Anda di halaman 1dari 7

SYOK HIPOVOLEMIK

PENGERTIAN
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif.
Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang
akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi
kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan
syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan
adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh
kehilangan cairan tubuh, cairan ini dapat berupa darah, plasma, dan
elektrolit (Grace, 2006).

DIAGNOSIS SYOK HIPOVOLEMIK

Diagnosis bisa didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik pasien, terutama jika
ditemui gejala syok hipovolemik, berupa tekanan darah rendah, suhu tubuh
menurun, atau detak jantung cepat dengan denyut nadi yang lemah. Syok
hipovolemik merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani ketika
gejala dan tanda klinis tersebut ditemukan, terutama pada orang-orang yang
mengalami trauma atau cedera. Penetapan diagnosis dan penanganan tidak perlu
menunggu hasil pemeriksaan penunjang, karena dapat membahayakan nyawa
penderita. Setelah keadaan gawat darurat tertangani namun penyebab dari syok
masih belum dapat ditentukan, beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan,
di antaranya adalah:

a. Pemeriksaan hitung darah lengkap.


b. Pemeriksaan fungsi dan struktur jantung dengan ekokardiografi.
c. Tes pemindaian dengan menggunakan foto Rontgen, USG, atau CT
scan pada organ yang dicurigai mengalami perdarahan.
d. Pemeriksaan saluran pencernaan dengan endoskopi.
Beberapa pemeriksaan dan tindakan juga dapat dilakukan untuk memantau
seberapa berat syok hipovolemik yang dialami dan sekaligus pemantauan terhadap
terapi yang sudah diberikan. Pemeriksaan dan tindakan tersebut antara lain:

a. Pemasangan kateter urine agar jumlah urine dapat diukur.


b. Pemeriksaan sejumlah zat kimia pada darah untuk menilai fungsi
ginjal dan menilai apakah ada kerusakan pada otot jantung.
c. Pemasangan kateter Swan-Ganz untuk menilai volume darah pada
jantung kanan.

PATOFISIOLOGI
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem
hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
a. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat
dan akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan
vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelelepasan tromboksan
A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan
tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada
sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan
kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan
menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam
untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi
bentuk yang sempurna. 
b. Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok
hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan
penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh
baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan
penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon
dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan
mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.
c. Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan
peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin
akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang
selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru
dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya
membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu
vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab
pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan
retensi air.
d. Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH
dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap
penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan
terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh
osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan
peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis,
duktus kolektivus, dan lengkung Henle.

MANIFESATSIKLINIS
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,
kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya
berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor
kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah
mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang
vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar
dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih
dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat
atau singkat.Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas.
Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan
tidak segera kembali dalam beberapa menit.
Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:
a. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan
pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
b. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah
respon homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan
kecepatan aliran darah ke homeostasis penting untuk
hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke
mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
c. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi
pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi
perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan
tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70
mmHg.
d. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah
urin kurang dari 30ml/jam.

PENGOBATAN SYOK HIPOVOLEMIK

Syok hipovolemik merupakan kondisi gawat darurat. oleh karena itu penanganan
harus segera dilakukan. Bila Anda mencurigai kondisi ini terhadap seseorang,
segera minta pertolongan medis. Sambil menunggu pertolongan medis,
ada beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk membantu penderita, di
antaranya adalah:

a. Jangan memberikan cairan apa pun ke dalam mulut penderita.


b. Jangan ubah posisi penderita jika diduga terdapat cedera pada
bagian kepala, tungkai, leher, atau punggung, kecuali posisi pasien
dalam kondisi yang berbahaya, misalnya dekat dengan benda yang
mudah meledak.
c. Bila tidak terdapat cedera kepala, leher, punggung, maupun
tungkai, posisikan tubuh pasien di permukaan yang rata, yaitu
kepala sejajar dengan tungkai. Bila memungkinkan, angkat kaki
sekitar 30 cm, sehingga posisi kepala lebih rendah daripada kaki.
d. Jangan mencabut jika ada benda (pecahan kaca atau pisau) yang
menancap di tubuh pasien.
e. Tekan titik perdarahan dengan menggunakan kain atau handuk
untuk meminimalkan volume darah yang terbuang. Bila perlu, ikat
kain atau handuk tersebut.
f. Buat suhu tubuh penderita tetap hangat untuk mencegah
hipotermia, misalnya dengan menyelimutinya.
g. Pada kasus cedera di leher atau kepala, beri penyangga khusus
terlebih dahulu pada bagian leher sebelum memindahkan penderita
ke dalam ambulans.

PENATALAKSANAAN
a. Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :
1) memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan
peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang
tidak adekuat.
2) meredistribusi volume cairan
3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan
secepat mungkin.
b. TerapiFarmakologi
Obatanlgetika yang direkomendasikan :
1) Morfin 10-15 mg IM atau 15 mg IV
2) Petidin 50-100 mg per oral
3) Parasetamol 500 mg per oral
4) Parasetamoldancodein 30 mg per oral
5) Tradamol oral atau IM 50 mg atausupossitaria 100 mg
c. Terapi non farmakologi
1) Pengobatan penyebab yang mendasari
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan
untuk menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan
tekanan pada tempat perdarahan atau mungkin diperlukan
pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal.
2) Penggantiancairandandarah
Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang
untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan.
Maksudnya memungkinkan pemberian secara simultan terapi
cairan dan komponen darah jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid
(albumin dan dekstran 6 %).
3) RedistribusiCairan
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan
meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut
diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan.
Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.

4) Military anti syoc trousersn(MAST)


Adalah pakain yang dirancang untuk memperbaiki perdarahan
internal dan hipovolemia dengan memberikan tekanan balik
disekitar tungkai dan abdomen.Alat ini menciptakan tahanan
perifer artificial dan membantu menahan perfusi coroner.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Jilid II Edisi 3. Media Aesculapius : Jakarta


Dongoes , Mariliynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakart
Carpenito-moyet, Lynda juall. 2007, “Buku Saku Diagnosis Keperawatan”,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai