Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vulva hygiene merupakan salah satu cara yang sangat penting untuk

mencegah terjadinya berbagai macam penyakit pada wanita yang berkaitan

dengan kesehatan reproduksi seperti keputihan yang abnormal yang biasanya

disertai gatal, bau amis, lecet, warna kehijau-hijauan dan kemerahan pada daerah

vulva, vagina, dan jaringan serviks serta nyeri saat berhubungan seksual dan

infeksi. Kejadian keputihan ini banyak terjadi pada kalangan remaja yang kurang

memperhatikan kebersihan dirinya. Hal ini juga bisa terjadi karena remaja putri

belum memperoleh pengetahuan tentang cara vulva hygiene yang benar di rumah

maupun di sekolah dan remaja juga cenderung malu kalau bicara tentang masalah

vulva hygiene.

Penelitian di Indonesia tentang kesehatan reproduksi pada remaja

menyatakan bahwa yang pernah mengalami keputihan sebanyak 75% mengalami

keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan

negara lain yang hanya 25% saja. penelitian di jawa timur menunjukkan 75%

remaja menderita keputihan paliing sedikit satu kali, 45% bisa mengalami

keputihan sebanyak dua kali atau lebih.(Detik News, 2013). Sedangkan data dari

kabupaten gresik belum ditemukan.

Dari survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 desember 2014 di

Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik pada siswi kelas X

Madrasah Aliyah dengan mengambil 10 siswi yang dimintai keterangan menjaga

kebersihan genitalia dengan baik dan benar ternyata belum sepenuhnya


dilaksanakan oleh semua siswi. Dari 8 siswi yang pernah mengalami keputihan,

hanya 3 siswi (37,5%) yang mengetahui tentang vulva hygiene dan keputihan

secara cukup baik, sedangkan 5 siswi (62,5%) pengetahuan para siswi dalam

vulva hygiene sebagian besar masih kurang baik karena mereka belum

mengetahui bagaimana cara menjaga dan merawat daerah genetalia dengan benar.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi masalah keputihan adalah

faktor endogen yaitu kelainan lubang vagina dan imunitas. Faktor eksogen yaitu

infeksi yang meliputi jamur, parasit dan virus, non infeksi meliputi masuknya

benda asing ke dalam vagina, vulva hygiene yang kurang tepat, area vagina yang

lembab dan gangguan hormonal. (Kusmiran, E. 2011)

Dampak apabila remaja tidak melakukan vulva hygiene dengan benar

diantaranya bisa terjadi keputihan yang abnormal (cairan berwarna putih kental,

berbau tidak sedap dan terasa gatal) dan infeksi. (Kusmiran, 2011).

Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah memberikan

informasi tentang pentingnya pemeliharaan daerah kewanitaan terutama pada

remaja putri di Pondok Pesantren melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS), memberikan penyuluhan kepada para orang tua agar ikut berperan serta

dalam menjaga kesehatan reproduksi putrinya, dan membrikan motivasi pada

remaja putri untuk menjaga dan merawat daerah kewanitaan dengan baik dan

benar.

Dari latar belakang diatas banyak faktor yang dapat mempengaruhi

keputihan maka peneliti membatasi pada faktor perawatan vulva hygiene yang

kurang tepat. Dan penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana gambaran
pengetahuan siswi kelas X Madrasah Aliyah tentang Vulva Hygiene di Pondok

Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah “

Bagaimana Gambaran Pengetahuan siswi Madrasah Aliyah kelas X Tentang

Vulva Hygiene di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik

Tahun 2014 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeliharaan

Kebersihan Daerah Kewanitaan di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin

Suci Manyar Gresik

1.3.2 Tujuan Khusus

1. mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang pemeliharaan

kebersihan daerah kewanitaan (Vulva Hygiene) oleh siswi kelas X di

Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik

2. mengidentifikasi perilaku pemeliharaan kebersihan daerah kewanitaan

(Vulva Hygiene) oleh siswi kelas X di Pondok Pesantren Mambaus

Sholihin Suci, Manyar Gresik

3. mengidentifikasi pengetahuan tentang cara Vlva Hygiene yang benar

saat menstruasi pada siswi kelas X di Pondok Pesantren Mambaus

Sholihin Suci, Manyar Gresik


4. mengidentifikasi pengetahuan tentang komplikasi tidak melakukan

Vulva Hygiene pada siswi kelas X di Pondok Pesantren Mambaus

Sholihin Suci Manyar Gresik

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi Akademis,

Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal

perawatan Vulva Hygiene. Dan sebagai sarana pembanding bagi dunia

ilmu pengetahuan dala memperkaya informasi pada Remaja Putri tentang

Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan (Vulva Hygiene)

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi penanggung jawab terkait termasuk

tenaga kesehatan yang ada di dalamnya dalam memberikan informasi

tentang Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan (Vulva

Hygiene).

2. Bagi Profesi Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sehingga dapat

digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui lebih

dalam tentang Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam,

dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu.

Pengetahuan merupakan respons mental seseorang dalam hubungannya objek

tertentu yang disadari sebagai “ada” atau terjadi. Pengetahuan dapat salah atau

keliru, karena bila suatu pengetahuan ternyata salah atau keliru, tdak dapat

dianggap sebagai pengetahuan. Sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut

berubah statusnya menjadi keyakinan saja, (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui

pengalaman orang lain. (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Klasifikasi Pengetahuan

pengetahuan dalam struktur kognitif hirarkis mencakup 6 klasifikasi, yaitu:

1. tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah d ipelajari

sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembaliterhadap sesuatu yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.


memahami (Comprehension)

memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar-benar tentang objek yang diketahu dn dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

2. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang dipelajari pada situasi atau kondisi reall (sebenarnya)

3. Analisis (Analysis)

Analisi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

ke dalam kompenen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

4. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2010; cara memperoleh pengetahuan adalah

sebagai berikut :
1. Cara Coba Salah (trial and Error)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba

atau dengan kata yang dikenal (trial and error) . cara ini telah dipakai

orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya

peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka

dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

gagal dicoba kemungkinan keempat dan sterusnya, sampai masalah

tetsebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara inindisebut metode

trial (coba) and error (gagal ata salah) atau metoe coba salah (coba-coba).

2.Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja

oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah peneman enzim

urease oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari Summers bekerja

dengan ekstrak acetone, dan karena teburu-buru ingin bermain tenis, maka

ekstrak acetone tersebut disimpan di dalam kulkas. Keesokan harinya

ketika ingin meneruskan percobaannya, ternyata ekstrak asetone yang

disimpan di dalam kulkas tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian

disebut enzim urease.

3.Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui


penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-

kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-menurun dari generasi ke generasi

berikutnya.

4.berdasarkan pengalaman pribadi

pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. pepatah

ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan., atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi

pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat menyebabkan

masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama,

orang dapat pula menggunakan atau merjujuk cara tersebut. Tetapi bila ia

gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan

berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga berhasil

memecahkannya.

5.Cara akal sehat (Common sense)

Akal sehat atau common sense kang dapat menemukan teori atau

kebenaran. Sbelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman

dulu agar anaknya mau menurut nasehat orang tuanya, atau agar anak

disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,

misalnya dijewer telinganya.


6.Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan

dari tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini

oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah

kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh

para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran

atau penyelidikan nanusia.

7.Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau

berpkir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sekar dipercaya karena

kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang

sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan institusi

atau sura hati atau bisikan hati saja.

8.Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengethuannya. Dengan

kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya., baik melalui induksi maupun deduksi,.

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran

secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan.,

kemudian dicari hubungannyasehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.


9.Sumber informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh

informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

10.Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang

akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentuka tersedianya fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

11.Pengalaman

Pengalaman adalah peristiwa yang pernah dialami seseorang. Azwar

mengatakan mengatakan bahwa sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkn faktor

emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan dan

pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lekas berbekas.

2.1.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Nur salam ; 2011, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

dalah sebagai berikut :

1. Umur

Usia dalah umur individu yang terpenting mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan


seseorang bertambah dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan

masyarakat seorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang-

orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Halini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya.

2. Minat

Minat diartikan sebagai sesuatu kecendrungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung

minat yang cukup sangatlah mungkin seseorang tersebut akan sesuai

dengan apa yang diharapkan.

3.Tempat tinggal

Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari.

Pengetahuan seseorang akan lebih baik jika berada di perkotaan dari pada

di pedesaan karena di perkotaan akan meluasnya kesempatan untuk

melibatkan diri dalam kegiatan sosial maka wawasan sosial makin kuat

serta di perkotaan mudah mendapatkan informasi.

4.Pendidikan

Adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut untuk untuk menerima informasi

baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi

yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana


diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

semakin luas pula pengetahuannya.

2.2 Konsep Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusiamasa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa yang meliputi prubahan biologik, prubahn psikologik, dan

perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remja pada

umunya dimulai usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun

(Notoatmojo, S. 2007).

Masa remaja merupakan masa peralihan anak-anak yang dimulai saat

terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan

20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda (Widyastuti, Y. 2009).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence)

adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB

menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini

kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people)

yangmencakup 10-24 tahun. Dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja

adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun.

2.2.2 Tahap-tahap perkembangan remaja

Menurut Sarwono ; 2010, dalam proses penyesuaian diri menuju

kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja:


1.Remaja awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepta tertarik pada lawan jenis, dan mudah

terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis

ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah

dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal

ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa

2. Remaja madya (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang

kalau banyak teman yang mengakuinya ada kecenderungan narsistis yaitu:

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan

dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu

memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,

optomistis atau pesimistis, idealis atau materialis dan sebagainya.

3. Remaja akhir (late adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsiintelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain

dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.


d. Egosentrisme (terlalu memusatkan antara kepentingan diri sendiri

denagn orang lain).

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum.

2.2.3 Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa

transisi tersebut menurut Gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000) adalah

sebagai berikut:

1. Transisi berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh.

Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum

sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan

kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang

konsisten.

2. Transisi dalam kehidupan emosi.

Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan

peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan

emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan sedih

tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah.

3. Transisi dalam kehidupan sosial.

Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, di mana

lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran ikatan

pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan

dengan keluarga).
4. Transisi dalam nilai-nilai moral.

Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai

yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai yang

diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.

5. Transisi dalam pemahaman

Remaja mengalami perkembangan kognetif yang pesat sehingga mulai

mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

2.2.4 Kedewasaan Remaja

Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa.

Secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik dan

fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. Sementara itu,

secara psikologis remaja merupakan masa di mana individu mengalami

perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral antara masa

anak-anak menuju dewasa.

Remaja mengevaluasi diri secara keseluruhan dan terdapat beberapa

pemisahan dimensi diri, seperti dalam akademik, olahraga, penampilan, hubungan

sosial dan moral. Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda di berbagai

konteks dan remaja memandang diri berbeda jika berda dengan tean sebaya

dibandingkan saat dengan orang tua dan guru.

Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai nilai-nilai

kedewasaan. Adapun ciri-ciri kdewasaan antara lain:


1. Emosi relatif lebih stabil (mampu mengendalikan emosi)

2. Mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi)

3. Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan

lingkungan untuk memecahkan masalah

4. Adanya interdependensi (saling ketergantungan) dalam hubungan sosial

5. Memiliki tanggung jawab

6. Memiliki kontrol diri yang adekuat (mampu menunda kepuasan, melawan

godaan, serta mengembangkan standar prestasi sendiri)

7. Memiliki tujuan hidup yang realistis

8. Memilikin dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang dianut

9. Peka terhadap kepentingan orang lain

10. Mampu meyesuaikan diri dengan lingkungan,

11.bertindak secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

(Kusmiran, E. 2012).

2.3 Konsep Vulva Hygiene

2.3.1 Definisi Vulva Hygiene

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan

kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu,2010).

2.3.2 Manfaat Vulva Hygiene

Perawatan vagina memiliki beberapa manfaat, antara lain :

1. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.


2. Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal-

Gatal.

3. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5-4,5).

2.3.3 Tujuan Vulva Hygiene

Ada beberapa tujuan dari vulva hygiene antara lain :

1. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.

2. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar

vulva di luar vagina.

3. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal yaitu 3,

sampai 4,5.

4. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan protozoa.

5. Mencegah timbulnya keputihan dan virus.

2.3.4 Cara Perawatan Vulva Hygiene

Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga

berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual. Cara memelihara organ intim tanpa

kuman dilakukan sehari-hari dimulai bangun tidur dan mandi pagi. Alat

reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa

gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya. Mencuci vagina

dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas

vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing

dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal. Keputihan juga bisa

timbul karena pengobatan abnormal, celana yang tidak menyerap keringat, dan

penyakit menular seksual (Kusmiran Eni, 2011). Beberapa cara merawat organ

reproduksi remaja putri adalah sebagai berikut :


1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh daerah kewanitaan.

2. Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat

menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Gunakan

pembersih kewanitaan yang menggunakan Ph balance 3,5 untuk

menghindari iritasi.

3. Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakaian sebab jika

tidak dikeringkan kan menyebabkan celana dalam yang dipakai

menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah

dan lembab berpotensi mengundang bakteri dan jamur.

4. Tidak diperbolehkan menaburkan bedak pada vagina dan daerah di

sekitarnya, karena kemungkinan bedak tersebut akan menggumpal di

sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan

dan akan mengundang kuman.

5. Disediakan celana dalam ganti di dalam tas kemanapun pergi, hal ini

menghindari kemungkinan celana dalam kita basah. Pakailah celana

dalam dari bahan katun karena dapat menyerap keringat dengan

sempurna.

6. Menghindari pemakaian celana dalam dari satin ataupun bahan sintetik

lainnya karena menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab.

7. Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan dengan

menggunakan shower toilet. Semprotlah permukaan luar vagina

dengan pelan dan menggosoknya dengan tangan.

8. Gantilah celana dalam sekurang-kurangnya dua sampai tiga kali sehari.


9. Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara dua sampai tiga

jam. Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat

mengakibatkan infeksi bakteri, jamur, serta jerawat atau bisul pada

daerah genetalia. Ini terjadi karena pantyliner membuat daerah

kewanitaan makin lembab. Meskipun lapisan atas pantyiner memiliki

daya serap untuk menjaga higienitas daerah kewanitaan, akan tetapi

bagian dasar dari pantyliner ini terbuat dari plastik, sehingga kulit

tidak bisa bernafas lega karena kurangnya sirkulasi udara. Jadi

sebaiknya jangan menggunakan pantyliner terlalu sering.

10. Sebaiknya tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon, jeans dan

kulit.

11. Saat cebok setelah BAB atau BAK, bilas dari arah depan ke belakang.

Hal ini untuk menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina.

12. Memotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum panjang secara

teratur.

13. Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah kemaluan.

14. Apabila kita menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk

siram dulu WC tersebut (di-flishing) terlebih dahulu baru kemudian

kita gunakan.

15. Jangan garuk organ intim segatal apa pun. Membilas dengan air hangat

juga tidak disarankan mengingat cara itu justru bisa membuat kulit di

sekitar Mrs. V bertambah merah dan membuat rasa gatal semakin

menjadi-jadi. Lebih baik kompres vagina dengan air es sehingga

pembuluh darah di wilayah organ intim tersebut menciut, warna


merahnya berkurang, dan rasa gatal menghilang. Alternatif lain, basuh

vagina dengan rebusan air sirih yang sudah didinginkan. Atau gunakan

PK yang dicampur dengan air dingin. Takarannya 1 sendok teh untuk

air satu ember ukuran sedang. Penggunaan PK dengan dosis tidak tepat

bisa membakar kulit dan membuatnya kering berwarna kecoklatan.

16. Bersihkan vagina setiap buang air kecil (BAK) dan buang air besar

(BAB). Air yang digunakan untuk membasuh harus bersih, yakni air

mengalir yang langsung dari keran. Penelitian menguak air dalam bak /

ember di toilet-toilet umum mengandung 70% jamur candida albicans.

Sedangkan air yang mengalir dari keran di toilet umum mengandung

kurang lebih 10-20% jenis jamur yang sama. Kebersihan vagina juga

berkaitan erat dengan trik pembasuhannya. Yang benar adalah dari

arah depan (vagina) ke belakang (anus) dan bukan dari anus ke arah

vagina. Cara yang disebut terakhir itu hanya akan membuat bakteri

yang bersarang di daerah anus masuk ke liang vagina dan

mengakibatkan gatal-gatal. Setelah dibasuh, keringkan Mrs. V dengan

handuk lembut agar tidak basah.

17. Sebaiknya pilih pembalut yang berbahan lembut, dapat menyerap

dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya

parfum atau gel), dan merekat dengan baik pada pakaian dalam.

Adapun cara pemeliharaan organ reproduksi remaja perempuan

adalah sebagai berikut (Kusmiran Eni, 2011) :

a. Tidak memasukkan benda asing ke dalam vagina.


b. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat.

c. Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat.

d. Pemakaian pembilas vagina secukupnya, tidak berlebihan.

2.3.5 Perawatan Saat Menstruasi

Perawatan pada saat menstruasi juga perlu dilakukan karena pada saat

menstruasi pembuluh dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Kebersihan

harus sangat dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan

penyakit pada saluran reproduksi. Pembalut tidak boleh dipakai lebih dari enam

jam atau harus ganti sesering mungkin bila sudah penuh oleh darah menstruasi

(Kusmiran Eni, 2011).

2.3.5 Efek perawatan yang salah pada alat reproduksi eksternal

Kusmiran ; 2011, mengatakan bahwa efek samping dari kesalahan dalam

merawat alat reproduksi eksternal yaitu :

1. Jika ada pembersih atau sabun berbahan daun sirih digunakan dalam

waktu lama, akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.

2. Produk pembersih wanita yang mengandung bahan povidone

iodine mempunyai efek samping dermatitis kontak sampai reaksi alergi

yang berat.

2.3.6 Efek Samping Tidak Melakukan Vulva Hygiene

1. Terjadi infeksi pada area vagina, contohnya infeksi jamur vagina

2. Terjadi keputihan

3. Terjadi bau yang tidak sedap pada area vagina


4. Terjadi gatal-gatal

5. Beresiko menimbulkan penyakit seperti Toxso, Torch, dan Gonorhea

(Kusmiran, E. 2011).

2.4 Konsep Keputihan

1.1.1 Pengertian Keputihan

Keputihan adalah semacam slim yang keluar terlalu banyak, warnanya

putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika slim atau lendir ini

tidak terlalu banyak, tidak terjadi persoalan. (handayani, 2008)

Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang

dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono,P. 2005).

Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang

senggama secara berlebihan (Manuaba, I.2009).

Normalnya, pada keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat

genetalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi

merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan

(Manuaba,I.2009).

2.4.2 Epidemiologi

Penelitian secara epidemiologi, flour albus patologis dapat menyerang

wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak

mengenal pendidikan , ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih

banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial yang rendah.

Flour albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya bakteri
vaginosis (BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina,

vulvovaginal candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90%

oleh candida albicans, trichomoniasis (TM) disebabkan oleh trichomoniasis

vaginalis, angka kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina (Manuaba, I.

2009)

2.4.3 Gejala Keputihan

1. keputihan normal mempunyai ciri-ciri :

a. Cairan yang keluar encer

b. Berwarna bening atau krem

c. Tidak berbau

d. Tidak gatal

e. Jumlahnya sedikit

2. Disebut keputihan tidak normal jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Cairan yanga keluar bersifat kental

b. berwarna putih susu, kuning atau hijau

c. terasa gatal

d. berbau tidak sedap

e. menyisakan bercak pada pakaian dalam

f. jumlahnya banyak (Pribakti, 2010)

2.4.4 Klasifikasi Keputihan

Menurut Wijayanti (2009: 51), keputihan dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Keputihan Fisiologis
Dalam keadaan normal ada sejumlah sekret yang mempertahankan

kelembaban vagina yang mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit dengan

warna jernih. Tanda-tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar tidak

terlalu kental, jernih, berwarna putih atau kekuningan jika terkontaminasi oleh

udara, tidak disertai rasa nyeri, dan tidak timbul rasa gatal yang berlebih.

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya keputihan fisiologis anatara lain

bayi bayu lahir hingga berusia 10 hari yang disebabkan pengaruh hormon

estrogen dari ibunya, masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang,

seorang wanita yang mengalami gairah seksual, masa sekitar ovulasi karena

adanya produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim, pada wanita hamil

disebabkan karena meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim

sehingga terjadi penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina, akseptor

kontrasepsi pil dan IUD, erta seorang wanita yang menderita penyakit atau pada

wanita yang mengalami stress.

2. Keputihan Patologis

Pada keputihan patologis cairan yang keluar mengandung banyak

leukosit. Tanda-tanda keputihan patologis antara lain cairan yang keluar sangat

kental dan berubah warna, bau yang menyengat, jumlahnya yang berlebih, dan

menyebabkan rasa gatal, nyeri serta rasa sakit dan panas saat berkemih. Faktor-

faktor yang menyebabkan keputihan patologis antara lain benda asing dalam

vagina, infeksi vaginal yang disebabkan oleh kuman, jamur, virus dan parasit serta

tumor, kanker dan keganasan alat kelamin juga dapat menyebabkan terjadinya

keputihan.
2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputihan

(Wiknjosastro, H.2005) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi

faktor pendorong keputihan yaitu faktor endogen dan faktor eksogen yang

keduanya saling mempengaruhi :

1. Faktor endogen (berasal dari dalam tubuh) yaitu :

a. Kelainan pada lubang vagina

Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama

yang bercampur dengan air seni atau kotoran dari usus (feses). Hal ini apat

terjadi karena akibat adanya lubang kecil (fistul) dari kandung kemih atau

usus keliang senggama akibat adanya cacat bawaan dan cidera persalinan

(Clayton, C. 2005).

Kelainan conginetal atau bawaan yang tidak adanya sama sekali

vagina atau sebagian (agnesis vagina) tentu akan menimbulkan masalah

bagi penderita terutama adalah tidak dapat melakukan hubungan seksual

dan jalan keluar darah haid. Penderita yang mengalami agnesis vagina

frekuensinya tidak begitu banyak hanya 1:4000 kelahiran (Pribakti,2010).

b. Imunitas

Ketika daya tahan tubuh seorang menurun, organ reproduksi

cenderung mudah terinfeksi kuman, akibatnya dapat menimbulkan

keputihan (Wiknjosastro, H.2005).

2. Faktor eksogen (berasal dari luar tubuh)

a. Infeksi yang meliputi infeksi jamur, bakteri, parasit dan virus

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.


b. Non-infeksi yang meliputi masuknya benda asing ke vagina.

Vagina bagaikan lorong terbuka yang memungkinkan masuknya benda

asing ke dalam tubuh. Sisa pembalut, kapas atau mungkin kondom adalah

benda-benda asing yang bisa tertinggal di dalam vagina dan menyebabkan

terjadinya keputihan. Pada anak perempuan mungkin bisa kemasukan biji

kacang, kancing, peniti yang telah lama tertanam di dalam vagina akan

membusuk dan menyebabkan keputihan. (Kinasih,N.2012).

c. Cebok/cara membersihkan vagina kurang tepat (vulva Hygiene)

Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat

menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat

kebersihannya. Gerakan cara membersihkan adalah dari daerah vagina ke

arah anus untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina

(Kusmiran,E.2011).

Membersihkan vagina perlu menggunakan trik yang khusus agar

kuman yang ada di bagian belakang dekat anus tidak pindah ke bagian

depan. Akan lebih baik jika membersihkan vagina dari bagian depan ke

bagian belakang. Jangan melakukan berulang-ulang, karena tetap saja

kuman dapat berpindah (Kusmiran,E.2011)

d. Area vagina yang lembab

Kondisi vagina yang lembab dapat terjadi ketika setelah buang air

kecil, daerah kemaluan tidak dikeringkan sehingga celana dalannya basah

dan menimbulkan kelembaban disekitarnya.

Lingkungan sekitar vagina yang lembab bisa menyebabkan bakteri dan

jamur yang ada tumbuh dengan pesat, karena kondisi ini merupakan
lingkungan yang ideal bagi jamur dan bakteri untuk berkembang biak. Jika

hal ini terus menerus dibiarkan, bisa menyebabkan infeksi

(Kusmiran,E.2011)

Celana dalam ikut menentukan kesehatan organ intim. Bahan yang

paling baik dari katun, karena dapat menyerap keringat dengan sempurna.

Celana dari bahan satin ataupun bahan sisntetik lainnya, justru

menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab. Bahan pakaian

luarpun perlu diperhatikan seorang wanita. Bahan dari jeans memiliki

pori-pori yang sangat rapat, sehingga tidak memunkinkan udara untuk

mengalir secara leluasa. Kondisi yang lembab dan basah bisa menjadi

tempat pertumbuhan jamur dan kuman yang dapat menimbulkan keputihan

(Pribakti,2010)

e. Kondisi stress

Kondisi tubuh yang terlalu tegang, cemas, kelahan dan kurang

istirahat dapat menimbulkan keputihan. Semua organ tubuh kinerjanya

dipengaruhi dan dikontrol oleh otak. Maka ketika reseptor otak mengalami

kondisi stress hal ini menyebabkan perubahan dan keseimbangan hormon-

hormon dalam tubuh dan hal ini dapat menimbulkan terjadinya keputihan

(Suparyanto,2010)

f. Gangguan hormonal

Keputihan terjadi akibat perubahan hormon estrogen biasanya terjadi pada

masa peralihan antara masa pubertas dan menjelang menopause (setelah

masa subur/reproduktif) (Susmiati,H.2009). Keputihan yang fisiologis

dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti saat sebelum
pubertas, stress psikologis, sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan,

saat meenggunakan kontasepsi hormonal atau saat menopause

(Suparyanto,2010).

2.4.6 Cara mencegah keputihan

1. Menjaga kebersihan di daerah vagina dan sekitarnya, jangan

menggunakan sabun yang terlalu keras, atau pH-nya basa. Gunakan

sabun yang telah direkomendasikan oleh dokter yang memiliki pH

seimbang.

2. Sebaiknya tidak menggunakan pembilasan vagina secara mendalan bila

tidak ada indikasi. Karena justru membunuh bakteri yang dibutuhkan dan

mencegah terbentuknya flora normal di dalam vagina. Flora normal

justru membuat suasana menjadi asam. Suasana asam itulah yang

sebetulnya merupakan pertahanan di dalam vagina, supaya sumber

penyakit tidak dapat hidup nyaman. Jika pH dinaikkan menjadi basa atau

netral maka bakteri patogen dapat hidup nyaman dan berkembang biak.

3. Pasangan seksual juga harus menjaga kebersihan kelamin, jangan

menularkan penyakit pada pasangannya.

4. Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan

gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air

dan mandi. Membasuh vagina lebih sering dalam satu hari sangat

membantu menguragi kelembaban karena akan menghilangkn sisa

cairan, kotoran, dan keringat. Lebih dianjurkan tidak menggunakan

cairan pembersih., cukup dengan sabun biasa seperti digunakan untuk


mandi. Sebab beberapa pembilas vagiana yang mengandung desinfektan

justru akan mematikan flora (bakteri) normal yang dibutuhkan untuk

menjaga pertahanan pada vagina, biasakan mencuci tangan sebersih-

besihnya sebelum digunakan membasuh

5. Menggunakan pantyliner harus diganti 3-4 jam. Pantyliner yang sudah

basah justru dapat menjadi sarang bakteri karena telah lembab.

Prinsipnya, sering-seringlah mengganti pantyliner.

6. Saat menstruasi, pembalut juga harus diganti sesering mungkin. Darah

merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman.

7. Hindari terlalu sering menggunakan bedak talk di sekitar vagina, tisu

harum atau tisu toilet, hal itu akan membuat vagina kerap teriritasi.

8. Hindari suasana vagina lembab berkepanjangan karena pemakaian celana

dalam yang basah, jarang diganti, tidak menyerap keringat, atau memakai

celana jeans terlalu ketat.

9. Perhatikan kebersihan lingkungan, keputihan bisa timbul lewat air yang

tidak brsih, jadi besihkan bak mandi, ember, ciduk, menara air dan bibir

kloset dengan antiseptik untuk menghindari berkembangbiaknya kuman

(Suryana, H. 2009).

Wanita yang mengalami keputihan ini tidak perlu melakukan

pengobatan. Perawatan cukup dengan air rebusan daun sirih atau sabun-

sabun pembersih vagina yang banyak dijual di pasaran. Akan tetapi,

penggunaan sabun ini tidak boleh berlebihan karena dapat mematikan

flora doderleins yang berguna untuk menjaga tingkat keasaman di dalam

vagina.
2.4.7 Cara mengatasi keputihan

Menurut Sibagariang, E (2010), penatalaksanaan keputihan tergantung

dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umunya diberikan obat-

obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan

penyebabya. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kpasul), topical yang

dioleskan seperti krem dan ovula yang dimasukkan langsung ke dalam liang

vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, dianjukan

tidak melakukan hubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,

dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan

sekaligus mencegah terjadinya keputihan patologis yaitu dengan cara :

1. pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat

cukup, serta hindari stres yang berkepanjangan.

2. Setia pada pasangan, gunakan kondom untukmencegah penularan

penyakit menular seksual.

3. Selalu menjaga kebersihan alat vital agar tetap kering dan tidak lembab

misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap

keringat, hindari pemakaian celana yang ketat, biasakan untuk

menggnati pembalut sesring mungkin ketika menstruasi untuk mencegah

bakteri berkembang biak.

4. Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari arah

depan ke belakang.

5. Penggunaan cairan pembersih wanita sebaiknya tidak berlebihan karena

dapat mematikan flora normal vagina.


6. Hindari barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam

perlengkapan mandi dan sebagainya.

1.2 Kesehatan Reproduksi

1.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan

sosial yang utuh, dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan. Tetapi

dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta

proses-prosesnya Depkes Jakarta (2010).

1.2.2 upaya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

Dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup

bersih dan sehat. Misalnya: makan dengan menuseimbang, adanya keseimbangan

antara bekerja dan istirahat., olahraga, rekreasi, dan lainnya.

Memelihara kesehatan reproduksi dengan cara:

1. Penggunaan pakaian dalam

2. Penggunaaan handuk

3. Memetong bulu pubis

4. Kebersihan alat kelamin luar

5. Penggunaan pembalut wanita

6. Meningkatkan imunitas. Depkes Jakarta (2010)

Kesehatan reproduksi dikalangan wanita harus memperoleh perhatian yang

serius, karena kalau tidak akan timbul masalah. Salah satunya adalah keputihan

yaitu masalah yang berhubungan dengan organ seksual wanita. Keputihan

biasanya disebabkan oleh jamur atau virus bakteri yang tentu saja masalah ini
amat mengganggu penderita karena biasanya wanita akan mengeluarkan aroma

yang tidak sedap dari organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering

mengganggu. (Prawirohardjo, S. 2007)


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti melalui

penelotian-penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2008). Kerangka

konsep pada penelitian ini sebagaimana pada gambar 3.1 sebagai berkut :

1. Faktor endogen :
Kelainan
Pengetahuan Keputihan lubang
siswi vagina
imunitas

2. faktor eksogen :
Infeksi
masuknya
benda asing
ke dalam
vagina
c. cebok/ Vulva
Hygiene yang
kurang tepat

Keterangan :

: yang diteliti

: yang tidak diteliti

Gambar 3.1 : Gambaran Pengetahuan Siswi Tentang Vulva Hygiene Di Pondok


Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik
Dari kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa keputihan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor endogen meliputi kelainan lubang

vagina dan imunitas, faktor eksogen meliputi infeksi oleh jamur, parasit dan virus,

masuknya benda asing ke dalam vagina, cebok/cara vulva hygiene yang kurang

tepat. Dalam penelitian ini cebok/cara vulva hygiene yang kurang tepat

merupakan faktor yang diteliti.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu

metode suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat

gambaran atau deskrptif tentang kejadian secara objektif. (Notoatmodjo S, 2010).

Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan)

peristiwa-peristiwa urgen yang terjadi pada masa kini. Fenomena disajikan secara

apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaiman

dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini

tidak perlu adanya suatu hipotesis (Nursalam, 2008)

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk mengetahui

Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Perawatan Daerah Kewanitaan (Vulva

Hygiene) Di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik tahun

2014.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Mamabaus Sholihin Suci,

Manyar Gresik tahun 2014.


4.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan secara skematis sebagai

berikut :

Populasi : semua siwi Madrasah Aliyah yang berada di Pondok Pesantren


Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik tahun 2014 sebanyak 305 reamaa putri

Menentukan metode sampling yaitu purposive sampling

Sampel pnelitian ini adalah beberapa remaja putri (santri Madrasah Aliyah),
besar sampelSa10 responden

Desain Penelitian : Deskriptif

Variabel :
Pengetahuan siswi terhadap pemeliharaan kebersihan (vulva hygiene)

Pengempulan data : menggunakan kuesioner

Pengumpulan data : editing, coding, scoring,tabulating

Penyajian hasil

Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Vulva Hygiene
di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik tahun
2014
4.4 Identifikasi Variabel

4.4.1 Pengertian Variabel

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

4.4.2 Variabel

Variabel dalam penelitian ini Gambaran Definisi Operasional

pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene di Pondok Pesantren Mambaus

Sholihin Suci, Manyar Gresik tahun 2014

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Vulva Hygiene Di Pondok Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik
Tahun 2014

Definisi
Variabel operasinal Indikator Alat ukur Skala Skor

Respon Sikap
Ganbaran yang masih positif : 2
pengetahuan tertutup dari Vulva kuesioner Ordinal
Remaja seseorang Hygiene Sikap
Putri terhadap Negatif
Tentang suatu ada : 1
Vulva pengetahuan
Hygiene atau objek
4.6 Teknik Sampling
4.6.1 Populasi Penelitian
Populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa dan golongan mana

yang menjadi sasaran penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang berada di Pondok Pesantren

Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik pada ulan Desember sebesar ... Remaja

Putri.

4.6.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut

Arikunto (2006), apabila jumlah populasi atau subyek besar maka dapat diambil

10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari

waktu , tenaga, dan dana, sempit luas wilayah pengamatan dari setiap subyek ,

besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebagian remaja putri

yang berada di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik pada

bulan Desember tahun 2014.

4.6.3 Sampling Penelitian

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada. Teknik sampling nerupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2010 : 93).


Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive

sampling dengan mengambil beberapa remaja putri yang berda di Pondok

Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik.

4.7 Pengumpulan dan Analisa Data

4.7.1 Alat Ukur atau Instrumen

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat dan sistematis lebih dapat

mudah diolah (Arikunto, 2008).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjenis kuesioner

dengan bentuk pernyataan berjumlah 10.

4.7.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2008).

Proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah peneliti meminta

surat izin penelitian dari Akbid Delima Persada Gresik untuk diberikan kepada

Pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik.

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner . pertanyaan

disediakan dalam beberapa jawaban dan responden memilih diantaranya yang

sesuai dengan pengetahuannya. Kemudian peneliti menjelaskan kepada responden

tentang cara pengisian kuesioner dan responden menjawab kuesioner tersebut.


4.7.3 Analisa Data

Setelah responden menandatangani surat persetujuan, maka responden

diharapkan untuk menjawab pertanyaan (Kuesioner) yang telah disediakan .

setelah data yang diperlukan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah

mengelola menjadi data yang siap digunakan untuk dianalisis

1. Editing

Memeriksa kembali kelengkapannya dihitung pakah jumlahnya sesuai

dengan jumlah kuesioner (angket) yang disebar dilapangan dan memastikan

semua jawaban telah diisi dan sesuai dengan maksud pertanyaan.

2. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadapa data

yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2008). Memberi kode pada setiap

data secara urut sehingga lebih mudah dalam mengklasifikasi dan lebih sederhana.

a. Untuk responden

Responden 1 diberi kode R1, reponden 2 diberi kode R2, dan

seterusnya.

b. Untuk pengetahuan

a) Jika pengetahuan benar diberi kode 1

Pengetahuan benar diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) :4

Setuju (S) :3

Tidak Setuju (TS) :2

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1


b) Jika pengetahuan salah diberi kode 0

Pengetahuan salah diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut

Sangat Setuju (SS) :1

Setuju (S) :2

Tidak Setuju (TS) :3

Sangat Tidak Setju (STS) : 4

3. Scoring

Scoring yaitu dengan cara memberikan skor pada setiap jawaban yang

telah diisi oleh responden kemudian dikelompokkan sesuai dengan variabel

yang diteliti.

Untuk pernyataan diberi ketentuan dengan nilai maksimal untuk

pengetahuan sebesar 50, kemudian dihitung dalam prosentase.

4. Tabulating

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

dinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).

Data yang terkumpul diberi skor, kemudian dikelompokkan berdasarkan

itemnya dan ditabulasi ke dalam distribusi frekuensi. Setelah data ditabulasi,

selanjutnya diinterpretasikan dengan modifikasi Kesimpulan menurut

Arikunto (2008).

1) 100% : Seluruhnya

2) 76-99% : Hampir Seluruhnya

3) 51-75% : Sebagian Besar

4) 50% : Setengahnya

5) 26-49% : Hampir Setengahnya


6) 1-25% : Sebagian Kecil

7) 0% : Tidak Satupun

a. Etika Penelitian

Setiap penelitian yang menggunakan subyek manusia harus tidak

bertentangan dengan etika (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini mengajukan

permohonan izin kepada Pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Sholihin

Suci, Manyar Gresik untuk mendapatkan persetujuan, baru penelitian boleh

dilakukan dengan menggunakan etika.

b. informed consent (Lembar Persetujuan menjadi Responden)

informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetuan informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika subyek besedia, maka

mereka harus mendapat lembar persetujuan jadi responden dan jika tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden (Hidayat, 2009).

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yangtelah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya data-data tertentu yang dilaporkan hasil riset (Hidayat,

2009).
d. Animoity (Tanpa Nama)

Masalah etika kebidanan meruapakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

disajikan (Hidayat, 2009).

Anda mungkin juga menyukai