Kanker Payudara adalah Keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
( Depkes RI,2009)
1. Bagi Responden
Untuk memberikan pengetahuan bahwa mendeteksi dini kanker payudara
menggunakan pemeriksaan SADARI dapat menurukan tingkat kematian
akibat kanker.
3. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap tentang SADARI dalam
mendeteksi Dini Kanker Payudara pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah Struktur organisasi pengetahuan yang biasanya
merupakan suatu fakta prosedur dimana jika dilakukan akan memenuhi
kinerja yang mungkin
( Gordon,1994)
Pengetahuan adalah Sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah di pelajari
dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan
yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori,tetapi ada yang diberikan
menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. ( Ngatimin,1990 )
Tingkat pengetahuan yang pertama adalah tahu. Dalam tingkat pengetahuan ini,
seseorang hanya sekedar mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
Orang yang hanya sekedar tahu biasanya belum bisa mengajarkan apa yang
diketahuinya kepada orang lain (jika bisa, maka proses pengajaran tidak akan
berjalan dengan efektif).
b. Paham
Tingkat pengetahuan yang kedua adalah paham. Tingkat pengetahuan paham dapat
diartikan sebagai tingkat pengetahuan yang sudah dapat digunakan untuk
menjelaskan apa yang diketahui dengan benar. Meskipun begitu, dalam tingkatan
pengetahuan ini, orang yang paham biasanya belum bisa mengaplikasikan apa
yang dipahaminya di permasalahan yang sesungguhnya (di dunia nyata).
c. Aplikasi
d. Anlisa
e. Sintetis
Tingkat pengetahuan yang kelima adalah sintesis. Dalam tingkat pengetahuan ini,
seseorang sudah dapat menghubungkan berbagai macam bentuk pengetahuanyang
dimilikinya menjadi satu bentuk pengetahuan yang baru. Orang yang sudah
mencapai tingkat pengetahuan ini biasanya diberi label peneliti atau pun pemikir.
f. Evaluasi
Tingkat pengetahuan yang terakhir sekaligus yang paling tinggi adalah evaluasi.
Dalam tingkat pengetahuan ini, seseorang sudah dapat melaksanakan identifikasi
permasahan atau pun penilaian terhadap materi atau pun objek tertentu yang
dilandaskan dengan menggunakan kriteria – kriteria yang ada. Jika seseorang
sudah mencapai tingkat pengetahuan yang satu ini, maka orang tersebut dapat
digolongkan ke dalam seorang ahli atau pun seorang expert.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Informasi yang mudah diperoleh dapat
mempercepat seseorang dalam mendapatkan pengetahuan baru. Perkembangan
teknologi saat ini mempermudah ibu mengetahui informasi dari berbagai media,
sehingga ibu dapat meningkat pengetahuannya (Astuti, 2012).
4.Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmodjo, 2007)
5.Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerjanya.
6.Usia
Usia mempengaruhi daya serap informasi seseorang. Usia seseorang yang
bertambah maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman dan
Riyanto, 2013). Usia mempengaruhi daya serap informasi seseorang. Usia
seseorang yang bertambah maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman
dan Riyanto, 2013).
2.2 Sadari
2.2.1 Pengertian Sadari
SADARI adalah pemeriksaan/ perabaan sendiri untuk menemukan
timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005).
2.2.2.Tujuan Sadari
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini.
Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih
pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI hanya
untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk
mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir
untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun,
kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada
usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu
deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh
lebih besar (Otto,S, 2005).
`Mayo Fundation for Medical Education and Research
(2005)mengemukakan bahwa beberapa penelitian memang menunjukan
SADARI tidak menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, namun
kombinasi antara SADARI dan mamografi masih dibutuhkan untuk
menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara. Kearney dan
Murrayv(2006) mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah dapat
menemukan tumor/benjolan payudara pada saat stadium awal, penemuan awal
benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mamografi untuk mendeteksi
interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat
melakukan mamografi dan menurunkan kematian akibat kanker payudara.
Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita
menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara
rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya
sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak
berubah selama bertahun - tahun. Wanita yang belum menopouse sebaiknya
melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal
meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum
menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah
menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya
dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam
kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).
Sel abnormal pada payudara terus tumbuh dan akan membentuk benjolan di
payudara. Apabila benjolan tersebut tidak segera dikontrol, maka akan sel
abnormal pada payudara akan bermetastase ke jaringan-jaringan tubuh lain
(Anggarwati, 2018). Metastase sering terjadi pada bagian tubuh
terdekat, seperti kelenjar getah bening ketiak atau diatas tulang belikat. Kanker
payudara secara signifikan mempengaruhi morbiditas dan dapat menyebabkan
kematian jika tidak segera ditangani (Saputri & Valentina,2018)
2.3.2 Tipe-tipe Kanker Payudara
Menurut European Society for Medical Encology (2018), tipe ca mammae
berdasarkan cara invasi dibagi menjadi berikut.
a. Non-invasif (in situ)
Ca mammae non-invasif merupakan lesi pra malignan atau belum menjadi kanker,
tetapi dapat berkembang menjadi bentuk ca mammae yang invasif. Lesi yang
terjadi di duktus disebut Ductus Carsinoma In Situ (DCIS), yaitu sel-sel kanker
berada pada saluran payudara (duktus) tetapi belum
menyebar ke jaringan payudara yang sehat. Sedangkan Lobular Carsinoma In Situ
(LCIS) merupakan keabnormalan atau perubahan pada sel-sel yang melapisi
lobulus yang mengindikasikan adanya risiko kanker payudara. LCIS atau neoplasia
lobular bukan merupakan kanker payudara, namun
dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin untuk mencegah perkembangan lesi pra
malignan.
b. Invasif
Ca mammae invasif merupakan kanker payudara yang telah menyebar diluar
saluran (ca mammae duktal invasif) atau lobulus (ca mammae lobular invasif).
Tipe ca mammae berdasarkan perkembangan penyakit:
a) Ca mammae awal (stadium 0 IIA), yaitu tumor yang belum menyebar di luar
payudara atau kelenjar getah bening aksila. Tipe kanker ini dapat dioperasi untuk
mengangkat sel kanker, namun juga dapat dilakukan terapi sistemik neoadjuvant
pra operasi.
b) Ca mammae lanjut-terlokalisir (stadium IIB III), yaitu tumor yang telah
menyebar dari payudara ke jaringan terdekat atau kelenjar getah bening. Pada
sebagian besar pasien, pengobatan untuk tipe kanker ini dimulai dengan terapi
sistemik. Bergantung pada seberapa jauh kanker telah menyebar, tumor yang
berkembang secara lokal mungkin dapat dioperasi atau tidak dapat dioperasi
(dalam hal ini pembedahan masih dapat dilakukan jika tumor menyusut setelah
terapi sistemik).
c) Ca mammae metastasis (stadium IV), yaitu ketika tumor telah menyebar ke
bagian lain dari tubuh, seperti tulang, hati atau paru- paru. Tumor yang menyebar
ke tempat yang jauh disebut metastasis.
Kanker payudara metastasis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dilakukan
tritmen secara berkelanjutan.
d) Ca mammae lanjut, yaitu istilah yang menggambarkan ca mammae local yang
tidak dapat dioperasi dan ca mammae metastasis (Jezdic, 2018).
2.3.3 Stadium Kanker Payudara
Berikut merupakan tahap atau stadium ca mammae (Jezdic, 2018).
Ca mammae terjadi ketika beberapa sel payudara mulai tumbuh secara tidak
normal. Sel-sel tidak normal ini membelah lebih cepat daripada sel-sel sehat dan
terus menumpuk, membentuk benjolan atau massa. Sel-sel dapat menyebar
(bermetastasis) melalui payudara ke kelenjar getah bening atau ke bagian lain dari
tubuh. Keganasan paling sering dimulai dari sel-sel di saluran penghasil air susu
(invasive ductal carcinoma). Ca mammae juga dapat bermula pada jaringan
kelenjar yang disebut lobulus (invasive lobular carcinoma) (Jezdic, 2018).
Faktor risiko ca mammae ialah jenis kelamin perempuan, usia yang lebih tua,
genetika, kurangnya childbearing (melahirkan), kurang menyusui, tingkat estrogen
yang tinggi, pola makan, paparan radiasi, riwayat keluarga dengan positif kanker
payudara dan obesitas (Falco, 2019). Merokok tembakau juga meningkatkan risiko
ca mammae. Pada mereka yang merupakan perokok jangka panjang, risikonya
meningkat 35% hingga 50% (Kabel & Baali, 2015). Selain itu, kontrasepsi oral
dapat menjadi salah satu faktor predisposisi untuk perkembangan kanker payudara
premenopause. Ada hubungan juga antara pola makan dan ca mammae, yaitu
seperti diet tinggi lemak, konsumsi alkohol, obesitas, konsumsi kolesterol tinggi
dan defisiensi yodium.
Faktor risiko lain yang berperan signifikan adalah riwayat keluarga. Wanita dengan
riwayat keluarga kanker payudara dapat mewarisi beberapa mutasi genetik yang
memodifikasi faktor risiko penyakit dan fitur klinisnya. Wanita yang didiagnosis
dengan riwayat keluarga positif ca mammae cenderung menunjukkan onset pada
usia dini, ca mammae bilateral, stadium lanjut, keterlibatan kelenjar getah bening,
dan reseptor hormon negatif dengan prognosis yang kurang baik (Kabel & Baali,
2015).
Pada tipe ca mammae inflammatory, gejala yang dapat muncul berupa rasa
gatal, nyeri, bengkak, putting payudara terbenam (nipple inversion), kulit di sekitar
payudara terasa hangat dan kemerahan, serta tekstur kulit jeruk pada kulit yang
disebut peaud'orange (Kabel & Baali, 2015). Tipe lain yaitu Paget’s Disease adalah
jenis lain dari ca mammae yang biasanya timbul disertai gejala kemerahan,
perubahan warna, atau pengelupasan ringan pada kulit puting, kesemutan, gatal,
peningkatan sensitivitas, nyeri terbakar dan keluarnya cairan dari puting (Kabel &
Baali, 2015). Tipe lain ialah tumor phyllodes yang diklasifikasikan berdasarkan
penampakkan mikroskop memunculkan manifestasi berupa benjolan keras non-
kanker yang dapat bergerak, yang terbentuk di dalam stroma payudara dan
mengandung kelenjar serta jaringan stroma. Tumor phyllodes diklasifikasikan
berdasarkan penampakkan mereka di bawah mikroskop sebagai benigna atau
maligna (Kabel & Baali, 2015)
a. Operasi Pengangkatan
Pengangkatan bergantung pada stadium dan jenis tumor, dapat berupa
lumpektomi, atau pengangkatan jaringan payudara tanpa perlu mengangkat
payudara secara keseluruhan. Pada lumpektomi, lokalisasi jarum pada lesi
dengan penempatan kawat pemandu dapat dilakukan. Sedangkan operasi
pengangkatan seluruh payudara disebut mastektomi. Mastektomi dilakukan
untuk pasien kanker multifokal, yaitu pasien yang sebelumnya dilakukan
tritmen radioterapi dan pasien yang memiliki gangguan pada jaringan ikat yang
dapat mempersulit radioterapi. Selama operasi, kelenjar getah bening di aksila
juga dipertimbangkan untuk dilakukan pengangkatan. Jika jaringan yang
diangkat tidak memiliki batas yang jelas, pengangkatan lebih lanjut dari bagian
otot pektoralis mayor mungkin diperlukan.
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah pengobatan tambahan setelah lumpektomi atau
mastektomi. Tujuan radiasi adalah untuk mengurangi kemungkinan
kekambuhan. Terapi radiasi melibatkan penggunaan sinar X berenergi tinggi
atau sinar gamma yang menargetkan pada lokasi tumor. Radiasi ini sangat
efektif dalam membunuh sel-sel kanker yang mungkin tersisa setelah operasi.
Pasien yang menjalani beberapa minggu terapi radiasi biasanya mengalami
kelelahan yang disebabkan oleh perbaikan jaringan yang sehat itu sendiri.
Beberapa pasien kanker payudara mengalami perubahan warna kulit menjadi
lebih gelap. Kulit gelap ini biasanya kembali normal dalam satu hingga dua
bulan setelah tritmen. Efek samping lainnya dapat berupa kekakuan otot,
pembengkakan ringan, nyeri payudara dan limfedema. Setelah pembedahan,
radiasi dan perawatan lainnya telah selesai, payudara yang terkena akan tampak
lebih kecil karena pengangkatan jaringan selama operasi lumpektomi.
c. Terapi Sistemik Terapi sistemik menggunakan obat-obatan yang dimasukkan
kedalam tubuh. Terapi sistemik berupa kemoterapi, terapi target, terapi imun,
dan terapi hormone
1) Kemoterapi Kemoterapi dapat digunakan sebelum operasi, setelah
operasi, atau untuk kasus yang tidak dapat dioperasi. Pasien dengan tumor
ER+ akan menerima terapi hormon seusai kemoterapi. Tritmen hormonal
yang khas ialah tamoxifen yang diberikan kepada wanita pre-menopause
untuk menghambat reseptor estrogen, dan inhibitor aromatase yang
diberikan kepada wanita post-menopause untuk menurunkan jumlah
estrogen, serta GnRH-analog sebagai supresi ovarium pada wanita
premenopause yang berisiko tinggi mengalami kekambuhan.
2) Terapi Target Terapi target menggunakan obat yang menghalangi
pertumbuhan sel ca mammae dengan cara tertentu. Misalnya, trastuzumab
digunakan untuk memblokir aktivitas protein HER2 dalam sel ca mammae
pada pasien dengan kanker yang overexpress atau terlalu banyak membuat
salinan protein HER2; inhibitor angiogenesis (bevacizumab), yang
mencegah pertumbuhan pembuluh darah baru untuk memutus pasokan
oksigen dan nutrisi ke sel kanker, sebagai inhibitor transduksi sinyal yang
menghalangi sinyal di dalam sel kanker agar sel sulit membelah diri,
menghentikan pertumbuhan kanker dan antibodi untuk reseptor hormon lain
seperti reseptor androgen dan reseptor prolaktin, yang terdapat pada
sebagian besar kanker payudara ; asupan 25 gram biji rami setiap hari secara
signifikan mengurangi proliferasi sel dan meningkatkan apoptosis dalam sel
ca mammae manusia. Penelitian pendahuluan terhadap biji rami
menunjukkan bahwa rami dapat secara signifikan mengubah pertumbuhan
dan metastasis ca mammae, serta meningkatkan efek penghambatan
tamoxifen pada kanker payudara yang tergantung pada estrogen.
3) Imunoterapi Penggunaan oncofetal antigen (OFA) untuk merekrut sistem
kekebalan pasien untuk menargetkan dan menyerang sel kanker. Setiap
pasien akan menerima tiga suntikan dalam sebulan dari sel dendritik pasien
yang telah disensitisasi terhadap OFA. Diperkirakan bahwa, begitu sel-sel
peka disuntikkan kembali ke pasien, sel-T pasien akanmenemukan OFA
yang ditemukan pada sel-sel kanker pasien, dengan demikian menghasilkan
respons imun dengan membunuh selsel kanker dan mencegah penyebaran
penyakit lebih lanjut. Selain itu, penggunaan stimuvax, yaitu vaksin kanker
yang dirancang untuk menginduksi respons kekebalan terhadap sel kanker
yang mengekspresikan MUC1 atau antigen glikoprotein yang diekspresikan
berlebihan pada sebagian besar kanker. Stimuvax bekerja dengan
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi dan
menghancurkan sel-sel kanker yang mengekspresikan MUC1.
2.3Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan
masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).
Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-
kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensi al
mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono,
1995).
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-
orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain
dala m rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi (Ali & Asrori, 2006).
Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu
tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut,
ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal terseb ut
adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkunga n, dan kedua
adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam di ri remaja yang membuat remaja
relative lebih bergejolak dibandingkan deng an masa perkembangan lainnya ( storm and
stress period).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis.
Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ repr
oduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah
periode pera lihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati,
Purnamaningrum; 2009).
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir
atau awal usia dua puluhan, dan masa ters ebut membawa perubahan besar
saling bertautan dalam semua ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2008).
Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik
adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan
keterampilan motorik. Piaget (dalam Pa palia & Olds 2001, dalam Jahja,
2012) menambahkan bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih
dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah
kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk
meningkatkan kemampuan kognitif. Pada masa remaja itu, terjadilah suatu
pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di
dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga
tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan
fungs i reproduksi. Perubahan yang terjadi
pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
a) Tanda-tanda seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat
kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia
11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43
gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah da
tangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah,
lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan
terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang
masa menopause. Menopause bisa
terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).
1. Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja
laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadisetelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak
setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan
terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan
agak keriting.
4. Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita
tetap lebih lembut.
5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
menjadi lebih ak tif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.
Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
6. Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
7. Suara. Suara berubah semakin m rdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.
Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah
pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan
pertumbuhan rambut kemaluan (Malina, 1991; Tanner, 1991; dalam Santrock,
2002).
Widyastuti dkk (2009) menjelaskan te ntang perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-
perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :
2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengar
uhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencar i perhatian dan bertindak tanpa
berpikir terlebih dahulu.
3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama dengan
temannya daripada tinggal di rumah
Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi keluar dari masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk
tumbuh – bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompet ensi kognitif dan sosial (Papalia dkk, 2008).
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil unt uk taplak meja karena sudah
bukan anak-anak lagi , tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar,
sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir
kesepian.
Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak je las pada perubahan tingkah
lakunya. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu
sanga t tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita
lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, da n tingkah laku menyakiti diri,
seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri. Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat
a. Perubahan jasmani. Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh.
Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh
menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan
emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut
menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan
dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua. Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada
yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terb aik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter ,
memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini
dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu
anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan ke tegangan yang lebih berat
c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya. Remaja seringkali membangun interaksi sesama tema n sebayanya secara
khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama denganmembentuk semacam geng. Interksi antaranggota
dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pemb
entukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awalsaja karena biasanya
d. Perubahan pandangan luar. Ada seju mlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional
1) Sikap dunia luar terhadap rema ja sering tidak konsisten. Kadang- kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka
tidak mendapat kebebasan penuh atau pe ran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap
anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi
tingkah laku emosional.
2) Dunia luar atau masyarakat ma sih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki da n perempuan. Kalau
remaja laki- laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan kebaha giaan.
Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering siangga tidak baik atau bahkan mendapat
predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda se macam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian
3) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan
remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah me rupakan tempat
pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka kare na selain
tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih pe
rcaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam
ini sangat strategis apabila di gunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan
konstruktif.
BAB III
2.4JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah Penelitain deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Notoatmodjo (2010),deskriptif adalah Penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskriptif suatu keadaan
secara objektif. Penelitian ini menggambarkan pengetahuan dan sikap
tentang Sadari dalam mendeteksi dini kanker payudara pada remaja.
Skema
Kerangka KonsepPenelitian
2.7DEFINISI OPERASIONAL
Definisi Operasional, sebagaimana cara kerja penelitian,meggambarkan
validitas informasi karena pada definisi opesional tercakup komponen
definisi,siapa pengukur,alat penngukur,bagaimana cara pengukuran,skala
pengukuran, serta bagaimana hasil pegukuran dari semua variable yang
didefiniskan (Sopiyudin,2008)
Tabel
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Sampel
Sampel adalah Elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan
mewakilinya ( Danim,2002). Sampel adalah nagian populasi terjangkau
yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian ( Nursalam,2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah Siswi SMKN Teluk Kuatan. Penentukan
besar sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Slovin untuk
menentukan sampel sebagai berikut :
n= N
1+N(e)²
Keterangan :
n = Ukuran Sampel/Jumlah Responden
N = Ukuran Populasi
E + Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa di tolerir, e=0,1