Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan
diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 36 minggu tidak
terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontriversial obstetric dan
kaitanya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan
meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayinya (buku kehamilan,
persalinan dan nifas, 2013).

Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden PROM
(prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan
aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran premature (WHO,
2014). Sampai saat ini KPD preterm masih merupakan masalah di dunia termasuk
Indonesia dan memerlukan perhatian yang besar, karena prevalensinya yang cukup
tinggi.

Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5%-6% dari seluruh kehamilan. Kejadian


ketuban pecah dini (KPD) di beberapa rumah sakit di Indonesia cukup bervariasi
yakni diantaranya : RS Sardjito sebesar 5,3%, RS Hasan Sadikin sebesar 5,05%, RS
Cipto mangunkusumo sebesar 11,2%, RS Pringadi sebesar 2,27% dan RS Kariadi
sebesar 5,10% (Sudarto, 2016)

Faktor penyebab KPD adalah infeksi genitalia, jumlah janin atau hamil kembar,
serviks yang inkompeten, hidramnion, disproporsi sefalopelvik, anemia, letak janin,
paritas ibu dan usia ibu. Secara teori, wanita usia remaja kurang dari 20 tahun yang
mengalami kehamilan juga dapat berisiko mengalami KPD .(Prasetyo, 2013)

Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distress pernafasan (RDS atau Respiratory Distress Syndrome), yang
terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi akan meningkat prematuritas,
asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali pusat), resiko kecacatan dan
hypoplasia paru janin pada aterm ( Rohmawati,2018)

Saat ini di kecamatan Cilongok, Banyumas terjadi tingkat KPD yang cukup
tinggi. Berdasarkan data yang didapat saat survey pada tahun 2017 terdapat 78 kasus
tentang ketuban pecah dini. Sedangkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada
akhir tahun 2018 terdapat 90 kejadian KPD.
Kejadian ketuban pecah dini (KPD) di Puskesmas 1 Cilongok pada tahun 2018
mengalami peningkatan. Jika dilihat dari data puskesmas 1 cilongok bahwa terjadinya
ketuban pecah dini dialami oleh usia kehamilan remaja <20th , tingkat pendidikan
masyarakatnya juga tergolong rendah untuk itu penelitian ini dimaksudkan untuk
menganalisis tingkat pengetahuan ibu hamil di puskesmas cilongok terhadap usia
kehamilan …………….yang berpengaruh pada Ketuban pecah dini .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, adapun rumusan masalah yang terdapat
dalam penelitian ini sebagai berikut :

“Apakah terdapat pengaruh tingkat pengetahuan dan usia kehamilan dengan


kejadian Ketuban Pecah Dini (KDP) di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan usia kehamilan dengan
kejadian Ketuban Pecah Dini (KDP) di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok
pada periode Tahun 2018”

2. Tujuan Khusus

a) Untuk menganalisis tingkat pengetahuan ibu hamil

b) Untuk menganailis usia kehamilan yang tetap

c) Untuk menganalisis kejadian ketuban pecah dini


d) Untuk menganalisis Pengaruh tingkat pengetahuan pada kejadian ketuban
pecah dini

e) Untuk menganlisis Pengaruh usia kehamilan pada kejadian ketuban pevah


dini

D. Manfaat penelitian ini adalah :

a) Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai Kejadian


ketuban pecah dini serta dapat mengaplikasikan teori keperawatan

b) Bagi Responden

Menambah pengetahuan dan wawasan bagi responden mengenai


pentingnya cara mencegah kejadian ketuban pecah dini

c) Bagi instasi terkait

Menjadi bahan informasi mengenai penyebab terjadinya kejadian


ketuban pecah dini di Puskesmas 1 Cilongok

d) Bagi ilmu pengetahuan

Dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahaun

a. Pengertian Pengetahuan
Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu manusia

terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu

objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu

objek tertentu (Surajiyo, 2010).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku tanpa didasari oleh pengetahuan (WHO

dalam Notoatmodjo, 2003).

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) meliputi 6

tingkatan adalah :

1) Tahu (Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai


apliksi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisa (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya yang satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat

dilihat dari kemampuan menjabarkan materi, membedakan,

memisahkan, dan mengelompokkan.

5) Sintesis (Synthesis)

Menunjukan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2012), adalah :

1) Faktor Internal
Adalah faktor yang berasal dari diri pribadi atau individu itu

sendiri. Berikut ini beberapa faktor internal yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain :

a) Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. pada umunya

semakin tinggi pendidikan seseorang. Makin mudah menerima

informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan pleh manusia.

Pekerjaan menjadi faktor penyebab seseorang untuk berperilaku

terhadap kesehatannya. Hal ini disebabkan karena pekerjaan menjadi

faktor resiko seseorang mengalami sakit maupun penyakitnya.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Wawan dan Dewi (2010),

usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan

sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

Adapun faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang

terdiri dari ;
a) Lingkungan

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang

berasal dari internal dan eksternal yang mempengaruhi dan berakibat

terhadap perkembangan dan perilaku seseorang dan kelompok.

b) Sosial Budaya

Sosial budaya yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi

sikap dan menerima informasi. Sosial termasuk di dalamnya

pandangan agama, kelompok etnis dapat mempengaruhi proses

pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk

memperkuat super egonya. Sosial budaya mempunyai pengaruh pada

pengetahuan seseorang, seseorang memperoleh suatu kebudayaan

dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini

seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu

pengetahuan.

c) Informasi/ Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012),

dibagi menjadi 2 cara adalah :

1) Cara Tradisional atau Nonilmiah

a) Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau


metode penemuan secara sistematik atau logis adalah dengan cara

non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

b) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orng sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka akan mencoba kemungkinan

lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal maka dicoba lagi dengan

kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial

(coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-

coba).

c) Cara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja

oleh orang yang bersangkutan.

d) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, para pemuka agama,

pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain,

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas,

yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi,

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan atau ilmuwan tanpa terlebih dahulu menguji atau


membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun

penalaran sendiri.

e) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman kepribadian dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang

daoat memecahkan masalahyang dihadapi, maka untuk memecahkan

masalah lain yang sama, orang dapat menggunakan atau merujuk cara

tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak

akan menggulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara lain,

sehingga berhasil memecahkannya.

f) Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemuka teori

atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang

tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,

atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila

anaknya berbuat salah. Ternyata cara menghukum anak ini sampai

sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman

adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi

pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and

punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang

untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

g) Kebenaran Melalui Wahyu


Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan

melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh

pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah

kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima

oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha

penalaran atau penyelidikan manusia.

h) Kebenaran Secara Intuitif

Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena

kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan

sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan

intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

i) Melalui Jalan Pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirnya, baik melalui induksi atau deduksi.

Induksi atau deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan

pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang

dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat

suatu kesimpulan.

(1) Induksi

Induksi adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang dimulai

dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat

umum. Dalam pembuatan kesimpulan berdasarkan pengalaman-

pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Karena proses

berpikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau


hal-hal yang nyata atau hal-hal yang kongret kepada hal-hal yang

abstrak.

(2) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduktif ini

berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai

pengetahuan yang khusus.

2) Cara Modern atau Ilmiah

Cara ini disebut metode pemilihan ilmiah atau lebih popular atau

disebut dengan metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacson (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Dallen, mengatakan bahwa dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi

langsung dan membuat catatan-catatan terhadap semua fakta

sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencangkup

tiga hal, yakni :

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada

saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang

berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

2. Usia Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional
(Prawirohardjo,2009)

Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin mulai sejak


konepsi sampai permulaan persalinan. Setiap bulan wanita melepaskan satu
sampai dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai
(fimbrae) dan masuk kedalam sel telur. Saat melakukan hubungan seksual, cairan
sperma masuk ke dalam vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki
rongga rahim lalu masuk ke dalam sel telur. Pembuahan sel telur oleh sperma
bisa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba falopii. Pada sekeliling sel telur
banyak terkumpul sperma kemudian pada tempat yang paling mudah untuk
dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur.
Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah
diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian
melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya berserang diruang rahim, peristiwa
ini disebut nidasi (implantasi). dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu
kira-kira 6-7 hari (Restyana 2012 dalam sumarmi,2015)

Proses kehamilan dimulai dengan kejadian konsepsi. Konsepsi adalah


bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau getasi
berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung
mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang terjadi
dua minggu setelahnya. (Kamariyah dkk,2014)

Tanda kehamilan menurut Manuaba (2010 : 107) dibagi menjadi 3 bagian,


yaitu :

a. Tanda tidak pasti kehamilan

1) Amenora (tidak dapat haid)


Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid
lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat
ditafsir umur kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan akan terjadi dengan
memakai rumus Neagie : HT-3 (bulan +7)

2) Mual dan muntah

Bisa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan


pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”

3) Mengidam (ingin makanan khusus)

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi


menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

4) Pingsan

Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya
hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

5) Anoreksia (tidak ada selera makan)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu


nafsu makan timbul lagi.

6) Mamae menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan pengaruh horman estrogen dan progesteron yang


merangsang duktus dan alveoli payudara.

7) Miksi sering

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh
uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua
kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih
ditekan oleh kepala janin

8) Kontipasi atau obstipasi

Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon sterroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air
besar.
9) Pigmentasi (perubahan warna kulit)

Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih
tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.

10) Epulis

Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada


triwulan pertama.

11) Varises (pemekaran vena-vena)

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi


penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi
disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.

b. Tanda kemungkinan Kehamilan

1) Perut membesar

Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai
pembesaran perut.

2) Uterus membesar

Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya
makin lama makin bunder.

3) Tanda Heger

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama


daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi
seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan
ismus menjadi panjang dan lebih lunak.

4) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina,


dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
5) Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata


tetapi didaerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan
uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan
pembesaran.

6) Tanda Braxton-Hicks

Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus


dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda braxton-Hicks tidak ditemukan.

7) Teraba ballotemen

Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda


adanya janin di dalam uterus.

8) Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic


gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi
hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini
mungkin.

c. Tanda pasti kehamilan

1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian
janin

2) Denyut jantung janin

a. Didengar dengan stetoskop-monoral laennec

b. Dicatat dan didengar dengan alat doppler

c. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

3) Dilihat pada ultrasonograf terlihat tulang-tulang janin dalam


fotorontgen
3. Ketuban pecah dini

a. Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebleum waktunya


(KPSW) sering disebut premature repture of the membrane (PROM)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan
pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5cm.
Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan
preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak
meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam
masalah obsetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan
anak serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan
bayi (Purwaningtyas, 2017).

b. Faktor Penyebab

a) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari,


namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat
membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari u

Anda mungkin juga menyukai