Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KELOMPOK STASE MANAGEMENT

DI RUANG DAHLIA RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA


PURBALINGGA

DISUSUN OLEH:
Dina Linda Pratiwi I4B019042
Arief Khoerul Ummah I4B019049
Laela Haryati I4B019005
Herdika Listya Kurniati I4B019055
Anji Muda Permana I4B019052
Okti Veniawati I4B019016
Dwi Retnaningtyas I4B019034
Baeti Amalia I4B019003
Iftiar Alif Nuraini I4B019019

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat
sebagai suatu profesi untuk dapat memberi pelayanan kesehatan yang
maksimal. Manajemen merupakan pendekatan dinamis dan proaktif dalam
menjalankan kegiatan di dalam suatu organisasi yang mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf, serta sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey dalam Nursalam, 2002).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status
kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan keperawatan dituntut untuk dapat
menghasilkan pelayanan yang prima, berkualitas, dan dapat memuaskan
pelanggan, dalam hal ini adalah pasien yang dirawat di rumah sakit. Kondisi
ini mengharuskan manajemen keperawatan mampu memberikan kontribusi
besar dalam menata pelayanan keperawatan ke arah yang lebih baik. Untuk
itu diperlukan peran seorang manajer keperawatan yang handal dan mampu
menjawab berbagai tantangan yang dihadapi di era persaingan bisnis rumah
sakit yang sangat ketat, dan yang terpenting adalah dapat melaksanakan
fungsi manajemen.
Berdasarkan Nursalam (2002) manajemen keperawatan merupakan
suatu pelayanan keperawatan profesional dengan pengelolaan sekelompok
perawat dalam suatu tempat yang memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan fungsi menjemen sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan secara optimal kepada pasien, untuk itu manajemen keperawatan
perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa
depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Rumah sakit sangat membutuhkan komponen yang penting dan
pelaksanaan manajemen perawatan yang bermutu dalam rangka mencapai
visi dan misinya. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, dimana dalam
manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, serta
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajemen
keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana tim
keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian.
Berdasarkan hal diatas, manajemen keperawatan perlu mendapat
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal
tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Kualitas pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun puskesmas
dipengaruhi oleh sistem pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan
oleh perawat sebagai komponen terbesar yang memberikan kontribusinya.
Pelayanan keperawatan memiliki banyak peran penting dalam pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan dan perubahan kebijakan. Perawat
diharapkan dapat menjadi leader didalam timnya untuk merancang dan
mengelola sistem pelayanan keperawatan yang modern.
Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengevaluasi fasilitas yang ada untuk memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan efisien bagi pelanggan. Perawat sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan dituntut untuk memiliki kemampuan
manajerial yang baik sehingga pelayanan yang diberikan dapat memuaskan.
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada tahun 1983
ditetapkan sebagai RS Kelas C, berdasarkan SK Menkes No.
223/Menkes/VI/1983. Pada 5 Mei 1986, seluruh kegiatan RSUD Dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pindah ke lokasi yang baru. RSUD Dr.
R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga memiliki visi “Terwujudnya RSUD
Purbalingga sebagai pusat pelayanan kesehatan dan rujukan yang mandiri dan
bermutu tinggi pada tahun 2015”. Misi dari RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata adalah “Mewujudkan sarana pelayanan kesehatan yang
memenuhi kebutuhan semua lapisan masyarakat; Memberikan pelayanan
yang profesional, efisien, efektif, dan memuaskan semua pihak”. Motto
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata adalah “Senyumku Kesembuhanmu”.
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yang
pembentukannya ditetapkan dengan peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga
no. 16 tahun 2008 dan diundangkan dalam lembaran Daerah Kabupaten
Purbalingga no. 16 tanggal 16 Oktober 2008, mempunyai tugas pokok
melaksanakan pelayanan di bidang kesehatan secara komprehensif dan
terintegrasi yang berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan pemulihan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan
penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat
darurat (emergensi), dan tindakan medik. Dengan tugas pokok tersebut
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga harus tetap menjaga mutu
asuhan keperawatan yang memenuhi standar profesi.
Ruang Dahlia adalah ruang rawat inap penyakit bedah dengan fasilitas
kelas III, dengan kapasitas tempat tidur 21 buah.
Strategi yang dapat di laksanakan oleh mahasiswa Program Profesi
Ners Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman stase
manajemen keperawatan yaitu dengan mengaplikasikan secara langsung
pengetahuan manajerialnya di Ruang Dahlia RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga dengan arahan dari pembimbing lapangan
maupun dari pembimbing akademik yang intensif. Pelaksanaan praktik
tersebut memberikan masukan yang positif sehingga mahasiswa mampu
menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan
pendekatan proses manajemen. Adanya praktik ini diharapkan mahasiswa
mampu mengelola suatu ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen.
Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan
adalah menerapkan five moment cuci tangan, prosedur perawatan luka, dan
pemberian injeksi iv perselang.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan praktik manajemen keperawatan dilaksanakan di Ruang
Dahlia RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga berlangsung pada
tanggal 16-28 Maret 2020.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu di
Ruang Dahlia RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengorganisasian dalam
mengelola asuhan keperawatan dan memberikan bimbingan praktik klinik
keperawatan di ruang rawat inap dengan menggunakan keterampilan
manajemen dan strategi kepemimpinan sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan profesional yang berkualitas.
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di Ruang
Dahlia RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga mahasiswa
mampu:
Melaksanakan praktik manajemen keperawatan dahlia yang meliputi
pelayanan dan asuhan serta bimbingan praktik klinik keperawatan.
1) Mengidentifikasi, menganalisa, serta menetapkan masalah dan
prioritas masalah.
2) Merencanakan kegiatan berdasarkan prioritas masalah yang
telah dianalisa.
3) Mengorganisasikan kegiatan berdasarkan perencanaan yang
telah ditetapkan.
4) Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
5) Melakukan role play ronde dan kegiatan yang dapat
meningkatkan mutu pelayanan di ruang Dahlia (five moment
cuci tangan, prosedur perawatan luka, dan prosedur tindakan
injeksi iv perselang).
6) Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam
upaya pencapaian hasil yang optimal
7) Memberikan alternatif dan saran sebagai upaya tindak lanjut
untuk perbaikan ruang Dahlia.
BAB II
PENGKAJIAN DAN ANALISIS MASALAH

A. Profil Ruang Dahlia


Ruang Dahlia merupakan bangsal khusus bedah di RSUD
dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga baik laki-laki
maupun perempuan dan merupakan ruangan kelas 2 dan 3.
Visi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yaitu:
a. Terwujudnya RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga sebagai pusat pelayanan kesehatan dan
rujukan yang mandiri dan bermutu tinggi.
Misi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
a. Mewujudkan sarana pelayanan kesehatan yang
memenuhi kebutuhan semua lapisan masyarakat.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional,
efektif, efesien, dan memuaskan semua pihak.

Ruang Dahlia memiliki kapasitas 27 tempat tidur dengan


perincian sebagai berikut:
a. Kamar nomor 1 : 4 tempat tidur
b. Kamar nomor 2 : 4 tempat tidur
c. Kamar nomor 3 : 4 tempat tidur
d. Kamar nomor 4 : 5 tempat tidur
e. Kamar isolasi 5 : 5 tempat tidur
f. Kamar isolasi 6 : 5 tempat tidur

Ruang Dahlia memiliki 2 pintu untuk akses keluar dan


masuk di setiap kamarnya. Satu pintu depan yang
berhubungan dengan ruang perawatan Kenanga dan satu
pintu belakang untuk keluar. Pencahayaan dan sirkulasi
udara di setiap kamar tercukupi. Kedua pintu yang terdapat
dalam kamar selalu terbuka sehingga pengunjung dapat
bebas keluar masuk kamar pasien tanpa sepengetahuan
perawat.
Letak Ruang Kenanga berbatasan dengan:
a. Sebelah utara : Ruang Kenanga
b. Sebelah timur : Ruang Menur
c. Sebelah selatan : Lahan kosong
d. Sebelah barat : Lahan kosong

Gudang
UNers Toilet
Ruang Pasien Ruang Pasien Ruang pasien 6 station
4 5

Selasar
Pintu
Ruang Pasien Ruang Pasien Ruang pasien Mahasiswa Konsultasi
3 2 1 R.Tindakan Dokter

Sumber: Data primer Ruang Dahlia tahun 2020


Gambar 2.1 Denah Ruang Dahlia
STRUKTUR ORGANISASI RAWAT INAP RUANG DAHLIA
RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Direktur

dr.Nonot Mulyono, M.Kes

Kabid Pelayanan

dr. Sulistya Rini CD, M.Kes

Kepala Inst. Rawat Inap


KOMITE Kepala Seksi
KEPERAWATAN Heni Purwaningsing, S. Kep
Keperawatan

Winarti,
Ka Ruang S.Kep.,Ns.,M
H
Case Manager
Akhwati, S.Kep.,Ns
Dr. Puspitasari

Ketua Tim I Ketua Tim II

Adi Suyatno, S.Kep.,Ns Ety Nugrahtin, S.Kep.,Ns

Penanggung Jawab Siff Penanggung Jawab Siff

Desi Puspitarini, AMK Yunita Handayani, AMK


Aldilah Ika J, S.Kep.,Ns Midha Ambarwati, AMK
Elya Rahmawati, S.Kep.,Ns
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Teguh Widodo, AMK
Mauladhi Irfan, S.Kep.,Ns Esa Yulianto, S.Kep., Ns
Fitianingrum, AMK Fika Septiana, AmK
Riska Dwi, AMK Ela Nurohmah, AMK
R. Hanifa, S,Kep.,Ns

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Ruang Kenanga RSUD dr. Goeteng


Taroenadibrata 2019
B. Kajian Data

Tempat : Ruang Dahlia RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata


Purbalingga
Waktu Pengkajian : 10 - 14 Maret 2020
Metode Pengkajian : Pengkajian dilakukan menggunakan observasi,
wawancara, dan data sekunder

Ruang Dahlia memberikan pelayanan kepada pasien dengan penyakit


bedah dewasa dan anak-anak baik pria maupun wanita. Jumlah tenaga
perawat yang ada di Ruang Dahlia RSUD Goeteng Taroenadibrata
menggunakan pendekatan manajemen keperawatan tim dengan rincian yaitu
Karu 1 perawat, Katim 2 perawat, Penanggung jawab shift 5 perawat dan
Perawat Pelaksana 8 orang perawat, jumlah perawat seluruhnya adalah 16
perawat yang dibagi dalam 3 shift. Penilaian yang dilakukan oleh manajemen
rumah sakit terhadap ruang Dahlia sudah cukup tinggi. Namun belum
mencapai target yang maksimal. Bila dilihat, masih ada beberapa tindakan
keperawatan yang kurang sesuai SOP. Seperti menutup privasi saat
melakukan perawatan luka pada pasien post operasi, hal yang sederhana
namun sering terlupakan. Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 10-14
Maret 2020 didapatkan hasil sebagai berikut :
1. SOP (Standar Operasional Prosedur)
a. Perawatan Luka
Berdasarkan hasil pengkajian mulai dari tanggal 9 sampai 14
maret 2020 menunjukan bahwa perawat ruang yang melakukan
tidakan keperawatan masih kurang sesuai dengan SOP. Hal ini
sesuai dengan rekapitulasi evaluasi instrumen C (SPO) yang
dilakukan oleh manajeman Rs Goeteng untuk perawatan luka pada
bulan januari 100% dan pada bulan februari yakni 96,14%
sedangkan dalam rangka menjaga kualitas rumah sakit semua
tindakan harus 100% sesuai dengan SOP yang sudah ada. Hasil
survei yang dilakukan tim manajemen RS juga sesusai dengan hasil
observasi kami selama 4hari berturut-turut. Sebagai contoh saat
melakukan ganti balut (perawatan luka post operasi), tidak sedikit
hal-hal kecil yang sering terlupakan seperti saat tahap interaksi yaitu
memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan tujuan dilakukan
tindakan tersebut. Selain itu pada tahap kerja juga sering melupakan
dalam menjaga privasi pasien saat dilakukan tindakan, sehingga
banyak keluarga pasien lain yang menonton atau melihat tindakan
yang sedang dilakukan oleh perawat. Padahal diruangan tersebut
sudah tersedia hordeng/tirai sebagai fasilitas yang dapat digunakan
untuk menjaga privasi pasien.
SOP yang sudah disediakan diruangan

PERAWATAN LUKA
PENGERTIAN Adalah suatu penangan luka yang terdiri dari membersihkan luka,
menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses
penyembuhan luka.
TUJUAN 1. Mencegah masuknya kuman/mikroorganisme dan kotoran
kedalam luka.
2. Mencegah terjadinya pencemaran oleh cairan luka dan kuman ke
daerah sekitarnya.
3. Mencegah terjadinya infeksi.
4. Mengistirahatkan bagian yang luka
5. Memberikan rasa nyaman dan aman kepada pasien
KEBIJAKAN Keputusan direktur No. 066/214/2015 tentang kebijakan pelayanan
pasien RSUD dr. R Goeteng Taronadibrata Purbalingga
PROSEDUR Perisapan Alat
PELAKSANAAN A. Troli tindakan
B. Seperangakat alat steril yang berisi:
1.      Pinset chirugis 1 buah
2.      Pinset anatomis 2 buah
3.      kassa steril dalam tempatnya
4.      Lidi kapas steril dalam tempatnya
5.      Obat yang diperlukan
6. Nacl 0,9% dalam tempatnya
C. Peralatan lain terdiri dari:
1.      Gunting Verband
2.      Gunting plester
3.      Bengkok berisi desinfektan
4.      Sarung tangan
5.      Bengkok berisi tempat sampah
6.      Kapas alkohol

Pelaksanaan
1. Mengecek status pasien (instruksi/kolaborasi dengan dokter)
2. Cuci tangan
3. Memberikan salam, mengidentifikasikan pasien dengan benar
(menanyakan nama, tanggal lahir serta mencocokan dengan
delang pasien)
4. Menjelaskan tujuan merawat luka
5. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
6. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
7. Memulai tindakan dengan cara yang baik
8. Memasang sampiran bila perlu
9. Menyiapkan posisi pasien, menjaga privasi pasien
10. Menggunakan sarung tangan
11. Basahi plester dengan kapas alkohol dan buka balutan dengan
menggunakan pinset chirurgis.
12. Meletakan balutan yang kotor pada bengkok
13. Meletakan pinset chirurgis yang telah dipakai kedalam
bengkok yang berisi larutan desinfektan
14. Membersihkan bekas plester dengan kapas alkohol
15. Membersihkan luka dengan NaCl 0,9% sampai bersih dengan
menggunakan pinset dan kassa dari arah dalam keluar.
16. Membuang kassa kotor kedalam bengkok
17. Memberikan obat ke area luka sesuai dengan instukasi dokter
18. Menutup luka dengan kassa dan diplester dengan rapi
19. Meletakan pinset yang sudah tidak steril ke bengkok yang
berisi larutan desinfektan
20. Melepas sarung tangun dan meletakan ke bengkok yang berisi
larutan desinfektan
21. Merapihkan pasien
22. Memberekan alat-alat
23. Mengevaluasi perasaan pasien
24. Mengakhiri tindakan dengan cara yang baik dan memberikan
reinforcement positif pada pasien
25. Cuci tangan
26. Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan
keperawatan (tanggal, jam, nama perawat, tanda tangan dan
keadaan luka)
UNIT TERKAIT 1. Dokter

2. Perawat

b. Terapi Intravena Per Selang


Berdasarkan hasil rekapitulasi evaluasi instrumen C (SPO) yang
dilakukan oleh tim manajemen RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga pada bulan januari untuk injeksi
perselang intravena diruang dahlia sebesar 90,9%. Dalam
pelaksaannya tidak sedikit perawat yang melakukan tindakan ini
kurang sesuai dengan SOP yang ada terutama perawat yang jaga
sore. Dari hasil observasi selama empat hari dimana terlihat sekali
perawat yang berjaga dipagi dengan sore hari. Perawat yang jaga
pagi masih lebih sesuai SOP daripada perawat yang jaga sore.
Kebanyakan perawatan yang jaga sore tidak membawa kelengkapan
alat seperti perlak. Selain itu baik perawat yang jaga pagi dan sore
banyak yang tidak menjelasan tujuan dari tindakan maupun
kegunaan dari masing-masing obat.
SOP yang sudah disediakan diruangan

PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA (PERSELANG)


PENGERTIAN Adalah memberikan obat injeksi dengan cara melakukan penyuntikan
kedalam pembulu darah vena melalui selang infus
TUJUAN 1. Menghindari kerusakan jaringan akibat penyuntikan berulang.
2. Mendapat reaksi yang lebih cepat dari pemberian obat.
KEBIJAKAN Keputusan direktur No. 066/214/2015 tentang kebijakan pelayanan
pasien RSUD dr. R Goeteng Taronadibrata Purbalingga
PROSEDUR Perisapan Alat
PELAKSANAAN  Troli tindakan
1) Spuit steril sesuai kebutuhan
2) Obat injeksi yang diperlukan
3) Bak spuit
4) Pengalas
5) Swab alcohol 70%
6) Tempat sampah untuk sampah tajam (safety box)
7) Tempat sampah infeksius

Pelaksanaan
1. Mengecek status pasien (instruksi/kolaborasi dengan
dokter)
2. Cuci tangan
3. Memberikan salam, mengidentifikasikan pasien dengan
benar (menanyakan nama, tanggal lahir serta mencocokan
dengan delang pasien)
4. Perawat memperkenalkan diri
5. Memjelaskan tujuan tindakan pemberian injeksi
6. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
7. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
8. Memulai tindakan dengan cara yang baik
9. Memasang sampiran bila perlu
10. Atur posisi yang nyaman
11. Mengecek kelancaran tetesan infus sebelum obat
dimasukan
12. Mematikan atau mengklem infus
13. Mengambil spuit yang sudah terisi obat
14. Pastikan udara dalam spuid sudah dikeluarkan, masukan
obat pelan-pelan
15. Apabila obat sudah masuk semua, spuit dan desinfeksi
selang infuse (area insersi) dengan swab alkohol 70%,
kemudian buang kapas bekas pakai kedalam tempat
sampah infeksius
16. Buang spuit ke tempat safety box
17. Merapikan pasien
18. Mengevaluasi perasaan pasien
19. Mengkhiri tindakan dengan cara yang baik dan
memberikan reinfocement yang positif
20. Merapikan alat
21. Mencuci tangan
22. Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan
keperawatan (tanggal, jam, nama perawat, tanda tangan
dan keadaan luka)
UNIT TERKAIT 1. Dokter
2. Perawat

2. Five Moment Hand Hygiene


Five moments hand hygiene sebagai evidence-based untuk mencegah
penyebaran infeksi nosokomial yang harus dilaksanakan sesuai dengan
seluruh indikasi yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan apakah
petugas kesehatan menggunakan sarung tangan atau tidak. WHO (2009b,
2014). Five moment di rumah sakit dilakakukan saat sebelum kontak
dengan pasein, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah kontak
pasien, setelah kontak dengan cairan tubuh dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien. Dalam melakukan langkah cuci tangan perawat
dianggap sudah baik, dalam hal ini fokus pengkajiannya yaitu mengenai
five moment di ruang rawat inap dahlia RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
Hasil pengkajian yang didapat melalui observasi tentang kepatuhan
penerapan five moment pada tenaga kesehatan didapatkan bahwa sebagian
besar perawat sering melalaikan untuk cuci tangan sebelum kontak dengan
pasien dan sebelum tindakan aseptik. Sedangkan perawat patuh untuk cuci
tangan setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan cairan tubuh,
dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. Rencana tindakan untuk
mengatasi masalah ketidakpatuhan penerapan five moment perawat yaitu
akan dilakukan demonstrasi cuci tangan kepada perawat dan memutar
audio tentang five moment cuci tangan dan langkah-langkah cuci tangan di
ruang perawat sebagai pengingat kapan perawat harus cuci tangan.

BAB III
PLAN OF ACTION
A. Good Question
1. Pengadaan Audio tentang Five Moment Cuci Tangan dan 6 Langkah
Cuci Tangan
1.1 Good Question: Apakah dengan pengadaan audio tentang five
moment cuci tangan dan 6 langkah cuci tangan dalam ruangan
dapat meningkatkan kepatuhan perawat untuk mencuci tangan?
1.1. Kegiatan : Memasang audio speaker tentang
1 five moment cuci tangan di ruang
Dahlia
1.1. Penanggung jawab : Baeti Amalia, Dina Linda Pratiwi
2 dan Anji Muda Permana

1.1. Waktu pelaksanaan : 16 Maret 2020


3
1.1. Kriteria keberhasilan : Meningkatnya kepatuhan perawat
4 dalam melakukan five moment
cuci tangan dan 6 langkah cuci
tangan yang benar di ruang
Dahlia

2. Kepatuhan Penerapan Tindakan Sesuai SOP dalam perawatan luka


2.1 Good Question: Apakah dengan memberikan sosialisasi terkait
standar prosedur operasional pada perawat ruang dahlia terkait
perawatan luka seperti menjaga privasi pasien dapat meningkatakan
kualitas tindakan perawat?
2.1. Kegiatan : Sosialisasi tindakan sesuai SOP
1 dalam perawatan luka
2.1. Penanggung jawab : Laela Haryati, Dwi Retnaningtyas
2 dan Herdika Listya Kurniati
2.1. Waktu pelaksanaan : 17 Maret 2020
3
2.1. Kriteria keberhasilan : Meningkatnya kesadaran dan
4 kepatuhan perawat dalam
melakukan tindakan sesuai
dengan standar prosedur
operasional dalam perawatan luka

3. Kepatuhan Penerapan Tindakan Sesuai SOP Pada Injeksi IV


Perselang
3.1 Good Question: Apakah dengan memberikan sosialisasi terkait
standar prosedur operasional pada perawat ruang Dahlia dapat
meningkatkan keefektifan dan kepatuhan perawat dalam penggunaan
pengalas dan pemberian informasi obat yang diberikan?
3.1. Kegiatan : Sosialisasi tindakan sesuai SOP
1 dalam tindakan injeksi IV
perselang seperti penggunaan
pengalas dan pemberian
informasi obat yang diberikan
3.1. Penanggung jawab : Okti Veniawati, Arief Khoerul
2 Ummah dan Iftiar Alif Nuraeni
3.1. Waktu pelaksanaan : 17 Maret 2020
3
3.1. Kriteria keberhasilan : Meningkatnya keefektifan dan
4 kepatuhan perawat dalam
penggunaan pengalas saat
tindakan injeksi IV dan
pemberian informasi obat yang
diberikan oleh perawat

Anda mungkin juga menyukai