Anda di halaman 1dari 34

PEDOMAN KOMITE KEPERAWATAN

RS ROYAL PRIMA MEDAN

RS. ROYAL PRIMA


Jln. Ayahanda No. 68 A Medan 20118
Tlp. 061–88813182 – 88813183 (Hunting) Fax. 061-80013181
Website : www.royalprima.com Email : contact@royalprima.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat baik sehat maupun sakit (UU RI No. 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan). Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki
tubuh ilmu pengetahuan (body of knowledge), kode etik profesi dan memberikan
pelayanan yang professional. Perawat merupakan profesi yang memiliki jam kerja
24 jam melalui penugasan shift serta merupakan tenaga kesehatan yang paling
dekat dengan pasien melalui hubungan profesional pasien – perawat (nurse –
client relationship). Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai
kewenangan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan
keluarganya.
Perawat yang memiliki kompetensi diatas standar, mampu berpikir kritis,
selalu berkembang serta memiliki etika profesi akan dapat memberikan pelayanan
dengan baik, berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya. Komite
Keperawatan RS Royal Prima Medan melakukan kredensial agar perawat dan
bidan memperoleh kewenangan klinis sesuai dengan kompetensinya. Dengan
adanya kewenangan klinis perawat/bidan yang telah ditentukan maka pelayanan
keperawatan akan berjalan dengan baik dan perawat/bidan akan termotivasi untuk
belajar serta mengembangkan ilmu pengetahuannya sesuai dengan perkembangan
ilmu kesehatan. Hal ini juga akan meningkatkan kenyamanan pasien dan keluarga
karena mendapatkan pelayanan yang bermutu dari RS Royal Prima.
Mutu profesi tenaga keperawatan harus selalu ditingkatkan secara terus
menerus sesuai perkembangan masalah kesehatan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, perubahan standar profesi, standar pelayanan serta hasil-hasil
penelitian terbaru. Kemampuan dan keinginan untuk meningkatkan mutu profesi
tenaga keperawatan di Rumah Sakit masih rendah, disebabkan karena beberapa
hal antara lain: kemauan belajar rendah, belum terbiasa melatih berpikir kritis dan

PEDOMAN KOMITE KEPERAWATAN RS ROYAL PRIMA 2


reflektif, beban kerja berat sehingga tidak memiliki waktu, fasilitas-sarana
terbatas, belum berkembangnya sistem pendidikan berkelanjutan bagi tenaga
keperawatan.
Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu profesi
tenaga keperawatan antara lain audit, diskusi, refleksi diskusi kasus, studi
kasus, seminar/simposium serta pelatihan, baik dilakukan di dalam maupun
di luar rumah sakit. Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri,
kemampuan mengambil keputusan klinik dengan tepat, mengurangi angka
kesalahan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan. Akhirnya meningkatkan
tingkat kepercayaan pasien terhadap tenaga keperawatan dalam pemberian
pelayanan keperawatan dan kebidanan.
Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan/asuhan keperawatan dan
kebidanan, maka tenaga keperawatan sebagai pemberi pelayanan harus
memiliki kompetensi, etis dan peka budaya. Mutu profesi tenaga keperawatan
harus selalu ditingkatkan melalui program pengembangan profesional
berkelanjutan yang disusun secara sistematis, terarah dan terpola/terstruktur.
Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga keperawatan sebagai landasan dalam
memberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada pasien. Prinsip “caring”
merupakan inti pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan. Pelanggaran
terhadap standar pelayanan, disiplin profesi keperawatan dan kebidanan hampir
selalu dimulai dari pelanggaran nilai moral-etik yang akhirnya akan merugikan
pasien dan masyarakat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya masalah
etik antara lain tingginya beban kerja tenaga keperawatan, ketidakjelasan
Kewenangan Klinis, menghadapi pasien gawat-kritis dengan kompetensi yang
rendah serta pelayanan yang sudah mulai berorientasi pada bisnis. Kemampuan
praktik yang etis hanya merupakan kemampuan yang dipelajari pada saat di
masa studi/pendidikan, belum merupakan hal yang penting dipelajari dan
diimplementasikan dalam praktik. Penegakan disiplin profesi dan pembinaan
etika profesi perlu dilakukan secara terencana, terarah dan dengan semangat yang
tinggi sehingga pelayanan keperawatan dan kebidanan yang diberikan benar-
benar menjamin pasien akan aman dan mendapat kepuasan.

PEDOMAN KOMITE KEPERAWATAN RS ROYAL PRIMA 3


B. Tujuan
Pedoman dalam penyelenggaraan Komite Keperawatan di RS Royal Prima Medan
bertujuan untuk meningkatan profesionalisme tenaga keperawatan.

C. Landasan hukum
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3637);
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 473);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 Nomor 741);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 501);

PEDOMAN KOMITE KEPERAWATAN RS ROYAL PRIMA 4


9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 603).
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan
Rumah Sakit.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 836/MENKES/SK/VI/2015 tentang Pedoman
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan.

PEDOMAN KOMITE KEPERAWATAN RS ROYAL PRIMA 5


BAB II
PERANAN KOMITE KEPERAWATAN

Komite keperawatan memegang peranan utama dalam menegakkan


profesionalisme tenaga keperawatan yang bekerja di RS. Royal Prima Medan.
Peran tersebut meliputi :
1. Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan profesi keperawatan dan
kebidanan melalui kegiatan yang terorganisasi;
2. Mempertahankan pelayanan keperawatan dan kebidanan yang berkualitas dan
aman bagi pasien dan keluarganya;
3. Menjamin tersedianya perawatan dan bidan yang kompeten, etis sesuai
kewenangannya;
4. Menyelesaikan masalah keperawatan dan kebidanan yang terkait dengan
disiplin etik dan moral perawat/ bidan;
5. Melakukan kajian berbagai aspek keperawatan dan kebidanan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan;
6. Menjamin diterapkannya standart praktek, asuhan dan prosedur keperawatan
dan kebidanan;
7. Membangun dan membina hubungan kerja tim di dalam rumah sakit;
8. Merancang, mengimplementasikan serta memantau dan menilai ide-ide baru;
9. Mengkomunikasikan, mendidik, negosiasi dan merekomendasikan hasil kinerja
perawat/ bidan untuk pengembangan karirnya.

PEDOMAN KOMITE KEPERAWATAN RS ROYAL PRIMA 6


BAB III
TUGAS KOMITE KEPERAWATAN
Komite Keperawatan berfungsi untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan RS Royal Prima dengan cara melakukan kredensial bagi seluruh
tenaga keperawatan yang akan melakukan pelayanan keperawatan dan kebidanan,
memelihara mutu profesi tenaga keperawatan, menjaga disiplin, etika dan perilaku
profesi tenaga keperawatan. Dalam melaksanakan fungsi Kredensial, Komite
Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih;
b. Melakukan verifikasi persyaratan Kredensial;
c. Merekomendasikan kewenangan klinik tenaga keperawatan
d. Merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis;
e. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan;
f. Melaporkan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan
untuk diteruskan kepada Direktur Keperawatan.
Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, Komite Keperawatan
memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik;
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional berkelanjutan
tenaga keperawatan;
c. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan;
d. Menfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga
keperawatan, Komite Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut:
a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
c. Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah
etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan keperawatan dan
kebidanan;
d. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis;
e. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan dan kebidanan.

Pedoman Komite Medik RSRP 7


BAB IV
PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

Komite keperawatan dibentuk sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 49 Tahun 2013 tentang komite keperawatan rumah sakit
untuk meningkatkan profesionalisme, pembinaan etik dan disiplin tenaga
keperawatan serta menjamin mutu pelayanan kesehatan dan melindungi
keselamatan pasien. Komite Keperawatan RS. Royal Prima dibentuk oleh
Direktur rumah dan bertanggung jawab kepada direktur. Organisasi komite
keperawatan sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan subkomite.
Ketua komite keperawatan ditetapkan oleh Direktur. Sekretaris dan Subkomite
diusulkan oleh ketua komite keperawatan dan ditetapkan oleh direktur rumah
sakit.
Pengambilan keputusan dalam setiap kegiatan komite keperawatan
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan internal staf keperawatan
(nursing staff bylaws). Dalam melaksanakan tugasnya komite keperawatan saling
bekerjasama dalam mencapai visi dan misi. Dalam pelaksanaannya, tugas
subkomite dapat diambil alih oleh ketua dan sekretaris apabila ketua sub komite
tida sanggup dalam mengerjakan program kerja masing-masing karena masih
terstruktur di ruangan sebagai kepala ruangan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, komite keperawatan senantiasa
melibatkan mitra bestari untuk mengambil putusan profesional secara khusus
dalam hal kredensial. Rumah sakit bersama komite keperawatan menyiapkan
daftar mitra bestari yang meliputi berbagai macam bidang ilmu keperawatan
sesuai dengan standar kompetensi perawat yang ingin dicapai.

Pedoman Komite Medik RSRP 8


BAB V
HUBUNGAN KOMITE KEPERAWATAN DENGAN PENGELOLA
RUMAH SAKIT

Komite keperawatan secara struktural bertanggung jawab kepada Direktur


RS. Royal Prima dalm hal peningkatan mutu profesionalisme tenaga keperawatan.
Adapun tata hubungan kerja komite keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan dan kebidanan
serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan keperawatan dan
pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Royal Prima lebih terjamin dan terlindungi.
Gambaran tata hubungan kerja komite keperawatan Rumah Sakit Royal Prima
diuraikan sebagai berikut:
a. Komite Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima ditetapkan dengan
keputusan Direktur Rumah Sakit Royal Prima. Untuk itu, komite
keperawatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan laporan kepada
Direktur Rumah Sakit Royal Prima tentang hasil evaluasi mutu pelayanan
keperawatan dan pelayanan kebidanan yang telah dilakukan.
b. Hubungan kerja komite keperawatan Rumah Sakit Royal Prima dengan
pimpinan tertinggi keperawatan, dalam hal ini Kepala Bidang Keperawatan
Rumah Sakit Royal Prima, adalah hubungan kerjasama dan koordinasi
dalam mewujudkan profesionalisme dibidang pelayanan keperawatan dan
pelayanan kebidanan.
c. Komite keperawatan memiliki tugas untuk mengevaluasi seluruh perawat
dan bidan yang bertugas di Rumah Sakit Royal Prima, baik dari segi
kewenangan klinis, segi etika dan displin profesi serta dari segi mutu
profesi, yang kemudian dari hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan tindakan
oleh komite keperawatan dan atau bersama dengan kepala bidang
keperawatan.

Pedoman Komite Medik RSRP 9


BAB IV
KERANGKA SISTEM & ALUR KEBIJAKAN

I. Kebijakan (Policy)
Komite keperawatan mempunyai kebijakan yang telah disepakati dan diatur
oleh Direktur RS. Royal Prima. Adapun kebijakan komite keperawatan antara
lain:
1) Penyelenggaraan Komite Keperawatan RS Royal Prima berpedoman kepada
peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 tahun 2013
2) Penyelenggaraan Komite Keperawatan RS Royal Prima Medan tidak menyimpang
dari Peraturan Internal Staf Keperawatan yang termuat di dalam peraturan Internal
Rumah Sakit
3) Visi dan Misi Komite Keperawatan berkaitan dan menjadi satu kesatuan dengan
Visi dan Misi RS Royal Prima
4) Ketetapan komite keperawatan merupakan pedoman kerja bagi tim Komite
Keperawatan dalam menjalankan fungsi keprofesian di bidang pelayanan
Keperawatan
5) Komite Keperawatan RS Royal Prima mempertanggungjawabkan kegiatannya
langsung kepada Direktur RS Royal Prima
6) Wewenang klinis staf Keperawatan sesuai dengan kompetensinya yang ditetapkan
oleh Direktur RS Royal Prima
7) Dalam penetapan klinisnya Direktur Royal Prima mendapatkan rekomendasi dari
komite keperawatan yang di bantu oleh mitra bestari ( peer group ) sebagai pihak
yang paling mengetahui masalah keprofesian yang bersangkutan
8) Wewenang klinis setiap staf keperawatan dapat berbeda walaupun mreka memiliki
area klinis yang sama
9) Wewenang klinis seorang staf keperawatan tidak hanya di dasarkan pada kredensial
terhadap kompetensi keilmuan dan keterampilanya saja,akan tetapi juga didasarkan
pada kesehatan jasmani,kesehatan mental dan perilaku staf keperawatan tersebut
10) Direktur dapat mengubah,membekukan untuk waktu tertentu atau mengakhiri
wewenang klinis seorang staf keperawatan berdasarkan pertimbangan dari komite
keperawatan atau alasan tertentu,dengan di bekukan atau di akhirinya kewenangan
klinis seorang staf keperawatan tidak berwenang lagi melakukan pelayanan
keperawatan di RS Royal Prima
11) Direktur RS Royal Prima mengeluarkan penugasan klinis kepada staf keperawatan
untuk jangka waktu 2 (dua ) tahun
12) Staf keperawatan baru di lakukan kredensial setelah menyelesaikan masa orientasi
khusus
13) Staf keperawatan yang sudah pernah di lakukan kredensial akan di rekredensial
ulang setiap 2 ( dua ) tahun sekali
14) Jika ada staf keperawatan di lakukan rotasi maka akan di lakukan rekredensial 3
( bulan ) setelah staf keperawatan yang di rotasi menjalani dinas diruangan tersebut

Pedoman Komite Medik RSRP 10


15) Komite keperawatan sebagai mitra kerja dari bidang keperawatan dan tidak
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang pelayanan Keperawatan
16) Komite keperawatan bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan kepala bidang
keperawatan serta saling memberikan masukan tentang perkembangan profesi
keperawatan dan kebidanan di RS Royal Prima
17) Komite keperawatan dan Bidang keperawatan melaksanakan kerja dan koordinasi
secara berkala dan berkesinambungan melalui rapat koordinasi keperawatan
18) Rapat kerja keperawatan di laksanakan setahun sekali dan bersifat terbuka
19) Rapat kerja keperawatan dipimpin oleh ketua Komite keperawatan atau Kepala
Bidang Keperawatan dan di hadiri sekretaris komite,sub komite,kepala seksi
keperawatan dan kepala ruangan keperawatan
20) Rapat di anggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh anggota rapat dan hal ini
dinyatakan sebagai sudah memenuhi kuorum
21) Bilamana rapat sudah dibuka secara resmi dan belum memenuhi kuorum maka rapat
ditunda selama 30 menit ,selanjutnya rapat dinyatakan sah dengan tanpa
memperhatikan kuorum
22) Sub komite kredensial memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan
rekomendasi untuk memperoleh penugasan klinis dari Direktur RS Royal Prima
23) Sub Komite Mutu Profesi melakukan audit keperawatan dan kebidanan setiap 3
( tiga ) bulan sekali
24) Audit Keperawatan dan Kebidanan tidak digunakan untuk mencari ada atau tidaknya
kesalahan seorang staf keperawatan dalam satu kasus
25) Dalam hal terdapat laporan kejadian dengan dugaan kelalaian seorang staf
keperawatan, mekanisme yang di gunakan adalah mekanisme disiplin profesi bukan
mekanisme audit klinis
26) Audit keperawatan dan kebidanan dilakukan dengan mengedepankan resfek terhadap
semua staf keperawatan dengan cara tidak menyebutkan nama,tidak
mempersalahkan dan tidak mempermalukan
27) Sub komite Etik dan Disiplin melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga
keperawatan setiap 4 ( empat ) bulan sekali
28) Pelanggaran disiplin profesi di teruskan kepada Direktorat Medik dan Keperawatan
melalui Ketua Komite Keperawatan.

Pedoman Komite Medik RSRP 11


BAB V
SUB KOMITE
Komite keperawatan RS. Royal Prima Medan terdiri dari ketua, sekretaris,
subkomite kredensial, subkomite mutu profesi dan subkomite etik dan disiplin.
Ketua Subkomite diangkat dengan Surat Keputusan Direktur RS Royal Prima
Medan atas usul Ketua Komite Keperawatan. Dalam menjalankan tugasnya Ketua
Subkomite bertanggung jawab kepada Ketua Komite Keperawatan.
1. Subkomite Kredensial
Tujuan sub komite Kredensial meliputi:
a. Memberi kejelasan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan;
b. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga
keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan
memiliki kompetensi dan Kewenangan Klinis yang jelas;
c. Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga keperawatan yang berada di
semua level pelayanan.
Tugas sub komite Kredensial adalah:
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis;
b. Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen persyaratan
terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan
keperawatan dan kebidanan sesuai dengan standar kompetensinya. Buku
putih disusun oleh Komite Keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari
(peer group) dari berbagai unsur organisasi profesi keperawatan dan
kebidanan, kolegium keperawatan, unsur pendidikan tinggi keperawatan dan
kebidanan;
c. Menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari bagian SDM
meliputi:
1) Ijazah;
2) Surat Tanda Registrasi (STR);
3) Sertifikat kompetensi;
4) Logbook yang berisi uraian capaian kinerja;
5) Surat penyataan telah menyelesaikan program orientasi Rumah Sakit atau
orientasi di unit tertentu bagi tenaga keperawatan baru;

Pedoman Komite Medik RSRP 12


6) surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan.
d. Merekomendasikan tahapan proses Kredensial:
1) perawat dan/atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh
Kewenangan Klinis kepada Ketua Komite Keperawatan;
2) ketua Komite Keperawatan menugaskan Subkomite Kredensial untuk
melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau
kelompok);
3) sub komite membentuk panitia ad hoc untuk melakukan review,
verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode: porto folio, asesmen
kompetensi;
4) sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat
menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan
e. Merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga
keperawatan.
f. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.
g. Sub komite membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk diteruskan ke kepala/direktur Rumah Sakit.
Sub komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian
Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klinis (clinical
appointment). Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf
keperawatan dalam hal:
a. masa berlaku surat penugasan klinik (clinical appointment) yang dimiliki
oleh staf keperawatan telah habis masa berlakunya (paling lama 2 tahun)
b. staf keperawatan yang bersangkutan diduga melakukan kelalaian terkait
tugas dan kewenangannya;
c. staf keperawatan yang bersangkutan diduga terganggu kesehatannya, baik
jasmani maupun mental.
Dalam proses rekredensial Sub Komite Kredensial dapat memberikan
rekomendasi:
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;

Pedoman Komite Medik RSRP 13


d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
Untuk melaksanakan tugas sub komite Kredensial, maka ditetapkan mekanisme
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kompetensi sesuai area
praktik yang ditetapkan oleh rumah sakit;
b. Menyusun Kewenangan Klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan
Kredensial dimaksud;
c. Melakukan assesmen Kewenangan Klinis dengan berbagai metode yang
disepakati;
d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi
memperoleh Penugasan Klinis dari kepala/direktur Rumah Sakit;
e. Memberikan rekomendasi Kewenangan Klinis untuk memperoleh
Penugasan Klinis dari kepala/direktur Rumah Sakit.
f. Melakukan pembinaan dan pemulihan Kewenangan Klinis secara berkala;
g. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di tetapkan.

2. Subkomite Mutu Profesi


Tujuan sub komite Mutu Profesi yaitu memastikan mutu profesi tenaga
keperawatan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan
yang berorientasi kepada keselamatan pasien sesuai kewenangannya. Tugas
subkomite mutu profesi adalah:
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik;
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
tenaga keperawatan;
c. Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi
tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan, pendidikan keperawatan dan
kebidanan berkelanjutan serta pendampingan. Untuk melaksanakan tugas
subkomite mutu profesi, maka ditetapkan mekanisme sebagai berikut:

Pedoman Komite Medik RSRP 14


a. koordinasi dengan bidang keperawatan untuk memperoleh data dasar
tentang profil tenaga keperawatan di RS sesuai area praktiknya berdasarkan
jenjang karir;
b. mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data subkomite
Kredensial sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
perubahan standar profesi. Hal tersebut menjadi dasar perencanaan CPD;
c. merekomendasikan perencanaan CPD kepada unit yang berwenang;
d. koordinasi dengan praktisi tenaga keperawatan dalam melakukan
pendampingan sesuai kebutuhan;
e. melakukan audit keperawatan dan kebidanan dengan cara:
1) pemilihan topik yang akan dilakukan audit;
2) penetapan standar dan kriteria;
3) penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit;
4) membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan;
5) melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria;
6) menerapkan perbaikan;
7) rencana reaudit.
Tahapan Rekomendasi Pendidikan Berkelanjutan bagi staf keperawatan:
a. Subkomite Mutu Profesi menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing kelompok staf keperawatan dengan
pengaturan-pengaturan waktu yang disesuaikan.
b. Pertemuan tersebut dapat pula berupa pembahasan kasus tersebut antara lain
meliputi kasus kematian (death case), kasus sulit, maupun kasus langka.
c. Setiap kali pertemuan ilmiah harus disertai risalah (notulensi), kesimpulan
dan daftar hadir peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian
disiplin profesi.
d. Notulensi beserta daftar hadir menjadi dokumen/arsip dari Sub Komite
Mutu Profesi.
e. Subkomite Mutu Profesi bersama-sama dengan kelompok staf keperawatan
fungsional menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang akan dibuat oleh
subkomite mutu profesi yang melibatkan staf
f. keperawatan rumah sakit sebagai narasumber dan peserta aktif.

Pedoman Komite Medik RSRP 15


g. Setiap kelompok staf keperawatan wajib menentukan minimal satu kegiatan
ilmiah yang akan dilaksanakan dengan subkomite mutu profesi per tahun.
h. Subkomite Mutu Profesi bersama dengan Bagian Pendidikan dan Pelatihan
rumah sakit memfasilitasi kegiatan tersebut.
i. Subkomite Mutu Profesi menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat
diikuti oleh masing-masing staf keperawatan setiap tahun.
j. Subkomite Mutu Profesi memberikan persetujuan terhadap permintaan staf
keperawatan sebagai asupan kepada direktur.
k. Ketentuan dalam Proses Pendampingan (Proctoring) bagi Staf keperawatan
yang membutuhkan.
l. Subkomite mutu profesi menentukan nama staf keperawatan yang akan
mendampingi staf keperawatan yang sedang mengalami sanksi
disiplin/mendapatkan pengurangan clinical privilege.
m. Komite Keperawatan berkoordinasi dengan Direksi memfasilitasi semua
sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring)
tersebut.

3. Subkomite Etik Dan Disiplin Profesi


Tujuan Subkomite Etik dan Disiplin Profesi meliputi:
a. Agar tenaga keperawatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam
memberikan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan;
b. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan
yang tidak profesional;
c. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.
Tugas subkomite etik dan disiplin profesi meliputi:
a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
c. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan;
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan
masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan;

Pedoman Komite Medik RSRP 16


e. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis dan/atau surat penugasan
klinis (clinical appointment);
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan usul
rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis (clinical privilege) tertentu,
memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian Kewenangan Klinis
(delineation of clinical privilege), serta memberikan rekomendasi pemberian
tindakan disiplin. Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka
ditetapkan mekanisme sebagai berikut:
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan:
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin di
dalam rumah sakit;
2) Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin
profesi.
b. Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi
dilakukan dengan melibatkan panitia adhoc.
c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa:
1) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi keperawatan
dan kebidanan di rumah sakit melalui ketua komite;
2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medik dan
keperawatan/direktur keperawatan melalui ketua komite keperawatan;
3) Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua
komite keperawatan untuk diteruskan kepada kepala/direktur rumah sakit.
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan,
meliputi:
1) Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam pelaksanaan
praktik keperawatan dan kebidanan sehari-hari.
2) Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topik dan metode
serta evaluasi.

Pedoman Komite Medik RSRP 17


3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya, “coaching”,
simposium, “bedside teaching”, diskusi refleksi kasus dan lain-lain
disesuaikan dengan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.
e. Menyusun laporan kegiatan sub komite untuk disampaikan kepada ketua
komite keperawatan.

Pedoman Komite Medik RSRP 18


BAB VI
TATA KERJA

A. Agenda kerja
Proses Kredensial diperlukan untuk menjamin tenaga keperawatan
kompeten dalam memberikan pelayanan keperawatan dan kebidanan kepada
pasien sesuai dengan standar profesi. Proses Kredensial mencakup tahapan
review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan kinerja tenaga keperawatan. Berdasarkan hasil proses Kredensial, Komite
Keperawatan merekomendasikan kepada Direktur Utama untuk menetapkan
Penugasan Klinis yang akan diberikan kepada tenaga keperawatan berupa surat
Penugasan Klinis. Penugasan Klinis tersebut berupa daftar Kewenangan Klinis
yang diberikan oleh Direktur Utama Rumah Sakit kepada tenaga keperawatan
untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu.
Dalam rangka meningkatkan mutu profesi tenaga keperawatan berbagai
kegiatan dapat dilakukan seperti audit, diskusi, refleksi diskusi kasus, studi
kasus, seminar/simposium serta pelatihan, baik dilakukan di dalam maupun
di luar rumah sakit. Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri,
kemampuan mengambil keputusan klinik dengan tepat, mengurangi angka
kesalahan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan. Akhirnya meningkatkan
tingkat kepercayaan pasien terhadap tenaga keperawatan dalam pemberian
pelayanan keperawatan dan kebidanan.
Setiap tenaga keperawatan harus memiliki disiplin profesi yang tinggi
dalam memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan dan menerapkan etika
profesi dalam praktiknya. Profesionalisme tenaga keperawatan dapat
ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta
penguatan nilai-nilai etik dalam kehidupan profesi. Oleh karena itu, penegakan
disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara terencana,
terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan keperawatan dan
kebidanan yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan
mendapat kepuasan.

Pedoman Komite Medik RSRP 19


Keamanan dan keselamatan pasien merupakan sasaran prioritas dalam
penilaian mutu pelayanan rumah sakit sehingga komite keperawatan mempunyai
agenda kerja yang terinci dalam program kerja komite keperawatan.

B. Alur Kerja
1. Proses Kredensial
a) Tenaga Keperawatan Lama

Perawat mengajukan kredensial ke komite keperawatan dengan


melengkapi persyaratan :
 Ijazah
 Portopolio
 Surat Tanda registrasi (STR)
 Daftar Pengembangan Profesional (Continuous Professional
Development/CPD)
 Logbook

Komite keperawatan bersama mitra bestari mengidentifikasi


kewenangan klinis bedasarkan :
 Bukti Pendukung
 White Paper

Komite keperawatan memberikan rekomendasi rincian


kewenangan klinis ke Direktur Utama dengan tembusan Kepala
Bidang Keperawatan

Direktur Utama Menerbitkan Surat Penugasan Klinis dan Rincian


Kewenangan Klinis berdasarkan rekomendasi komite
keperawatan

Pedoman Komite Medik RSRP 20


b) Tenaga Keperawatan Baru

Kepala Bidang Keperawatan mengajukan kredensial ke komite


keperawatan dengan melampirkan nama-nama perawat dan
persyaratan Kredensial :
 Ijazah
 Portopolio
 Surat Tanda registrasi (STR)
 Daftar Pengembangan Profesional (Continuous Professional
Development/CPD)
 Sertifikat kompetensi
 Logbook

Komite keperawatan bersama mitra bestari mengidentifikasi


kewenangan klinis bedasarkan :
 Bukti Pendukung
 Sertifikat Kompetensi
 White Paper

Komite keperawatan memberikan rekomendasi rincian


kewenangan klinis ke Direktur dengan tembusan Kepala Bidang
Keperawatan

Direktur Menerbitkan Surat Penugasan Klinis dan Rincian


Kewenangan Klinis berdasarkan rekomendasi komite
keperawatan

Pedoman Komite Medik RSRP 21


Untuk melaksanakan tugas sub komite kredensial, maka ditetapkan
mekanisme sebagai berikut :
1) Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai area
praktik yang ditetapkan oleh rumah sakit.
2) Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan
kredensial dimaksud;
3) Melakukan asesmen kewenangan klinis dengan berbagai metode yang
disepakati
4) Memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rekomendasi
memperoleh penugasan klinis dari Direktur Utama dengan cara :
a) Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh
kewenangan klinis kepada ketua komite keperawatan.
b) Ketua komite keperawatan menugaskan sub komite kredensial untuk
melakukan proses kredensial (dapat dilakukan secara individu atau
kelompok);
c) Sub komite melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai
metode : porto folio, asesmen kompetensi;
d) Sub komite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat
menentukan kewenangan klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
5) Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan
klinis secara berkala.
6) Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai
waktu yang ditetapkan.

Pedoman Komite Medik RSRP 22


tA
P
ig
d
n
a
b
r
e
o
/T
h
m
J
p
S
R
k
u
K
ls
2. Proses Audit Keperawatan

Dalam melakukan proses audit keperawatan ada beberapa hal yang perlu
diketahui yaitu:

1) Audit keperawatan dan kebidanan dilaksanakan sebagai implementasi fungsi


manajemen klinis dalam rangka penerapan tata kelola klinis yang baik di
rumah sakit.
2) Audit keperawatan dan kebidanan tidak digunakan untuk mencari ada atau
tidaknya kesalahan seorang staf keperawatan dalam satu kasus.
3) Dalam hal terdapat laporan kejadian dengan dugaan kelalaian seorang staf
keperawatan, mekanisme yang digunakan adalah mekanisme disiplin profesi,
bukan mekanisme audit klinis.
4) Audit keperawatan dan kebidanan dilakukan dengan mengedepankan respek
terhadap semua staf keperawatan (no blame culture) dengan cara tidak
menyebutkan nama, tidak mempersalahkan, dan tidak mempermalukan.
5) Audit keperawatan dan kebidanan merupakan kegiatan evaluasi profesi secara
sistemik yang melibatkan staf keperawatan yang terdiri atas kegiatan peer-

Pedoman Komite Medik RSRP 23


review, surveillance dan assessment terhadap pelayanan keperawatan di
rumah sakit.
6) Dalam pengertian keperawatan dan kebidanan tersebut di atas, rumah sakit,
Komite Keperawatan atau masing-masing kelompok staf keperawatan dapat
menyelenggarakan evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused
professional practice evaluation).
7) Pelaksanaan audit keperawatan dan kebidanan harus dapat memenuhi 4
(empat) peran penting, yaitu:
a. Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-
masing staf keperawatan pemberi pelayanan di rumah sakit;
b. Sebagai dasar untuk pemberian wewenang klinis (clinical privilege) sesuai
kompetensi yang dimiliki;
c. Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
pencabutan atau penangguhan wewenang klinis (clinical privilege);
d. Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
perubahan/modifikasi rincian wewenang klinis seorang staf keperawatan.

3. Penanganan Etik dan Disiplin

Problem Etik dan Disiplin Profesi


Perawat dan Bidan
Perawat

Kepala Ruangan

Selesai

Ya Tidak

Bidang Keperawatan

Ya Tidak

Pedoman Komite Medik RSRP 24


Komite Keperawatan
Mekanisme Kerja Sub Etik Dan Disiplin Profesi:
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan:
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin di
dalam rumah sakit;
2) Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin
profesi.
b. Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi
dilakukan dengan melibatkan panitia adhoc.
c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa:
1) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi keperawatan
dan kebidanan di rumah sakit melalui ketua komite;
2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medik dan
keperawatan/direktur keperawatan melalui ketua komite keperawatan;
3) Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua
komite keperawatan untuk diteruskan kepada kepala/direktur rumah sakit.
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan, meliputi:
1) Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam
pelaksanaan praktik keperawatan dan kebidanan sehari-hari.
2) Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topik dan
metode serta evaluasi.
3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya,
“coaching”, simposium, “bedside teaching”, diskusi refleksi kasus dan
lain-lain disesuaikan dengan lingkup pembinaan dan sumber yang
tersedia.
e. Menyusun laporan kegiatan sub komite untuk disampaikan kepada ketua
komite keperawatan.

Pedoman Komite Medik RSRP 25


Klasifikasi Pelanggaran Etik Keperawatan:
1) Tanggung jawab perawat/bidan terhadap pasien (individu, keluarga dan
masyarakat)

Klasifikasi Pelanggaran
Ringan 1. Tidak mengorientasikan tempat dan petugas kepada pasien
dan keluarga
2. Tidak memberikan penjelasan kepada pasien saat akan
melakukan tindakan keperawatan
3. Melakukan tindakan atau prilaku yang dapat menganggu
kenyamanan dan ketenangan kerja
Sedang 1. Tidak memperhatikan kebersihan diri
pasien( memandikan,vulva hygene dll )
2. Memberikan informasi secara tidak bertanggung jawab dan
menyebabkan kecemasan kepada pasien dan keluarga
3. Melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan SPO
yang dapat merugikan pasien tetapi tidak membahayakan
jiwa pasien
4. Tidak memenuhi kebutuhan keperawatan pasien dan
menimbulkan kerugian bagi pasien
5. Tidak melakukan prosedur antiseptic dan aseptic saat
melaksanakan tindakan keperawatan
6. Tidak mengusahakan untuk memberikan pendampingan
pada pasien saat sakratul maut
7. Membedakan pelayanan yang diberikan kepada pasien
berdasarkan status social
8. Melakukan tindakan administrasi yang tidak sesuai dengan
prosedur
Berat 1. Tidak memenuhi kebutuhan dasar pasien dan dapat
mengancam jiwa
2. Tidak memberikan informasi pada keluarga tentang

Pedoman Komite Medik RSRP 26


keadaan kritis yang dialami pasien.
Klasifikasi Pelanggaran
3. Tidak memberikan pertolongan saat pasien menghadapi
sakratul maut
4. Tidak memperhatikan keamanan pasien yang menyebabkan
pasien jatuh,salah obat dll
5. Melakukan indakan keperawatan tidak sesuai dengan
prosedur yang menyebabkan kematian atau kecacatan serta
merugikan rumah sakit
6. Meminta imbalan kepada pasien atau keluarga
7. Memberikan informasi yang tidak benar dan dapat
menimbulkan ketidakpuasan pasien dan dimuat di media
8. Menyebarkan rahasia jabatan yang merugikan rumah sakit
dan pasien
9. Tidak menghargai agama pasien dan keluarga misal :
menolak membantu pendampingan pasien saat sakratul
maut
10. Melakukan tindakan adminitrasi yang tidak sesuai
prosedur yang mengakibatkan kerugian kepada pasien.

2) Tanggung jawab perawat/bidan terhadap tugas

Klasifikasi Pelanggaran
Ringan 1. Tidak memahami dan tidak melaksanakan tugas sesuai
dengan prosedur tetap dan kebijakan Rumah Sakit
2. Tidak melakukan tindakan pengamanan terhadap pasien
3. Tidak mengevaluasi kondisi pasien / asuhan keperawatan
yang menyebabkan adanya tindakan keperawatan yang
terlewatkan
Sedang 1. Menjalankan tugas tidak sesuai dengan prosedur tetap dan
kebijakan yang berlaku dan bisa menimbulkan kerugian
materi

Pedoman Komite Medik RSRP 27


Klasifikasi Pelanggaran
2. Tidak mengevaluasi kondisi pasien / asuhan keperawatan
yang menyebabkan adanya tindakan keperawatan yang
terlewatkan dsan menimbulkan kerugian pada pasien
3. Melakukan transaksi jual / beli peralatan kesehatan
maupun obat-obatan baik langsung maupun tidak
langsung dengan pasien di dalam Rumah Sakit
Berat 1. Berulangkali melaksanakan tugas tidak sesuai dengan
prosedur tetap dan kebijakan Rumah Sakit dan
menimbulkan kerugian baik fisik ( mis : cedera, jatuh )
mental dan materi
2. Memberikan rahasia pasien dan rumah Sakit serta
menimbulkan kerugian
3. Bekerja dengan mempertimbangkan kesukuan,
keagamaan, jenis kelamin, dan status sosial yang sesuai
dengan keinginan pribadi
4. Tidak mengevaluasi kondisi pasien / asuhan keperawatan
yang menyebabkan adanya adanya tindakan keperawatan
yang terlewatkan dan menimbulkan kerugian fisik,mental
dan materi

3) Tanggung jawab perawat / bidan terhadap sesama perawat / bidan dan profesi
kesehatan lain
Klasifikasi Pelanggaran
Ringan 1. Tidak mampu memelihara suasana kerja yang harmonis dan
kondusif untuk meningkatkan pelayanan
2. Tidak mampu mengantikan jadwal / tugas teman yang
sedang mendapat kemalangan
3. Tidak menghormati hak sesama perawat, bidan dan sesama
karyawan lainnya

Pedoman Komite Medik RSRP 28


Klasifikasi Pelanggaran
4. Membicarakan kekurangan perawat / bidan atau profesi lain
kepada pasien atau keluarganya
Sedang 1. Tidak mau bekerjasama dengan sesama perawat / bidan
serta profesi lain
2. Tidak membantu perawat / bidan lain saat bertugas dan
menimbulkan hambatan dalam kelangsungan pekerjaan
3. Melemparkan tanggung jawab kepada perawat / bidan lain
saat bertugas dan menimbulkan hambatan dalam
kelangsungan pekerjaan
4. Melemparkan tanggung jawab kepada perawat / bidan lain
yang merugikan pasien atau perawat
5. Membicarakan kekurangan perawat,bidan atau profesi lain
kepada pasien dan keluarganya dan dapat menimbulkan
ketidakpuasan bagi pasien yang di rawat dan merugikan
perawat atau profesi lain
6. Menolak membagi dan menerima ilmu pengetahuan dan
keterampilan dari dan ke sesama perawat dan profesi lain.
Berat 1. Bertengkar dengan sesama perawat / bidan dan profesi lain
dan menimbulkan kerugian fisik, mental dan materi
2. Melakukan tindakan tidak etis / asusila kepada sesama
perawat/ bidan dan profesi lain yang menimbulkan kerugian
3. Mengadu domba perawat / bidan lain yang menimbulkan
kerugian
4. Mencelakakan perawat lain atau profesi lain
5. Melindungi / mendukung perbuatan sesama perawat atau
profesi lain yang tidak etis atau melakukan praktek ilegal

Pedoman Komite Medik RSRP 29


4) Tanggung jawab perawat / bidan terhadap profesi keperawatan

Klasifikasi Pelanggaran
Ringan 1. Tidak mau menghadiri pertemuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang di adakan oleh bidang
keperawatan atau Rumah Sakit
2. Mencemarkan nama baik profesi keperawatan / kebidanan
( mis : menjelekan profesi,tidak sopan )
3. Tidak mau membimbing perawat / bidan baru
4. Menolak adanya pembinaan dari PPNI dan IBI komisariat
Rumah Sakit
Sedang 1. Menolak untuk dilakukan kegiatan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan secara formal maupun non
formal tanpa alasan
2. Mencemarkan nama baik profesi dengan melakukan
tindakan kriminal di dalam Rumah Sakit ( mis :
mencuri,berkelahi )
3. Membimbing perawat dan bidan baru dengan cara yang
tidak benar
4. Melakukan tindakan ilegan / mal praktek tidak sesuai
dengan profesinya dan menimbulkan kerugian materi dan
nama baik profesi
Berat 1. Mengkomersilkan profesi unuk kepentingan pribadi ( mis :
mencari dana promosi produk tertentu )
2. Mengkomersilkan harta Rumah Sakit untuk kepentingan
profesi
3. Mengunakan atau menjadi pengedar NAPZA baik di
lingkingan kerja maupun di luar
4. Mencemarkan nama baik profesi dengan melakukan
tindakan kriminal didalam dan diluar Rumah Sakit sampai
menjadi urusan polisi (mis : mencuri, berkelahi, bertindak
asusila )
5. Melakukan tindakan Ilegal / malpraktek dan tidak sesuai
dengan profesinya dan bisa mengancam kehidupan serta
menimbulkan kerugian materi

Pedoman Komite Medik RSRP 30


5) Tanggung jawab perawat / bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air

Klasifikasi Pelanggaran
Ringan
1. Tidak mengikuti peraturan dan tata tertib bidang
keperawatan Rumah Sakit

Sedang 1. Tidak mengikuti peraturan dan tata tertib bidang


keperawatan Rumah Sakit,mendapat teguran tertulis lebih
dari 3 kali
2. Menolak ditempatkan di tempat kerja baru sesuai dengan
program rotasi mutasi bidang keperawatan
3. Menolak berpartisipasi dalam pengembangan pelayanan
keperawatan dan kesehatan kepada masyarakat
Berat 1. Ikut dalam kegiatan politis praktis dalam lingkungan kerja
2. Menjadi pengurus salah satu partai politik dan sengaja
memanipulasi dan merahasiakan hasil penelitian untuk
kepentingan pribadi
3. Tidak mau berpartsipasi dalam kegiatan pengabdian
masyarakat dalam bidang kesehatan
4. Menolak kebijakan bidang keperawatan dan direktorat
pelayanan Rumah Sakit dan keperawatan dan telah
mendapatkan surat peringatan 2 kali

Proses Tatalaksana Pelanggaran Etik dan Disiplin:

1. Pencegahan
a. Perawat dan bidan telah mengetahui kode etik keperawatan dan kebidanan
b. Perawat dan bidan telah mengetahui klasifikasi pelanggaran etika dan disiplin
c. Perawat dan bidan telah mengetahui SPO di RS Royal Prima Medan

Pedoman Komite Medik RSRP 31


2. Penanganan Masalah Etik
a. Pengaduan
 Pengaduan masalah etik dan disiplin keperawatan baik internal maupun eksternal
disampaikan ke komite keperawatan/sub komite etik dan disiplin secara tertulis maupun
lisan
 Komite keperawatan melakukan kajian terhadap laporan masalah
 Kajian dilakukan maksimal 3x24 jam setelah laporan diterima komite keperawatan
b. Jenis Pelanggaran Etik
 Pelanggaran ringan
 Pelanggaran sedang
 Pelanggaran berat
c. Jenis Rekomendasi Pelanggaran Etik dan Disiplin
1) Sangsi/hukuman pelanggaran ringan:
 Perawat atau bidan yang melakukan pelanggaran diberikan peringatan
secara lisan oleh kepala ruangan, dan kepala bidang keperawatan.
 Peringatan dan atau pembinaaan tersebut di dokumentasikan dalam catataan
pembinaaan perawat dan bidan.
 Apabila pelanggaran ringan dilakukan berulang-ulang lebih dari 2 kali
maka masuk pada pelanggaran sedang dan diberikan peringatan secara
tertulis oleh bidang keperawatan.
 Kepala Bidang Keperawatan mengusulkan untuk dikeluarkan Surat
Peringatan 1 (SP1) kepada HRD
2) Sangsi/hukuman pelanggaran sedang:
 Perawat dan bidan yang melakukan pelanggaran diberikan peringatan secara
lisan dan tertulis oleh kepala ruangan dan kepala bidang keperawatan.
 Perawat dan bidan diberikan surat Peringatan 1 (SP 1)
 Peringatan dan atau pembinaaan tersebut di dokumentasikan dalam catataan
pembinaaan perawat dan bidan.
 Apabila pelanggaran sedang dilakukan berulang-ulang lebih dari 2 kali
maka masuk pada pelanggaran berat dan diberikan peringatan secara tertulis
oleh bidang keperawatan.

Pedoman Komite Medik RSRP 32


 Kepala Bidang Keperawatan mengusulkan untuk dikeluarkan Surat
Peringatan 2 (SP 2) kepada HRD.
3) Sangsi/hukuman pelanggaran berat:
 Perawat dan bidan yang melakukan pelanggaran diberikan peringatan secara
lisan dan tertulis oleh bidang keperawatan.
 Kepala Bidang Keperawatan mengusulkan untuk di keluarkan Surat
Peringatan ke 3 (SP 3) ke bagian HRD
 Komite keperawatan menurunkan kewenangan klinis dan atau mencabut
kewenagan klinis perawat dan bidan tersebut
 Apabila melakukan pelanggaran yang mencemarkan nama baik rumah sakit
dan profesi keperawatan/kebidanan kepala bidang keperawatan dapat
mengusulkan Pemutusan Hubungan kerja (PHK) kepada HRD dan Direktur
 Kepala Bidang Keperawatan mengusulkan pencabutan Surat regristrasi
Keperawatan ke Bagian PPNI dan IBI jika perawat dan bidan mencemarkan
nama baik profesi keperawatan dan kebidanan.

3. Pemberian Reward
Pemberian reward kepada perawat dan bidan yang telah melakukan suatu prestasi
terkait dengan keperawatan melalui sistem evaluasi kinerja diusulkan oleh komite
keperawatan kepada Direktur.

Pedoman Komite Medik RSRP 33


BAB IX
PENUTUP
Dengan telah tersusunnya buku Pedoman Komite Keperawatan RS Royal
Prima Medan ini, diharapkan semoga dapat dijadikan sebagai pegangan bagi
seluruh staf komite keperawatan.
Demikian buku pedoman ini dibuat untuk dijadikan pedoman komite
keperawatan, sehingga didalam pelaksanaannya dapat berjalan baik dan sesuai
standar yang telah ditetapkan oleh undang–undang kesehatan yang berlaku.
Dengan terbitnya Buku Pedoman komite keperawatan di RS. Royal Prima Medan
ini maka segala pelaksanaan kegiatan komite keperawatan berlandaskan buku
pedoman ini terhitung setelah ditandatangani oleh Direktur RS. Royal Prima
Medan.

Ditetapkan di : Medan
Pada Tanggal :
Direktur

dr. Deli Theo. SpPK. MARS

Pedoman Komite Medik RSRP 34

Anda mungkin juga menyukai