Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1) Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, misalnya manusia

memperoleh pengetahuan melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2007). Pada waktu pengindraan sampai didapatkan hasil

pengetahuan tersebut dipengaruhi intensitas perhatian persepsi

terhadap obyek (Wawan dan Dewi, 2010)

Pengetahuan dendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,

karena diharapkan bahwa semakin tinggi pendidikan maka orang

tersebut akan semakin luas pengetahuannya, akantetapi perlu

ditekankan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan

rendah berpendidikan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa

peningkatan pengetahuan tidak mutlak didapat dari pendidikan non

formal saja (Wawan dan Dwei, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan ddalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

7
8

1) Tahu (Know)

Mampu mengingat kembali (recall) yang telah dipelajari

sebelumnya. Dalam hal ini tahu adalah tingkat pengetahuan

yang paing rendah.

2) Mengetahui (Comprehension)

Mampu untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang

diketahui dan menginterpretasikan objek yang telah dipelajari

tersebut dengan benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Mampu menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

dan kondisi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Mampu menjabarkan materi atau suatu subyek ke dalam

komponen-komponen, akantetapi masih dalam suatu struktur

organisasi dan saling berkaitan satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Mampu menunjukan kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan

yang baik.

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakuakan penelitian

terhadap objek atau materi. Penelitian ini didasarkan pada


9

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

yang sudah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan dibagi menjadi 2 (Wawan dan Dewi,

2011):

1) Cara kuno

a) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Memecahkan masalah adalah kemungkinan menggunakan

cara ini. Apabila kemungkinan tidak berhasil maka

cobalah kemungkinan-kemungkinan yang lain sampai

masalah dapat terpecahkan.

b) Pimpinan masyarakat, para ahli, pemerintahan dan berbagai

prinsisp orang lain tanpa menguji atau membuktikan

kebenarannya baik secara empiris maupun penalaran

sendiri itu salah satu sumber pengetahuan.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Cara memperoleh pengetahuan dengan mengulang kembali

pengalaman yang dahulu atau sekarang dialami dalam

pemecahan suatu masalah.

2) Cara modern

Cara modern atau cara ilmiah (metode penelitian) yang dewasa

ini dikenal dengan nama penelitian ilmiah.

d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


10

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu ada 2 (Wawan, 2011):

1) Faktor Internal

a) Tingkat Pendidikan

Pendidikan sangat mempengaruhi proses belajar seseorang

serta dpat membawa pengetahuan atau wawasan yang baru.

Semakin tinggi pendidikan seseorang mka semakin mudah

orang tersebut untuk dapat menerima informasi. Semakin

banyak informasi yang seseorang dapat, maka semakin banyak

pula pengetahuan yang orang itu dapat. Pengetahuan sangat

erat kaitannya dengan pendidikan dimana seseorang dengan

pendidikan tinggi akan semakin luas wawasan atau

pengetahuannya. Namun perlu diketahui bahwa tingkat

pendidikan yang rendah tiak berarti mutlakberpengetahuan

rendah.

b) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperolah dan pengetahan yang baiksecara langsung

maupun secara tidak langsung.

c) Umur

Semakin tinggi umur seseorang, maka tingkat kematangan dan

kematangan seseorang tersebut akan semakin baik dalam

berfikir dan menerima informasi. Namun perlu diketahui

bahwa seseorang yang berumur lebih tua tidak mutlak


11

memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibanding dengan

seseorang yang lebih muda.

2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang berada di sekitar individu,

baik lingkungan biologis, lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan kedalam diri seseorangyang berada

pada lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya reaksi

timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap orang.

b) Sosial Budaya/ tradisi

Dalam masyarakat social budaya/ tradisi dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi. Hal ini

sering dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan itu baik ataupun buruk. Sosial

Budaya/ tradisi diantaranya meliputi pandangan agama dan

kelompok etnis. Hal ini dapat mempengaruhi pross masuknya

informasi khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan

untuk memperkuat kepribadianya.


12

e. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian atau responden.

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor >76%-100%

2) Tingkat pengetahuan cukup baik skor 56%-75%

3) Tingkat pengetahuan kurang baik skor <55%

(Pratiwi dkk, 2014).

2) Swamedikasi

a. Pengertian Swamedikasi

Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi adalah

tindakan/ pengobatan sesndiri untuk mengobati keluhan-keluhan

yang ada pada dirinya atau sebagai pemilihan dan penggunaan obat

dari penyakit atau gejala penyakit. Obat-obat yang digunakan yaitu

golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, obat-obatan tersebut

merupakan obat yang relatif aman digunakan untuk swamedikasi.

(Anonim, 2014). Apabila swamedikasi dilakukan dengan benar,

maka ini merupakan sumbangan yang besar bagi pemerintah untuk

pemeliharaan kesehatan secara nasional (Prameshwari, 2009). Hal

yang merugikan dalam swamedikasi yakni jika obat digunakan tidak

sesuai dengan aturan dan dapat mebahayakan kesehatan pasien.


13

b. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi

Menurut Prameshwari (2009) yang melakukan swamedikasi

dalam “mendiagnosis” suatu penyakit, harus mampu:

1) Mengetahui jenis obat yang diperlukan.

2) Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat

mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya.

3) Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian)

dan mengetahui batas kapan mereka harus mengetahui

swamedikasi yang kemungkinan segera memerlukan

pertolongan petugas kesehatan.

4) Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat

memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian,

adalah suatu penyakit baru atau karena efek samping obat.

5) Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut,

terkait dengan kondisi seseorang.

Ada beberapa aspek yang perlu diwaspadai agar swamedikasi

dapat dilakukan secara tepat, aman, dan rasional. Menurut

Prameshwari (2009) garis besarnya adalah sebagai berikut:

a) Mengenal gejala penyakit atau keluhan kesehatan yang diderita

oleh seseorang.

b) Menentukan obat yang dibutuhkan untuk mengatasi keluhan

tersebut:
14

i) Memilih produk dengan formula yang paling sederhana

dengan memperhatikan komposisi obat dan dosis

penggunaan obat. Secara umum komposisi tunggal lebih

dianjurkan.

ii) Memilih obat yang mengandung dosis yang efektif, serta

mencantumkan komposisi dan jumlahnya.

iii) Menggunakan produk generik apabila tersedia.

iv) Berhati-hati terhadap iklan obat yang beredar jika melebihi

efek obat dibandingkan produk sejenis lainnya.

v) Perhatian khusus jika harus diberikan pada anak-anak,

terutama mengenai dosis, bentuk sediaan, dan rasa.

c) Memperhatikan waktu penggunaan obat dengan hilang atau

berkurangnya suatu keluhan penyakit, jika dalam beberapa hari

belum berkurang atau sembuh sebaiknya meminta bantuan

dokter atau tenaga medis lainya. Obat bebas atau yang disebut

juga sebagai golongan obat OTC (over the counter drug)

adalah obat-obat yang daoat diperolah di apotek atau took obat

tanpa resep dokter.

3) Nyeri

a. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan gejala penyakit yang sering dialami

seseorang misalnya pegal-pegal, sakit kepala/ pusing serita nyeri

lainnya (Muchid dkk, 2015). Nyeri yaitu perasaan sensor dan


15

emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman),

kerusakan jaringan, keadaan psikis sangat berpengaruh pada nyeri,

misalnya pada saat emosi dapat menimbulkan sakit kepala/ pusing

akan tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri

(Tjay dan Raharja, 2007).

b. Terapi jenis-jenis nyeri

Menurut Tjay dan Raharja (2007) pada pengobatan nyeri,

pemilihan obat tergantung pada jenis rasa nyeri yang dialaminya,

maka dapat menggunakan obat-obat sebagai berikut:

1) Obat Analgetik

a) Pengertian obat analgetik

Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-

zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran (perbedaaan dengan anastetika

umum) (Tjay dan Rahaja, 2007).

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman akibat

perasaan sensoris dan emosional, berkaitan dengan

(ancaman) karena kerusakan jaringan. Nyeri dapat

dipengaruhi pada keadaan psikis penderita, misalnya pada

saat emosi dapat memicu terjadinya sakit kepala bahkan

dapat memperhebat rasa sakitnya. Nyeri merupakan suatu

perasaan yang subyektif pribadi dan ambang toleransi nyeri

berbeda-beda setiap orang, batas nyeri pada suhu tubuh


16

adalah konstan, yakni pada suhu 44-45˚C (Tjay dan

Raharja, 2007).

Ambang nyeri adalah tingkat (level) dimana nyeri

dirasakan untuk pertama kaliny, atau intensitas rangsangan

yang terrendah saat orang merasakan nyeri. Setiap orang

ambang nyeri berbeda-beda (konstan) (Tjay dan Raharja,

2007).

Rasa nyeri pada umumnya suatu gejala yang timbul

untuk melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap suatu sinyal

bahaya adanya gangguan pada jaringan, seperti peradangan,

infeksi jasad renik, atau kejang otot. Pada jaringan yang

rusak nyeri yang timbul akibat rangsangan mekanis,

kimiawi, atau fisis. Rangsangan tersebut memicu pelepasan

zat-zat tertentu yang disebut sebagai mediator nyeri.

Mediator nyeri dapat mengakibatkan reaksi kejang-kejang

atau radang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf

bebas di kulit, bahkan mukosa dan pada jaringan-jaringan

lain. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui

jaringan-jaringan lebat dan tajuk-tajuk neuron dengan

sangat banyak sinaps via sumsung tulang belakang, sumsum

lanjutan, dan pada otak bagian tengah. Dari thalamus

impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana

implus dirasakan sebagai nyeri (Tjay dan Raharja, 2007).


17

b) Penggolongan Obat Analgetik

Obat analgetik dapat dikelompokan dalam enam golongan

(DepKes, 2008), yaitu:

i) Obat Bebas

Obat Bebas adalah obat yang dijual bebas tanpa resep

dari dokter. Tanda khusus pada kemasan obat adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh obat dalam sediaan Obat Bebas adalah

parasetamol. (DepKes, 2008). Logo penandaan Obat

Bebas dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Logo Obat Bebas

ii) Obat Bebas Terbatas

Obat Bebas Terbatas adalah obat yang sebenarnya

masih termasuk dalam obat keras, akan tetapi masih

dapat dijual bebas tanpa resep dari dokter, dan disertai

dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan

obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis

tepi berwarna hitam. Contoh obat dalam sediaan Obat

Bebas Terbatas adalah klorfeniramin maleat atau sering


18

disebut CTM. (DepKes, 2008). Logo penandaan Obat

Bebas Terbatas dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas

Tanda peringatan yang selalu tercantum dalam obat

bebas terbatas, yaitu berupa enam persegi panjang

berwarna hitam berukuran panjang 5cm dengan lebar

2cm, dan memuat pemberitahuan dengan tulisan

berwarna putih sebagai berikut :

Gambar 3. Tanda peringatan nomor 1-6 untuk Obat

Bebas Terbatas

Contoh masing-masing obat bebas terbatas yang

disertai dengan tanda peringatan tersebut antara lain

yaitu :

i. Tanda Peringatan nomor 1


19

Contoh obatnya adalah OBH Combi, Decolsin,

dan Saridon.

ii. Tanda Peringatan nomor 2

Contoh obatnya adalah Betadine obat kumur.

iii. Tanda Peringatan nomor 3

Contoh obatnya adalah Kalpanax, Daktarin, dan

Canesten.

iv. Tanda Peringatan nomor 5

Contoh obatnya adalah Dulcolax.

v. Tanda Peringatan nomor 6

Contoh obatnya adalah Superhoid.

iii) Obat Keras

Obat Keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di

Apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada Obat

Keras adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan

garis tepi berwarna hitam. (DepKes, 2008). Logo

penandaan Obat Keras dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Logo Obat Keras

iv) Obat Wajib Apotek

Obat Wajib Apotek adalah obat yang termasuk dalam

golongan obat keras yang dapat diserahkan langsung


20

oleh Apoteker kepada pasien yang datang ke Apotek

untuk membeli obat tersebut tanpa resep dari dokter.

Apoteker dalam melayani pasien yang memerlukan

obat dimaksud diwajibkan untuk (Kemenkes Nomor

347/Menkes/SK/VII/1990) :

i. Memenuhi ketentuan dan batasan setiap jenis obat

tiap pasien yang disebut Obat Wajib Apotek yang

bersangkutan,

ii. Membuat catatan tiap pasien serta obat yang telah

diserahkan,

iii. Memberikan informasi kepada pasien meliputi dosis

dan aturan pemakaiannya, kontra indikasi,

efeksamping, serta yang perlu diperhatikan oleh

pasien.

Obat-obat yang termasuk dalam golongan Obat Wajib

Apotek telah diatur oleh Menteri Kesehatan Repubelik

Indonesia, yaitu dalam Keputusan Mentri Kesehatan

Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib

Apotek, Peraturan Mentri Kesehatan Nomor

924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib

Apotek No.2, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1176/Menkes/Per/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib

Apotek No.3 Pada Daftar Obat Wajib Apotrek No.1


21

terdapat beberapa perubahan yang diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Repubelik Indonesia

Nomor 925/Menkes/Per/X/1993 (Lihat Lampiran 6)

v) Obat Narkotika

Obat Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi-sintetis

yang dapat menurunkan kesadaran bahkan perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulnya

ketergantungan. Tanda khusus pada Obat Narkotika

adalah tanda panah merah dalam lingkaran berwarna

putih dengan garis tepi berwarna merah. Contoh Obat

dalam golongan ini adalah morfin, heroin, dan petidin.

(Depkes, 2008). Logo penandaan Obat Psikotropika

Narkotika dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Logo Obat Narkotika Psikotropika

vi) Obat Psikotropika

Obat Psikotropika adalah obat keras baik alami maupun

sintetis, bukan termasuk narkotik, yang berkhasiat

sebagai psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat (SSP) dan menyebabkan perubahan


22

mentan dan perilaku. Contoh obat golongan

psikotropika adalah Diazepam dan Fenobarbital

(Depkes, 2008).

Menurut Tjay dan Rahardja (2007) ada beberapa kondisi

kesehatan yang harus diperhatikan dalam pemilihan obat-

obat analgetik, yakni:

i. Gangguan ginjal.

Penderita gangguan ginjal dianjurkan untuk berhati-hati

dalam pemilihan obat-obat analgetik ini.

ii. Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).

Penggunaan obat-obat AINS dalam jangka waktu lama

dapat menyebabkan gangguan control tekanan darah.

iii. Diabetes militus.

Penderita diabetes sangat beresiko tinggi terhadap

penyakit gagal ginjal, maka penggunaan obat-obat

analgetik harus hati-hati dan dibawah pengawasan

dokter atau tenaga medis lainya.

iv. Gangguan saluran pencernaan.

Obat-obat AINS menyebabkan komplikasi penyakit

saluran pencernaan yakni dyspepsia, radang lambung,

luka lambung sampai perdarahan lambung.

v. Asma.
23

20% penderita asma berpotensi terhadap reaksi alergi

(hipersensitif) setelah menggunakan obat aspirin.

Alternatif lain dapat menggunakan paracetamol dan

natrium salisilat.

vi. Penyakit hati.

Efek samping penggunaan obat-obat analgetik berkisar

dari ringan sampai berat/ fatal. Penggunaan Natrium

Diklofenak dapat menyebabkan keracunan akut jika

konsetrasi obat dalam darah tinggi, terutama jika

penderita mengalami gangguan fungsi hati (hepatitis)

atau demam rematik. Pasien yang sering menum-

minuman beralkohol risiko terjadinya keracunan hati

bisa meningkat dengan penggunaan natrium

diklofenakl yang berlebihan.

Obat-obat analgetik yang dapat dibeli bebas tanpa resep

dokter yaitu golongan obat bebas dan obat bebas terbatas,

dan untuk obat-obat golongan obat keras, obat pisikotropika

dan narkotika tidak boleh dijual bebas tanpa resen dokter

(DepKes, 2008. Salah satu obat yang dapat dibeli bebas di

apotek adalah :

1. Natrium Diklofenak

Merupakan derivat dari asam fenilasetat. Natrium

Diklofenak termasuk Obat Wajib Apotek (OWA) nomor


24

3. Natrium Diklofenak sering digunakan dalam bentuk

garam natrium untuk menghilangkan rasa nyeri dan

inflamsi pada saat kondisi tertentu. Natrium diklofenak

diberikan secara oral. Dosis lazim natrium Kegunaan

obat: analgetik dan antiinflamasi

a. Hal yang harus diperhatikan

a) Dosis penggunaan obat harus tepat, tidak boleh

melebihi dari dosis lazimnya, jika hal itu terjadi

dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan

ginjal.

b) Sebaiknya diminum setelah makan

c) Hindari penggunaan bersamaan dengan alcohol

karena dapat meningkatkan risiko gangguan

fungsi hati.

d) Untuk penderita gagal ginjal konsultasikan

terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker.

b. Kontra Indikasi

tidak boleh diberikan pada penderita gangguan fungsi

hati, pecandu alcohol dan penderita yanh hipersensitif

terhadap paracetamol/ acetaminophen.

c. Bentuk sediaan

Tablet 25 mg dan Tablet 50 mg.

d. Efek Samping
25

Reaksi hematologi, keracunan hati dan anemia

hemolitik.

B. Kerangka Teori

NYERI

UPAYA PENGUNAAN
OBAT

SWAMEDIKASI

FARMAKOLOGI : NON FARMAKOLOGI :

PENGGUNAAN OBAT DENGAN CARA


PEREDA NYERI TRADISIONAL
(NATRIUM
DIKLOFENAK)

Gambar 6. Kerangka Teori


26

C. Kerangka Konsep

PENGGUNAAN
OBAT

PENGETAHAUN
OBAT

TEPAT TIDAK TEPAT


PENGGUNAAN PENGGUNAAN
OBAT OBAT

Gambar 7. Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai