Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN REPRODUKSI

Pokok bahasan : Kesehatan Reproduksi


Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Unimus
1. Vika Nirmala Rahma (G3A021140)
2. Revaldi Distianto Putra (G3A021141)
3. Mochamad Dafa Ikhsana (G3A021142)
4. Nabila Nur Ilma (G3A021143)
5. Zidha’ Ilma (G3A021144)
Hari/Tanggal : Jum’at 19 November 2021
Waktu : 16.00-16.30 WIB
Via : Zoom
Sasaran : Remaja di Kabupaten Kendal

A. Latar Belakang
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2014 Tentang Kesehatan Reproduksi, kesehatan reproduksi adalah keadaan
sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi.
Pada kasus kenakalan dan seks bebas remaja secara umum, remaja
lakilaki yang menyatakan pernah melakukan hubungan seks pra nikah lebih
banyak dibandingkan remaja perempuan. Pada tahun 2007 usia 15-19 tahun
laki-laki sebanyak 3,7% dan perempuan sebanyak 3,1%. Dan diusia 20-24
tahun laki-laki sebanyak 10,5% dan perempuan sebanyak 1,4%. Hingga pada
tahun 2012 usia 15-19 tahun jumlah laki-laki mengalami peningkatan menjadi
4,5% dan perempuan mengalami penurunan menjadi 0,7%. Pada usia 20-24
tahun laki-laki mengalami peningkatan hingga 14,6% dan perempuan juga
mengalami peningkatan menjadi 1,8%. Dari survei yang sama didapatkan
alasan hubungan seksual pranikah tersebut sebagian besar karena
penasaran/ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38% perempuan), dan
dipaksa oleh pasangan (12,6%). Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman
remaja tentang keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual, dan
kemampuan untuk menolak hubungan yang tidak mereka inginkan. (Pusat
Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016).
Masa remaja yaitu Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacuan
identitas). Masa ini merupakan masa peralihan dari dunia anak-anak menuju
dewasa. Pada masa peralihan ini remaja akan mengalami pubertas, yaitu masa
terjadinya perubahan fisik dan fungsi fisiologis. Pada tahap ini pula, biasanya
remaja akan melaluinya dengan teman-teman sebaya mereka yang memiliki
kesamaan komitmen dalam sebuah kelompok. Dalam kelompok tersebut
mereka memiliki hubungan yang sangat erat sehingga tingkat solidaritas yang
mereka miliki tinggi antar anggota kelompok. Hal tersebut akan membuat
remaja akan cenderung memiliki kepercayaan yang tinggi kepada teman
sebaya yang ada dilingkungannya (Homburger & Erikson, 2018).
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan
karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Status kesehatan
seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkunganya. Remaja perlu meningkatkan
pengetahuan dari sumber informasi yang terpercaya dalam menjaga
keberhasilan kesehatan reproduksi remaja sehingga terbentuk perilaku pola
hidup bersih secara teratur.
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan partisipan dapat pasien dapat
memahami cara menjaga kesehatan reproduksi.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan partisipan dapat memahami cara
menjaga kesehatan reproduksi dan dapat menjelaskan kembali :
- Pengertian kesehatan reproduksi
- Cara menjaga kesehatan reproduksi
- Manfaat menjaga kesehatan reproduksi
- Masalah kesehatan reproduksi remaja
- Cara mencegah pergaulan bebas
D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Power point
G. Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Pasien
1. 5 menit Pembukaan :
- Memberi salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri, - Mendengarkan
menyebutkan tujuan
2. 10 menit Pelaksanaan : - Memperhatikan
Menjelaskan materi materi yang
penyuluhan secara runtut dan dipaparkan
teratur
3. 10 menit Evaluasi : - Menjelaskan
Meminta pasien menjelaskan kembali materi
kembali mengenai : dengan baik
- Pengertian nyeri
- Pembagian nyeri
- Skala nyeri
- Cara mengatasi nyeri
Memberikan pujian atas
keberhasilan menjelaskan
kembali materi yang
disampaikan.
4. 2 menit Penutup : - Membalas ucapan
Mengucapkan terima kasih terima kasih
dan salam - Menjawab salam
H. Evaluasi
Menanyakan kembali mengenai materi yang disampaikan meliputi:
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi?
2. Bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi?
3. Apa manfaat menjaga kesehatan reproduksi?
4. Apa saja masalah kesehatan reproduksi remaja?
5. Bagaimana cara mencegah pergaulan bebas?

Lampiran Materi

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

A. DEFINISI
Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural. Remaja perlu
mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.
Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah
laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

B. Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi


Menjaga organ reproduksi pada remaja berbeda dengan anak-anak.
Pada organ reproduksi remaja selain anus dan saluran kencing yg bermuara di
serkitar alat kelamin, terdapat juga: Rambut di sekitar alat reproduksi /
kelamin. Peningkatan kelenjar di sekitar alat kelamin, Peningkatan produksi
keringat di sekitar alat kelamin Perawatan organ reproduksi terdiri dari
menjaga kebersihan organ reproduksi, memperhatikan pakaian, dan mengatur
gaya hidup.

1. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Perempuan


a. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah
buang air besar, buang air kecil, dan pada saat mandi
b. Sebelum bersihkan alat kelamin, bersihkan lebih dahulu anus dan
sekitarnya dengan sabun, kemudian bilas bersih dengan air,
membersihkan anus dengan gerakan ke arah belakang. Sabunlah semua
bagian luar yang berambut, dan semua bagian, sampai ke lipatan/lekuk
dari arah depan, baru siram/bilas dengan air bersih juga dari arah depan
ke belakang. (gunakan sabun non parfum)
c. Hindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung
deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena dapat
mengganggu pH cairan kewanitaan dan merangsang munculnya jamur
atau bakteri
d. keringkan dengan tissue atau handuk kering yang bersih, dengan cara
menekan, jangan menggosok.
e. Pada saat menstruasi gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur
2-3 kali dalam sehari atau setiap setelah buang air kecil, atau bila
pembalut telah penuh darah, atau saat mandi.
2. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Laki-laki
a. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah
buang air besar, dan pada saat mandi
b. Bersihkan lebih dahulu anus dan sekitarnya dengan sabun, kemudian
bilas bersih dengan air. Lakukan membersihkan anus dengan gerakan
ke arah belakang
c. Gunakan sabun non parfum pada semua bagian luar yang berambut,
sampai ke lipatan/lekuk dari arah depan, baru siram/bilas dengan air
bersih juga dari arah depan ke belakang.
d. Pertama-tama sabunlah daerah sekitar pangkal penis yang berambut,
buah zakar, batang penis, sabun bersih seluruhnya, kemudian bilas
bersih dengan air.
e. Tariklah kulit batang penis ke arah atas sampai terlihat bagian yang
berlekuk pada kepala penis (glans). Hal ini perlu dilakukan karena
pada bagian yang berlekuk mengendap produk kelenjar yang disebut
smegma. Semua bagian harus disabun dan dibersihkan sampai tidak
ada kotoran (smegma) yang tertinggal dikarenakan kotoran (smegma)
yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi pada laki-laki, smegma
yang masuk ke alat kelamin perempuan saat berhubungan seksual juga
dapat mengakibatkan kanker rahim oleh karena itu khitan pada laki-
laki merupakan tindakan yang perlu untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan alat kelamin.

C. Manfaat Menjaga Kesehatan Reproduksi


1. Pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi.
Usahakanlah untuk menyampaikan informasi sesuai dengan usia dan
kesiapan anak. Tapi sebaiknya hindari penggunaan istila-istilah tertentu
yang malah bisa mengaburkan makna dan membuat anak tidak mengenal
dengan pasti masalah reproduksi.
2. Risiko penyakit. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan dan
disampaikan pada remaja yang sudah beranjak dewasa. Dengan
mengetahui risiko yang mungkin terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-
hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksi.
3. Kekerasan seksual dan cara meghindarinya. Remaja perlu dikenalkan
dengan hak-hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu, diperlukan juga
pengetahuan tentang kekerasana seksual yang mungkin terjadi, apa saja
jenisnya, dan bagaimana cara mencegahnya terjadi.
D. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan
berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan
seksualitas terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak
reformasi bergulir hal ini telah diupayakan oleh sejumlah pihak seperti
organisasi-organisasi non pemerintah (NGO), dan juga pemerintah sendiri
(khususnya Departemen Pendidikan Nasional), untuk memasukkan
seksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi Remaja’; namun
hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem riil yang dihadapi
remaja.
Faktanya, masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih
banyak dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Perkosaan.
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya
tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja
perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk
dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
2. Free sex.
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-
ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis
selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual
dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat
merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab,
pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif
pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga
dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja.
Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi
remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-
mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan
seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa
berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan.
Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan
kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.

4. Aborsi.
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan
sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong
dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang
sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara
alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara
lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya
tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap
menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.
5. Perkawinan dan kehamilan dini.
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Di beberapa daerah,
dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan
anak dalam hal ini remaja perempuan. Alasan terjadinya pernikahan dini
adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar pernikahan dan alasan
ekonomi. Remaja yang menikah dini, baik secara fisik maupun biologis
belum cukup matang untuk memiliki anak sehingga rentan menyebabkan
kematian anak dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan dengan usia
kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan sering mengalami
kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan distribusi
makanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih dalam tahap
proses pertumbuhan.
6. IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual),
dan HIV/AIDS.
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar
menular melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun
dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari
ibu kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga
sangat besar sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran,
kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian.

D. Cara Mencegah Pergaulan Bebas


1. Memperkuat Pendidikan Agama
Anak yang mempunyai dasar pendidikan agama serta moral yang kokoh
tidak akan mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas, karena ia tahu dan
bisa membedakan hal yang benar dan salah. Pendidikan agama dan moral
dapat memperkuat iman seseorang sejak dini. Jika sejak kecil seseorang
telah tertanam mengenai pengertian benar dan salah, biasanya ia akan
dapat menghindari pergaulan bebas yang jelas – jelas merupakan hal yang
tidak benar.
2. Memilih Teman
Seperti telah disebutkan diatas, pemilihan teman yang kurang sesuai akan
mempermudah seseorang terjerumus ke dalam pergaulan yang bebas.
Karena itulah penting untuk memilih teman dan mengenali tipe
kepribadian manusia yang sekiranya dapat memberikan pengaruh positif,
seperti bagaimana cara menjadi pribadi yang menyenangkan .
3. Mempererat Hubungan Orangtua dan Anak
Hubungan orang tua dan anak yang erat secara langsung akan memberikan
pengawasan yang lebih baik kepada anak. Jika anak dekat dan terbuka
dengan orang tua, mereka akan dapat langsung bertanya mengenai
berbagai macam persoalan bahkan yang dianggap sensitif dan tabu seperti
seks bukannya mencari informasi yang bisa jadi menyesatkan pada pihak
lain.
4. Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak dan Remaja
Keingin tahuan remaja mengenai hal yang berkaitan dengan seksualitas
terkadang tidak mendapatkan penyaluran yang benar, sehingga mereka
terkadang akan mencari tahu melalui jalan yang salah. Informasi yang
berkaitan dengan seksualitas sepatutnya didapatkan anak sejak dini, tentu
saja disesuaikan dengan bahasa yang cocok dengan usia anak. Dengan
demikian mereka juga dapat mengetahui bahaya dan akibat dari
pergaulan bebas.
5. Menghindari Lingkungan yang Tidak Kondusif
Setelah keluarga, tempat anak bersosialisasi adalah lingkungan. Jika anak
berada pada lingkungan yang positif, yaitu yang memegang teguh  maka ia
juga akan mencontoh hal yang positif tersebut dan sebaliknya. Apabila
anak berada pada lingkungan yang tidak kondusif maka pengaruh dari
lingkungan tersebut bisa membuatnya menjadi berperilaku menyimpang
dari norma sosial yang ada.
6. Memperluas Pengetahuan
Ada kutipan yang menyatakan bahwa knowledge is power, artinya
pengetahuan adalah kekuatan yang akan membuka cakupan wawasan yang
luas. Seseorang akan mudah menentukan pilihan hidupnya karena ia sudah
mengetahui banyak tentang berbagai sisi dan dampak dari pilihan – pilihan
yang dia buat. Sebaliknya, apabila seseorang hanya memiliki sedikit
pilihan, ia tidak akan tahu bahwa ada banyak pilihan yang lebih baik untuk
kehidupannya. Misalnya, jika ia tidak mempunyai pilihan lain selain gaya
hidup bebas, maka ia tidak akan dapat melakukan cara
menghindari pergaulan bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Atun, dkk. 2004. IMS atau Penyakit Kelamin, dalam Kesehatan Reproduksi
Remaja, Kerjasama Jaringan Khusus Kesehatan untuk Anak Jalanan
Perempuan di Yogyakarta, bersama PKBI-DIY. Yogyakarta.
Caesarina Ancah. 2009. Kespro Remaja, disampaikan pada Seminar Nasional
Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris. Juni 2009.
Jember-Jawa Timur.

Eriyani Linda Dwi. Kesehatan Reproduksi Remaja: Menyoal Solusi. 2006,


disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Remaja di PP. Nuris, Juni 2009. Jember-Jawa Timur.

Habsjah, dkk. 1995. Peranan Ayah vis-a-vis Ibu dan Pranata Sosial Lainnya
dalam Pendidikan Seks Remaja. The Population Council and The Atma Jaya
Research Centre, Jakarta.

Khisbiyah, dkk. 1996. Kehamilan tak Dikehendaki di Kalangan Remaja,


Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mukhatib MD. 2009. Problem Kesehatan Reproduksi Remaja: Tawaran


Solusi, disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan
Reproduksi Remaja di PP. Nuris, Juni 2009. Jember-Jawa Timur.

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info


Media, Jakarta.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.


Sagung Seto. Jakarta.

Tim Mitra Inti. 2009. Mitos Seputar Masalah Seksualitas dan Kesehatan
Reproduksi, Yayasan Mitra Inti. Jakarta.

Utomo Iwu Dwisetyani. 2009. Panduan Materi Dasar untuk Guru, dapat
Menjadi Dasar untuk Dikembangkan dan Disesuaikan dengan Keadaan dan
Kondisi Kebudayaan Lokal. Australian Demographic and Social Research
Institute, Australian National University, Konsultan Kesehatan Reproduksi
Remaja UNFPA. Jakarta.

Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.


Widaninggar. 2004. Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills Education) untuk Pencegahan HIV dan AIDS. Pusat
Pengembangan Kualitas Jasmani Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai