Anda di halaman 1dari 36

BAB I

1.1 LATAR BELAKANG

Kanker Payudara adalah Keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran

Kelenjar dan jaringan penunjangan payudara,tidak termasuk kulit payudara.

( Depkes RI,2009)

Data The Global Cancer Observatory tahun 2020, kanker payudara di


Indonesia termasuk paling banyak ditemukan pada perempuann dengan proporsi
30,8 persen dari total kasus kanker lainnya, yakni terdapat 65.858 kasus baru.
Sedangkan Menurut WHO (2012) kejadian kanker payudara sebanyak 1.677.000
kasus.

Penyebab terjadinya kanker payudara masih belum diketahui. Yang


diketahui adalah factor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker
payudara seperti Merokok dan terpapar asap rokok ( perokok pasif ), Pola makan
yang buruk ( tinggi lemak dan rendah serat,mengadung zat pengawet/pewarna,
Haid pertama pada umur kurang dari12 tahun, Menopause (berhenti haid) setelah
umur 50 tahun, Melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun, Tidak pernah
menyusui anak,Pernah mengalami operasi payudara disebabkan oleh kelainan
tumor jinak atau tumor ganas, Diantara anggota keluarga ada yang menderita
kanker payudara.

Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan


pengetahuan dan sikap tentang SADARI dalam mendeteksi dini kanker payudara
pada remaja putri.
Pemeriksaan Payudara Sendiri ( SADARI ) adalah Metode pencegahan
untuk pemriksaan deteksi dini kanker payudara. SADARI merupakan salah satu
metode deteksi kanker payudara yang di temukan oleh American Cancer Society

( ACS) dan dianjurkan dilakukan sendiri (Cancer Society,2005).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas penulis berinisiatif untuk membahas

“HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG SADARI DALAM


MENDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA REMAJA”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan sikap tentang


SADARI dalam mendeteksi dini kanker payudara pada remaja

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui hubungan SADARI dan detiksi kanker payudara pada remaja
2. Mengetahui pengetahuan deteksi dini kanker payudara sebelum diberi
pengetahuan tentang SADARI
3. Mengetahui pengetahuan deteksi dini kanker payudara setelah diberi
pengetahuan tentang
SADARI
4. Memberikan Informasi tentang SADARI dalam mendeteksi dini kanker
payudara
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian Hasil Penelitian inidiharapkan mmemberi manfaat bagi :

1. Bagi Responden
Untuk memberikan pengetahuan bahwa mendeteksi dini kanker payudara
menggunakan pemeriksaan SADARI dapat menurukan tingkat kematian
akibat kanker.

2. Bagi Innsitusi Pendidikan


Sebagai sumber informasi yang memberikan manfaat khususnya dalam
memperbanyak pengetahuan mengenai pemeriksaan SADARI dalam
mendeteksi dini kanker payudara.

3. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap tentang SADARI dalam
mendeteksi Dini Kanker Payudara pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah Struktur organisasi pengetahuan yang biasanya
merupakan suatu fakta prosedur dimana jika dilakukan akan memenuhi
kinerja yang mungkin
( Gordon,1994)
Pengetahuan adalah Sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah di pelajari
dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan
yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori,tetapi ada yang diberikan
menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. ( Ngatimin,1990 )

2.1.2 Tingkat Pengetahuan


a. Tahu

Tingkat pengetahuan yang pertama adalah tahu. Dalam tingkat pengetahuan ini,
seseorang hanya sekedar mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
Orang yang hanya sekedar tahu biasanya belum bisa mengajarkan apa yang
diketahuinya kepada orang lain (jika bisa, maka proses pengajaran tidak akan
berjalan dengan efektif).

b. Paham

Tingkat pengetahuan yang kedua adalah paham. Tingkat pengetahuan paham dapat
diartikan sebagai tingkat pengetahuan yang sudah dapat digunakan untuk
menjelaskan apa yang diketahui dengan benar. Meskipun begitu, dalam tingkatan
pengetahuan ini, orang yang paham biasanya belum bisa mengaplikasikan apa
yang dipahaminya di permasalahan yang sesungguhnya (di dunia nyata).

c. Aplikasi

Tingkat pengetahuan yang ketiga adalah aplikasi. Tingkat pengetahuan aplikasi


merupakan tingkat pengetahuan yang sudah dapat digunakan untuk memecahkan
berbagai permasalahan yang terjadi di kehidupan nyata.

d. Anlisa

Tingkat pengetahuan yang keempat adalah analisa. Tingkat pengetahuan analisa


merupakan tingkat pengetahuan yang sudah bisa digunakan untuk sekedar
membuat  gambaran materi atau pun objek dalam sebuah komponen yang masih
terkait dengan apa yang diketahuainya. Orang yang sudah sampai pada tingkatan
pengetahuan ini biasanya disebut dengan istilah analisator.

e. Sintetis

Tingkat pengetahuan yang kelima adalah sintesis. Dalam tingkat pengetahuan ini,
seseorang sudah dapat menghubungkan berbagai macam bentuk pengetahuanyang
dimilikinya menjadi satu bentuk pengetahuan yang baru. Orang yang sudah
mencapai tingkat pengetahuan ini biasanya diberi label peneliti atau pun pemikir.

f. Evaluasi

Tingkat pengetahuan yang terakhir sekaligus yang paling tinggi adalah evaluasi.
Dalam tingkat pengetahuan ini, seseorang sudah dapat melaksanakan identifikasi
permasahan atau pun penilaian terhadap materi atau pun objek tertentu yang
dilandaskan dengan menggunakan kriteria – kriteria yang ada. Jika seseorang
sudah mencapai tingkat pengetahuan yang satu ini, maka orang tersebut dapat
digolongkan ke dalam seorang ahli atau pun seorang expert.

2.1.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang


atau kelompok serta mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga
dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Budiman dan Riyanto, 2013).

2. Informasi atau media massa

 Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Informasi yang mudah diperoleh dapat
mempercepat seseorang dalam mendapatkan pengetahuan baru. Perkembangan
teknologi saat ini mempermudah ibu mengetahui informasi dari berbagai media,
sehingga ibu dapat meningkat pengetahuannya (Astuti, 2012).

3.Sosial, budaya, dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk. Seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status
sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,
2007).

4.Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmodjo, 2007)

5.Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerjanya.

6.Usia
Usia mempengaruhi daya serap informasi seseorang. Usia seseorang yang
bertambah maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman dan
Riyanto, 2013). Usia mempengaruhi daya serap informasi seseorang. Usia
seseorang yang bertambah maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman
dan Riyanto, 2013).
2.2 Sadari
2.2.1 Pengertian Sadari
SADARI adalah pemeriksaan/ perabaan sendiri untuk menemukan
timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005).
2.2.2.Tujuan Sadari
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini.
Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih
pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI hanya
untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk
mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir
untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun,
kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada
usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu
deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh
lebih besar (Otto,S, 2005).
`Mayo Fundation for Medical Education and Research
(2005)mengemukakan bahwa beberapa penelitian memang menunjukan
SADARI tidak menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, namun
kombinasi antara SADARI dan mamografi masih dibutuhkan untuk
menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara. Kearney dan
Murrayv(2006) mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah dapat
menemukan tumor/benjolan payudara pada saat stadium awal, penemuan awal
benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mamografi untuk mendeteksi
interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat
melakukan mamografi dan menurunkan kematian akibat kanker payudara.

2.2.3 Target dan Waktu Pelaksanaan


SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun,
segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada
wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut
(fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia
20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah
terbentuk sempurna.

Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita
menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara
rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya
sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak
berubah selama bertahun - tahun. Wanita yang belum menopouse sebaiknya
melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal
meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum
menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah
menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya
dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam
kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).

2.2.4 Pedoman melakukan Sadari


Berikut ini langkah – langkah melakukan SADARI menurut Smeltzer(1996):
Langkah 1 :
a. Berdirilah di depan cermin.
b. Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidaknormal.
c. Perhatikan adanya rabas pada puting susu, keriput, dimpling atau kulit
mengelupas
Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur pada
payudara. Jadi ketika melakukan SADARI, anda harus mampu merasakan otot
– otot anda yang menegang.
Langkah 2 :
a. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan anda
dibelakang kepala anda ke arah depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudra anda.
Langkah 3 :
a. Selanjutnya tekan tangan anda ke arah pinggang anda dan agak membungkuk
ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara anda.
Beberapa wanita melakukan pemeriksaan payudara berikut Ketika sedang
mendi dengan shower. Jari – jari akan meluncur dengan mudah diatas kulit
yang bersabun, sehingga anda dapat berkonsentrasi dan merasakan setiap
perubahan yang terjadi pada payudara anda.
Langkah 4 :
a. Angkat tangan kiri anda.
b. Gunakan 3 atau 4 jari anda untuk meraba payudara kiri anda dengan kuat,
hati – hati dan menyeluruh.
c. Mulailah pada tepi luar, ttekan bagian datar dari jari tangan anda
dalamlingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat di sekitar payudara.
d. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.
e. Pastikan untuk melakukanya pada seluruh payudara.
f. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah lengan,
termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri.
g. Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.
Langkah 5 :
a. Dengan perlahan remas puting susu dan perhatikan adanya rabas.
b. Jika anda menemukan adanya rabas dari puting susu dalam sebulan yang
terjadi ketika anda sedang atau tidak melakukan SADARI, temuilah dokter
anda.
c. Ulang pemeriksaan pada payudara kanan anda.
Langkah 6 :
a. Tahab 4 sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring
b. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri anda di bawah
kepala anda dengan sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah
bahu kiri.
c. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan diatas.
d. Ulangi pada payudara kanan anda.

2.3 Kanker Payudara


2.3.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara (ca mammae) adalah keganasan pada payudara (mammae)
yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang
payudara (Anita & Sukamti P, 2016). Keganasan pada payudara berasal dari
epitel ductus dan lobulusnya. Ductus (saluran) merupakan tabung
yang membawa air susu ke puting, sedangkan lobulus merupakan kelenjar
penghasil air susu (Jezdic,2018). Kanker payudara merupakan suatu penyakit
neoplasma ganas akibat dari pertumbuhan abnormal sel pada jaringan payudara.
Sel kanker tersebut membelah secara pesat dan tak terkontrol, kemudian
berinfiltrasi di jaringan sekitarnya dan bermetastasis.

Sel abnormal pada payudara terus tumbuh dan akan membentuk benjolan di
payudara. Apabila benjolan tersebut tidak segera dikontrol, maka akan sel
abnormal pada payudara akan bermetastase ke jaringan-jaringan tubuh lain
(Anggarwati, 2018). Metastase sering terjadi pada bagian tubuh
terdekat, seperti kelenjar getah bening ketiak atau diatas tulang belikat. Kanker
payudara secara signifikan mempengaruhi morbiditas dan dapat menyebabkan
kematian jika tidak segera ditangani (Saputri & Valentina,2018)
2.3.2 Tipe-tipe Kanker Payudara
Menurut European Society for Medical Encology (2018), tipe ca mammae
berdasarkan cara invasi dibagi menjadi berikut.
a. Non-invasif (in situ)
Ca mammae non-invasif merupakan lesi pra malignan atau belum menjadi kanker,
tetapi dapat berkembang menjadi bentuk ca mammae yang invasif. Lesi yang
terjadi di duktus disebut Ductus Carsinoma In Situ (DCIS), yaitu sel-sel kanker
berada pada saluran payudara (duktus) tetapi belum
menyebar ke jaringan payudara yang sehat. Sedangkan Lobular Carsinoma In Situ
(LCIS) merupakan keabnormalan atau perubahan pada sel-sel yang melapisi
lobulus yang mengindikasikan adanya risiko kanker payudara. LCIS atau neoplasia
lobular bukan merupakan kanker payudara, namun
dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin untuk mencegah perkembangan lesi pra
malignan.
b. Invasif
Ca mammae invasif merupakan kanker payudara yang telah menyebar diluar
saluran (ca mammae duktal invasif) atau lobulus (ca mammae lobular invasif).
Tipe ca mammae berdasarkan perkembangan penyakit:
a) Ca mammae awal (stadium 0 IIA), yaitu tumor yang belum menyebar di luar
payudara atau kelenjar getah bening aksila. Tipe kanker ini dapat dioperasi untuk
mengangkat sel kanker, namun juga dapat dilakukan terapi sistemik neoadjuvant
pra operasi.
b) Ca mammae lanjut-terlokalisir (stadium IIB III), yaitu tumor yang telah
menyebar dari payudara ke jaringan terdekat atau kelenjar getah bening. Pada
sebagian besar pasien, pengobatan untuk tipe kanker ini dimulai dengan terapi
sistemik. Bergantung pada seberapa jauh kanker telah menyebar, tumor yang
berkembang secara lokal mungkin dapat dioperasi atau tidak dapat dioperasi
(dalam hal ini pembedahan masih dapat dilakukan jika tumor menyusut setelah
terapi sistemik).
c) Ca mammae metastasis (stadium IV), yaitu ketika tumor telah menyebar ke
bagian lain dari tubuh, seperti tulang, hati atau paru- paru. Tumor yang menyebar
ke tempat yang jauh disebut metastasis.
Kanker payudara metastasis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dilakukan
tritmen secara berkelanjutan.
d) Ca mammae lanjut, yaitu istilah yang menggambarkan ca mammae local yang
tidak dapat dioperasi dan ca mammae metastasis (Jezdic, 2018).
2.3.3 Stadium Kanker Payudara
Berikut merupakan tahap atau stadium ca mammae (Jezdic, 2018).

Stadium 0 : Tumor non-invasif, hanya terletak pada payudara (TisN0M0)


Stadium 1 : Ukuran tumor kecil dan hanya terletak pada payudara, atau terdapat
kemungkinan kecil bermetastasis ke kelenjargetah bening di dekat payudara.
IA Tumor tidak lebih besardari 20 mm dan hanya terletak di payudara
IB ( T1N0M0)
Tidak ditemukan tumorprimer (T0) atau ukuran tumor < 20 mm (T1),
tetapi mikromestasis (tidak lebih dari 2 mm) ada di ipsilateral level I/II
kelenjar getah bening aksila masih dapat digerakkan (N1mi); tidak
terdapat metastasis jauh ( M0)

2.3.4Penyebab Kanker Payudara

Ca mammae terjadi ketika beberapa sel payudara mulai tumbuh secara tidak
normal. Sel-sel tidak normal ini membelah lebih cepat daripada sel-sel sehat dan
terus menumpuk, membentuk benjolan atau massa. Sel-sel dapat menyebar
(bermetastasis) melalui payudara ke kelenjar getah bening atau ke bagian lain dari
tubuh. Keganasan paling sering dimulai dari sel-sel di saluran penghasil air susu
(invasive ductal carcinoma). Ca mammae juga dapat bermula pada jaringan
kelenjar yang disebut lobulus (invasive lobular carcinoma) (Jezdic, 2018).

Para peneliti mengidentifikasi faktor-faktor hormonal, gaya hidup, dan


lingkungan dapat meningkatkan risiko ca mammae (Falco, 2019). Namun masih
belum jelas mengapa beberapa orang yang tidak memiliki faktor risiko tersebut
tetap menderita ca mammae, sedangkan orang lain dengan faktor risiko tersebut
tidak selalumenderita ca mammae. Kemungkinan besar ca mammae disebabkan
oleh interaksi kompleks susunan genetik dan gaya hidup.

2.3.5 Faktor Risiko Ca Mammae

Faktor risiko ca mammae ialah jenis kelamin perempuan, usia yang lebih tua,
genetika, kurangnya childbearing (melahirkan), kurang menyusui, tingkat estrogen
yang tinggi, pola makan, paparan radiasi, riwayat keluarga dengan positif kanker
payudara dan obesitas (Falco, 2019). Merokok tembakau juga meningkatkan risiko
ca mammae. Pada mereka yang merupakan perokok jangka panjang, risikonya
meningkat 35% hingga 50% (Kabel & Baali, 2015). Selain itu, kontrasepsi oral
dapat menjadi salah satu faktor predisposisi untuk perkembangan kanker payudara
premenopause. Ada hubungan juga antara pola makan dan ca mammae, yaitu
seperti diet tinggi lemak, konsumsi alkohol, obesitas, konsumsi kolesterol tinggi
dan defisiensi yodium.

Genetik merupakan faktor risiko yang berperan secara signifikan terhadap


perkembangan ca mammae, yaitu dengan menyebabkan sindrom kanker payudara-
ovarium herediter (Kabel & Baali, 2015). Beberapa mutasi gen yang berperan ialah
BRCA1 dan BRCA2. Mutasi signifikan lainnya termasuk p53 (sindrom Li-
Fraumeni), PTEN (sindrom Cowden), dan STK11 (sindrom Peutz-Jeghers). Selain
itu, penyakit tertentu pada payudara seperti hiperplasia duktus atipikal dan
karsinoma lobular in situ, berkorelasi dengan peningkatan risiko ca mammae.
Diabetes mellitus juga dapat meningkatkan risiko ca mammae.

Faktor risiko lain yang berperan signifikan adalah riwayat keluarga. Wanita dengan
riwayat keluarga kanker payudara dapat mewarisi beberapa mutasi genetik yang
memodifikasi faktor risiko penyakit dan fitur klinisnya. Wanita yang didiagnosis
dengan riwayat keluarga positif ca mammae cenderung menunjukkan onset pada
usia dini, ca mammae bilateral, stadium lanjut, keterlibatan kelenjar getah bening,
dan reseptor hormon negatif dengan prognosis yang kurang baik (Kabel & Baali,
2015).

2.3.6 Patofisiologi Kanker Payudara

Kanker payudara biasanya terjadi karena adanya interaksi antara faktor


lingkungan dan genetik. Jalur PI3K/AKT dan jalur RAS/MEK/ERK merupakan
jalur yang memproteksi sel normal dari bunuh diri sel (Kabel & Baali, 2015).
Ketika gen yang mengkode jalur perlindungan ini bermutasi, selsel menjadi tidak
mampu melakukan bunuh diri ketika mereka tidak lagi diperlukan, yang kemudian
dapat mengarah pada perkembangan kanker.Mutasi ini terbukti secara
eksperimental terkait dengan adanya paparan estrogen. Hal itu menunjukkan
bahwa kelainan dalam sinyal faktor pertumbuhan dapat memfasilitasi pertumbuhan
sel ganas. Ekspresi berlebihan jaringan adiposa payudara leptinin menyebabkan
peningkatan proliferasi sel dan kanker.

Kecenderungan keluarga untuk mengembangkan kanker payudara disebut


sindrom kanker payudara-ovarium herediter. Beberapa mutasi yang terkait dengan
kanker, seperti p53, BRCA1 dan BRCA2, terjadi dalam mekanisme untuk
memperbaiki kesalahan dalam DNA (errors in DNA) yang menyebabkan
pembelahan yang tidak terkontrol, kurangnya perlekatan, dan metastasis ke organ
yang jauh. Mutasi yang diwariskan pada gen BRCA1 atau BRCA2 dapat
mengganggu perbaikan ikatan silang DNA dan pemutusan untai ganda DNA.
GATA-3 secara langsung mengontrol ekspresi reseptor estrogen (ER) dan gen lain
yang terkait dengan diferensiasi epitel. Hilangnya GATA-3 menyebabkan
penghambatan diferensiasi dan prognosis yang buruk karena peningkatan invasi sel
kanker dan metastasis jauh (Kabel & Baali, 2015)
2.3.7 Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Manifestasi awal berupa munculnya benjolan pada jaringan payudara.,


penebalan yang berbeda dari jaringan payudara lainnya, ukuran satu payudara
menjadi lebih besar atau lebih rendah dari payudara lainnya, perubahan posisi atau
bentuk puting susu, lekukan pada kulit payudara, perubahan pada putting (seperti
adanya retraksi, sekresi cairan yang tidak biasa, ruam di sekitar area putting), rasa
sakit yang konstan di bagian payudara atau ketiak, dan pembengkakan di bawah
ketiak (Jemal, 2017).

Pada tipe ca mammae inflammatory, gejala yang dapat muncul berupa rasa
gatal, nyeri, bengkak, putting payudara terbenam (nipple inversion), kulit di sekitar
payudara terasa hangat dan kemerahan, serta tekstur kulit jeruk pada kulit yang
disebut peaud'orange (Kabel & Baali, 2015). Tipe lain yaitu Paget’s Disease adalah
jenis lain dari ca mammae yang biasanya timbul disertai gejala kemerahan,
perubahan warna, atau pengelupasan ringan pada kulit puting, kesemutan, gatal,
peningkatan sensitivitas, nyeri terbakar dan keluarnya cairan dari puting (Kabel &
Baali, 2015). Tipe lain ialah tumor phyllodes yang diklasifikasikan berdasarkan
penampakkan mikroskop memunculkan manifestasi berupa benjolan keras non-
kanker yang dapat bergerak, yang terbentuk di dalam stroma payudara dan
mengandung kelenjar serta jaringan stroma. Tumor phyllodes diklasifikasikan
berdasarkan penampakkan mereka di bawah mikroskop sebagai benigna atau
maligna (Kabel & Baali, 2015)

Terkadang kanker payudara dapat muncul sebagai penyakit metastasis. Tipe


ca mammae metastasis memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada organ
yang terkena metastasis tersebut. Organ-organ yang umumnya terkena metastasis
ca mammae ialah tulang, hati, paru-paru dan otak. Gejalanya tergantung pada
lokasi metastasis, selain itu disertai dengan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan, demam, menggigil, nyeri tulang, sakit kuning atau gejala
neurologis.

2.3.8 Penanganan Kanker Payudara

Penanganan ca mammae bergantung pada faktor-faktor seperti stadium ca


mammae dan usia pasien. Penanganan ca mammae biasanya berupa operasi, dan
dilanjutkan dengan kemoterapi atau terapi radiasi, atau keduanya (Jezdic, 2018).
Ca mammae ER+ seringkali ditangani dengan pemberian terapi hormoneblocking
selama beberapa tahun. Antibodi monoklonal atau imunomodulator lainnya dapat
diberikan pada stadium lanjut dengan metastasis jauh.

Berikut beberapa tindakan penanganan ca mammae (Kabel & Baali, 2015).

a. Operasi Pengangkatan
Pengangkatan bergantung pada stadium dan jenis tumor, dapat berupa
lumpektomi, atau pengangkatan jaringan payudara tanpa perlu mengangkat
payudara secara keseluruhan. Pada lumpektomi, lokalisasi jarum pada lesi
dengan penempatan kawat pemandu dapat dilakukan. Sedangkan operasi
pengangkatan seluruh payudara disebut mastektomi. Mastektomi dilakukan
untuk pasien kanker multifokal, yaitu pasien yang sebelumnya dilakukan
tritmen radioterapi dan pasien yang memiliki gangguan pada jaringan ikat yang
dapat mempersulit radioterapi. Selama operasi, kelenjar getah bening di aksila
juga dipertimbangkan untuk dilakukan pengangkatan. Jika jaringan yang
diangkat tidak memiliki batas yang jelas, pengangkatan lebih lanjut dari bagian
otot pektoralis mayor mungkin diperlukan.
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah pengobatan tambahan setelah lumpektomi atau
mastektomi. Tujuan radiasi adalah untuk mengurangi kemungkinan
kekambuhan. Terapi radiasi melibatkan penggunaan sinar X berenergi tinggi
atau sinar gamma yang menargetkan pada lokasi tumor. Radiasi ini sangat
efektif dalam membunuh sel-sel kanker yang mungkin tersisa setelah operasi.
Pasien yang menjalani beberapa minggu terapi radiasi biasanya mengalami
kelelahan yang disebabkan oleh perbaikan jaringan yang sehat itu sendiri.
Beberapa pasien kanker payudara mengalami perubahan warna kulit menjadi
lebih gelap. Kulit gelap ini biasanya kembali normal dalam satu hingga dua
bulan setelah tritmen. Efek samping lainnya dapat berupa kekakuan otot,
pembengkakan ringan, nyeri payudara dan limfedema. Setelah pembedahan,
radiasi dan perawatan lainnya telah selesai, payudara yang terkena akan tampak
lebih kecil karena pengangkatan jaringan selama operasi lumpektomi.
c. Terapi Sistemik Terapi sistemik menggunakan obat-obatan yang dimasukkan
kedalam tubuh. Terapi sistemik berupa kemoterapi, terapi target, terapi imun,
dan terapi hormone
1) Kemoterapi Kemoterapi dapat digunakan sebelum operasi, setelah
operasi, atau untuk kasus yang tidak dapat dioperasi. Pasien dengan tumor
ER+ akan menerima terapi hormon seusai kemoterapi. Tritmen hormonal
yang khas ialah tamoxifen yang diberikan kepada wanita pre-menopause
untuk menghambat reseptor estrogen, dan inhibitor aromatase yang
diberikan kepada wanita post-menopause untuk menurunkan jumlah
estrogen, serta GnRH-analog sebagai supresi ovarium pada wanita
premenopause yang berisiko tinggi mengalami kekambuhan.
2) Terapi Target Terapi target menggunakan obat yang menghalangi
pertumbuhan sel ca mammae dengan cara tertentu. Misalnya, trastuzumab
digunakan untuk memblokir aktivitas protein HER2 dalam sel ca mammae
pada pasien dengan kanker yang overexpress atau terlalu banyak membuat
salinan protein HER2; inhibitor angiogenesis (bevacizumab), yang
mencegah pertumbuhan pembuluh darah baru untuk memutus pasokan
oksigen dan nutrisi ke sel kanker, sebagai inhibitor transduksi sinyal yang
menghalangi sinyal di dalam sel kanker agar sel sulit membelah diri,
menghentikan pertumbuhan kanker dan antibodi untuk reseptor hormon lain
seperti reseptor androgen dan reseptor prolaktin, yang terdapat pada
sebagian besar kanker payudara ; asupan 25 gram biji rami setiap hari secara
signifikan mengurangi proliferasi sel dan meningkatkan apoptosis dalam sel
ca mammae manusia. Penelitian pendahuluan terhadap biji rami
menunjukkan bahwa rami dapat secara signifikan mengubah pertumbuhan
dan metastasis ca mammae, serta meningkatkan efek penghambatan
tamoxifen pada kanker payudara yang tergantung pada estrogen.
3) Imunoterapi Penggunaan oncofetal antigen (OFA) untuk merekrut sistem
kekebalan pasien untuk menargetkan dan menyerang sel kanker. Setiap
pasien akan menerima tiga suntikan dalam sebulan dari sel dendritik pasien
yang telah disensitisasi terhadap OFA. Diperkirakan bahwa, begitu sel-sel
peka disuntikkan kembali ke pasien, sel-T pasien akanmenemukan OFA
yang ditemukan pada sel-sel kanker pasien, dengan demikian menghasilkan
respons imun dengan membunuh selsel kanker dan mencegah penyebaran
penyakit lebih lanjut. Selain itu, penggunaan stimuvax, yaitu vaksin kanker
yang dirancang untuk menginduksi respons kekebalan terhadap sel kanker
yang mengekspresikan MUC1 atau antigen glikoprotein yang diekspresikan
berlebihan pada sebagian besar kanker. Stimuvax bekerja dengan
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi dan
menghancurkan sel-sel kanker yang mengekspresikan MUC1.

2.3Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan
masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).

Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-
kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensi al
mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono,
1995).

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-
orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain
dala m rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi (Ali & Asrori, 2006).

Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu
tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut,
ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal terseb ut
adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkunga n, dan kedua
adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam di ri remaja yang membuat remaja
relative lebih bergejolak dibandingkan deng an masa perkembangan lainnya ( storm and
stress period).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis.
Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ repr

oduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah
periode pera lihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati,
Purnamaningrum; 2009).

Pubertas (puberty) ialah suatu periode di ma na kematangan kerangka dan


seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan
tetapi,pubertas bukanlah suatu peri stiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi.
Pubertas adalah bagian dari suatu proses ya ng terjadi berangsur-angsur
( gradual) (Santrock, 2002).

Pubertas adalah periode dalam rent ang perkembangan ketika anak-anak


berubah dari mahluk aseksual menjadi mahl uk seksual. Kata pubertas
berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewas aan”. Kata ini lebih
menunjukkan pada perubahan fisik daripada perubahan pe rilaku yang
terjadi pa da saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu
memperbaiki keturunan (Hurlock, 1980).

Santrock (2002) menambahkan bahw a kita dapat mengetahui kapan seorang


anak muda mengawali masa pubert asnya, tetapi menentukan secara tepat
permulaan dan akhirnya adal ah sulit. Kecuali untuk menarche, yang terjadi
agak terlambat pada masa pubertas, tidak ada tanda tunggal yang
menggemparkan pada masa pubertas.

Pada 1974, WHO ( World Health Organization) memberikan definisi


tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologi s, psikologis, dan sosial ekonomi,
sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja
adalah suatu masa di mana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari keterg antungan sosial-ekonomi yang penuh kepada


keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam, 2010).

Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa


anak dan sebelum masa dewasa. Adanya per ubahan besar dalam tahap
perkembangan remaja baik perubahan fisik maupun per ubahan psikis (pada
perempuan setelah mengalami menarche dan pada laki-laki setelah
mengalami mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif bergejolak
dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini menyebabka n
masa remaja menjadi penting untuk diperhatikan.

2.3.2 Batasan Usia Remaja

Berdasarkan tahapan perkembangan indi vidu dari masa bayi hingga


masa
tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni
masa remaja awal, masa remaja pertengahan, da n masa remaja akhir.
Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun
dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja pertengahan
pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 ta hun.
Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun
dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahj a, 2012), masa remaja adalah
masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan be rakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang


daripada anak perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa
remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap
dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki
tampak kurang untuk usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun
adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku remaja
yang lebih muda.
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 ta hun sampai dengan 22 tahun bagi
pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi me njadi dua bagian, yaitu usia
12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18
tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2006).

Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah


dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti
pada ketentuan sebelumnya. Pada usia in i, umumnya anak sedang duduk di
bangku sekolah menengah (Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006).

Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir
atau awal usia dua puluhan, dan masa ters ebut membawa perubahan besar
saling bertautan dalam semua ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2008).

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.


Menurut Depkes RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin.
Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja pada


perempuan relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-
laki. Hal ini menjadikan perempuan memiliki masa remaja yang lebih
Panjang dibandingkan dengan laki-laki.

2.3.3 Tugas Perkembangan dalam Remaja

Hurlock (1980) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada


masa
remaja dipusatkan pada pusaka pena nggulangan sikap dan pola perilaku
yang
kekanak-kanakan dan mengadakan persia pan untuk menghadapi masa
dewasa.
Tugas-tugas tersebut antara lain:
1) Mencapai hubungan baru dan yang le bih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
6) Mempersiapkan karir ekonomi.
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8) Memperoleh perangkat nilai dan sist em etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.

Ali & Asrori (2006) menambahkan bahwa tugas perkembangan masa


remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-
kanakan
serta berusaha untuk mencapai kemampua n bersikap dan berperilaku secara
dewasa. Hurlock (dalam Ali & Asrori, 2006) juga menambahkan bahwa
tugas-
tugas perkembangan masa remaja adalah berusaha:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya;
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis;
4) Mencapai kemandirian emosional;
5) Mencapai kemandirian ekonomi;
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua;
8) Mengembangkan perilaku tanggung ja wab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa;
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
10) Memahami dan mempersiapkan be rbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga

2.3.4 Perkembang Fisik Remaja

Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik
adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan
keterampilan motorik. Piaget (dalam Pa palia & Olds 2001, dalam Jahja,
2012) menambahkan bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih
dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah
kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk
meningkatkan kemampuan kognitif. Pada masa remaja itu, terjadilah suatu
pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di
dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga
tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan
fungs i reproduksi. Perubahan yang terjadi
pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
a) Tanda-tanda seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat
kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia
11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43
gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah da
tangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah,
lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan
terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang
masa menopause. Menopause bisa
terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).

b) Tanda-tanda seks sekunder


Menurut Widyastuti dkk (2009) ta nda-tanda seks sekunder pada wanita
antara lain:

1. Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja
laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadisetelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak
setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan
terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan
agak keriting.

2. Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal


ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
di bawah kulit.

3. Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan


puting susu men onjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan
berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih
besar dan lebih bulat.

4. Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita
tetap lebih lembut.
5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
menjadi lebih ak tif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.
Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

6. Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
7. Suara. Suara berubah semakin m rdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.
Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah
pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan
pertumbuhan rambut kemaluan (Malina, 1991; Tanner, 1991; dalam Santrock,
2002).

2.3.5 Perkembangan Psikis Masa Remaja

Widyastuti dkk (2009) menjelaskan te ntang perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :

a) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:


1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa
alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengar
uhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencar i perhatian dan bertindak tanpa
berpikir terlebih dahulu.

3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama dengan
temannya daripada tinggal di rumah

b) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:


1. Cenderung mengembangkan cara be rpikir abstrak, suka memberikan kritik.
2. Cenderung ingin mengetahui hal- hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

2.3.6 Perkembangan Kongnitif Masa Remaja


Perkembangan kognitif adalah per ubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012).
Menurut Piaget (dalam Santroc k, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang remaja termotivasi untuk
memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget , remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung
diterima begitu saja ke dalam skema kognitif me reka. Remaja telah mampu membedakan
antara hal-hal atau ide-ide yang lebih pe nting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
mengembangkan ide-ide ini. Seora ng remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan
diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide
baru.
Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala
sosial baru. Pemi kiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada anak-ana k),
logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan
masalah-masalah dan menguji secara sistematis pemecah an-pemecahan masalah), dan idealis
(remaja sering berpikir tent ang apa yang mungkin. Mereka berpikir tentang ciri- ciri ideal diri
mereka sendiri, ora ng lain, dan dunia); lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang
la in, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; sert a cenderung menginterpretas ikan dan
memantau dunia sosial (Santrock, 2002)

Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi keluar dari masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk

tumbuh – bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompet ensi kognitif dan sosial (Papalia dkk, 2008).

2.3.6 Perkembangan Emosi Pada Remaja

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya

maupun bagi lingkungannya (Ali & Asrori, 2006).

Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil unt uk taplak meja karena sudah

bukan anak-anak lagi , tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar,

sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir

kesepian.

Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak je las pada perubahan tingkah

lakunya. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu

sanga t tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita

lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, da n tingkah laku menyakiti diri,

seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri. Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat

mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

a. Perubahan jasmani. Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh.

Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh

menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan

emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut

menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan
dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali

menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua. Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada

yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terb aik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter ,

memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini

dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu

anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan ke tegangan yang lebih berat

antara remaja dengan orang tuanya.

c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya. Remaja seringkali membangun interaksi sesama tema n sebayanya secara

khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama denganmembentuk semacam geng. Interksi antaranggota

dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pemb

entukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awalsaja karena biasanya

bertujuan pos itif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.

d. Perubahan pandangan luar. Ada seju mlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional

dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:

1) Sikap dunia luar terhadap rema ja sering tidak konsisten. Kadang- kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka

tidak mendapat kebebasan penuh atau pe ran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap

anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi
tingkah laku emosional.

2) Dunia luar atau masyarakat ma sih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki da n perempuan. Kalau

remaja laki- laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan kebaha giaan.

Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering siangga tidak baik atau bahkan mendapat

predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda se macam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian

secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.

3) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan

remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah me rupakan tempat

pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka kare na selain

tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih pe

rcaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam

ini sangat strategis apabila di gunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan
konstruktif.

BAB III
2.4JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah Penelitain deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Notoatmodjo (2010),deskriptif adalah Penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskriptif suatu keadaan
secara objektif. Penelitian ini menggambarkan pengetahuan dan sikap
tentang Sadari dalam mendeteksi dini kanker payudara pada remaja.

2.5KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Kerangka konsep adalah Bagian yang mengungkapkan strategi dan


pendekatan penulis untuk memecahkan masalah. Kerangka konsep
merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep
yang lain (Fatimah dkk,2019)
Kerangka konsep penelitian yaitu suatu diagram sederhana yang menunjuka
variabeldan hubungan antara variable. Kerangka konsep harus bisa
menerangkan dirinya sendiri hingga perlu dilengkapi dengan berbagai
keterangan yang di perlukan ( Sopiyaudin,2008)

Skema

Kerangka KonsepPenelitian

Pengetahuan : Sikap Sadari

1. Baik Pada Remaja


2. Kurang
1. Positif
2. Negatiif
2.6HIPOTESIS PENELITIAN

2.7DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional, sebagaimana cara kerja penelitian,meggambarkan
validitas informasi karena pada definisi opesional tercakup komponen
definisi,siapa pengukur,alat penngukur,bagaimana cara pengukuran,skala
pengukuran, serta bagaimana hasil pegukuran dari semua variable yang
didefiniskan (Sopiyudin,2008)

Tabel
Definisi Operasional Variabel Penelitian

2.8POPULASI DAN SAMPEL


Populasi
Populasi adalah Subjek ( misalnya manusia;klien) yang memenuhi kriteris
yang telah ditetapkan ( Nursalam,2008). Populasi adalah dapat berupa
orang,benda, gejala atau wilayah yang diingin diketahui oleh peneliti
(Danim,2002). Populasi dalam penelitian ini ada adalah siswa/i SMKN
Teluk Kuantan 588 orang.

Sampel
Sampel adalah Elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan
mewakilinya ( Danim,2002). Sampel adalah nagian populasi terjangkau
yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian ( Nursalam,2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah Siswi SMKN Teluk Kuatan. Penentukan
besar sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Slovin untuk
menentukan sampel sebagai berikut :

n= N
1+N(e)²

Keterangan :
n = Ukuran Sampel/Jumlah Responden
N = Ukuran Populasi
E + Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa di tolerir, e=0,1

Jumlah Populasi dalampenelitian ini ada sebanyak 588 siswa se

2.9KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI


2.10 CARA DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
2.11 PENGELOLAAN DAN ANALISIS DATA

Anda mungkin juga menyukai