: Setelah selesai, gunakan diagram sanitasi persampahan untuk menjelaskan alur
persampahandari sumber sampai pengolahan akhir. Jangan lupa menyebutkan
peran masing-masing pihak di setiap tahapan. Pada saat ini tanyakan kepada
peserta pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Apa saja layanan yang sudah disediakan oleh pemerintah terkait sanitasi?
- Layanan apa lagi yang masih diperlukan?
- Bagaimana cara mendapatkan layanan tersebut?

Langkah 6 : Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 5 : Peluang Kerjasama (20 menit)

Langkah 1: Peserta berada tetap dalam kelompok masing-masing.

Langkah 2: Tanyakan kepada peserta apakah ada pihak lain seperti swasta/kelompok
masyarakat yang terlibat dalam penyediaan sanitasi baik di daerah mereka atau di
daerah tetangga seperti: penyediaan kloset, penyediaan tangki septik,
pemulung/pengepul barang bekas, pembuat kerajinan dari barang bekas,
pembuatan kompos dan lain-lain.

Langkah 3: Jika ada, minta mereka untuk membuat daftar tentang pihak yang terlibat tersebut.
Diskusikan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghubungi dan bekerja
sama dengan pihak tersebut. Misalnya mencari informasi mengenai orang yang

277
dapat dikontak, informasi mengenai layanannya, dan cara membuat kesepakatan
bersama. Sepakati pihak mana yang dapat diajak bekerjasama dan siapa yang akan
mempersiapkan kontrak. Buat rencana untuk melakukan kontak dan jajagi
kemungkinan untuk kerjasama.

Langkah 4: Sepakati hasil diskusi masing-masing kelompok. Bawa hasil diskusi kelompok kecil ke
diskusi pleno.

Langkah 5 : Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 6: Buatlah rangkuman sesi

Rangkuman dan Pembulatan (10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman pertemuan

Langkah 2: Buat Rencana Tindak Lanjut sesuai dengan kesepakatan di diskusi pleno.

Langkah 3: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi
berikutnya yaitu teknik fasilitasi

278
VIII. URAIAN MATERI

PERAN MULTI PIHAK DALAM KETERSEDIAAN LAYANAN SANITASI YANG BAIK

A. Pengertian Sanitasi

Ada beberapa pengertian sanitasi yang dipakai selama ini. Dalam Program Percepatan
Sanitasi Permukiman (PPSP) pengertian sanitasi yang dipakai adalah:

Sanitasi adalah upaya membuang limbah cair rumah tangga, dan sampah untuk
menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik di tingkat rumah tangga
maupun di lingkungan permukiman

(Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS)

Adapun komponen dalam sanitasi yaitu:


1. Persampahan
2. Air limbah domesik
3. Drainase
4. Perilaku higiene dan sanitasi

Sanitasi urusan kita bersama. Sanitasi tidak hanya tanggungjawab pemerintah namun juga
tanggung jawab dari masyarakat, pihak swasta, dan kelompok/lembaga swadaya
masyarakat.

B. Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik

Sistem sanitasi adalah proses multi-langkah dimana berbagai jenis limbah


dikelola dari titik timbulan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau
pemrosesan akhir (halaman 9)

Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS

Setiap tahap dalam sistem sanitasi membutuhkan teknologi tersendiri dengan pengelolaan
yang spesifik. Di setiap tahap juga menghasilkan produk lanjutan, yang merupakan masukan
(input) untuk tahapan selanjutnya. Misalnya tangki septik yang berada di tahapan pengguna
akan menghasilkan air olahan tangki septik dan lumpur tinja. Lumpur tinja tersebut diangkut
oleh truk tinja yang ada di tahapan pengumpulan/penampungan/pengolahan awal.
Demikian seterusnya sampai pada tahap terakhir yaitu pembuangan akhir/daur ulang.

279
Gambar 1 : Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Air Limbah Domestik

Diagram sistem sanitasi air limbah domestik akan memberikan gambaran mengenai
alur pengelolaan dari sumber air limbah domestik sampai pada pembuangan
akhir/daur ulang termasuk di dalamnya peran masing-masing pihak di setiap
tahapan.

Tahapan dalam sistem sanitasi air limbah domestik:

1. Sumber/jenis limbah cair

Sumber/jenis limbah cair rumah tangga ada 2 yaitu:

a. Black water dihasilkan dari WC sebagai pembuangan. Yang termasuk dalam black
water adalah:
 Tinja: tanpa urine dan air pembersih
 Urine: banyak mengandung nitrogen dan limbah lain. Dalam konteks ini, urine
adalah air kencing murni yang tidak tercampur tinja dan air
 Air pembersih: air hasil bersih tubuh setelah buang air besar dan/atau air kecil. Ini
hanyalah air yang dihasilkan oleh pengguna untuk membersihkan anus dan tidak
termasuk materi kering seperti kertas toilet/tissue, dan lain-lain.

280
 Materi pembersih dan materi lainnya dapat berupa kertas toilet, tongkol jagung,
kain lap, batu dan/atau materi kering lainnya yang dipakai untuk membersihkan
anus (sebagai pengganti air). Tergantung kepada sistemnya, materi pembersih
kering mungkin dibuang ke kloset atau dikumpulkan secara terpisah. Walau
sangat penting, produk khusus untuk kebersihan seperti pembalut untuk haid
tidak termasuk di sini.
 Air penggelontor/air guyur: air yang dipakai untuk menggelontor kotoran manusia
dari jamban. Sumber air penggelontor dapat berupa air tawar, air hujan, air
limbah rumah tangga yang didaur ulang, atau kombinasi ketiganya.

b. Grey water pada dasarnya air limbah yang dihasilkan dari air bekas mandi, mencuci
pakaian, dan buangan cair dari dapur. Grey water sangat mudah terkontaminasi
kotoran manusia sehingga mengandung bakteri pathogen. Selain itu, grey water
seringkali mengandung material organik karena buangan yang berasal dari dapur.
Material organik ini umumnya mudah terurai dan sering dibuang ke dalam WC dan
drainase tersier.

2. Penghubung/pengguna
Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam penghubung/pengguna adalah:
a. Kloset duduk biasanya terbuat dari porselen dan diproduksi masal (buatan pabrik).
Kloset duduk terdiri atas tangki air yang menyediakan air untuk penggelontor dan
mangkuk penerima tinja.
b. Kloset jongkok biasanya terbuat dari porselen dan diproduksi masal (buatan pabrik).
Air penggelontornya disediakan di bak air/penampungan air tersendiri.
c. Tempat cucian piring/sink
d. Tempat mencuci pakaian

Dalam tahap ini, masyarakat berperan dalam menyediakan fasilitas seperti kloset
(duduk dan jongkok), tempat cucian piring, dan tempat mencuci piring.

3. Tempat pengumpulan/penampungan/pengolahan awal


Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam tempat
pengumpulan/penampungan/pengolahan awal adalah:
a. Tangki septik: bak kedap air yang terbuat dari beton, fiberglass, PVC, atau plastik
yang digunakan untukk penampungan dan pengolahan black water. Tangki septik
merupakan tangki pengendapan dan proses anaerobic untuk mengurangi padatan
dan material organik.
b. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal: adalah sebuah sistem pengelolaan
air limbah yang melayani suatu daerah tertentu. Dalam sistem ini, air limbah tidak
dikelola pada level rumah tangga melainkan disalurkan dan dikelola di IPAL komunal.
c. Bak resapan:jaringan pipa berlubang yang diletakkan di dalam parit bawah tanah
yang berisi kerikil. Fungsinya untuk membuang air limbah yang keluar dari sistem on-
site atau pengolahan off-site (terpusat)
d. Bak penangkap lemak:bak kontrol yang dibangun dari pasangan batu bata kedap
yang berfungsi untuk memisahkan lemak dan sampah dari grey water.

281
Dalam tahap ini, masyarakat berperan dalam menyediakan fasilitas seperti tangki septik,
bak/bidang resapan dan bak penangkap lemak. Sedangkan pemerintah berperan dalam
penyediaan IPAL komunal.

4. Pengangkutan/pengaliran
Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam tempat
pengumpulan/penampungan/pengolahan awal adalah:
a. Truk tinja atau truk penyedot tinja mengacu pada vacuum truck atau kendaraan lain
yang dilengkapi pompa dan tangki untuk menguras dan mengangkut lumpur tinja,
lumpur tangki septik, dan urine. Tenaga manusia diperlukan untuk mengoperasikan
pompa dan menggerakkan selang hisap.
b. Kedoteng/kereta sedot septik tank merupakan bentuk kecil dari truk tinja. Kedoteng
akan sangat berguna di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh truk tinja.
c. Perpipaan dibutuhkan jika sistem yang digunakan adalah IPAL komunal.

Dalam tahap ini, pemerintah berperan dalam penyediaan perpipaan dan dengan bekerja
sama dengan swasta, pemerintah juga berperan dalam menyediakan fasilitas truk tinja.
Sedangkan peran masyarakat adalah penyediaan kedoteng.

5. Pengolahan akhir terpusat


Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam tempat
pengumpulan/penampungan/pengolahan awal adalah:
a. IPLT/Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja: instalasi yang melakukan proses
pengolahan lumpur tinja. Instalasi ini didesain hanya menerima lumpur tinja
melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan).
b. IPAL/Instalasi Pengolahan Air Limbah: instalasi yang melakukan proses pengolahan
air limbah
c. Bidang resapan

Dalam tahap ini, pemerintah memegang peran penting dalam penyediaan fasilitas IPLT,
IPAL, dan bidang resapan.

6. Pembuangan akhir/daur ulang


Di tahap ini, hasil pengolahan IPLT dan IPAL dapat dimanfaatkan kembali dan dipastikan
tidak mencemari lingkungan.

C. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan

Diagram sistem sanitasi persampahan akan memberikan gambaran mengenai


alur pengelolaan dari sumber sampah sampai pada tahap pemrosesan termasuk
di dalamnya peran masing-masing pihak di setiap tahapan.

282
Gambar 2 : Diagram Sistem Sanitasi Persampahan

Tahapan dalam sistem sanitasi persampahan :

1. Sumber/jenis sampah

Jenis sampah ada tiga yaitu:


a. Organik.
Jenis sampah ini dapat terurai secara alami walaupun membutuhkan waktu yang
berbeda beda. Contoh: sisa pengolahan makanan, daun-daun kering, sisa makanan
dsb. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos.
b. Non Organik
Jenis sampah ini tidak dapat/membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai.
Contoh: benda/barang yang terbuat dari plastik, besi dsb.
c. B3
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah setiap limbah yang mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan manusia.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang


Pengelolaan
Sampah, sampah B3 merupakan sampah spesifik yang meliputi:
 Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
 Sampah yang mengandung limbah B3.
 Sampah yang timbul akibat bencana.

283
 Bongkaran puing bangunan.
 Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.
 Sampah yang timbul secara periodik.

Sampah B3 Rumah Tangga dikelompokkan berdasarkan jenis aktifitas rumah tangga,


yaitu bahan dan/atau bekas kemasan produk dari:

http://banksampahmelatibersih.blogspot.com/2013/02/sampah-b3-bahan-
berbahaya-dan-beracun.html#.UkE0N4ZRprU

2. Pewadahan

Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan,


dipindahkan ke tempat penampungan sementara (TPS), diangkut dan selanjutnya
dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA). Sesuai dengan fungsinya, yang termasuk
dalam pewadahan adalah tong sampah. Tong sampah dapat dibangun permanen
dengan menggunakan beton dan batu bata, atau terbuat dari plastik (seperti yang dijual
di pasaran), atau dapat terbuat dari anyaman bambu, maupun dari kantong plastik yang
sudah terpakai.

Dalam tahap ini, masyarakat berperan dengan menyediakan tempat sampah di level
rumah tangga.

284
3. Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah. Prosesnya dimulai
dari tempat pewadahan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ke tempat
penampungan sementara (TPS)/stasiun pemindahan atau sekaligus ke tempat
pembuangan akhir (TPA)
Sesuai dengan fungsinya, yang termasuk dalam pengumpulan adalah:
a. Gerobak sampah merupakan alat pengumpul sampah.
b. Motor sampah merupakan kendaraan pengumpul sampah. Biasanya terbuat dari
sepeda motor yang digabungkan dengan bak sampah dari kayu dan roda sepeda,
roda mobil, atau dapat juga terbuat dari rangka besi.
c. Pemulung juga berperan dalam tahapan ini.

Dalam tahap ini pihak swasta dapat berperan dalam penyediaan gerobak sampah,
motor sampah maupun mengkoordinir pemulung. Masyarakat juga dapat berperan
dengan menjadi pemulung.

4. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

TPS adalah tempat penampungan sampah dari alat pengepul. Dari sana, sampah
kemudian dipindahkan ke alat angkut sampah dan selanjutnya dibawa ke Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA). TPS diperlukan apabila area sumber sampah sulit diakses oleh
kendaraan pengangkut. Atau jarak sumber sampah ke TPA terlalu jauh sehingga
pengangkutan (dengan truk sampah) menjadi tidak efisien.
Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam kelompok TPS adalah:
a. TPS biasa adalah bin sampah dari pasangan batu bata untuk skala lingkungan. Dari
TPS tersebut, alat angkut sampah (truk sampah) akan mengangkut sampah ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
b. Kontainer adalah bin sampah dari rangka besi dan aluminium untuk skala
lingkungan. Dari TPS tersebut, alat angkut sampah (truk sampah) akan mengangkut
sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
c. Pengepul Sampah Plastik
Dalam tahap ini, pemerintah berperan dalam penyediaan TPS (baik TPS biasa maupun
container). Swasta dan masyarakat dapat berperan dengan menjadi pengepul sampah.

5. Pengangkutan

Pengangkutan merupakan kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan, atau


langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pemrosesan akhir. Persyaratan alat
pengangkut yaitu: harus dilengkapi penutup sampah; minimal dengan jaring; tinggi bak
minimum 1,6 m; sebaiknya ada alat ungkit; kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan
yang akan dilalui; dan bak/truk container sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air
sampah.
Berdasarkan fungsinya, yang termasuk dalam kelompok pengangkutan adalah: truk
sampah.

285
Dalam tahap ini, pemerintah memegang peranan penting dalam penyediaan truk
sampah.

6. Pengolahan sampah/daur ulang

Daur ulang merupakan pengolahan fisik dan kimia untuk mengubah sampah non organik
menjadi material baru, yang dapat dimanfaatkan kembali. Sampah non organik yang
dapat didaur ulang yaitu: kertas/kardus, plastik, gelas/kaca dan logam.
Untuk sampah organik dapat dimanfaatkan kembali sebagai kompos.
Dalam tahap ini, semua pihak (pemerintah, swasta, LSM, dan masyarakat) dapat
berperan dengan melakukan pengolahan sampah/daur ulang.

7. Pemrosesan akhir

Berdasarkan cara pengoperasiannya, ada beberapa metode pemrosesan akhir sampah


kota yaitu:
a. TPA controlled landfill: sarana pengurugan sampah yang bersifat antara, sebeum
mampu melaksanakan operasi sanitary landfill. Metode ini merupakan peningkatan
dari open dumping. Untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang
dilingkungan maka setiap 7 hari sampah yang telah tertimbun ditutup lapisan tanah.
Dalam operasionalnya, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan
kestabilan permukaan TPA, maka dilakukan juga perataan dan pemadatan sampah.
Di Indonesia, metode controlled landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang
dan kecil.

b. TPA sanitary landfill: sarana pengurugan sampah sampai ke lingkungan yang


disiapkan dan dioperasikan secara sistematis. Metode ini merupakan metode standar
yang dipakai secara internasional. Untuk meminimalkan potensi gangguan
lingkungan, maka penutupan sampah dilakukan setiap hari. Namun, untuk
menerapkannya diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal.

Dalam tahap ini, peran pemerintah sangat penting dalam penyediaan TPA controlled
landfill maupun TPA sanitary landfill.

D. Drainase berwawasan lingkungan

Sistem drainase perkotaan (sistem drainase utama)terdiri dari saluran primer, sekunder,
dan tersier dan bangunan pelengkapnya.

Dalam konteks ini, kita hanya fokus di sistem drainase tersier. Sistem drainase tersier adalah
sistem saluran awal yang melayani kawasan kota tertentu, seperti kompleks perumahan,
area pasar, perkantoran, areal industri dan komersial.

Hampir semua drainase tersier tidak dirawat/direncanakan dengan baik. Umumnya,


drainase ini tercemar berat dengan kondisi tergenang tanpa aliran, yang sangat berpotensi
membahayakan lingkungan/kesehatan. Dengan ini dalam praktiknya, dapat didefinisikan
bahwa fungsi utama drainase tersier adalah menjamin aliran tidak akan terganggu karena

286
adanya buangan grey dan black water selama sepanjang tahun. Fungsi yang lain, tentu saja
adanya jaminan bahwa tidak akan terjadi banjir jika musim hujan tiba.

Fungsi ideal drainase adalah sebagai penyaluran air hujan/limpasan saat musim hujan tiba.

Gambar 3 : Pengelolaan Drainase Berwawasan Lingkungan

Drainase perlu dikelola dengan memperhatikan wawasan lingkungan. Berwawasan


lingkungan dapat diartikan sebagai usaha untuk tidak mencemari lingkungan serta
membantu keseimbangan alam. Ada 3 opsi pengelolaan drainase yang berwawasan
lingkungan:

1. Resapkan air
Yang dimaksud dengan resapkan air adalah adanya usaha untuk meresapkan air hujan
dengan membuat ruang hijau yang cukup sehingga air hujan dapat meresap ke tanah
dengan maksimal. Hal ini dapat dilakukan oleh semua pihak (masyarakat, swasta
maupun pemerintah).

2. Tampung air
Yang dimaksud dengan tampung air adalah adanya usaha untuk menampung air hujan
untuk dipergunakan kembali. Misalnya sebagai air penggelontor atau untuk cadangan
saat musim kemarau.
Hal ini dapat dilakukan oleh semua pihak (masyarakat, swasta, maupun pemerintah)

287
3. Alirkan air
Yang dimaksud dengan alirkan air adalah adanya usaha untuk mengalirkan air hujan ke
saluran drainase tersier. Agar aliran air hujan lancar, saluran drainase harus dirawat dan
juga dibersihkan secara berkala. Hal ini dapat dilakukan oleh semua pihak (masyarakat,
swasta, maupun pemerintah).

E. Peluang Kerjasama dalam pembangunan sanitasi

Dalam diagram sanitasi air limbah domestik dan diagram sanitasi persampahan terlihat
dengan jelas bahwa pembangunan sanitasi membutuhkan peran dari semua pihak
(masyarakat, pemerintah, swasta, dan lembaga/kelompok swadaya masyarakat).

Agar kondisi sanitasi dapat tercapai maka dibutuhkan kerjasama dari semua pihak di atas.
Dengan jelasnya peran setiap pihak di setiap tahapan pengelolaan air limbah domestik dan
persampahan maka peluang kerjasama antar pihak sangat dimungkinkan dan perlu
ditingkatkan.

Pemetaan mengenai pihak-pihak yang berpotensi diajak bekerjasama dalam pembangunan


sanitasi penting dilakukan. Melalui pemetaan ini akan diperoleh informasi seperti mengenai
pihak-pihak mana saja yang berpotensi untuk diajak bekerjasama (termasuk contact
person), bentuk kerjasama dan pengaturannya/kesepakatan bersama. Pihak-pihak yang
berpotensi ini bisa berupa kelompok masyarakat yang bisa menyediakan kloset,
menyediakan tangki septik, pemulung/pengepul barang bekas, pembuat kerajinan dari
barang bekas, pembuat kompos ataupun lembaga pendidikan yang memiliki program
pengabdian masyarakat dsb.

288
Referensi :

1. TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi), 2010, Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi
Sanitasi

289
Lampiran 1 :

EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan Peran Multipihak dalam
penyediaan sarana sanitasi yang baik
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud dengan Sanitasi?


2. Apa yang dimaksud dengan Diagram Sistem sanitasi air limbah?
3. Apa yang dimaksud dengan Diagram Sistem sanitasi persampahan?
4. Apa saja sikap dasar fasilitator?
5. Bagaimana mewujudkan peluang kerjasama dengan berbagai pihak?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

290
Lampiran 2 :

Slide Presentasi

291
292
293
294
295
296
297
SUB MODUL
TEKNIK FASILITASI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sub modul ini menjelaskan tentang Teknik fasilitasi dan komunikasi yang baik. Keberhasilan
pendampingan kepada masyarakat sangat tergantung kepada kemampuan
fasilitator/pendamping lapangan melakukan fasilitasi dan komunikasi yang baik kepada
masyarakat. Sehubungan dengan itu, teknik fasilitasi merupakan materi yang penting untuk
disampaikan. Bagaimanapun baiknya sebuah metode apabila cara penyampaian/fasilitasinya
tidak tepat maka tujuan pertemuan tidak akan tercapai. Fasilitasi adalah teknik untuk membuat
lebih mudah, proses fasilitas adalah pertemuan sekelompok orang yang menghadirkan
fasilitator sebagai perancang dan pengelola proses kelompok agar kelompok mencapai
tujuannya Fasilitator adalah orang yang membuat kerja kelompok menjadi lebih mudah karena
kemampuannya untuk memandu partisipasi anggota kelompok.

II. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan Kegiatan Umum:

Setelah mempelajari materi peserta mampu memahami teknik fasilitasi dan komunikasi yang
baik sehingga dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator di masyarakat .

Tujuan Kegiatan Khusus:


Setelah pelatihan peserta diharapkan mampu :
• Memahami pengertian fasilitasi dan fasilitator
• Memahami perbedaan antara fasilitator, penyuluh, narasumber dan pengamat
• Memahami tingkatan fasilitasi dan peran fasilitator
• Memahami sikap dasar fasilitator
• Memahami keterampilan dasar fasilitasi

III. POKOK BAHASAN


a. Pengertian fasilitasi dan fasilitator
b. Perbedaan antara fasilitator, penyuluh, narasumber dan pengamat
c. Tingkatan fasilitasi dan peran fasilitator
d. Sikap dasar fasilitator
e. Keterampilan dasar fasilitasi

IV. WAKTU: 180 menit (4 JPL)

V. METODE
1. Ceramah Tanya jawab
2. Curah pendapat

298
3. Presentasi singkat
4. Diskusi kelompok.
5. Diskusi Pleno.
6. Simulasi

VI. ALAT BANTU dan MEDIA


1. Slide Presentasi.
2. Lembar Aktivitas 1 : Komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah
3. Kertas flipchart
4. Spidol warna warni
5. Selotip kertas
6. LCD
7. Laptop

VII. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

SESI 1: Pengkondisian (10 menit).

Langkah 1: Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam. Penggunaan bahasa daerah
diperkenankan untuk menambah kedekatan fasilitator dan peserta serta untuk
memperlancar proses.
Apabila fasilitator belum berkenalan dengan peserta, fasilitator memperkenalkan
diri dan meminta semua peserta menyebutkan nama masing-masing.
Bila diperlukan, ajak peserta melakukan kegiatan untuk mencairkan suasana atau
melakukan energizer.

Langkah 2: Jelaskan pada peserta bahwa dalam pertemuan ini topik yang akan dibahas adalah :
Teknik Fasilitasi dan komunikasi yang baik, sampaikan mengapa topik ini penting
untuk dibahas.

Langkah 3: Jelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan menayangkan slide tujuan

Langkah 4: Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tanyakan kepada peserta
apakah sudah siap mengikuti sesi berikutnya? Apabila sudah siap segera lanjutkan
dengan sesi selanjutnya

SESI 2 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan Pengertian fasilitasi dan fasilitator, perbedaan
penyuluh, fasilitator, narasumber dan pengamat ( 20 menit)

Langkah 1: Pengantar : sampaikan kepada peserta bahwa Keberhasilan pendampingan kepada


masyarakat sangat tergantung kepada kemampuan fasilitator/pendamping
lapangan melakukan fasilitasi dan komunikasi yang baik kepada masyarakat.
Sehubungan dengan itu, teknik fasilitasi merupakan materi yang penting untuk
disampaikan. Bagaimanapun baiknya sebuah metode apabila cara
penyampaian/fasilitasinya tidak tepat maka tujuan pertemuan tidak akan tercapai

299
Langkah 2: Tanyakan kepada peserta mengenai pengertian “Fasilitasi”?
Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart.

Selanjutnya tanyakan kepada peserta mengenai pengertian “Fasilitator”?

Tulis kata-kata kunci yang disampaikan peserta pada kertas flipchat.


Ajak peserta untuk merangkum pengertian fasilitasi dan fasilitator berdasarkan
kata-kata kunci yang sudah dituliskan.

Langkah 3: Tayangkan slide Pengertian Fasilitasi dan fasilitator.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 4: Selanjutnya tanyakan perbedaan antara penyuluh, fasilitator, narasumber dan


pengamat.

Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart. Ajak peserta untuk menyimpulkan
perbedaan penyuluh, fasilitator, narasumber dan pengamat berdasarkan jawaban
peserta.

Langkah 5 : Tayangkan slide perbedaan penyuluh, fasilitator, narasumber dan pengamat.

Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya


Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 3 : Pembahasan Sub Pokok Bahasan Tingkatan Fasilitasi, peran fasilitator dan sikap
dasar fasiltator( 20 menit)

Langkah 1: Tanyakan kepada peserta tingkatan fasilitasi yang diketahui peserta?.


Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart.

Tanyakan apa saja peran seorang fasilitator ? Apakah peran fasilitator untuk setiap
tingkatan fasilitasi sama?
Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart.
Ajak peserta untuk merangkum tingkatan fasilitasi serta peran fasilitator
berdasarkan kata-kata kunci /jawaban yang sudah dituliskan.

300
Selanjutnya tanyakan apa saja sikap dasar yang perlu dimiliki seorang fasilitator?
Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart.
Ajak peserta untuk merangkum sikap dasar yang perlu dimiliki seorang fasilitator
berdasarkan kata-kata kunci /jawaban yang sudah dituliskan.

Langkah 2: Tayangkan slide dan jelaskan tingkatan partisipasi, peran fasilitator dan sikap dasar
fasilitator.
Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

SESI 4 Pembahasan Sub Pokok Bahasan : Keterampilan dasar Fasilitasi ( 120 menit)

Langkah 1 : Jelaskan bahwa keterampilan dasar fasilitasi intinya adalah kemampuan seorang
fasilitator untuk melakukan komunikasi yang baik. Untuk memahami komunikasi
yang baik kita akan melakukan simulasi komunikasi.

Lakukan kegiatan sesuai dengan panduan melakukan LA 1 (terlampir)

Langkah 4: Setelah melakukan permainan komunikasi selanjutnya tanyakan kepada peserta


keterampilan dasar apa saja dalam proses fasillitasi yang perlu dimiliki oleh seorang
fasilitator?
.
Tulis jawaban peserta pada kertas flipchart.
Ajak peserta untuk merangkum keterampilan dasar fasilitasi berdasarkan kata-kata
kunci /jawaban yang sudah dituliskan.

Selanjutnya tayangkan dan jelaskan slide mengenai keterampilan dasar fasilitasi.


Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
Jawablah pertanyaan peserta dengan singkat dan jelas. Apabila ada pertanyaan
yang belum bisa dijawab pada saat itu jangan memaksakan diri untuk menjawab.
Sampaikan bahwa fasilitator akan mencari informasi lebih lanjut dan akan
menyampaikannya kepada peserta.

Langkah 5 : Minta kepada peserta untuk menyampaikan contoh masing-masing keterampilan


dasar fasilitasi.

Langkah 6: Lakukan kegiatan LA 2 : Praktek fasilitasi pertemuan kelompok

Langkah 7 : Buatlah rangkuman sesi

301
Rangkuman dan Pembulatan ( 10 menit)

Langkah 1: Lakukan rangkuman sesi teknik fasilitasi


Langkah 2: Ucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan lanjutkan ke tahap/sesi
berikutnya yaitu Penyusunan RTL (Rencana Tindak Lanjut)

302
VIII. MATERI

SENI MEMFASILITASI

Kata “fasilitasi” berasal dari kata facile (bahasa Prancis) yang berarti “mudah” yang artinya
“membuat sesuatu menjadi mudah”. Dalam bahasa Malaysia, orang yang melakukan fasilitasi
disebut sebagai “pemudah cara”. Di Indonesia, dikenal sebagai “fasilitator”. Dengan demikian
fasilitasi dapat diartikan sebagai “membuat lebih mudah atau tidak terlalu sulit”. (Inspirit
Innovation Circles,2007)

Fasilitator dapat didefinisikan sebagai orang yang membuat kerja kelompok menjadi lebih
mudah karena kemampuannya dalam menstrukturkan dan memandu partisipasi anggota-
anggota kelompok. Pada umumnya, fasilitator bekerja dalam sebuah rapat atau pertemuan.
Tapi, juga dapat bekerja dengan kelompok di luar rapat. Seorang fasilitator juga mengambil
peran netral (dengan bertanya dan mendengarkan aktif) ketika membantu yang lainnya.

Fasilitasi adalah pertemuan sekelompok orang yang menghadirkan fasilitator sebagai perancang
dan pengelola proses kelompok agar kelompok dapat mencapai tujuannya. Sebuah fasilitasi
juga bisa berupa pertemuan antara dua orang yaitu fasilitator dan satu orang lain yang
menerima bantuan dan panduan dalam prosesnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
proses fasilitasi adalah proses sadar dan sepenuh hati membantu kelompok agar sukses
mencapai tujuannya dalam menemukan solusi-solusi baru dengan taat pada nilai dasar
partisipasi dan menjadikan kelompok benar-benar berfungsi sebagai kelompok.

Fasilitasi sebagai Ilmu dan Seni

Fasilitasi adalah gabungan dari ilmu dan seni. Seorang fasilitator bekerja dengan
mengaplikasikan satu set keahlian spesifik dan metode, teknologi kelompok, digabung dengan
perhatian yang cermat dan sensitifitas pada orang lain. Dengan cara itu, fasilitator akan
membawa kelompok pada penampilan terbaiknya.

Tingkatan fasilitasi

Ada tiga tingkatan perkembangan keterampilan fasilitator antara lain:

1. Fasilitator pertemuan
Fasilitator tingkat dasar berguna untuk mengarahkan sebuah diskusi atau pertemuan. Para
manager, pemimpin, dan kebanyakan profesional kadangkala diperlukan untuk
memfasilitasi pertemuan.

2. Fasilitator kelompok atau tim


Fasilitator tingkat ini diperlukan untuk bekerja dengan tim yang sudah berjalan, tim-tim
mandiri, dan tim proyek lintas fungsi. Memfasilitasi sebuah kelompok membutuhkan
pengetahuan bagaimana sebuah tim membangun diri dari waktu ke waktu. Pada banyak
organisasi, pemimpin tim biasanya juga berperan sebagai fasilitator tim pada saat yang
bersamaan.

303
3. Fasilitator organisasi
Fasilitator ini memiliki keahlian yang tinggi, berpengalaman dalam memfasilitasi dan juga
mengerti keseluruhan topik dan kultur yang dihadapi organisasi. Mereka sering berperan
dalam perubahan besar.

Fasilitasi Vibran adalah sebuah pendekatan non linier dan swakelola untuk
mengubah konflik menjadi ketegangan kreatif dalam sebuah pertemuan
kelompok.

Proses ini merefleksikan bagaimana nilai-nilai dasar demokrasi dijalankan pada sebuah
pertemuan kecil. Fasilitasi Vibran menggunakan kekuatan hati dan sekaligus pikiran. Ia relevan
diterapkan pada kelompok yang memiliki persepsi beragam seperti pada proses pertemuan
multipihak, konsultasi kebijakan publik, partisipasi publik dan juga pada kelompok masyarakat
yang berkonflik. (inspirit innovation circles)

Tiga Kunci Fasilitasi Vibran

Apa sebenarnya kunci Fasilitasi Vibran? Ada tiga hal penting membuat fasilitasi menjadi proses
sadar dan sepenuh hati membantu kelompok sukses mencapai tujuan atau menemukan solusi-
solusi baru. Pertama, menyimak adalah jantung fasilitasi. Kedua, membangun rasa saling
percaya adalah kunci masuk pertemuan yang efektif. Ketiga, fasilitator percaya pada kekuatan
kelompok dan kekuatan proses.

Fasilitasi Vibran tidak selalu merinci aturan kelompok atau norma kelompok (ground rules).
Ketimbang membuat aturan kelompok yang telah menjadi ritual pada setiap pertemuan,
mengapa tidak Anda langsung saja bertanya: “Anda semua ingin melakukan apa hari ini?”
Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan fokus yang mendorong orang mengubah mindset
seseorang terhadap suatu pertemuan. Karena, inti orang hidup adalah proses belajar.

Dengan mengubah tradisi membuat aturan pertemuan dengan pertanyaan fokus akan
menjadikan pertemuan lebih terarah pada relasi antar-manusia yang saling percaya, saling
menghargai dan saling peduli. Relasi yang baik akan menjadi kekuatan pada saat peserta
menghadapi perbedaan gagasan, perbedaan persepsi, kebingungan, kegagalan dan salah
pengertian.

Tiga landasan Fasilitasi Vibran: menciptakan dialog , berempati sungguh-sungguh,


dan swakelola

304
Bagi fasilitator, fasilitasi dialog yang efektif melalui “active listening” atau “deep listening” yang
meliputi bagaimana kita menyimak emosi, menerima secara terbuka perbedaan dan melindungi
setiap kontribusi peserta. Membangun rasa saling percaya pada anggota kelompok.

Pada Fasilitasi Vibran, proses pertemuan dimulai dengan membangun rasa saling percaya antar-
peserta. Mengapa? Karena, kelompok tidak pernah menjadi kelompok bila rasa saling percaya
telah hancur melalui manipulasi (tujuan dan proses pertemuan).

Fasilitator percaya pada kekuatan kelompok dan kekuatan proses. Ini harus ditunjukkan dengan
sikap fleksibel menghadapi semua perubahan, terbuka pada gagasan baru atau aneh, dan selalu
mencari sesuatu yang berbeda dari kebiasaan. Karena itu, fasilitator bisa mengabaikan desain
prosesnya bila itu sesuai dengan kehendak peserta.

FASILITASI, KEPEMIMPINAN, DAN PERUBAHAN SOSIAL

Kelompok sudah jelas dibutuhkan dalam kehidupan berorganisasi. Terutama jika ada pekerjaan-
pekerjaan yang tak bisa diselesaikan sendiri. Walaupun begitu, kelompok tidak selamanya
efektif. Banyak dari kita pernah mengalami kemacetan dalam organisasi yang berisikan orang-
orang hebat dan berbakat. Jika dibiarkan, tanpa ada training atau metode tertentu, kelompok
dapat dipastikan akan berantakan dengan berbagai kemungkinan cara.

Beberapa hal yang membuat kemajuan dalam kelompok lambat, antara lain:

 Miskinnya kehadiran anggota  Problem terlalu cepat dipecahkan dan tidak


kelompok; efektif;
 Pertemuan terlalu jarang;  Berlawanan faksi, departemen atau
 Pertemuan terlalu banyak organisasi;
 Diskusi bertele-tele tanpa ada solusi;  Agenda personal mempengaruhi perilaku dan
 Tujuan kelompok kabur; opini anggota;
 Tujuan kelompok kurang disepakati;  Anggota mengambil keputusan tanpa
 Perubahan pada tujuan kelompok; dukungan yang berarti;
 Tokoh senior atau pemimpin terlalu  Keputusan dan aksi tidak ditulis, sehingga
dominan; anggota “lupa” atau tidak jelas apa yang
 Penolakan anggota tidak dikatakan dari rapat ke rapat;
terpecahkan;  Komunikasi terhambat karena perbedaan
 Perbedaan kepribadian dan konflik letak geografis di antara anggota;
personal;  Kesalahpahaman dan masalah lain yang
 Anggota saling mengganggu anggota berhubungan dengan perbedaan budaya atau
lainnya pemahaman yang miskin tentang perbedaan
 Terjadi perbedaan pandangan kebiasaan.
penyebab cacatnya kerjasama;

305
Daftar ini bisa bertambah panjang. Artinya, kelompok memang rumit dan sulit. Tanpa jiwa
kepemimpinan yang terlatih dan metode yang ampuh, kelompok akan sulit sekali efektif. Dan,
selama tahun-tahun belakangan, ada cukup banyak organisasi yang diselamatkan atau lebih
produktif karena penggunaan keterampilan fasilitasi.

MANFAAT FASILITASI

 Anggota kelompok termotivasi untuk  Organisasi lebih fleksibel dan


mendukung keputusan yang telah memproduksi hasil lebih cepat karena
diambil; orang-orangnya berkomitmen pada
 Usaha kelompok biasanya jauh lebih keputusan yang telah dibuat;
baik daripada usaha seorang diri;  Keputusan diambil agar pekerjaan dapat
 Partisipasi dan keterlibatan yang selesai;
maksimum akan meningkatkan  Orang-orang menyadari tanggung jawab
produktivitas; implementasi keputusan-keputusan
 Para manajer dan pemimpin dapat lebih terletak di tangan setiap orang;
baik mengenali sumberdaya manusia  Keterampilan berinovasi, memecahkan
organisasi, sebuah kemampuan yang masalah, dan implementasi terbangun;
menjadi kunci kesuksesan organisasi;  Orang-orang didorong untuk berpikir dan
 Setiap orang punya kesempatan untuk bertindak untuk seluruh kebaikan
lebih berpengaruh dan berguna, dan perusahaan;
orang-orang merasakan mereka  Efek-efek negatif seperti moral yang
terintegrasi dalam satu tim; rendah, keterlibatan yang seadanya, dan
 Sebuah forum disediakan untuk resolusi menyimpan informasi dari yang lain, juga
konflik yang konstruktif dan ruang perilaku-perilaku seperti “ini bukan
klarifikasi kesalahpahaman; kerjaan saya” dan “Cukup katakan apa
 Keputusan-keputusan berkualitas tinggi yang harus saya kerjakan” tidak akan
dapat dibuat; terlalu disukai.

TUJUAN FASILITASI YANG EFEKTIF

Sebuah fasilitasi yang efektif akan membuat kerja kelompok menjadi lebih mudah. Seorang
fasilitator tidak hanya menolong kelompok mendiskusikan isu, tapi – sudah seharusnya – juga
memandu kelompok untuk merancang dan mencapai hasil-hasil yang tidak teridentifikasi
sebelumnya. Anggota-anggota kelompok harus mampu memberitahu yang lain apa yang dicapai
dalam sebuah rapat. Mereka seharusnya merasa terlibat dan berguna dalam rapat – bukan
membuang-buang waktu.

Salah satu ciri sebuah fasilitasi yang efektif dapat dilihat dari keterlibatan anggota secara aktif
dan adanya perasaan berguna; metode-metode fasilitasi diaplikasikan dengan tepat; dan hasil-
hasil terukur yang berhasil dicapai akan berkontribusi pada kemajuan kelompok.

306
Salah satu tes dari fasilitasi yang efektif adalah apa yang terjadi usai rapat. Perhatikan saja, usai
pengambilan keputusan yang didukung 100 persen oleh seluruh anggota, aksi pasti akan
lengkap, petunjuk- petunjuk kerja dibuat, dan kanal-kanal komunikasi tetap terbuka.

“Jika Anda hendak melakukan sesuatu hanya berdasar pada apa yang Anda
sudah tahu, Anda tidak dapat mengharapkan inovasi terjadi” (MASAHA IBUKU)

Kadang kala fasilitasi tidak berjalan dengan baik. Ini disebabkan oleh beberapa alasan
diantaranya:

 tehnik atau metode fasilitasi miskin,


 perilaku dan sikap anggota yang tercela,
 tidak siap atau hanya dipahami oleh sebagian peserta (sementara peserta yang lainnya
stres karena rapat),
 perencanaan rapat yang buruk – atau semua dari yang disebutkan di atas.

Fasilitator, khususnya saat mereka mendapat pengalaman dan jadi semakin terlatih, dapat
mengenali faktor- faktor apa saja yang berkontribusi pada kegagalan. Meski kadang “kegagalan”
justru bisa dijadikan tanda apa yang perlu dilakukan di waktu mendatang.

NILAI DASAR FASILITASI

1. Partisipasi penuh

Kadang-kadang orang tidak mengatakan apa yang mereka pikirkan sesungguhnya. Seringkali,
mereka mengedit pikiran sebelum berbicara. Fasilitator mesti waspada pada indikasi ini dan
menolong orang yang mengalaminya.

Dibutuhkan:

• Keterampilan dan temperamen yang dapat membantu orang mengeluarkan pikirannya


dan membiarkan setiap orang dalam ruang pertemuan mendengarkannya.
• Pengetahuan tentang cara memberi ruang berbicara kepada anggota yang pendiam dan
tahu cara mengurangi kecelakaan karena kritik prematur.

2. Kesepahaman mutual

Kelompok tidak akan dapat menghasilkan pemikiran terbaik jika tidak mengerti satu sama
lain. Seorang fasilitator membantu kelompok untuk menyadari produktivitas tim dibangun
di atas dasar kesepahaman yang saling menguntungkan.

3. Solusi inklusif

Adalah sulit untuk membayangkan semua pihak dapat benar-benar meraih kesepakatan
yang sama-sama menguntungkan. Banyak orang yang terjebak pada cara berpikir
konvensional dalam memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik dengan memilih satu
dari dua atau lebih cara berpikir anggota. Fasilitator yang berpengalaman tahu cara

307
menolong kelompok mencari ide- ide inovatif. Dia mesti memahami mekanisme
membangun kesepakatan yang berkelanjutan. Ketika kelompok menemukan kekuatan dari
cara berpikir baru ini, mereka kadang menjadi lebih punya harapan tentang efektifitas
kelompok.

4. Berbagi tanggung jawab

Apa penyebab pertemuan berjalan buruk? Banyak orang akan menjawab, penyebabnya
sang bos, chairman, atau pemimpin mereka. Sepertinya tidak ada lagi selain pemimpin yang
terlatih dalam proses partisipasi dan metode kolaborasi. Seorang fasilitator memiliki
kesempatan dan tanggung jawab untuk mengajari anggota kelompok cara mendesain dan
mengelola sharing yang efektif, pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan.
Ingatkan akibat dari desain agenda yang buruk. Lagi pula, bagaimana sebuah kelompok
dapat efektif jika orang-orang tidak tahu apa yang coba mereka raih.

PERAN FASILITATOR

Peran fasilitator membuat kelompok sukses dengan mudah dengan menggunakan proses
kelompok yang efektif. Fasilitator akan menganjurkan anggota kelompok mengunakan
metode yang paling efektif untuk menyelesaikan tugas secara efisien dan bermanfaat, dengan
tetap memberi waktu kepada ide-ide atau alternatif lain. Fasilitator menyediakan metode dan
struktur sehingga kelompok dapat memfokuskan energi dan kreatifitas pada tugas-tugas,
topik, atau proyek yang penting. Fasilitator menempatkan dirinya sebagai seorang pemandu,
pembantu, dan katalisator untuk membantu kelompok menyelesaikan pekerjaannya.

MANAJER PROSES KELOMPOK

Peran fasilitator mengelola proses dan bersikap netral terhadap isi (content) diskusi. Proses
bagaimana anggota kelompok bekerja bersama, bagaimana anggota berinteraksi satu sama
lain, bagaimana keputusan dibuat dan bilamana seluruh anggota hadir, yang menjadi
perhatian seorang fasilitator. Isi merujuk materi yang sedang dibahas atau keputusan apa
yang dihadapi kelompok, termasuk ide apa yang dikedepankan, argumen apa yang diajukan,
keputusan apa yang diambil, dan aksi apa yang direncanakan.

Perlu dicatat, proses dan isi selalu hadir setiap waktu dalam kerja-kerja kelompok, dan
fasilitator harus memandu dan mengelola proses supaya kelompok dapat memfokuskan energi
dan kreatifitas mereka pada isi atau materi pembicaraan. Untuk memandu proses, seorang
fasilitator menganjurkan metode-metode yang akan menolong kelompok untuk memperjelas
dan mencapai hasilnya. Meskipun fasilitator mungkin mempertimbangkan isi ketika
menentukan proses apa yang akan digunakan, dia sama sekali tidak punya hak suara atas hal
itu.

Fasilitator mesti awas dan bisa membedakan antara proses dan isi, serta menentukan
bagaimana kelompok seharusnya berproses. Dia akan secara aktif berperan untuk
menerangkan, menyarankan, membimbing dan memudahkan cara agar kelompok dapat
menyesaikan tugasnya dengan baik. Seorang fasilitator yang terlatih terus menerus akan

308
mengamati proses kerja kelompok: Apakah tujuan pertemuan jelas? Apakah pertemuan tepat
waktu? Apakah metode kelompok bekerja? Apakah orang-orang mendengarkan satu sama
lain? Siapa bicara dengan siapa? Apakah semua orang telah berkontribusi? Tinggi atau rendah
tingkat energi kelompok?

Seorang fasilitator membimbing dengan memperlihatkan bagaimana sebuah kelompok dapat


bekerja sama, dengan menggunakan struktur dan proses teruji, serta menantang dan melatih
kelompok untuk terus menumbuhkan kemampuan bekerjasama

Tujuan dan tantangan menjadi pemandu proses

Mengapa peran sebagai pemandu proses penting? Kebanyakan kelompok memiliki


kecenderungan fokus pada substansi dan hasil, karena itu mereka mau berkumpul. Tetapi, jika
pertemuan yang diadakan bukan sesuatu yang rutin, maka seringkali hasil yang diinginkan
tidak tercapai. Banyak kelompok tidak menyadari ataupun menghargai pentingnya proses.
Mereka tidak tahu bagaimana cara memandu proses atau mereka tidak berada pada posisi
untuk melakukan itu. Fasilitator, karena ia bersikap netral pada substansi, memiliki posisi
sebagai pengelola proses. Dalam melakukan fasilitasi dibutuhkan juga seni memobilisasi
kekuatan suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Apa tantangan menjadi pemandu proses?

Boleh jadi kebanyakan kelompok yang Anda fasilitasi memiliki pandangan berbeda tentang
peran atau pekerjaan Anda sebagai fasilitator. Maka ketika diminta membantu kelompok
tersebut, Anda perlu melakukan beberapa hal berikut:

 Memastikan adanya kejelasan harapan anggota kelompok atas peran Anda


 Menciptakan pemahaman bersama tentang peran seorang fasilitator
 Memberikan penjelasan tentang peran Anda sebagai fasilitator.

309
Tanggung Jawab fasilitator

Fasilitator yang efektif memiki tanggung jawab berikut ini:

Peserta secara umum Kelompok


 Selalu netral atas isi atau materi pertemuan;  Menyediakan struktur dan proses untuk kerja
 Merancang partisipasi; kelompok
 Memastikan keseimbangan partisipasi;  Membawa kelompok melewati tingkatan-
 Mendorong dialog di antara para peserta; tingkat pengambilan keputusan dan
 Mendengarkan secara aktif dan meminta konsensus.
yang lain melakukan hal yang sama;  Menggunakan proses fasilitasi untuk
 Mendorong perbedaan cara pandang; membantu kelompok menyelesaikan konflik
 Mencatat, mengorganisir, dan meringkas dengan cara yang positif dan produktif.
masukan dari anggota;  Mendorong kelompok untuk mengevaluasi
sendiri perkembangan dan kemajuan kerja;
 Melindungi anggota kelompok dan idenya
dari serangan atau pengabaian perhatian;
 Meyakinkan bahwa kelompok itu kumpulan
pengetahuan, pengalaman dan kreatifitas.
Gunakan metode dan teknik fasilitasi untuk
menggali sumberdaya ini;
 Memandu kelompok untuk mengidentifikasi
perbedaan geografi dan lintas-budaya yang
mungkin mempengaruhi tim kerja atau
produktivitas, serta fasilitasi kelompok untuk
menemukan cara-cara efektif dan kreatif
untuk menghadapi tantangan ini.

Menciptakan perubahan di mana saja

Fasilitator dan pemimpin fasilitatif juga dituntut punya cita rasa kemanusiaan dan spirit dalam
organisasi. Dengan proses partisipatif yang dirancangnya, seorang fasilitator mampu
mendorong kelompok aktif berkreasi dan berinovasi. Peran ini tidak hanya terbatas pada
ruangan pelatihan saja. Melainkan, juga di ruang-ruang kehidupan sehari-hari, baik dalam
tingkat rumah tangga, lingkungan sekitar, maupun di wilayah-wilayah yang jauh.

Jika dengan kreatifitas dan inovasi kelompok dapat dibangun oleh fasilitasi, maka dengan
sendirinya fasilitator mampu menciptakan perubahan dengan menggunakan alat, metode,
tehnik, dan keterampilan yang dikuasainya. Kemampuan ini sangat penting dan bermanfaat
ketika fasilitator berada dalam situasi seperti di Indonesia sekarang ini. Seorang fasilitator
dapat mempraktekkan kemampuan fasilitasinya untuk membantu perseorangan, keluarga,
kelompok anak muda, komunitas hobi tertentu, dan lain-lain, serta menghadirkan semangat
untuk terus berinovasi, berkreatifitas, mencari alternatif solusi, dan bekerja sama. Fasilitasi
dapat membantu orang-orang untuk merencanakan sesuatu dan memecahkan masalah. Bisa
dibayangkan apa yang akan terjadi, jika semakin banyak orang mampu memfasilitasi. Tentu,

310
kemacetan-kemacetan ide dan gagasan seperti yang sekarang ini terjadi dapat diterobos
dengan kekuatan fasilitasi. Perubahan sosial dapat dibayangkan akan terjadi di mana-mana.

Fasilitator adalah “agen perubahan”.

Fasilitator Memanusiakan Pertemuan

Karakter utama seorang fasilitator yang baik adalah netral pada subtansi (content neutral).
Netral pada substansi berarti ia tidak mengambil posisi pada isu yang sedang dibicarakan dan
tidak memiliki kepentingan pada hasil yang dicapai dari proses diskusi tersebut.

Peran utama seorang fasilitator adalah menjadi pemandu proses. Ia selalu mencoba proses
yang terbuka, inklusif, dan adil sehingga setiap individu berpartisipasi secara seimbang.

Fasilitator juga menciptakan ruang aman dimana semua pihak bisa sungguh-sungguh
berpartisipasi.

Kekuatan seorang fasilitator adalah menjadi Netral pada substansi dan pemandu proses.

Gambar berikut menunjukkan perbedaan peran antara fasilitator dan peran-peran lain yang
sering disandingkan seperti penyuluh, pendamping, pengamat dan narasumber.

Tujuan dan tantangan menjadi Netral pada substansi (content neutral)

Mengapa penting menjadi netral pada substansi? Ketika melakukan fasilitasi Anda tidak boleh
memberikan nasehat. Bahkan ketika diminta oleh peserta agar memberikan jawaban atau
nasehat. Memberikan nasehat berarti Anda memberitahu kelompok apa yang menurut Anda
sebaiknya mereka lakukan (atau tidak). Ketika memberikan nasehat, Anda dipengaruhi oleh
nilai-nilai pribadi Anda, dan ada kesan bahwa apa yang Anda sampaikan adalah lebih baik
daripada pikiran kelompok.

Dengan memberikan nasehat berarti Anda mengabaikan keragaman pendapat dalam


kelompok. Keputusan yang diambil kelompok selalu berbeda-beda karena pengalaman
anggota kelompok berbeda-beda pula.

311
Apa tantangan menjadi netral pada substansi? Apa yang Anda lakukan saat Anda diminta
memberikan nasehat sebagai seorang fasilitator?

Anda dapat menggunakan beberapa contoh tanggapan atau pertanyaan tidak langsung berikut
ini:

 Apa ada pilihan-pilihan lain atau alternatif yang bisa Anda pikirkan?
 Apa keuntungan dan kelemahan pilihan- pilihan ini menurut pendapat Anda?
 Bagaimana kalau Anda mencoba menjawab pertanyaan itu sendiri?
 Apakah ada anggota kelompok yang ingin memberikan usulan?
 Apakah Anda meminta opini saya?

Peran penting lainnya

Selain berperan sebagai pemandu proses, fasilitator memiliki peran penting lainnya sebagai
“Tool Giver” atau pemberi alat bantu. Untuk memudahkan sebuah proses mencapai
tujuannya, fasilitator bisa menciptakan atau membuat alat-alat bantu sederhana agar proses
dialog atau diskusi menjadi lebih mudah dan lebih cepat.

Biasanya alat-alat bantu itu berupa pertanyaan-pertanyaan kunci yang sederhana dan bisa
membantu peserta mulai saling berdialog dan berdiskusi.

Selain sebagai pemberi alat bantu, peran fasilitator juga sebagai “Process Educator” atau
“pendidik proses”. Pada kehidupan sehari-hari orang senantiasa mengejar tujuannya masing-
masing. Pada gilirannya seringkali para penyewa tenaga fasilitator lebih suka membicarakan
hasil sebuah pertemuan daripada membicarakan prosesnya.

Untuk itu peran penting fasilitator adalah berdakwah tentang proses. Mengapa? Karena,
sistem pendidikan yang kita anut lebih cenderung mengajarkan tentang hasil. Semisal 4 X 4 =
berapa? Bukan bagaimana cara Anda menghitung untuk memperoleh angka 16. Demikian pula
pada proses pertemuan atau lokakarya yang penting adalah mendidik para penyewa tenaga
fasilitator bagaimana cara mencapai hasil yang diinginkan dalam suatu pertemuan. Bagaimana
dengan keahlian yang dimiliki seorang fasilitator? Jika Anda tidak bisa memberikan
pengetahuan kepada mereka, lantas bagaimana dengan keahlian atau kepakaran yang Anda
miliki? Penting diingat bahwa etika di atas bukan larangan bagi Anda untuk menyampaikan
pengetahuan atau keahlian atau kecakapan yang Anda miliki kepada kelompok. Jika anda
seorang sarjana ekonomi dan diminta kelompok menjelaskan tentang seluk beluk pasar bebas
atau globalisasi, Anda bisa saja berbagi pengetahuan dengan mereka. Tetapi, pada saat
melakukan hal tersebut, Anda tidak berperan sebagai seorang fasilitator.

Peran Fasilitator adalah berdakwah tentang proses

312
SIKAP-SIKAP DASAR FASILITATOR

Apakah sikap itu?

Sikap merupakan kombinasi dari nilai-nilai, keyakinan dan opini seseorang. Sebagai manusia
kita seringkali membicarakan sikap orang lain, tetapi tidak mau memikirkan sikap kita sendiri.
Antara lain ini disebabkan oleh sulitnya mengukur sikap dan seringkali sikap kita lebih nampak
bagi orang lain daripada bagi kita sendiri.

Sikap ditunjukkan dengan beberapa cara:

 lewat kata-kata dan pendapat


 lewat nada suara
 lewat bahasa tubuh
 lewat perilaku dalam kelompok
 lewat raut muka

Mengapa sikap-sikap tertentu penting bagi fasilitator?

Ada beberapa sikap yang menjadi dasar fundamental bagi seseorang untuk menjadi fasilitator
andalan. Seorang fasilitator akan selalu berada dalam situasi dimana kelompok yang difasilitasi
terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang beragam.

1. Minat atau kepedulian terhadap situasi dan kehidupan orang lain.


Berpikirlah sejenak tentang bagaimana perasaan Anda ketika sedang menceritakan
sesuatu tetapi yang mendengarkan tidak peduli. Kecil sekali kemungkinannya bahwa di
kemudian hari Anda ingin bertemu lagi dan bekerja sama dengannya, kecuali jika terpaksa
dan sudah pasti Anda tidak akan menceritakan hal yang sama kepadanya lagi. Orang lain
akan merasa lebih percaya diri untuk bercerita kepada Anda jika mereka merasa bahwa
Anda peduli terhadap kehidupan mereka, bukan hanya terhadap aspek-aspek yang
berkaitan dengan pekerjaan Anda.

2. Empati berarti Anda mampu menempatkan diri dalam situasi yang dihadapi orang lain
guna memahami perspektif mereka terhadap isu tertentu. Empati penting ketika kita
bekerja dengan komunitas untuk bisa mengerti keragaman kondisi, situasi dan
kepentingan mereka. Ini kadang-kadang sulit dilakukan karena kita harus bebas dari
asumsi- asumsi serta persepsi-persepsi orang lain dan harus bekerja keras untuk
menempatkan diri kita dalam posisi mereka. Tantangan yang dihadapi ketika memfasilitasi
kelompok dan bekerja dalam sebuah komunitas adalah Anda harus berempati dengan
banyak orang secara bersama-sama! Tetapi, jika Anda bisa mengembangkan sikap ini,
Anda akan menemukan bahwa lebih banyak orang yang akan percaya pada Anda dan oleh
karenanya juga lebih responsif. Tantangannya adalah bagaimana bersikap empati tetapi
tetap menjaga kenetralan.

3. Selalu positif berarti bahwa apapun pandangan, pendapat, perilaku, gender ataupun latar
belakang seseorang, Anda harus selalu menghormati keunikan setiap individu dan
menghargai potensi yang dimilikinya. Anda harus menerima orang lain sebagaimana
adanya jika Anda bekerja sama dengan mereka sebagai seorang fasilitator. Ini bukan
berarti Anda harus menyukai atau setuju dengan mereka. Anda sudah bisa bayangkan
bahwa ini tidak mudah karena mungkin ada orang-orang yang membuat kita terganggu.

313
Tetapi Anda harus menyadari bahwa jika Anda tidak dapat menghargai dan menghormati
orang yang kita anggap sulit, Anda tidak bisa memfasilitasi mereka.

4. Percaya penuh pada potensi kelompok mengandung makna bahwa seorang fasilitator
harus percaya kelompok yang difasilitasinya mempunyai kemampuan untuk mencari jalan
atau solusi atas permasalahannya sendiri. Ini berarti, apapun komposisi kelompok itu,
Anda percaya bahwa jawaban atas permasalahan mereka ada di dalam kelompok dan
peran Anda sebagai fasilitator adalah membantu mereka menemukannya.

Tentunya ada banyak sikap positif lain yang berguna bagi seorang fasilitator. Tetapi, keempat
sikap ini adalah yang paling esensial. Sebagus apapun kecakapan Anda sebagai fasilitator, jika
sikap Anda tidak mendukung maka Anda akan menghadapi kesulitan.

KETERAMPILAN DASAR FASILITASI

1. SENI BERTANYA

Cara pandang Anda tidak membantu! Salah satu kesalahan terbesar seorang fasilitator
adalah memaksakan gagasannya sendiri pada kelompok yang sedang mencari jalan keluar
dari satu masalah. Ini sering terjadi karena si fasilitator mempunyai lebih banyak
pengalaman dibandingkan dengan anggota kelompok dan mungkin sudah melihat situasi
serupa di tempat lain di masa lampau. Seorang fasilitator selalu menghadapi godaan untuk
mendesak kelompok agar mengikuti cara pandang si fasilitator.

Fasilitator harus menyadari bahwa dalam banyak situasi kita bekerja dengan peserta-
peserta yang sudah berpengalaman, dan karena itu kita harus mengesampingkan
pandangan atau cara pandang kita sendiri dan tetap netral dalam membantu mereka.

Bagaimana pertanyaan-pertanyaan fasilitator dapat membantu kelompok menganalisis


masalah mereka sendiri?

Kalau sebagai fasilitator kita tidak boleh memberikan jawaban kita sendiri terhadap
masalah sebuah kelompok, bagaimana kita bisa membantu mereka? Sebagai satu titik
awal, kita bisa menggunakan beberapa pertanyaan untuk merinci lebih jauh masalah yang
sedang dibahas dan secara perlahan mendorong kelompok untuk menganalisis masalah
itu.

Kombinasi pertanyaan-pertanyaan terbuka secara sekuensial seperti yang digambarkan


dalam model tehnik bertanya bisa membantu kita. Pastikan bahwa ketika bertanya Anda
tidak memasukkan gagasan Anda sendiri dalam pertanyaan itu. Misalnya, “Apakah Anda
pernah mencoba ......?” atau “Menurut saya, menggunakan pupuk itu cara terbaik.
Bagaimana menurut Anda?”

314
SEGITIGA BERTANYA

Enam pertanyaan pembantu: Siapa, Dimana, Kapan, Apa, Bagaimana, dan Mengapa dapat
juga dilihat dengan cara lain sebagaimana digambarkan pada model di atas. Pertanyaan
pembantu dapat membantu Anda mencari berbagai jenis informasi dan mendorong
terciptanya pemahaman bersama antar anggota kelompok dengan cara yang berbeda-
beda.

Pertanyaan “mengapa” merupakan pertanyaan paling intens karena menggali apa yang
menjadi nilai atau keyakinan kita dan jawabannya bisa jadi sangat personal sifatnya.
Meskipun sangat penting bagi anggota kelompok untuk memahami nilai-nilai dan
keyakinan sesama nggotanya, kadang-kadang pertanyaan “mengapa” bisa dipandang
sebagai agresif atau defensif. Sebagai seorang fasilitator, Anda harus sadar tentang kapan
menggunakan pertanyaan “mengapa”. Anda masih bisa mendorong terjadinya sharing
nilai atau keyakinan dengan menggunakan model segitiga untuk bertanya. Misalnya,
daripada langsung bertanya, “mengapa” Anda bisa bertanya, “Apa yang mendorong Anda
untuk berpendapat seperti itu?” atau “Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu?”

Model segitiga bertanya ini dapat juga digunakan untuk menganalisis masalah dan
membantu pencarian solusi atau pemecahan masalah tersebut.

Kiat Menciptakan Pertanyaan yang Indah

Latar Belakang Identifikasi Masalah


 Apa yang sudah Anda persiapkan  Apa yang Anda lihat sebagai masalah?
untuk………..?  Apa yang Anda lihat sebagai hambatan
 Apa yang sudah pernah Anda coba selama utama?
ini?  Apa paling membuat Anda khawatir
 Bisakah Anda mengingat bagaimana hal terhadap….?
itu terjadi?  Apa yang Anda pertimbangkan sebagai
 Apa yang membuat Anda melakukan ini kesulitan utama?
semua?

315
Mencari Contoh Penggambaran (Deskripsi)
 Bisa Anda memberikan sebuah contoh?  Seperti Apa, coba gambarkan?
 Apa contohnya?  Ceritakan saya tentang hal itu?
 Seperti apa, misalnya?  Apa yang terjadi?
 Bisakah Anda memberikan gambarannya?  Bisa Anda ceritakan dengan bahasa Anda
sendiri?
Penilaian Klarifikasi (Meminta Kejelasan)
 Bagaimana perasaan Anda tentang hal ini?  Bagaimana pendapat Anda jika hal ini
 Bagaimana Anda menilai hal itu? Anda anggap tidak masuk akal?
 Apa yang membuat hal ini seperti ini?  Apa yang membuat Anda bingung, bisa
 Apa yang menurut Anda terbaik dari hal dijelaskan?
itu?  Bisakah Anda jelaskan Apa yang Anda
maksud dengan …?
 Apa maksudnya?
Alternatif Explorasi (Penggalian)
 Apa ada kemungkinan lain?  Bagaimana jika Anda menjelaskan lebih
 Jika Anda memiliki pilihan Apa yang akan lanjut hal itu?
Anda lakukan?  Apa ada sisi pandang lain untuk
 Apa jawaban yang paling mungkin? menjelaskan hal itu?
 Apa yang akan terjadi jika Anda lakukan  Apa reaksi Anda terhadap hal ini?
dan Anda tidak lakukan hal itu?

Pendalaman Perencanaan
 Bisa Anda ceritakan lebih lanjut?  Bagaimana Anda memperbaiki situasi ini?
 Apa lagi?  Apa yang Anda rencanakan untuk
 Adakah hal lain yang ingin Anda mengatasi hal itu?
tambahkan?  Apa yang Anda lakukan dalam kasus
 Apa yang bisa Anda lakukan dalam kasus seperti itu?
seperti ini?  Apa rencana yang Anda butuhkan untuk
 Gagasan apalagi yang Anda miliki? melakukan hal itu?
Prediksi dan Hasil Alasan
 Apa yang Anda pikirkan akan bisa  Apa alasan Anda memilih langkah ini?
berhasil?  Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?
 Apa yang pasti memiliki dampak besar?  Mengapa Anda begitu yakin dengan
 Apa yang terjadi jika hal ini dilakukan atau kegiatan ini?
hal ini tidak dilakukan?
 Apa alur pikir dari kegiatan ini?
Kegagalan Relasi
 Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak  Bagaimana hal ini cocok dengan
berhasil? perencanaan Anda?
 Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak  Bagaimana hal ini berpengaruh pada
bekerja? kerjaan Anda?
 Bagaimana hal ini bisa berbeda dengan  Bagaimana hubungan antara dua
gagasan awal? perencanaan yang berbeda?
 Apa ada rencana baru?

316
Evaluasi
 Apakah hal ini baik, buruk atau sedang-
sedang saja?
 Sesuai dengan ukuran Anda, apakah
kegiatan berhasil?

2. SENI MENGGALI LEBIH DALAM

Seni menggali lebih dalam termasuk dalam ketrampilan dasar fasilitasi. Biasa juga disebut
probing. Teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam lagi dan menjaga agar orang
tetap berbicara. Seni probing dapat dikatakan sebagai teknik wajib bagi para fasilitator. Ini
karena probing dapat membuat sebuah perbedaan positif – di tingkat kualitas dan
kedalaman – serta, tidak membiarkan diskusi sebuah kelompok macet. Sebagai contoh,
ketika diskusi melebar ke kemana-mana sehingga orang kehilangan benang merah,
probing dapat digunakan untuk memindahkan diskusi pada hal-hal yang lebih detil dan
spesifik.

 Cara probing membantu kelompok.


 Mencari akar masalah;
 Mencerahkan anggota kelompok yang lain;
 Mengeksplorasi perhatian atau gagasan;
 Mendorong anggota kelompok untuk mengeksplorasi gagasan secara lebih
mendalam dan untuk menolong proses berpikir mereka sendiri;
 Membuka kelompok agar lebih jujur membagi informasi dan perhatian;
 Menaikkan tingkat kepercayaan di dalam kelompok;
 Membongkar fakta-fakta kunci yang belum keluar;
 Meningkatkan kreatifitas dan berpikir positif;

Komunikasi non verbal juga dapat digunakan untuk melakukan probing: menganggukkan
kepala, menjaga kontak mata langsung, dan tetap berdiam diri. Cara ini seringkali lebih
menyemangati anggota kelompok untuk mengeksplorasi pemikirannya lebih lanjut. Teknik
verbal untuk menggali lebih dalam bisa dalam bentuk sederhana “O ya” atau “Hmm”. tapi
bisa juga sampai pertanyaan atau permintaan langsung, seperti:

 “Kenapa begitu?”
 “Kenapa mikir begitu?”
 “Bisa tolong ceritakan lebih detil soal…”
 “Ini ada hubungannya tidak dengan yang dikatakan Joko tadi pagi?”
 “Tolong terangkan apa yang dimaksud dengan...”
 “Bisa lebih spesifik?”
 “Bisa kasih contoh?”
 “Apa yang terjadi kemudian?”

Gunakan pertanyaan dan permintaan ini secara selektif. Jika tepat penggunaannya, teknik
probing ini akan menjadi pembuka jalan. Ini memang teknik yang sangat penting dan

317
berguna. Pun begitu, jangan terlalu sering melakukan probing. Karena, ini akan
menyebabkan hal-hal berikut:

 Anggota kelompok merasa diinterogasi;


 Anggota kelompok yang lain merasa tidak dipedulikan ketika Anda terlalu lama mem-
probing salah satu anggota;
 Anda bisa kehilangan, atau hampir hilang, netralitas;
 Ini akan muncul jika Anda punya agenda tersembunyi;
 Probing juga dapat membuat orang berputar- putar di satu tempat saja, tidak
kemana- mana.

3. SENI MEMBUAT IKHTISAR

Seni membuat ikhtisar ini disebut juga parafrase. Teknik ini berarti mengulang, dalam
bahasa Anda sendiri, apa yang telah dikatakan seseorang. Parafrase sangat berguna untuk
memeriksa pemahaman dengan si pembicara. Ketika fasilitator mengulang kalimat-
kalimat si pembicara, peserta yang lain juga akan saling memeriksa pemahaman mereka
atas apa yang dimaksudkan pembicara. Jika Anda salah menangkap pesan yang dimaksud,
si pembicara akan dapat langsung memperbaiki kesalahpahaman itu.

Contoh kalimat parafrase sebagai berikut: “Baik, Bu Yuli. Kalau saya tidak salah, Anda tadi
mengatakan…”.

Gunakan teknik ini terutama untuk menaikkan kesepahaman di dalam sebuah kelompok.
Tapi, hati-hati, jangan gunakan parafrase untuk “menyelipkan” opini Anda. Juga, hindari
kesan bahwa Anda berusaha untuk memperbaiki, atau menambahkan, apa yang telah
dikatakan pembicara. Prinsipnya sederhana, kata-kata yang dikeluarkan anggota
kelompok haruslah dihargai dan didengar langsung dari orang yang bersangkutan dan
parafrase sebagai media penghormatannya. Parafrase paling cocok digunakan untuk
membantu kalimat-kalimat peserta yang tidak jelas, terlalu abstrak, konsep tidak terang,
atau mempunyai terlalu banyak ide. Contoh kalimat parafrase.

 Kalimat tidak jelas: “Coba kita lihat, Risma, supaya tidak salah mengerti, tadi Anda
mengatakan ….”
 Terlalu banyak ide: “Saya pikir saya tadi mendengar ada beberapa ide yang mau kita
tangkap. Pertama, saya dengar Anda mengatakan …. Benar begitu? (Setelah
menangkap ide): “Selanjutnnya, saya juga mendangar Anda juga mengatakan…?
Apakah ini juga akan kita ambil?”

Dalam beberapa kasus, seni membuat ikhtisar ini tidak perlu dilakukan, terutama jika
Anda sudah mencatat input anggota di flip chart atau white board. Hindari memparafrase
setiap input orang. Teknik terbaik yang bisa dilakukan, mendengar secara aktif dan
mencatat kata-kata kunci pembicara.

318
Beberapa tips cara menggunakan seni membuat ikhtisar ini:

• Parafrase hanya untuk memeriksa pemahaman;


• Jangan menggunakan parafrase untuk memperbaiki kalimat-kalimat
pembicara;
• Hindari menambah atau mengubah apa yang dikatakan pembicara;
• Jika mungkin, gunakan kata-kata si pembicara setepat mungkin;
• Parafrase digunakan ketika Anda pikir ada anggota kelompok yang tidak
mendengar apa yang dikatakan si pembicara.

4. SENI MENGAITKAN (PERNYATAAN & KOMENTAR)

Seni mengaitkan atau referencing back mendorong anggota untuk mengetahui dan
membangun di atas salah satu ide yang lain. Ini juga memberi kesempatan untuk tidak
setuju dan menunjuk perbedaan di antara ide-ide yang ada. Teknik ini juga mendorong
partisipan untuk mendengarkan satu sama lain. Kadang kala, partisipan mengulang apa
yang telah dikatakan sebelumnya karena mereka tidak mendengar apa yang dikatakan
atau ingin mengatakan dengan caranya sendiri. Dengan menunjukkan komentar mirip
yang telah disampaikan peserta lain sebelumnya, para peserta didorong untuk mendengar
lebih teliti dan mengkaitkan komentar-komentar mereka pada apa yang telah dikatakan
orang lain.

Keuntungan lainnya, referencing back dapat dikatakan sebagai demonstrasi bahwa Anda
mendengarkan setiap orang dan memberi perhatian pada para peserta atas komentar-
komentar mereka. Ini memang fakta yang menyedihkan, ini biasa disebut referencing
back. Ini teknik untuk mengkaitkan satu komentar peserta pada pernyataan-pernyataan
anggota yang lain sebelumnya. Ketika peserta pertemuan mengatakan sesuatu yang mirip
dengan komentar yang telah dikatakan lebih dulu, Anda bisa mengatakan: “Ini mungkin
masih nyambung dengan yang dikatakan Andri tadi siang. Adri, bagaimana pendapat
Anda?” atau “Ini mirip dengan pendapat Bakri tadi pagi. Kok, bisa nyambung ya?”

Ini juga teknik yang bagus untuk menyeimbangkan partisipasi. Anda mungkin memilih
referencing back pada sebuah ide yang dikatakan oleh anggota kelompok yang pendiam
atau seseorang yang tidak dalam posisi berkuasa dalam organisasi. Ini sebagai cara untuk
memberikan penghargaan dan respek karena telah membagi gagasan.

5. SENI MENGAMATI

Observasi atau pengamatan adalah kemampuan untuk: mengamati apa yang sedang
terjadi tanpa menghakimi memahami tanda-tanda non-verbal seseorang dan kelompok
secara objektif Mengapa ini penting? Seringkali kita menyampaikan sesuatu dengan kata-
kata tetapi sebetulnya secara nonverbal ada pesan lain yang disampaikan. Ini terjadi
karena lebih mudah mengendalikan kata-kata kita dibandingkan dengan kelakuan kita.
Sebagai seorang fasilitator, pengamatan memberikan peluang bagi Anda untuk
mengetahui apa yang dipikirkan atau diyakini seseorang dari perilakunya. Sesungguhnya
komunikasi non- verbal dapat menyampaikan pesan-pesan yang sangat kuat. Apa saja

319
yang dapat diamati? Di dalam sebuah kelompok, orang akan berinteraksi dengan cara
yang berbeda-beda. Bukan saja karena apa yang dikatakan berbeda tetapi juga karena
dipengaruhi bagaimana sesuatu dikatakan. Sebagai fasilitator pengamatan dilakukan pada
tingkat:

Individu Kelompok
• Penggunaan suara: berbisik, berteriak • Siapa mengatakan apa?
• Gaya komunikasi: pernyataan, pertanyaan • Siapa melakukan apa?
• Ekspresi muka: menguap, tersenyum • Siapa melihat pada siapa ketika
• Kontak mata: menghindar atau mengajak berbicara?
• Gerakan tubuh: jenis gerakan seperti dengan • Siapa yang menghindar kontak mata?
tangan dan kaki • Siapa duduk dekat siapa?
• Postur tubuh: bagaimana orang duduk atau • Siapa menghindar dari siapa?
berdiri • Bagaimana tingkat energi kelompok?
• Bagaimana tingkat minat kelompok?

Pengamatan yang baik akan membantu Anda untuk


• Mendapat gambaran tentang perasaan dan sikap para peserta
• Memantau dinamika, proses-proses dan partisipasi kelompok

Karenanya, sangat penting bagi Anda sebagai fasilitator untuk mengembangkan


ketrampilan mengamati jenis-jenis komunikasi non-verbal. Anda harus melakukannya
dalam waktu singkat, dan tanpa diketahui oleh yang lain.

6. SENI MENYIMAK

Sifat “dua arah” dari komunikasi, yang penting untuk meningkatkan pemahaman antar
pihak, seringkali diabaikan orang. Ketrampilan menyimak adalah ketrampilan kunci
seorang fasilitator karena cara Anda menyimak mempunyai arti bagi orang yang sedang
berbicara dan membantu meningkatkan kualitas komunikasi antara Anda dan orang itu.
Disamping itu, fasilitator juga bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas komunikasi
dalam kelompok, dan membantu anggota kelompok saling menyimak dengan lebih baik.

Beberapa hal penting yang perlu diingat ketika menyimak :

Tunjukkan empati dan minat

Dengan kata lain, tunjukkan bahwa Anda sedang menyimak. Caranya antara lain dengan
bahasa tubuh Anda. Bayangkan diri Anda berada dalam posisi orang yang sedang bicara,
dan berusahalah untuk memahami apa yang sedang mereka pikirkan. Perhatikan kata-
katanya, dan jangan banyak bicara, biarkan orang itu menyampaikan apa yang ingin
diungkapkannya. Berikan dukungan dengan memberikan fokus perhatian pada orang itu,
dengan menganggukkan kepala, atau dengan kata-kata dukungan. Jangan menyela!

320
Menyimaklah dengan aktif

Menyimak bukan berarti mendengar dengan pasif. Melainkan, Anda harus aktif
mendengarkan seluruh pesan yang ingin disampaikan pembicara. Antara lain dengan:
• Perhatikan bahasa tubuh orang yang sedang berbicara dan kaitkan dengan pesan yang
mereka sampaikan
• Perhatikan jenis kata yang digunakan.
• Gunakan tehnik parafrase untuk memastikan bahwa Anda paham
• Ajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mendukung pembicara menyampaikan
informasi lebih dalam atau alasan di belakangnya.

Menyimak secara baik lebih sulit dari dugaan kita

Menyimak nampaknya mudah dilakukan. Tetapi dalam realitas, saat kita merasa sudah
menyimak, seringkali ternyata kita hanya mendengar apa yang ingin didengar! Hal ini
bukan proses sadar, bahkan sangat alamiah. Untuk menyimak dengan hati-hati dan secara
kreatif, Anda harus bisa menemukan aspek-aspek positif, isu, serta masalah yang
diungkapkan pembicara.Kesulitan dalam menyimak sering dihadapi antara lain disebabkan
hambatan-hambatan terhadap kemampuan atau keinginan kita untuk menyimak.

Berikut ini disampaikan beberapa hal yang menghambat orang untuk menyimak dengan
baik. Dengan menyadari adanya hambatan- hambatan ini, diharapkan Anda bisa juga
mencari jalan untuk mengatasinya

1. Menyimak hidup-mati
Kebiasaan menyimak yang tidak baik ini muncul dari fakta bahwa kebanyakan orang
berpikir sekitar 4 kali lebih cepat dibanding rata- rata orang bisa bicara. Jadi pendengar
memiliki kira-kira 3/4 menit ‘waktu berpikir tersisa’ untuk tiap menit kegiatan
menyimak. Kadang mereka menggunakan waktu ekstra ini untuk berpikir tentang hal-
hal pribadinya dari pada untuk menyimak dan merumuskan apa yang harus pembicara
katakan. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan ucapan, bahasa tubuh seperti
gerakan, dan cara bicara dll.

2. Menyimak Bendera Merah


Untuk beberapa orang, kata-kata tertentu bisa memancing emosi seperti banteng jika
melihat bendera merah. Ketika mereka mendengarnya, mereka menjadi marah dan
berhenti menyimak. Istilah ini mungkin ada dalam setiap kelompok peserta, tetapi ada
kata- kata tertentu yang agak umum seperti istilah suku primitif, orang hitam,
kapitalis, komunis, dll. Beberapa kata-kata sangat ‘bermuatan’ sehingga pembicara
langsung tidak didengar. Pendengar kehilangan kontak dengannya dan gagal untuk
mengembangkan pemahaman terhadap orang tersebut.

3. Menyimak dengan kuping terbuka – pikiran tertutup


Kadang-kadang ‘pendengar’ memutuskan dengan cepat bahwa baik subjek atau
pembicara bosan, dan apa yang sedang dikatakan tidak masuk di akal. Sering mereka
mengambil kesimpulan bahwa mereka bisa meramalkan apa yang diketahui
pembicara atau apa yang akan dikatakan; jadi mereka menyimpulkan bahwa percuma

321
menyimak karena mereka tidak akan mendengar sesuatu yang baru jika mereka
melakukannya.

4. Menyimak dengan melamun


Kadang-kadang ‘pendengar’ melihat orang dengan tajam, dan kesannya sedang
menyimak meskipun pikiran mereka mungkin menuju pada hal lain atau jauh di sana.
Mereka tenggelam di dalam kenyamanan pikiran mereka sendiri. Mata mereka
seakan-akan melamun, dan sering muka mereka menampilkan wajah sedang
bermimpi atau dengan pikiran yang kosong. Jika kita perhatikan banyak peserta
terlihat dengan mata melamun dalam sesi, kita harus menemukan saat yang tepat
untuk berisitirahat atau merubah irama.

5. Menyimak “isu-terlalu-berat”
Ketika menyimak ide-ide yang terlalu kompleks dan rumit, kita sering harus memaksa
diri untuk mengikuti diskusi dan benar-benar berusaha untuk memahaminya.
Menyimak dan memahami apa yang dikatakan orang, mungkin membuat kita
menemukan bahwa topik dan pembicaranya cukup menarik. Apabila ada satu orang
atau beberapa orang yang tidak memahami, maka peserta lain bisa diminta untuk
menjelaskan atau jika mungkin, memberikan contoh.

6. Menyimak menggoyang keyakinan orang lain


Orang tidak suka kalau ide-ide, prasangka, cara pandang favorit mereka dirusak;
banyak yang tidak suka opini mereka ditentang. Jadi jika seorang pembicara
mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang mereka pikir atau percayai,
mereka mungkin secara tidak sadar berhenti menyimak atau bahkan bersikap
bertahan. Bahkan jika hal ini dilakukan dengan sadar, maka lebih baik kita berusaha
menyimak dan menemukan pikiran pembicara, dengan tujuan mendapatkan sisi lain
dari permasalahan. Dengan demikian kerja pemahaman dan tanggapan secara
konstruktif bisa dilakukan kemudian.

DINAMIKA KELOMPOK

Siklus Perkembangan Kelompok


Setiap kelompok membutuhkan waktu untuk berkembang menjadi sebuah tim. Ada beberapa
cara yang dapat ditempuh untuk membangun sebuah kelompok. Salah satu model yang dapat
membantu Anda sebagai seorang fasilitator mendorong terbangunnya kelompok adalah:

1. Forming
Tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Mungkin ada yang tidak
memilih untuk bergabung, tetapi diutus. Mungkin ada perasaan ketidakpastian atau
keresahan. Apakah saya cocok dengan anggota yang lain? Apakah orang lain akan menerima
saya?

Peran Fasilitator: Pastikan bahwa Anda membantu setiap anggota kelompok merasa
nyaman. Beri mereka waktu untuk saling berkenalan dan gunakan icebreaker.

322
2. Informing
Tahap penjelasan dimana anggota kelompok diberi penjelasan tentang tujuan dari tugas
yang akan dilakukan. Ada interaksi antar anggota karena mereka sadar bahwa mereka
menuju tujuan yang sama.

Peran Fasilitator: Bantulah kelompok dalam mencari titik pijak yang sama, dan membentuk
sendiri visi, misi serta tujuan kelompok. Gunakan kegiatan- kegiatan pengenalan dan
agenda yang jelas.

3. Storming
Tahap membangun dimana masing-masing anggota mulai mengambil peran. Ini merupakan
tahap yang penting karena mungkin terjadi uji coba, tarik-menarik, dan bahkan juga konflik..
Perebutan kekuasaan bisa juga terjadi. Benturan kepribadian mungkin ada dan
pertentangan terhadap pemimpin kelompok.

Peran Fasilitator : Berikan dukungan kepada seluruh kelompok. Kembangkan dan gunakan
tehnik-tehnik fasilitasi serta ingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok.
Usahakan agar tercipta keterbukaan dan keinginan untuk mengatasi konflik.

4. Norming
Tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur ditetapkan dan diterima. Identitas
peran disepakati bersama dan tercipta suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan
disetujui bersama.

Peran Fasilitator: Berikan bantuan dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki
atau sesuaikan norma dan serahkan kembali tanggung jawab kepada kelompok.

5. Mourning
Tahap akhir.Tugas sudah selesai dikerjakan, dan tujuan utama pembentukan kelompok
sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi sudah berakhir. Ada rasa sedih
dan anggota mulai memikirkan tugas lain.

Peran Fasilitator: Siapkan peserta agar bisa menghadapi transisi dari pembentukan
kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ritual perpisahan,
baik secara individu maupun sebagai kelompok. Gunakan beberapa metode umpan balik
akhir.

6. Transforming
Tim menjadi dinamis dan tidak statis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan
mulai ada perubahan baik di masing-masing anggota maupun pada kelompok secara
keseluruhan.

Peran Fasilitator: Tunjukkan dukungan dan rasa percaya pada kelompok. Hargai perubahan
yang terjadi dengan memberikan pujian tetapi jaga agar tidak berlebihan.

Setiap kelompok selalu memiliki dinamika sendiri.

323
Fasilitator berperan sebagai penyeimbang (balancing) agar dinamika kelompok dapat mencapai
hasil yang diinginkan (performing). Untuk membuat dinamika kelompok seimbang, Fasilitator
perlu melakukan kombinasi berbagai tehnik fasilitasi seperti menyimak, mengamati, bertanya,
probing, menyimpulkan, mengelola perbedaan pendapat, memberikan semangat (encouraging)
dan lain-lain.

Beberapa kiat yang dapat membantu fasilitator membangun kelompok:

• Belajar memahami sebanyak mungkin karakter dan sifat-sifat individu ketika ia menjadi
anggota kelompok.
• Mendorong peserta mengembangkan norma belajar yang bersifat insentif agarbenar-benar
menjadi rujukan semua peserta.
• Mengamati perkembangan kelompok dengan teliti dan mendorong peserta
• Menemukan normanya yang mampu mendorong kelompok mencapai tujuannya.
• Memberikan umpan balik kepada perilaku pribadi dan kelompok yang bisa mengganggu
tujuan kelompok.
• Membentuk kelompok diskusi yang benar- benar kecil dan memungkinkan semua
menyumbangkan pikiran dengan aman.
• Jangan malu meminta bantuan orang di luar kelompok jika memang diperlukan.

Manfaatkan Pendukung Anda

Fasilitator hendaknya kembali meyakini peran utama sebagai fasilitator. Pada situasi dinamika
kelompok yang sulit, fasilitator hendaknya mendorong peserta tidak bersengketa dengan
fasilitator. Untuk itu, fasilitator memanfaatkan perilaku peserta yang konstruktif. Manfaatkan
para pendukung Anda untuk mendorong kelompok mencapai puncak kinerjanya.

Jenis-jenis perilaku konstruktif dan ciri-cirinya


Inisiator Mengusulkan gagasan-gagasan baru untuk didiskusikan serta
pendekatan-pendekatan baru untuk mengatasi masalah
Pemberi Opini Menyampaikan pandangan-pandangan yang relevan dan
menawar-kan solusi lainnya.
Pembangun Membangun dari apa yang diusulkan orang lain.
Pemberi Klarifikasi Memberikan contoh-contoh relevan, menawarkan alasan,
mencari pengertian dan pemahaman, melakukan klarifikasi
atas masalah.
Penguji Mengangkat pertanyaan-pertanyaan untuk ‘menguji’ apakah
kelompok sudah siap mengambil keputusan.
Pembuat Kesimpulan Melakukan review atas diskusi dan menyimpulkannya.
Penantang Menantang kelompok agar berpikir kritis tentang gagasan
mereka sendiri.
Pereda Ketegangan Menggunakan humor atau meminta rehat pada saat-saat
yang tepat.
Pencari Kompromi Mengalah sewaktu dibutuhkan agar kelompok dapat
melangkah maju.

324
Pencipta Membantu menciptakan suasana harmonis.
Keharmonisan
Penjaga Gawang Menjaga agar komunikasi berjalan lancar dan mendorong
partisipasi.

Karakter Individu dan Cara mengatasinya

Berikut ini disampaikan tipe-tipe atau karakter individu di dalam sebuah kelompok dan cara
mengatasinya bila fasilitator menghadapi karakter peserta seperti berikut ini.

KARAKTER INDIVIDU TIPS


• Pendiam • Pada saat di luar ruang pertemuan, berikan semangat.
Orang pendiam harus dihargai • Berikan umpan balik pribadi secara tersendiri.
apapun partisipasi mereka. • Berikan kesempatan memperoleh materi sebelumnya
agar bisa mempersiapkan diri.
• Luangkan waktu bersama.
• Bersabarlah.
• Undang bicara dan cari tahu bagaimana pemahamannya
atas isi pertemuan.
• Dorong kelompok membantu ia belajar.
• Bentuklah kelompok diskusi kecil.

• Penghalang • Cari penyebabnya.


• Berikan umpan balik.
• Ingatkan tentang norma belajar dan jika perlu disesuaikan
bila akan mendorongnya lebih positif.
• Berikan tanggung jawab pada kelompok.
• Hadapi perilaku jika ia benar-benar menjadi penghalang.
• Dukung dan perkuat perilaku lain di dalam kelompok.
• Berikan kesempatan berbicara di luar pertemuan

• Agresor • Cari penyebabnya dan hilangkan jika memungkinkan.


• Berikan umpan balik.
• Ubah komposisi kelompok.
• Ingatkan kelompok tentang norma belajar.
• Hadapi perilakunya ketika terjadi dan perkuat perilaku
lain ketika terjadi.
• Bentuk kelompok alternatif non-agresif.
• Diskusikan akibat perilakunya dengan seluruh anggota
kelompok.

• Dominator Luangkan waktu • Berikan umpan balik.


• Catat tingkat partisipasinya.
• Buat kelompok bagi orang-orang yang bertipe sama.
• Bisa meminta ia diam beberapa saat.
• Undang agar ikut bertanggung jawab atas peran serta

325
yang lain.
• Kembangkan sikap asertif terhadap orang lain.

• Menarik Diri • Cari alasannya.


• Berikan peran saat memberikan tugas kepada kelompok.
• Perkuat, berikan semangat, dukung partisipasinya dan
berikan tanggung jawab khusus.
• Tempatkan pada kelompok yang mau memberikan
dukungan.
• Terima keputusannya dan bersabarlah.
• Dorong terus partisipasinya.

• Pelawak • Ingatkan kelompok akan manfaat dan penyalahgunaan


humor.
• Hadapi perilakunya.
• Berikan umpan balik – beri waktu agar bisa berubah.
• Dukung perilaku peserta yang berbeda dengan perilaku
orang ini.

• Penyendiri • Tunjukkan sikap menerima.


• Berikan umpan balik jika sesuai.
• Berikan dukungan khusus.
• Alokasikan peran atau tanggung jawab khusus.
• Dukung – ciptakan kesempatan untuk meraih
penghargaan.

326
LAMPIRAN : 1

LA 1 : Komunikasi Satu arah dan dua arah ( 45 menit)

Panduan :

Persiapan fasilitator

1. Siapkan cara untuk membagi kelompok, masing-masing peserta akan berpasangan dua-dua.
Satu orang akan berperan sebagai komunikator, pasangannya berperan sebagai komunikan
dan sebaliknya
2. Fasilitator dan co fasilitator berbagi peran untuk mendampingi masing-masing komunikan
dan komunikator

Langkah 1: Sampaikan kepada peserta bahwa “Kita akan melakukan kegiatan dalam kelompok
untuk memahami komunikasi yang efektif” Kegiatan akan dilakukan dalam 3 tahap.

Langkah 2 : Sampaikan instruksi sebagai berikut :

 Peserta di minta membagi diri masing-masing berpasangan dua orang-dua


orang dengan cara yang sudah dipersiapkan sebelumnya
 Minta kepada masing-masing pasangan untuk menentukan siapa yang akan
berperan sebagai komunikator/pembicara dan siapa yang akan berperan
sebagai komunikan/pendengar

Tahap pertama :

 Peserta yang berperan sebagai pembicara untuk ikut dengan co fasilitator keluar
ruangan dan ikuti instruksi yang disampaikan oleh Co Fasilitator. Sementara
peserta yang berperan sebagai pendengar tetap berada di ruangan dan
mengikuti instruksi dari fasilitator
 Bagi peserta yang berperan sebagai pembicara co fasilitator menginstruksikan
untuk menceritakan/menyampaikan topic apa saja terserah peserta yang akan
disampaikan kepada peserta yang berperan sebagai pendengar
 Bagi peserta yang berperan sebagai pendengar fasilitator menyampaikan
instruksi untuk menjadi pendengar yang pasif (Tidak memberikan respon apapu
baik verbal maupun non-verbal, bisa berpura-pura membaca, menerima
telepon, focus kepada hal lainnya dan lain-lain)
 Tanyakan apakah semua peserta memahami instruksi yang diberikan? Apabila
sudah beri kesempatan kepada peserta yang berperan sebagai pembicara untuk
memasuki ruangan. Mintalah kepada pasangan untuk melakukan apa yang
diintruksikan. Permainan ini dilakukan selama 2 menit.

327
Tahap kedua :

 Peserta yang berperan sebagai pembicara untuk ikut dengan co fasilitator keluar
ruangan dan ikuti instruksi yang disampaikan oleh Co Fasilitator. Sementara
peserta yang berperan sebagai pendengar tetap berada di ruangan dan
mengikuti instruksi dari fasilitator
 Bagi peserta yang berperan sebagai pembicara co fasilitator menginstruksikan
untuk menceritakan/menyampaikan topic apa saja terserah peserta yang akan
disampaikan kepada peserta yang berperan sebagai pendengar
 Bagi peserta yang berperan sebagai pendengar fasilitator menyampaikan
instruksi untuk menjadi pendengar yang mulai memberikan respon tetapi hanya
berupa respon non-verbal seperti anggukan kepala, senyum, angkat bahu dan
lain-lain
 Tanyakan apakah semua peserta memahami instruksi yang diberikan? Apabila
sudah beri kesempatan kepada peserta yang berperan sebagai pembicara untuk
memasuki ruangan. Mintalah kepada pasangan untuk melakukan apa yang
diintruksikan. Permainan ini dilakukan selama 2 menit.

Tahap ketiga :

 Peserta yang berperan sebagai pembicara untuk ikut dengan co fasilitator keluar
ruangan dan ikuti instruksi yang disampaikan oleh Co Fasilitator. Sementara
peserta yang berperan sebagai pendengar tetap berada di ruangan dan
mengikuti instruksi dari fasilitator
 Bagi peserta yang berperan sebagai pembicara co fasilitator menginstruksikan
untuk menceritakan/menyampaikan topic apa saja terserah peserta yang akan
disampaikan kepada peserta yang berperan sebagai pendengar
 Bagi peserta yang berperan sebagai pendengar fasilitator menyampaikan
instruksi untuk menjadi pendengar yang aktif memberikan respon baik
verbalmaupun non-verbal.
 Tanyakan apakah semua peserta memahami instruksi yang diberikan? Apabila
sudah beri kesempatan kepada peserta yang berperan sebagai pembicara untuk
memasuki ruangan. Mintalah kepada pasangan untuk melakukan apa yang
diintruksikan. Permainan ini dilakukan selama 2 menit.

Langkah 3 : Setalah ke tiga tahap selesai dilakukan tanyakan kepada seluruh peserta:

 Bagaimana proses tadi untuk memahami komunikasi yang efektif? Serta


bagaimana menjadi pendengar yang aktif?
 Apa yang memudahkan, apa yang menyulitkan dari proses tadi?

Langkah 4: Lakukan langkah pembelajaran berikutnya.

328
Lampiran: 2

LA 2 : Praktek Fasilitasi (50 menit)

Panduan:

Persiapan fasilitator:

1. Siapkan cara untuk membagi kelompok, peserta di bagi menjadi 3 kelompok dengan cara
yang sudah dipersiapkan
2. Siapkan 3 topik yang akan dipilih oleh kelompok pada saat praktek fasilitasi dalam amplop
tertutup atau dalam kertas yang digulung
3. Siapkan kertas bertuliskan angka 1 sampai 3 untuk menentukan urutan kelompok yang akan
tampil. Setelah ditulis gulung/lipat kertas tersebut.
4. Siapkan alat bantu yang mungkin diperlukan peserta seperti :
a. Kertas flipchart
b. Spidol warna warni
c. Selotip kertas
d. LCD
e. Laptop

5. Siapkan form penilaian

Langkah 1 : Sampaikan kepada peserta bahwa “Kita akan melakukan kegiatan praktek
fasilitasi di dalam kelompok kecil”

Langkah 2 : Bagi peserta menjadi 3 kelompok dengan cara yang sudah disiapkan.

Minta kepada setiap kelompok untuk menentukan siapa yang akan berperan
sebagai fasilitator.

Selanjutnya minta perwakilan kelompok untuk memilih satu topik fasilitasi dan
juga memilih urutan tampil dengan cara mimilih gulungan/lipatan kertas yang
berisi angka.

Beri kesempatan kepada seluruh kelompok untuk mempersiapkan alat dan


bahan fasilitasi selama 10 menit.

Langkah 3 : Setelah 10 menit minta kepada seluruh peserta untuk siap-siap tampil dimulai
dengan urutan pertama. Peserta yang telah ditunjuk sebagai fasilitator tampil
sebagai fasilitator sementara peserta lainnya tampil sebagai peserta pertemuan.
Fasilitator membagi peran tambahan untuk peserta yang berperan sebagai
peserta pertemuan seperti peran menjadi peserta yang dominan dlaam
pertemuan, peserta yang pasif, peserta yang sukanya melakukan interupsi, dan-
lain-lain. Peran ini tidak boleh diketahui oleh peserta yang berperan sebagai
fasilitator.

Sementara kelompok lainnya berperan sebagai pengamat. Bagikan form


penilaian kepada peserta kelompok lain.

329
Masing-masing kelompok diberi kesempatan melakukan fasilitasi selama 10
menit.

Setelah kelompok pertama selesai perwakilan kelompok lainnya yang berperan


sebagai pengamat menyampaikan hasil kesimpulan hasil pengamatannya. Beri
kesempatan kepada peserta yang berperan sebagai fasilitator untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai praktek yang baru saja disampaikan.

Selanjutnya persiapan untuk urutan berikutnya. Lakukan seperti kelompok


urutan pertama.

Langkah 4 : Pada akhir praktek fasilitasi sampaikan kepada peserta:


 Menanyakan perasaan yang dialami oleh peserta selama melakukan
mikrofasilitasi.
 Menyampaikan hasil pengamatannya terhadap proses pembelajaran yang
dilakukan.
 Berikan pujian dan tepuk tangan untuk seluruh yang telah menyelesaikan
praktek fasilitasi.

330
LAMPIRAN : 3

EVALUASI AKHIR SESI

Panduan :

 Sampaikan pertanyaan secara lisan satu persatu terkait dengan teknik fasilitasi
 Hindari peserta yang mendominasi jawaban, bisa dilakukan dengan permainan
 Hindari menunjuk orang tertentu
 Sediakan souvenir bagi peserta yang dapat menjawab

Pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud dengan Fasilitasi?


2. Apa yang dimaksud dengan Fasilitator?
3. Apa perbedaan penyuluh, fasilitator, narasumber dan pengamat?
4. Apa saja sikap dasar fasilitator?
5. Apa saja keterampilan dasar fasilitasi?

Apabila masih ada jawaban peserta yang belum tepat, fasilitator dapat menampilkan kembali
silde presentasi terkait.

331
Lampiran 4 :
SLIDE PRESENTASI

332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344

Anda mungkin juga menyukai