Anda di halaman 1dari 15

Analisis kepatuhan bidan dalam melakukan IMD pada proses persalinan di bidan

praktik mandiri di Kecamatan Bekasi Timur tahun 2014


1
Sri Dinengsih Sarniti2

Abstrak
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.
Berdasarkan penelitian WHO (2000) dienam negara berkembang, risiko kematian bayi antara
usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut disusui. Untuk bayi beusia dibawah 2 bulan,
angka kematian ini meningkat menjadi 48%. Inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22%
kematian bayi 28 hari. Dan inisiasi menyusu dini dapat mengurangi angka kematian balita
8.8%. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan bidan dalam melakukan IMD pada proses persalinan di bidan praktik mandiri di
Kecamatan Bekasi Timur tahun 2014. Metode yang digunakan penulis adalah metode
kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Yang dilaksanakan di wilayah Kecamatan
Bekasi Timur, pada bulan Juni-Juli 2014. Subjek penelitian adalah semua bidan praktik di
wilayah Kecamatan Bekasi Timur yang berjumlah 111 orang. Analisis menggunakan analisis
univariat (distribusi frekuensi), analisis bivariat (chi square), dan analisis multivariat (regresi
logistik sederhana). Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa bidan yang patuh sebanyak
50,5%, yang berumur 20-40 tahun (52,3%), yang berpendidikan rendah (61,3%), yang
berpengetahuan tinggi (91,9%), yang praktek ≥5 tahun (76,6%), yang pernah mengikuti
pelatihan (62,2%), yang mendapatkan dukungan teman sejawat (691,1%). Variabel yang
mempunyai hubungan yang signifikan dalam melakukan IMD yaitu variabel pendidikan,
pengetahuan dan pelatihan menunjukkan sedangkan yang tidak ada hubungan yang signifikan
adalah umur, lama bekerja, dan dukungan teman sejawat. Variabel yang paling dominan yiatu
pelatihan dengan (OR 3,98) setelah dikontrol oleh variabel pendidikan dan pengetahuan.
Disarankan bidan praktik mandiri melakukan IMD proses persalinan. Organisasi IBI agar
meningkatkan pembinaan dalam melakukan IMD. Agar ada pertemuan rutin secara berkala
sehingga akan memotivasi para bidan praktik mandiri untuk melakukan IMD

Daftar pustaka : 24 (1991-2012)


Kata kunci : Kepatuhan bidan, Inisiasi Menyusu Dini

PENDAHULUAN Menurut data Survei Demografi


A. Latar belakang Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKB
Inisiasi menyusu dini atau 34 per 1000 kelahiran hidup, AKN 19 per
permulaan menyusu dini adalah bayi 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per
mulai menyusu sendiri segera telah lahir. 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009).
Kontak antara kulit bayi dengan kulit Inisiasi menyusu dini berperan
ibunya dibiarkan setidaknya selama satu dalam pencapaian tujuan Milenium atau
jam segera setelah lahir, kemudian bayi Millenium Development Goals (MDGs)
akan mencari payudara ibu dengan
adalah membantu mengurangi angka
sendirinya. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusu dini ini dinamakan the breast kematian balita karena sekitar 40%
crawl atau merangkak mencari payudara kematian balita terjadi pada usia bayi
(Sondakh, 2013). baru lahir (di bawah satu bulan) (Roesli,
2012).

Berdasarkan kesepakatan MDG’s Berdasarkan penelitian WHO


pada tahun 2015 diharapkan AKI (2000) di enam negara berkembang,
2

risiko kematian bayi antara usia 9-12


bulan meningkat 40% jika bayi tersebut
tidak disusui. Untuk bayi berusia
dibawah dua bulan, angka kematian ini
Faktor-faktor yang mempengaruhi
meningkat menjadi 48%. Inisiasi kepatuhan
menyusu dini dapat mengurangi 22% 1. Umur
kematian bayi 28 hari. Dan inisiasi Menurut Septiyorini (2011) dalam
menyusu dini dapat mengurangi angka penelitiannya bahwa usia mempengaruhi
kematian balita 8.8% (Roesli, 2012). daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia semakin
Provinsi Jawa Barat yang dibagi berkembang pula daya tangkap dan pola
menjadi menjadi 26 wilayah salah pikirnya, sehingga pengetahuan
diperolehnya semakin membaik.
satunya adalah Kota Bekasi. Menurut
2. Pendidikan
Dinas Kesehatan Kota Bekasi, jumlah Menurut Septiyorini (2011) dalam
kematian bayi pada tahun 2010 yaitu 65 penelitiannya bahwa pendidikan
orang (Profil Dinas Kesehatan Kota mempengaruhi proses belajar, maka
Bekasi, 2011). makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah orang tersebut menerima
Peraturan Pemerintah Republik informasi.
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 pada 3. Pengetahuan
BAB III, Bagian Kedua pasal 9 yang Menurut Elhanoum (2010) dalam
menyatakan bahwa tenaga kesehatan dan penelitiannya bahwa pengetahuan
merupakan pengindraan manusia atau
penyelenggara fasilitas pelayanan
hasil tau seseorang terhadap suatu objek
kesehatan wajib melakukan inisiasi melalui indera uang dimilikinya (mata,
menyusu dini terhadap bayi yang baru hidung, telinga, dan sebagainya)
lahir kepada ibunya paling singkat (Notoatmodjo, 2010).
selama 1 (satu) jam. 4. Lama Bekerja
Seseorang yang sudah lama bekerja
TINJAUAN PUSTAKA mempunyai wawasan yang lebih luas dan
Inisiasi menyusu dini atau pengalaman yang lebih banyak
permulaan menyusu dini adalah bayi (Notoatmodjo, 2010).
mulai menyusu sendiri segera telah lahir. 5. Pelatihan
Kontak antara kulit bayi dengan kulit Melalui pelatihan akan memperoleh
ibunya dibiarkan setidaknya selama satu pengalaman yang berdampak pada
jam segera setelah lahir, kemudian bayi perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003).
akan mencari payudara ibu dengan 6. Dukungan teman sejawat
sendirinya. Cara bayi melakukan inisiasi Sikap seseorang terhadap suatu objek
menyusu dini ini dinamakan the breast adalah perasaan mendukung atau
crawl atau merangkak mencari payudara memihak (favorable) maupun perasaan
(Sondakh, 2013). tidak mendukung atau tidak memihak
. (unfavorable) pada objek tersebut
(Azwar, 2008).
3

KERANGKA TEORI

Menurut Teori Fesbein-


Menurut teori L Green (1980) : Ajzen (1980):

Faktor Predisposisi: 1. Sikap


a. Karakteristik
1. Pengetahuan b. Pengetahuan
2. Sikap c. Sikap
3. Persepsi d. Motivasi
4. Kepercayaan dan nilai/norma 2. Norma subjektif
5. Spesifik demografi a. Pimpinan
a. Umur b. Organisasi IBI
b. Pendidikan c. Teman Seprofesi
c. Masa Kerja 3. Pengendalian perilaku

Faktor Pemungkin:

6. Sarana prasarana/ Ketersediaan


alat
7. Peningkatan sumber PERILAKU
daya/pelatihan

Faktor Pendorong atau Penguat: Menurut teori WHO (1984):

Dukungan dari: 1. Pengetahuan


8. Tokoh masyarakat 2. Kepercayaan
9. Guru 3. Sikap
10. Petugas kesehatan 4. Orang penting sebagai
11. Orang tua referensi
12. Pemegang keputusan 5. Sumber-sumber daya

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS


A. Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependent


Faktor Predisposisi:

1. Umur
2. Pendidikan
3. Pengetahuan
4. Lama bekerja

Faktor Pemungkin:
Kepatuhan melakukan
5. Pelatihan IMD

Faktor Pendorong
atau Penguat:

6. Dukungan teman
sejawat
4

B. Definisi operasional C. Populasi dan sampel


1. Kepatuhan Populasinya adalah semua bidan yang
Ketaatan bidan dalam melakukan IMD berpraktik di wilayah kecamatan Bekasi
setelah proses persalinan persalinan. Timur yang berjumlah 120 orang. Sampel
2. Umur berjumlah 111 orang.
Lamanya hidup dari tanggal
kelahiran sampai saat dilakukan D. Pengumpulan data
penelitian. 1. Sumber data: data primer.
3. Pendidikan 2. Petugas pengumpul data Peneliti
Pendidikan formal yang ditempuh dibantu oleh mahasiswa.
oleh bidan sesuai perundang- 3. Kuesioner dilakukan uji coba
undangan yang berlaku. dengan terlebih dahulu memberikan
4. Pengetahuan informed consent.
Kemampuan bidan dalam memahami
tentang IMD, manfaat dan langkah-
langkanya. E. Uji validitas dan reliabilitas
5. Lama bekerja Uji validitas dengan Pearson Product
Lama waktu yang dinyatakan dalam Moment, dan uji reliabilitas dengan
tahun penuh dihitung sejak pertama Crombach Alpha. Uji coba kuesioner
bertugas sebagai bidan. dilakukan terhadap bidan di wilayah
6. Pelatihan kecamatan Bekasi Utara sebanyak 30
Proses pendidikan jangka pendek orang. Hasil uji pada pertanyaan
tentang IMD dengan menggunakan kepatuhan dan pengetahuan menunjukkan
prosedur yang sistematis dan hasil yang valid dan reliabel.
terorganisir.
7. Dukungan teman sejawat F. Instrumen penelitian
Persepsi bidan tentang dukungan dari Kuesioner dan human instrument.
teman dalam melakukan IMD
meliputi bantuan/peringatan yang G. Pengolahan data
diberikan dalam memahami cara Editing, Coding, Entry dan Cleaning.
melakukan IMD.
H. Analisis data
C. Hipotesis 1. Analisis univariat
Ada hubungan antara umur, pendidikan, Bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan, lama bekerja, pelatihan, gambaran distribusi frekwensi.
dukungan teman sejawat dengan 2. Analisis bivariat
kepatuhan bidan dalam melakukan IMD Uji statistik yang digunakan adalah
pada proses persalinan. uji kai kuadrat karena kedua variabel
berbentuk katagorik, dengan
METODE PENELITIAN menggunakan derajat kemaknaan
A. Desain penelitian alfa 0,05 (CI 95%). Bila p value
Menggunakan pendekatan kuantitatif <0,05 maka hasil statistik bermakna
dengan desain Cross Sectional disertai atau bila p value >0,05 maka hasil
metode kualitatif dengan teknik observasi perhitungan statistik tidak bermakna.
partisipatif (Participant Observation). 3. Analisis multivariat
Variabel yang mempunyai p value
B. Lokasi dan waktu penelitian <0,25 yang diperoleh dari hasil
Penelitian dilaksanakan di wilayah bivariat akan menjadi kandidat untuk
kecamatan Bekasi Timur, selama 2 bulan analisis multivariat. Setelah
(Juni-Juli 2014). dilakukan analisis multivariat,
perhatikan p value >0,05. Variabel
5

yang mempunyai p value terbesar besar. Sehingga dapat diketahui


harus dikeluarkan dari model. faktor mana yang paling dominan.
Setelah variabel tersebut dikeluarkan, Uji statistik yang digunakan adalah
lihat perubahan nilai OR. Bila regresi logistik sederhana karena
perubahan ORnya <10%, maka variabel dependen dan independen
variabel tersebut dikeluarkan saja. adalah data katagorik.
Tetapi bila perubahan ORnya ada
yang >10%, maka variabel tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN
dimasukkan lagi. Pemodelan terakhir A. Hasil
multivariat, bila hasil p value >0,05 1. Hasil penelitian kuantitatif
maka variabel tersebut merupakan a. Analisis univariat.
variabel konfounding. Bila p value
<0,05 maka disebut variabel yang Berdasarkan grafik 1 diketahui bahwa 1 di
berpengaruh. Dari variabel-variabel antara 5 responden tidak patuh, sedangkan 1
yang berpengaruh tersebut dilihat di antara 5 responden tersebut patuh dalam
nilai OR yang paling melakukan IMD.

Tabel 1
Distribusi Responden Menurut Variabel Independen (umur, pendidikan, pengetahuan, lama
bekerja, pelatihan, dan dukungan teman sejawat)
di Kecamatan Bekasi Timur Tahun 2014

Variabel Alat Cara


No Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
Independen Ukur Ukur
Lamanya hidup dari
0. 20 - 40 tahun
1. Umur tanggal kelahiran sampai Kuisioner Angket Ordinal
1. 41 - 60 tahun
saat dilakukan penelitian
Pendidikan formal yang 0. Rendah (D1-
ditempuh oleh bidan sesuai D3 Kebidanan)
2. Pendidikan Kuisioner Angket Ordinal
perundang-undangan yang 1. Tinggi ( >D3
berlaku Kebidanan)
0. Rendah
Kemampuan bidan dalam jawaban benar
memahami tentang IMD, Kuisioner (< 75%)
3. Pengetahuan Angket Ordinal
manfaat dan langkah- 1. Tinggi
langkanya. (jawaban benar
≥ 75%)
Lama waktu yang
0. <5 Tahun
dinyatakan dalam tahun
Lama 1. ≥5 Tahun
4. penuh dihitung sejak Kuisioner Angket Ordinal
bekerja (Aprliani,
pertama bertugas sebagai
2011)
bidan
0. Tidak pernah
Proses pendidikan jangka
mengikuti
5. Pelatihan pendek tentang Kuisioner Angket Nominal
1. Pernah
pelaksanaan IMD.
mengikuti
0. Kurang baik
Dukungan Persepsi bidan tentang (jika tidak ada
6. teman dukungan dari teman Kuisioner Angket dukungan) Nominal
sejawat dalam melakukan IMD. 1. Baik (jika ada
dukungan)

Hasil analisis tabel 1, dari 111 responden


menunjukkan penilaian sebagai berikut:
6

1. Variabel umur 4. Variabel lama bekerja


Diketahui bahwa hampir sama responden Diketahui bahwa 1 di antara 5 responden
berumur 20-40 tahun dan umur 41-60 tahun memiliki lama bekerja <5 tahun, sedangkan
atau diketahui bahwa 2 di antara 5 4 di antara 5 responden tersebut memiliki
responden dengan umur 20-40 tahun, lama bekerja ≥5 tahun.
sedangkan 2 di antara 5 responden lainnya 5. Variabel pelatihan
antara umur 41-60 tahun. Diketahui bahwa 3 di antara 5 responden
2. Variabel pendidikan pernah mengikuti pelatihan, sedangkan 3
Diketahui bahwa 3 di antara 5 responden diantara 5 responden lainnya tidak pernah
berpendidikan rendah (D1-D3), sedangkan mengikuti pelatihan.
2 di antara 5 responden tersebut 6. Variabel dukungan teman
berpendidikan tinggi (>D3). Diketahui bahwa 1 di antara 10 responden
3. Variabel pengetahuan tidak mendapatkan dukungan, sedangkan 9
Diketahui bahwa 1 di antara 10 responden di antara 10 responden tersebut
memiliki pengetahuan yang rendah, mendapatkan dukungan dari teman.
sedangkan 9 di antara 10 responden
tersebut berpengetahuan tinggi.

b. Analisis bivariat

Hasil analisis bivariat variabel independen dengan kepatuhan bidan dalam


melakukan IMD di bidan praktek mandiri Kecamatan Bekasi Timur tahun
2014

Tingkat Kepatuhan
Total OR P
Variabel Tidak Patuh Patuh
(95%CI) Value
N % N % n %
Umur
20–40 thn 27 46,6 31 53,4 58 100,0 0,721 0,503
41-60 thn 29 54,7 24 45,3 53 100,0 0,341-1,522
Pendidikan
Rendah (D1) 1 50,0 1 50,0 2 100,0 0,982 1,00
Tinggi (≥D3) 55 50,5 54 49,5 109 100,0 0,60-16,09
Pengetahuan
Rendah (< 75%) 9 100,0 0 0 9 100,0 2,170 0,006
Tinggi (≥ 75%) 47 46,1 55 53,9 102 100,0 1,759-2,677
Lama bekerja
< 5 tahun 13 50,0 13 50,0 26 100,0 0,977 1,00
≥ 5 tahun 48 50,6 42 49,4 85 100,0 0,406-2,351
Pelatihan
Tidak pernah 28 66,7 14 33,3 42 100,0 2,929 0,14
Pernah 28 40,6 41 59,4 69 100,0 1,314-6,528
Dukungan teman
Tidak ada 6 66,7 3 33,3 9 100,0 2,080 0,505
Ada 50 49,0 52 51,0 102 100,0 0,493-8,772

1. Umur dengan kepatuhan bidan dalam bidan yang berumur 41-60 tahun hanya
melakukan IMD diperoleh hasil bahwa 24 orang (45,3%) yang patuh dalam
bidan yang berumur 20-40 tahun yang melakukan IMD. Hasil uji statistik
patuh dalam melakukan IMD yaitu diperoleh nilai p value = 0,503 maka
sebesar 31 orang (53,4%), sedangkan dari dapat disimpulkan bahwa tidak ada
7

hubungan bermakna antara umur dengan melakukan IMD diperoleh hasil bahwa
kepatuhan bidan dalam melakukan IMD. bidan yang bekerja < 5 tahun yang patuh
2. Hubungan antara pendidikan dengan dalam melakukan IMD sebesar 13 orang
kepatuhan bidan dalam melakukan IMD (50,0%), sedangkan bidan yang bekerja
diperoleh hasil bahwa bidan yang patuh ≥ 5 tahun patuh dalam melakukan IMD
dalam melakukan IMD ada 26 orang yaitu sebesar 42 orang (49,4%). Hasil uji
(63,4%) yang patuh dalam melakukan statistik diperoleh p value= 1,000 maka
IMD berpendidikan tinggi (>D3 dapat disimpulkan tidak ada hubungan
kebidanan). Sedangkan ada 29 orang bermakna antara lama bekerja dengan
(41,4%) responden yang berpendidikan kepatuhan dalam melakukan IMD.
rendah (D1-D3 kebidanan). Hasil uji 5. Hubungan antara pelatihan dengan
statistik diperoleh p-value= 0,041 maka kepatuhan bidan dalam melakukan IMD
dapat disimpulkan ada hubungan yang diperoleh hasil bahwa bidan yang tidak
bermakna antara responden yang pernah mengikuti pelatihan patuh dalam
berpendidikan rendah (D1-D3 melakukan IMD sebesar 14 orang
kebidanan) dengan yang berpendidikan (33,3%), sedangkan bidan yang pernah
tinggi (>D3 kebidanan) terhadap mengikuti pelatihan yang patuh dalam
kepatuhan bidan dalam melakukan IMD. melakukan IMD sebesar 41 orang
Dari hasil analisis diperoleh OR= 2,451, (59,4%). Hasil uji statistik diperoleh
artinya bidan yang berpendidikan tinggi nilai p value=0,014 maka dapat
mempunyai peluang 2,4 kali untuk patuh disimpulkan ada hubungan bermakna
melakukan IMD dibandingkan dengan antara bidan yang pernah mengikuti
bidan yang berpendidikan rendah. pelatihan dan bidan yang tidak pernah
3. Hubungan antara pengetahuan dengan mengikuti pelatihan dengan kepatuhan
kepatuhan bidan dalam melakukan IMD bidan dalam melakukan IMD. Dari hasil
diperoleh hasil bahwa tidak ada bidan analisis diperoleh nilai OR= 2,929,
yang berpengetahuan rendah patuh artinya bidan yang pernah mengikuti
dalam melakukan IMD, sedangkan bidan pelatihan mempunyai peluang 3 kali
yang berpengetahuan tinggi sebanyak 55 untuk patuh dalam melakukan IMD
orang (53,9%) patuh dalam melakukan dibandingkan dengan bidan yang tidak
IMD. Hasil uji statistik diperoleh nilai p pernah mengikuti pelatihan.
value= 0,006 maka dapat disimpulkan 6. Hubungan antara dukungan teman
ada hubungan bermakna antara bidan dengan kepatuhan diperoleh bahwa ada
yang berpengetahuan tinggi dengan sebanyak 3 (33,3%) yang tidak
bidan yang berpengetahuan rendah mendapatkan dukungan teman patuh
terhadap kepatuhan bidan dalam dalam melakukan IMD. Sedangkan yang
melakukan IMD. Dari hasil analisis mendapatkan dukungan teman, ada 52
diperoleh nilai OR=2,170, artinya bidan (51,0%) yang patuh dalam melakukan
yang berpengetahuan tinggi mempunyai IMD. Hasil uji statistik diperoleh p
peluang 2 kali untuk patuh dalam value = 0,505 maka dapat disimpulkan
melakukan IMD dibandingkan dengan tidak ada hubungan yang signifikan
bidan yang berpengetahuan rendah. antara dukungan teman dengan
4. Hasil Hubungan antara lama bekerja kepatuhan melakukan IMD.
dengankepatuhanbidandalam
8

c. Analisis multivariat

Tabel 3
Hasil Seleksi Bivariat

Variabel P Value Keterangan


Umur 0,390 Bukan Kandidat
Pendidikan 0,025 Kandidat
Pengetahuan 0,002 Kandidat
Lama bekerja 1,000 Bukan Kandidat
Pelatihan 0,007 Kandidat
Dukungan Teman 0,306 Bukan Kandidat
Hasil seleksi bivariat diatas, didapat 3 merupakan variabel yang penting
variabel yang menghasilkan p value <0,25 berhubungan dengan kepatuhan bidan dalam
yaitu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan. melakukan IMD, sehingga ketiga variabel
Tetapi ada 3 variabel yang p Valuenya >0,25 tersebut dimasukan kelangkah selanjutnya
yaitu umur, lama bekerja dan dukungan yaitu pemodelan multivariat.
teman. Namun ketiga variabel tersebut .

Tabel 4
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel Umur, Pendidikan, Pengetahuan, Lama Praktik, Sikap, Ketersediaan Alat,
Pelatihan, dan Dukungan Teman
Variabel B P Value OR 95%CI
Umur -0,420 0,680 0,657 0,089-4,850
Pendidikan -1,423 0,372 0,241 0,011-5,477
Pengetahuan 3,298 0,006 27,071 2,636-278,066
Lama Praktik -0,732 0,520 0,481 0,052-4,479
Sikap 2,821 0,008 16,800 2,110-133,752
Ketersediaan Alat 20,964 0,998 1E+009 0,000-
Pelatihan 0,828 0,372 2,288 0,371-14,108
Dukungan Teman 4,443 0,000 85,066 7,711-938,423

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel model. Analisis selanjutnya dengan tidak
ketersediaan alat mempunyai nilai p terbesar mengikutsertakan variabel ketersediaan alat.
(0,998), sehingga harus dikeluarkan dari

Tabel 5
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel Umur, Pendidikan, Pengetahuan,
Lama bekerja, Pelatihan, dan Dukungan Teman

Variabel B P Value OR 95%CI


1 Umur -0,580 0,390 0,560 0,235-1,333
2 Pendidikan 1,171 0,025 3,227 1,281-8,124
3 Pengetahuan 21,485 0,002 2,143E9 0,000-
4 Lama bekerja -0,004 0,958 0,996 0,338-2,932
5 Pelatihan 1,267 0,008 3,549 1,423-8,793
6 Dukungan Teman 0,742 0,310 2,100 0,404-10,927
Dari hasil analisis terlihat ada 3 variabel terbesar adalah lama bekerja (0,958),
yang p valuenya > 0,05 yaitu umur, lama sehingga pemodelan selanjutnya variabel
bekerja dan dukungan teman. Yang lama bekerja dikeluarkan dari model.
9

Tabel 5.16
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel Umur, Pendidikan, Pengetahuan, Pelatihan,
dan Dukungan Teman
Variabel B P Value OR 95%CI
1 Umur -0,581 0,390 0,559 0,238-1,318
2 Pendidikan 1,172 0,025 3,228 1,288-8,090
3 Pengetahuan 21,485 0,002 2,143E9 0,000-
4 Pelatihan 1,266 0,008 3,547 1,440-8,741
5 Dukungan Teman 0,743 0,310 2,102 0,411-10,765
Setelah lama bekerja dikeluarkan, kita lihat pendidikan, pengetahuan, pelatihan, dan
perubahan nilai OR untuk variabel umur, dukungan teman.

Tabel 5.17
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel Umur, Pendidikan, Pengetahuan,
Pelatihan, dan Dukungan Teman

Variabel OR Lama Bekerja OR Lama Bekerja Perubahan


Ada Tidak Ada OR
Umur 0,559 0,559 0%
Pendidikan 3,228 3,228 0%
Pengetahuan 2,143E9 2,141E9 0%
Pelatihan 3,549 3,547 0%
Dukungan Teman 2,100 2,102 0%
Dengan hasil perbandingan OR terlihat tidak (0,390), dengan demikian dikeluarkan dari
ada yang >10%, dengan demikian lama model dan hasilnya:
bekerja dikeluarkan dalam model. Selanjutnya
variabel yang terbesar p value adalah umur

Tabel 5.18
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel Umur, Pendidikan,
Pengetahuan, dan Dukungan Teman
Variabel B P Value OR 95%CI
1 Pendidikan 1,172 0,025 3,228 1,288-8,090
2 Pengetahuan 21,485 0,002 2,141E9 0,000-
3 Pelatihan 1,266 0,008 3,547 1,440-8,741
4 Dukungan Teman 0,743 0,310 2,102 0,411-10,765

Setelah variabel pelatihan dikeluarkan, kita


cek lagi perubahan OR untuk variabel yang
masih aktif di model.
Tabel 5.19
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel Pendidikan, Pengetahuan,
Pelatihan dan Dukungan Teman

Variabel OR Umur OR Umur Perubahan


Ada Tidak Ada OR
Pendidikan 3,228 3,205 0,%
Pengetahuan 2,141E9 1,912 0,10%
Pelatihan 3,547 3,293 0,04%
Dukungan Teman 2,102 2,366 0,12%
10

Dari analisis perbandingan OR, ternyata Dari analisis multivariat ternyata variabel
perubahannya <10%, dengan demikian yang berhubungan bermakna dengan
variabel umur dikeluarkan dari model. kepatuhan bidan dalam melakukan IMD
Selanjutnya variabel yang terbesar p valuenya adalah variabel pendidikan, pengetahuan, dan
adalah Dukungan teman (0,310) maka pelatihan. Dari ketiga variabel tersebut adalah
variabel dukungan teman harus dikeluarkan variabel pelatihan merupakan variabel yang
dari model. Akhirnya diperoleh hasil sebagai paling dominan. Hasil analisis didapatkan
berikut: odds ratio (OR) dari variabel pelatihan adalah
Tabel 5.20 3,98 artinya responden yang pernah
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel mengikuti pelatihan mempunyai peluang 3,9
Pendidikan, kali untuk patuh melakukan IMD dibanding
Pengetahuan, dan Pelatihan responden yang tidak pernah mengikuti
P pelatihan setelah dikontrol variabel
Variabel B OR 95%CI
Value pendidikan dan pengetahuan.
Pendidikan 1,100 0,025 3,004 1,234-7,315
Pengetahuan 21,389 0,002 1,946 0,000- Pembahasan
Pelatihan 1,163 0,008 3,98 1,330-7,691 1. Kepatuhan bidan dalam melakukan
IMD
Setelah umur dikeluarkan, kita lihat Berdasarkan hasil penelitian
perubahan ORnya: diketahui bidan yang tidak patuh
Tabel 5.21 dalam melakukan IMD pada proses
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel persalinan sebanyak 56 orang
Pendidikan, (50,5%), sedangkan bidan yang
Pelatihan Pengetahuan patuh dalam melakukan IMD pada
Variabel OR OR Duk. Perubahan proses persalinan yaitu sebanyak 55
Duk. teman OR orang (49,5%). Dalam penelitian ini
Teman Tidak faktor-faktor yang berhubungan
Ada dengan kepatuhan bidan dalam
Pendidikan 3,205 3,004 0,06% melakukan IMD pada proses
Pengetahuan 1,912 1,946 0,01% persalinan adalah pengetahuan dan
Pelatihan 3,293 3,98 0% pelatihan. Selanjutnya faktor yang
paling berhubungan dengan
Dari analisis perbandingan OR, ternyata kepatuhan adalah pelatihan.
perubahannya <10%, dengan demikian 2. Umur
variabel dukungan teman dikeluarkan dari Hasil uji statistik diperoleh nilai p-
model. value = 0,503 maka dapat
Akhirnya model yang dihasilkan sebagai disimpulkan bahwa tidak ada
berikut: hubungan bermakna antara umur
dengan kepatuhan bidan dalam
Tabel 5.22 melakukan IMD.
Hasil Uji Regresi Logistik Antara Variabel Hasil penelitian ini sejalan dengan
Pendidikan, penelitian yang dilakukan oleh
Pengetahuan, dan Pelatihan Mardiah (2011) yang menyatakan
P bahwa tidak ada hubungan yang
Variabel B OR 95%CI bermakna antara usia dengan
Value
Pendidikan 1,100 0,025 3,004 1,234- pelaksanaan IMD dengan p value >
7,315 0,05. Namun hal ini berbeda dengan
penelitian Setiarini (2012) yang
Pengetahuan 21,389 0,002 1,946 0,000-
menyatakan bahwa adanya hubungan
Pelatihan 1,163 0,008 3,98 1,330-
yangbermakna antara umur dengan
7,691
11

kinerja bidan dalam melakukan IMD kesadaran seseorang terhadap


(p-value= 0,000). perilaku kesehatan.
Menurut Robbins (2003) dalam Pendidikan memberikan
Setiarini (2012) karyawan dengan pengetahuan bukan saja yang
usia lanjut umumnya lebih langsung dengan pelaksanaan tugas,
bertanggung jawab dan lebih teliti tetapi juga landasan untuk
dibanding usia yang muda. Hal ini mengembangkan diri serta
dimungkinkan karena usia yang lebih kemampuan memanfaatkan semua
muda belum meiliki banyak sarana yang ada disekitar kita untuk
pengalamam. kelancaran tugas, semakin tinggi
Menurut Septiyorini (2011) dalam pendidikan, maka semakin tinggi
penelitiannya bahwa usia produktivitas kerja.
mempengaruhi daya tangkap dan Hal ini dapat disebabkan karena
pola pikir seseorang semakin akses informasi tentang IMD tidak
bertambah usia semakin berkembang hanya di dapat di bangku pendidikan
pula daya tangkap dan pola pikirnya, tetapi dapat diperoleh dari bebagai
sehingga pengetahuan yang sumber informasi seperti media TV,
diperolehnya semakin membaik. surat kabar, jurnal kesehatan dan
Usia merupakan salah satu faktor seminat tentang IMD. Sehingga
yang berperan penting dalam bidan dengan pendidikan tinggi
pembentukan tingkat kedewasaan ataupun rendah juga dapat
seseorang, dengan kata lain semakin melaksanakan IMD. Atau dapat
tinggi usia bidan maka dipengaruhi juga oleh adanya
kecenderungan untuk melaksanakan pengalaman. Meskipun bidan
IMD semakin tinggi. tersebut memiliki pendidikan yang
rendah (D1-D3 Kebidanan), tetapi
3. Pendidikan memiliki pengalaman yang banyak
Hasil uji statistik diperoleh p-value= maka bidan tersebut dapat patuh
0,041 maka dapat disimpulkan ada dalam melakukan IMD. Sedangkan
hubungan yang bermakna antara bidan yang pendidikannya tinggi
responden yang berpendidikan (>D3 Kebidanan) tetapi
rendah (D1-D3 kebidanan) dengan pengalamannya sedikit/belum ada,
yang berpendidikan tinggi (>D3 maka hal tersebut dapat
kebidanan) terhadap kepatuhan bidan menyebabkan tidak patuh dalam
dalam melakukan IMD. Dari hasil melakukan IMD
analisis diperoleh OR= 2,451, artinya
bidan yang berpendidikan tinggi 4. Pengetahuan
mempunyai peluang 2,4 kali untuk Hasil uji statistik diperoleh nilai p-
patuh melakukan IMD dibandingkan value= 0,006 maka dapat
dengan bidan yang berpendidikan disimpulkan ada hubungan bermakna
rendah. antara bidan yang berpengetahuan
Hal ini sejalan dengan penelitian tinggi dengan bidan yang
Mardiah (2011) yang menyatakan berpengetahuan rendah terhadap
bahwa ada hubungan bermakna kepatuhan bidan dalam melakukan
dengan hasil p-value < 0,005, dengan IMD. Dari hasil analisis diperoleh
hasil OR=2,279. Begitu juga menurut nilai OR=2,170, artinya bidan yang
Setiarini (2012) yang menyatakan berpengetahuan tinggi mempunyai
bahwa ada hubungan bermakna peluang 2 kali untuk patuh dalam
dengan p-value yang melakukan IMD dibandingkan
diperoleh0,028.Pendidikan dengan bidan yang berpengetahuan
merupakan kesempatan rendah.
meningkatnya pengetahuan dan
12

Penelitian ini sesuai dengan status kerja akan menjadi sangat


penelitian yang dilakukan oleh penting bagi kualitas pekerjaannya
Mardiah (2011) yang menunjukan yang dapat pula meningkatkan
bahwa ada hubungan bermakna kualitas pelayanan.
antara pengetahuan bidan dengan Tidak terbuktinya hubungan
pelaksanaan IMD dalam pertolongan antara lama bekerja karena meskipun
persalinan, dan penelitian ini juga bidan sudah bekerja lama (≥5 tahun)
sesuai dengan penelitian yang tetapi jumlah pasien yang berkunjung
dilakukan Setiarini (2012) yang sedikit, maka dapat menyebabkan
menunjukan ada hubungan bermakna bidan tersebut menjadi tidak patuh.
anatra pengetahuan bidan terhadap Sebaliknya, bidan yang baru praktik
pelaksanaan IMD. (<5 tahun) tetapi dengan jumlah
Pengetahuan merupakan salah pasien yang banyak sehingga
satu hal yang penting untuk menambah pengalaman, dapat
menentukan tindakan sesorang membuat bidan tersebut patuh dalam
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan melakukan IMD.
bidan mengenai pelaksanaan IMD
tentunya akan menjadi dasar untuk 6. Pelatihan
melaksanakan IMD dengan benar Hasil uji statistik diperoleh nilai
dengan pengetahuan yang baik bidan p-value=0,014 maka dapat
tentunya akan lebih sering disimpulkan ada hubungan bermakna
melakukan IMD, karena dapat antara bidan yang pernah mengikuti
menurunkan angka kematian bayin pelatihan dan bidan yang tidak
baru lahir sampai 22%. . pernah mengikuti pelatihan dengan
kepatuhan bidan dalam melakukan
5. Lama bekerja IMD. Dari hasil analisis diperoleh
Hasil uji statistik diperoleh p value= nilai OR= 2,929, artinya bidan yang
1,000 maka dapat disimpulkan tidak pernah mengikuti pelatihan
ada hubungan bermakna antara lama mempunyai peluang 3 kali untuk
bekerja dengan kepatuhan dalam patuh dalam melakukan IMD
melakukan IMD. dibandingkan dengan bidan yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan tidak pernah mengikuti pelatihan.
penelitian yang dilakukan oleh Hasil penelitian ini sesuai dengan
Mardiah (2011) yang menyatakan penelitian yang dilakukan oleh
bahwa tidak ada hubungan bermakna Mardiah (2011) yang menyatakan
dengan p-value >0,05. Namun bahwa ada hubungan bermakna
penelitian ini berbeda dengan antara pelatihan dengan pelaksanaan
penelitian yang dilakukan oleh IMD. Dan Setiarini (2012) juga
Setiorini (2012) yang menunjukan menyatakan hal yang sama bahwa
bahawa ada hubungan bermakna ada hubungan bermakna antara
antara masa kerja dengan kinerja pelatihan dengan pelaksanaan IMD.
bidan terhadap pelaksanaan IMD. Pelatihan merupakan salah satu
Makinlamaseseorang proses pendidikan yang mana
mempunyai pengalaman kerja melalui pelatihan sasaran belajar
seharusnya makin terampil dalam akan memperoleh pengalaman yang
melaksanakan pekerjaan. Namun berdampak pada perubahan perilaku
apabila dikaitkan dengan kualitas mereka (Notoatmodjo, 2003).
kerjayangdihasilkandari Pelatihan merupakan peluang
keterampilan tugasnya sangat dalam meningkatnya pengetahuan,
tergantung dari individu yang keterampilan, dan pengetahuan
bersangkutan. Pada seseorang yang sesorang. Bidan yang sudah
mempunyai dedikasi tinggi maka mengikuti pelatihan akan
13

mempunyai wawasan yang lebih KESIMPULAN DAN SARAN


luas, keterampilan dan pengalaman 1. Kesimpulan
yang lebih banyak terkait dengan Dari 111 orang bidan didapatkan 50,5%
pelaksanaan IMD. Untuk itu bidan bidan tidak patuh dalam melakukan IMD
yang sudah mengikuti pelatihan pada proses persalinan, 52,3% umur bidan
seharusnya selalu melaksanakan 20-40 tahun, 61,3% bidan memiliki
IMD pada setiap persalinan yang tingkat pendidikan rendah D1-D3, 91,1%
ditolong. bidan memiliki pengetahuan tinggi, 76,6%
7. Dukungan teman sejawat bidan memiliki lama bekerja ≥ 5 tahun,
Hasil uji statistik diperoleh p 62,2% bidan pernah mengikuti pelatihan
value = 0,505 maka dapat dan 91,1% mendapatkan dukungan teman
disimpulkan tidak ada hubungan sejawat dalam melakukan IMD pada
yang signifikan antara dukungan proses persalinan.
teman dengan kepatuhan melakukan Variabel yang mempunyai hubungan
IMD. signifikan dengan kepatuhan bidan dalam
Hal ini sesuai dengan penelitian melakukan IMD adalah variabel
Mardiah (2011) yang menyatakan pendidikan, pengetahuan dan pelatihan,
bahawa tidak ada hubungan sedangkan yang tidak ada hubungan
bermakna antara dukungan sesorang signifikan dengan kepatuhan bidan dalam
dengan pelaksanaan IMD. Hal ini melakukan IMD pada proses persalinan
dapat disebabkan oleh karena dengan p value < 0,05 adalah umur, lama
dukungan dari teman hanya sebatas bekerja, dan dukungan teman sejawat.
dukungan saja tanpa adanya Faktor yang paling dominan dalam
mendampingi pada setiap proses melakukan IMD adalah pelatihan dengan
perslinan sehingga dalam memberi OR yang tertinggi yaitu 3,98 artinya
dukungan akan lebih maksimal. responden yang pernah mengikuti
Teman merupakan orang yang pelatihan mempunyai peluang 4 kali untuk
keberadaannya cukup mempengaruhi patuh melakukan IMD dibanding
perilaku seseorang. Dengan demikian responden yang tidak pernah mengikuti
dukungan teman bagi bidan dalam pelatihan setelah dikontrol variabel
melakukan IMD mudah diperoleh pendidikan dan pengetahuan.
lewat pertemuan rutin setiap bulan
terutama memberikan saran dalam 2. Saran
mengerjakan tindakan maupun 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
menjelaskan hal-hal yang kurang Jawa Barat
dipahami serta membagi pengalaman Hendaknya melakukan supervisi ke
dalam tugas harian. Secara tempat praktik bidan (Rumah
psikologis, teman memiliki Bersalin/Klinik Bersalin/Bidan
arti penting bagi seseorang. Praktik Mandiri), untuk melakukan
Khususnya bidan teman satu profesi pembinaan dalam melakukan IMD.
dapat menjadi tempat bertukar 2. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi
pendapat dan fikiran terhadap Membantu penyelenggaraan program
berbagai hal termasuk pula tentang pendidikan bidan berkelanjutan yang
perilaku melakukan IMD. Adanya diadakan oleh Dinas Kesehatan
dukungan dan penjelasan dari teman Provinsi Jawa Barat.
tentang IMD, dapat mempengaruhi 3. Ketua IBI cabang Kota Bekasi
tindakan seorang bidan untuk Menjalin kerja sama yang baik dan
berupaya melakukan tindakan saling terbuka membagi pengetahuan
melakukan IMD yang baik saat terutama informasi tentang IMD.
menolong persalinan.
14

4. Institusi pendidikan kebidanan dengan pelaksanaan IMD di BPS


Agar lebih selektif dalam Wilayah Kabupaten Karanganyar.
memilihkan lahan praktik bagi Tasikmadu Karanganyar.
mahasiswanya. Sehingga teori yang
telah diberikan di pendidikan dapat Green,L,H,dan Marshall W Kreuter (1991),
sesuai aplikasinya dalam tindakan Health Promotion Planning An
nyata. Education and Environmental Approach.
5. Peneliti selanjutnya Mayfield Publishing Company.
Kiranya perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang faktor- Hasibuan,S.P. (1996). Manajemen Sumber
faktor lain yang berkaitan dengan Daya Manusia, Dasar dan Kunci
kepatuhan bidan dalam melakukan Keberhasilan. PT. Gunung Agung,
IMD di klinik bidan praktik mandiri Jakarta.
di wilayah Kota Bekasi, seperti
contohnya menambahkan variabel
sikap, karena variabel ini merupakan Hastuti, Tulus Puji. (2010). Faktor-faktor
salah satu variabel yang penting yang berhubungan dengan
walaupun sikap akan sedikit pelaksanaan
menyulitkan untuk penulis karena IMD oleh bidan di Desa Puskesmas
mungkin dengan alasan psikologis Kabupaten Magelang Tahun 2010.
dalam menjawab tidak akan dijawab Universitas Dipenogoro Magelang.
dengan jujur.
. Mardiah (2011), Tesis Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja bidan
DAFTAR PUSTAKA dalam mendukung program Inisiasi
Menyusu Dini di Kota Pekanbaru, PSIK
Aprilia, Yunis. (2011). Tingkat kepatuahan UNAND. Padang.
bidan dalam pelaksanaan bayi baru lahir
di Kabupaten Karanganyar. Kebidanan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Mitra Husada. (2012). Nomor 33 BAB III, Bagian kedua
pasal 9. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(2007), Keputusan Menteri Kesehatan Priyo Hastono,Sutanto. (2006). Analisis Data
Republik Indonesia Nomor Kesehatan. Fakultas Kesehatan
369/MENKES/SK/III/ 2007. Jakarta Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok.
-----------------------------.
(2009),
Asuhan PujiW, Yuni. (2011). Faktor-faktor yang
Persalinan Normal. Jaringan Nasional mempengaruhi pelaksanaan IMD di
Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi, ruang Mawar RS Umum Daerah Dr. H.
Jakarta. Soewondoe Kendal. STIK Kendal.

Dinas Kesehatan Kota Bekasi. (2011). Profil Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan
Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Ibu, Jakarta. dan Prilaku Kesehatan. PT. Asdi
Mahasatya, Jakarta.
-----------------------------. (2005). Promosi
Dinas Kesehatan Jakarta. (2009). Standart Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka
Asuhan Kebidanan. Jakarta Cipta, Jakarta.
Keberhasilan. PT. Gunung Agung,
Jakarta. -----------------------------. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,
Dyah, Ni Made Dkk. (2010). Hubungan Jakarta.
antara tingkat pengetahuan bidan
15

Roesli, dr. Hj. Utami SpA, MBA, IBCLC, Sondakh, Jenny J.S. (2013). Asuhan
FABM. (2012). Panduan Inisiasi Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Menyusu Dini Plus Asi Eksklusif . Lahir .Erlangga
Pustaka Bunda.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
Rudiyanti, Novita. (2012). Faktor-faktor yang Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
berhubungan dengan pelaksanaan Bandung.
Inisiasi Menyusu Dini. Lampung Selatan
Triana, Eka. (2010). Hubungan tingkat
Septiyorini, Asih Dwi. (2011). Karakteristik pengetahuan dan sikap bidan tentang
Dan Sikap Tenaga Kesehatan Dengan Inisiasi menyusu Dini Terhadap perilaku
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di bidan melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari YLPP Purwokerto.
Wetan. Semarang.
WHO. (1994). Preventing Prolonged
Setiarini, Tatik. (2012). Faktor-faktor yang Labour:a practical guide, The
behubungan dengan kinerja bidan Partograph Part II: User’s Manual.
dengan pelaksanaan IMD di RSIA Budi Geneva:Maternal Health And Safe
Kemulyaan Jakarta. Universitas Motherhood Programme Division Of
Indonesia Family Health World Health
Organization.

Anda mungkin juga menyukai