DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH :
Penyuluhan Populasi Usia Sekolah Dasar Cara Merawat Kebersihan Kelamin Pada
Tanggal 18 November 2022 di SD N 1 Giri Emas.
Telah disahkan dan diterima oleh Kepala Sekolah SD N 1 Giri Emas dan Dosen
Pembimbing sebagai syarat memperoleh nilai dari Keperawatan Komunitas Program Studi S1
Keperawatan STIKes Buleleng.
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi itu sendiri merupakan suatu kondisi sehat dari sistem,
fungsi dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh seseorang, yang tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan, melainkan dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti,2009). Sedangkan kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Salah satu aspek yang dapat menentukan
kesehatan reproduksi remaja adalah dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat
dan menjaga kebersihan organ reproduksinya (Widyastuti, 2009).
Menjaga kebersihan organ reproduksi sangatlah penting, terlebih pada masa
remaja. Karena menjaga kebersihan organ reproduksi merupakan awal dari usaha
menjaga kesehatan dan pada masa remaja ini pula perubahan fisik terjadi secara cepat
begitu juga dengan kematangan seksual (Widyastuti, 2009
Menjaga kebersihan organ reproduksi seseorang harus memiliki pengetahuan
mengenai kebersihan organ reproduksi tersebut. Pengetahuan itu sendiri adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya. Pengetahuan merupakan salah satu bagian dari perilaku, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2005), membagi perilaku
seseorang ke dalam tiga domain yakni pengetahaun (cognitive domain), sikap (affevtive
domain), dan tindakan (psychomotor domain). Kognitif dapat diukur dari pengetahuan,
afektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan (praktik) yang
dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo.2005). Pemahaman
seseorang terhadap kesehatan reproduksinya sangatlah penting. Seseorang yang tidak
memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup, akan cenderung
mengabaikan kesehatan reproduksinya dan pada akhirnya ia akan melakukan tindakan
yang membahayakan bagi dirinya sendiri (Notoatmodjo,2005). Rendahnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan memungkinkan perempuan tidak
berperilaku higienis dalam menjaga organ reproduksinya yang dapat membahayakan
kesehatan reproduksinya sendiri (BKKBN,2005).
Banyak masalah yang dapat timbul dari tidak menjaga kebersihan organ
reproduksi, terlebih lagi pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Nadesul
& Prasetyowati, 2008).. Berdasarkan data penelitian kesehatan reproduksi perempuan
didapatkan 75% perempuan didunia pernah mengalami keputihan yang paling sedikit
satu kali dalam hidupnya. Dan di Indonesia sendiri pada tahun 2004 didapatkan sekitar
70% perempuan di Indonesia mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya
(Takasihaeng, 2005). Selain keputihan ada beberapa lagi masalah yang akan timbul
apabila tidak menjaga kebersihan organ reproduksi seperti kanker serviks, iritasi kulit
genital, alergi, peradangan atau infeksi saluran kemih (Nadesul & Prasetyowati, 2008).
Hal tersebut berkaitan dengan saluran kemih bawah pada wanita yang lebih pendek,
sehingga kedudukannya lebih dekat dengan dunia luar serta dapat dengan mudah
terpapar kuman dan bibit penyakit (Nurhadini, 2012).
Human Papilloma Virus (HPV) juga dapat ditularkan bila berhubungan
seksual dengan pria yang beresiko menularkan yaitu pria yang tidak melakukan
sirkumsisi dan tidak menjaga kebersihan organ reproduksinya (Agency for Research on
Cancer Multicenter Cervical Cancer Study Group, 2012). Menurut the International
Agency for Research on Cancer Multicenter Cervical Cancer Study Group (2012), HPV
penis terdeteksi di 166 dari 874 laki-laki yang tidak di sunat (19,6%) dan di 16 dari
292 laki-laki disunat (5,5%). Hal demikian dapat terjadi karena kotoran (smegma) yang
masih tertinggal di glans penis dapat menjadi tempat kuman, bakteri, maupun virus
berkembang biak. Selain itu pada laki-laki smegma yang tertinggal di glans penis
tersebut juga dapat membuat infeksi pada organ reproduksi laki-laki. Infeksi pada organ
reproduksi laki-laki juga dapat disebabkan karena kebiasaan laki-laki yang sering
menggunakan celana yang terlalu ketat sehingga menekan organ reproduksi dan
membuat iritasi selain itu pula pemakaian celana yang terlalu ketat dapat menimbulkan
suhu didalam testis berubah (Coyle dan Prince, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit diharapkan peserta dapat mengetahui
dan mengenal cara merawat kebersihan kelamin.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan peserta penyuluhan dapat mengetahui dan
menjelaskan tentang :
a. Cara merawat kebersihan kelamin bagi perempuan.
b. Cara merawat kebersihan kelamin bagi laki – laki.
c. Cara mengetahui dampak tidak menjaga kebersihan organ reproduksi pada
perempuan.
d. Cara mengetahui dampak tidak menjaga kebersihan organ reproduksi pada laki –
laki.
D. Susunan Kegiatan :
E. Evaluasi
1. Kriteria Evaluasi
Bentuk lisan :
- Bagaimana cara merawat kebersihan kelamin pada perempuan ?
- Bagaimana cara merawat kebersihan kelamin pada laki – laki ?
- Apa dampak tidak menjaga kebersihan organ reproduksi pada perempuan ?
- Apa dampak tidak menjaga kebersihan organ reproduksi pada laki – laki ?
2. Kriteria Struktural
a. Kesiapan peserta penyuluhan
b. Kesiapan media pelakasanaan
c. Kesiapan penyaji
d. Kesiapan meteri penyaji
e. Kesiapan media (Leaflet dan power point).
3. Evaluasi Proses
1. Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan (individu).
2. Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab.
3. Peserta memperhatikan materi yang di sampaikan
4. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan
b. 90% target peserta dapat menjawan pertanyaan yang diberikan.
F. Lampiran Materi
Cara pemeliharaan alat reproduksi secara umum untuk remaja laki-laki dan
perempuan antara lain
1. Membasuh alat kelamin (vagina) secara rutin
Vagina perlu dibersihkan atau dibasuh setiap kali habis buang air kecil dan
buang air besar. Cara membasuh atau membersihkan vagina yang benar adalah
dari arah vagina menuju anus. Hal ini untuk menghindari perpindahan bakteri dari
anus ke vagina yang dapat menyebabkan infeksi. Setelah membasuh vagina
hingga bersih, jangan lupa untuk mengeringkannya dengan handuk atau tisu toilet
yang lembut.
2. Membersihkan vagina saat menstruasi
Saat menstruasi, bersihkan vagina lebih dari dua kali sehari. Sering-
seringlah mengganti pembalut saat sudah terasa lembap atau basah. Selain vagina,
perineum (bagian antara vagina dan anus) dan area sekitar vagina juga perlu
dibersihkan saat menstruasi. Untuk membersihkan vagina saat menstruasi, cukup
gunakan air hangat atau air dan sabun yang berbahan lembut (MAULANA, 2016).
3. Dampak yang dapat terjadi pada perempuan apabila tidak menjaga kebersihan
organ reproduksi adalah :
1. Keputihan
Leukorea atau keputihan yaitu suatu cairan putih yang keluar dari lubang
senggama atau vagina secara berlebihan. Keputihan dibedakan menjadi dua jenis
yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis).
Keputihan yang normal biasanya terjadi pada masa menjelang dan sesudah
menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, juga terjadi
pada rangsangan seksual. Sedangkan, pada keputihan yang abnormal atau
patologis terjadi pada infeksi alat kelamin (infeksi bibir kelamin, liang
senggama, mulut Rahim, Rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi
penyakit hubungan kelamin) (Manuaba,2010).
Hal yang harus dilakukan agar keputihan tidak terjadi adalah upaya untuk
mencegahnya. Terutama kebersihan pada organ intim yang harus dijaga. Mulai
dari pakaian yang digunakan, cara membersihkan diri sehabis buang air besar,
mencegah kelembaban pada organ intim, kebersihan kloset duduk yang
digunakan, penggunaan cairan pembersih vagina tidak berlebihan, terhindar dari
benda asing yang masuk (Djoerban,2009 dan Kusmiran,2012).
2. Iritasi
Iritasi merupakan kulit meradang, merah, terasa gatal. Panas, perih dan
bengkak. Hal ini dapat terjadi karena banyak keringat, terlambat mandi, gesekan
baju yang ketat, dan garukan kuku. Masalah iritasi juga dapat terjadi karena
orang terobsesi ingin selalu bersih, sehingga terlalu banyak menggunakan saran
pembersih organ intim, seperti mencuci dengan air pans, membias dengan sabun
terlalu banyak, dan menggunakan kompres larutan obat yang terlalu pekat.
Sebaiknya tidak demikian. Sebab kulit organ intim lebih lembut dan tipis dari
pada daerah lain, sehingga membersihkannya pun harus lebih hati-hati dan tidak
boleh kasar. Rambut organ intim yang terlalu lebat dapat menjadi sumber iritasi
saat menggunakan sabun (Dwikarya,2007).
3. Infeksi
Penyebab infeksi ada 5 yaitu jamur, bakteri, chlamydia, protozoa, dan virus.
a. Infeksi jamur
Yang menyerang kulit organ intima ada dua golongan, yaitu jamur dermofita
dan jamur candida albicans.
b. Infeksi Bakteri
Bakteri adalah tumbuhan berukuran mikro yang mempunyai berbagai macam
bentuk, yakni basil berbentuk batang, kokus berbentuk bulat, dan
spirochaeta berbentuk spiral. Ketiganya dapat ditemukan pada kelainan
organ intim yang bermasalah. Namun, gejala penyakit dan tempat yang
terserang berbeda. Contohnya bakteri Gardenerella bakteri jenis ini dapat
berubah bentuk sehingga disebut kokobasil. Ditemukan dalam jumlah kecil
dalam keadaan normal di dalam vagina.
c. Infeksi virus
Virus merupakan mikroorganisme penyebab infeksi yang dapat melalui
ultrafilter, bersifat intraseluler obligat parasite, dan berkembang biak didlm
sel hidup. Virus yang terdapat disaluran reproduksi wanita adalah HPV
(Humman Papiloma Virus) yang mana virus ini ditemukan pada pasien
dengan kanker serviks yang kurang bersih dalam menjaga kebersihan organ
genitalia eksterna (Windayanti, 2007).
4. Dampak yang dapat terjadi pada pria apabila tidak menjaga kebersihan organ
reproduksi adalah :
1. Iritasi
Iritasi merupakan kulit meradang, merah, terasa gatal. Panas, perih dan
bengkak. Hal ini dapat terjadi karena banyak keringat, terlambat mandi, gesekan
baju yang ketat, dan garukan kuku. Masalah iritasi juga dapat terjadi karena
kebiasaan dari remaja laki-laki yang senang menggunakan celana yang ketat,
Sebaiknya tidak demikian. Sebab kulit organ intim lebih lembut dan tipis dari
pada daerah lain, sehingga membersihkannya pun harus lebih hati-hati, tidak
boleh kasar, dan mendapatkan cukup ruang agar kulit disekitar organ intim tidak
tergesek oleh bahan pakaian yang ketat. Rambut organ intim yang terlalu lebat
dapat menjadi sumber iritasi saat menggunakan sabun (Dwikarya,2007).
2. Infeksi
Penyebab infeksi ada 5 yaitu jamur, bakteri, chlamydia, protozoa, dan virus.
a. Infeksi jamur
Yang menyerang kulit organ intima ada dua golongan, yaitu jamur
dermofita dan jamur candida albicans
b. Infeksi Bakteri
Bakteri adalah tumbuhan berukuran mikro yang mempunyai berbagai
macam bentuk, yakni basil berbentuk batang, kokus berbentuk bulat,
dan spirochaeta berbentuk spiral. Ketiganya dapat ditemukan pada kelainan
organ intim yang bermasalah. Namun, gejala penyakit dan tempat yang
terserang berbeda.
c. Infeksi virus
Virus merupakan mikroorganisme penyebab infeksi yang dapat melalui
ultrafilter, bersifat intraseluler obligat parasite, dan berkembang biak didlm
sel hidup. Virus yang terdapat disaluran reproduksi pria dalah HPV
(Humman Papiloma Virus) yang mana ditemukan pada pria yang belum
melakukan sirkumsisi (sunat) dan beresiko tinggi menularkan virus tersebut
pada wanita.
G. Lampiran Media
DAFTAR PUSTAKA
Aisyaroh, N., … S. K.-J. M. I., & 2010, undefined. (n.d.). Kesehatan Reproduksi Remaja.
Research.Unissula.Ac.Id. Retrieved October 29, 2021, from
http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/210104090/635Kespro_Remaja.pdf
Solehati, T., Sari, C., Keperawatan, I. R.-J., & 2019, U. (2019). Pengetahuan, sikap dan
tindakan siswi sekolah dasar terkait genitalia hygiene. 103.114.35.30, 4(1).
http://103.114.35.30/index.php/JKM/article/view/2606
Mayasari, F., Psikologi, M. H.-J., & 2000, U. (2012). Perilaku seksual remaja dalam
berpacaran dilihat dari harga diri berdasarkan jenis kelamin. Journal.Ugm.Ac.Id.
https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7004