Anda di halaman 1dari 26

Profesi keperawatan terus berbenah dan berusaha menciptakan tata

kelola klinis yang baik agar mampu menghadapi berbagai macam


perubahan serta tuntutan masyarakat. Salah satu upaya yang
dilakukan profesi keperawatan adalah dengan adanya kredensial
keperawatan dirumah sakit. Kredensial adalah proses evaluasi
terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis. Tujuannya untuk menjamin
akuntabilitas perawat dan memastikan bahwa setiap pelayanan
asuhan keperawatan bagi pasien diberikan oleh tenaga profesional
yang kompeten agar mutu pelayanan keperawatan yang berorientasi
pada keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih terjamin dan
terlindungi.

Kredensial merupakan elemen kunci dalam menurunkan risiko


litigasi (gugatan hukum di pengadilan) terhadap rumah sakit dan
tenaga keperawatan yang bekerja didalamnya. Proses kredensial
yang efektif dapat menurunkan risiko adverse events pada pasien
dengan meminimalkan kesalahan tindakan yang diberikan oleh
tenaga keperawatan tertentu yang memegang kewenangan klinis
tertentu dirumah sakit tersebut.

Unit/ wadah dirumah sakit yang bertugas mengurusi proses


kredensial keperawatan adalah komite keperawatan. Komite
keperawatan melalui sub komite kredensial melakukan serangkaian
kegiatan proses kredensial perawat. Berdasarkan hasil proses
kredensial, Komite Keperawatan merekomendasikann kepada
kepala/ direktur rumah sakit untuk menetapkan penugasan klinis
yang akan diberikan kepada tenaga keperawatan berupa Surat
Penugasan Klinis (clinical privilege)yang berisi daftar rincian
kewenangan klinis (clinical appointment).
Dalam pelaksanaanya ternyata tidak mudah menerapkan kebijakan
kredensial melalui komite keperawatan. Banyak konsekuensi yang
harus ditanggung mulai dari penyiapan sumber daya keperawatan
sebagai asesor internal keperawatan, anggaran yang harus
dialokasikan, waktu pelaksanaan yang menyita, mitra bestari yang
belum siap, serta korelasi kredensial yang pada akhirnya akan
menempatkan posisi perawat pada jenjang perawat klinis/ karir
tertentu dirumah sakit.

Saat ini, semangat rumah sakit melaksanakan kredensial


keperawatan melalui komite keperawatan dipengaruhi oleh
penilaian standard akreditasi rumah sakit oleh KARS atau JCI. Hal
ini seharusnya bersinergi dan saling menguatkan, namun pada
kenyataanya karena tuntutan rumah sakit yang ingin segera
dilakukan penilaian sehingga proses kredensial menjadi kurang
bermakna dan cenderung sebatas formalitas. Sebagai contoh seorang
perawat yang ditetapkan pada jenjang Perawat Klinis (PK) III
dengan sederet rincian kewenangan klinis tertentu seharusnya
didapatkan dari proses assesmen kompetensi yang terinci, satu
persatu kompetensi di assesmen,

Pada kenyataanya pelaksanaan assesmen kompetensi dilakukan


beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Ada yang
melalui mekanisme uji tulis saja, ada juga yang hanya satu
kompetensi di assemen dan dianggap telah mewakili rincian
kompetensi lain. Ada juga yang dilakukan pemutihan berdasarkan
lama bekerja dan sayarat administrative lainnya. Hal ini menjadi
dasar penerbitan surat penugasan klinis yang direkomendasikan oleh
komite keperawatan.

Permasalahan lain yang muncul adalah bahwa ketika seorang


perawat telah lulus pendidikan keperawatan. Perawat tersebut
diharuskan mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat
kompetensi, sertifikat kompetensi ini menjadi salah satu syarat
untuk pengajuan pembuatan Surat Tanda Registrasi (STR), STR ini
menjadi syarat wajib seorang perawat berhak mengikuti kredensial
keperawatan dirumah sakit tempat bekerja.

Hasil kredensial keperawatan di rumah sakit berupa surat penugasan


klinis yang berisi rincian kewenangan klinis yang merupakan daftar
kompetensi seorang perawat boleh memberikan tindakan asuhan
keperawatan pada pasien. Namun, rincian kewenangan klinis ini
hanya berlaku dirumah sakit tersebut. Jika perawat tersebut pindah
ke rumah sakit lain, maka rincian kewenangan tersebut tidak berlaku
dan perawat tersebut mengikuti proses kredensial ulang.

Ada banyak kebijakan yang mempunyai kaitan dengan kredensial


keperawatan diantaranya adalah Peraturan Presiden (Perpres)
Republik Indonesia nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI); Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 46 tahun 2013
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan; Kompetensi yang disusun
oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI); kebijakan
sistem akreditasi rumah sakit versi Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) 2012 dan Joint Commission Internasioal (JCI); dan
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 49 tahun 2013 tentang Komite
Keperawatan Rumah Sakit, yang mengisyaratkan setiap perawat
dirumah sakit harus memiliki kewenangan dan penugasan klinis
yang jelas sesuai area paraktiknya.

Proses Kredensial menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam


memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
standar profesi. Seorang tenaga kesehatan hanya dapat memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan klinik yang dimiliki
(Permenkes 49, 2013, The Joint Commission on Accreditation of
Healtcare Organization, 2003; Herkutanto & Susilo, 2009). Proses
Kredensial mencakup tahapan review,verifikasi dan evaluasi
terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kinerja
tenaga keperawatan (Permenkes 49, 2013).

Proses kredensial keperawatan dirumah sakit belum optimal


dilakukan oleh komite keperawatan. Kendalanya adalah belum
adanya komitmen dari pimpinan rumah sakit yang bisa dilihat dari
dukungan keuangan untuk proses kredensial keperawatan sehingga
kegiatan kredensial terhambat. Kegiatan kredensial seyogyanya
dilakukan berkesinambungan untuk memelihara kompetensi
perawat. Kendala lain yang ditemukan adalah pengurus subkomite
kredensial keperawatan masih merangkap menjadi perawat
fungsional di unit tertentu padahal untuk mengurusi kegiatan
kredensial diperlukan waktu, tenaga, konsentrasi pikiran dan biaya
untuk pelaksanaannya.

Upaya kredensial keperawatan di rumah sakit masih perlu


ditingkatkan. Perkembangan pengetahuan dan teknologi kesehatan
khususnya keperawatan harus diimbangai dengan kesiapan sumber
daya keperawatan. Kompetensi perawat perlu dipertahankan dan
ditingkatkan pada kondisi yang optimal. Sudah menjadi tugas
komite keperawatan melalui mekanisme kredensial untuk
mempertahankan kompetensi perawat.

Komite keperawatan saja tidak cukup kuat untuk melakukan


kredensial yang berkesinambungan. Perlu adanya dukungan dari
manajemen rumah sakit dan pemerintah dalam bentuk komitmen
yang kuat. Kebijakan lain mungkin perlu ditambahkan untuk
memperkuat fungsi dan tugas komite keperawatan. Implementasi
kebijakan terkait proses kredensial oleh komite keperawatan ini jika
dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan profesionalisme dan
kemandirian perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan.

Implementasi ini pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan kerja


dan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan keperawatan
sangat menentukan keberhasilan kualitas pelayanan suatu rumah
sakit. Dengan demikian, rumah sakit perlu melakukan pengelolaan
sumber daya manusia (SDM) keperawatan, antara lain dengan
memperhatikan sistem kredensial.

Proses kredensial keperawatan memiliki kelebihan dan juga


kekurangan. Kelebihan kredensial keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan yang
berorientasi pada keselamatan pasien. Dengan kredensial maka
kompetensi seorang perawat akan selalu terjaga dengan
mendapatkan pengakuan yang jelas atas kewenangan klinisnya.
Kredensial juga bisa dijadikan pertimbangan dalam penetapan
jenjang karir perawat dan sebagai dasar remunerasi bagi perawat.

Kekurangan kredensial keperawatan adalah proses kredensial


memerlukan waktu, biaya dan sumber daya yang handal dirumah
sakit, sedangkan rumah sakit tidak mengalokasikan dana yang
cukup sehingga pelaksanaan kredensial tidak berkesinambungan.
Rincian kewenangan klinik yang didapat dari proses kredensial
tidak dijadikan standard yang berlaku nasional, padahal proses
kredensial telah melalui serangkaian kegiatan assesmen kompetensi.

Salah satu persyaratan kredensial adalah memiliki Surat Tanda


Registrasi (STR), STR didapat setelah perawat mendapatkan
sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi didapat dari uji
kompetensi Tujuan uji komptensi sangat baik selain sebagai
peningkatan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi
masyarakat, juga sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran
yang dilalui oleh mahasiswa. Dalam uji kompetensi terdapat suatu
proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap
tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi. Sehingga seseorang
yang telah lulus proses kredensial dengan berabagai persyaratan dan
kriteria yang diajukan adalah perawat yang benar-benar memiliki
standard mutu yang terjamin.

Setelah mempelajari dan menganalisis kredensial keperawatan


beserta proses dan kepentingannya, maka dapat direkomendasikan
sebagai berikut

 Perlu dibuat lebih teknis aturan kredensial keperawatan dan standard


kredensial yang beralaku nasional sehingga sertifikat kredensial
berlaku diseluruh wilayah Indonesia yang berupa kebijakan
pemerintah.
 Perlu dibuat kebijakan tambahan tentang pengurus sub komite
kredensial komite keperawatan yang sebaiknya memiliki waktu
yang penuh mengurusi poses kredensial.
 Perlu adanya lembaga secara nasional yang mengurusi kredensial
keperawatan. Mungkin dibawah Konsil Keperawatan Indonesia.
Appendix

Herkutanto, & Susilo, A.P. (2009). Hambatan dan harapan sistem


kredensial dokter: Studi kualitatif di empat rumah sakit
Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 12, 140–147.
Khamidan & Mastiah .
(2015). KinerjaPerawatDalamMemberikanAsuhanKeperawatanBer
pengaruhTerhadapKepuasanPasienRawatInap,8, 154–161.

Melnyk, BM., Gallagher-Ford, L., Fineout, E. (2014). The


Establishment of Evidence-Based Practice Competencies for
Practicing Registered Nurses and Advanced Practice Nurses in
Real-World Clinical Settings : Proficiencies to Improve Healthcare
Quality , Reliabilit, Patient Outcomes , and Costs.

Meretoja, R., & Leino-kilpi, H. (2002). Indicators for competent


nursing practice, 95–102.

Mulyono, M. H., Hamzah, A., & Abdullah, A.Z,. (2013). Faktor


Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit
Tingkat III 16.06.01 Ambon. Jurnal AKK, 2 (1), 2.

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 49. (2013) tentang Komite


Keperawatan Rumah Sakit

The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization.


(2003). Credentialing, privileging, competency, and peer review.
Illinois: Joint Commission Resources.

Yuhanti, et al. (2013). Simulasi Penetapan Kewenangan Klinik


Efekti Sebagai Alat Sosialisasi Sistem Kredensial Profesi
Keperawatan.Jurnal Keperawatan Indonesia, 16 (3), 1.
Zhang, Z., Luk, W., Arthur, D., & Wong, T. (2001). Nursing
competencies : personal characteristics contributing to effective
nursing performance, 467–474.

Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Dalam
institusi rumah sakit terdapat berbagai profesi kesehatan salah satunya
adalah perawat. Pelayanan keperawatan bersifat profesional,
komprehensif, mencakup aspek fisiologis, psikologis, sosial, spiritual
dan kultural. Dengan demikian, pelayanan keperawatan ikut berperan
penting dalam menjaga mutu layanan rumah sakit.

Data BPPSDM tahun 2014 mencatat sebanyak 295.508 perawat dari


891.897 total tenaga kesehatan. Profesi perawat merupakan tenaga
profesional terbanyak di lingkungan Rumah Sakit dengan proporsi 65%
tenaga perawat dan 35% tenaga kesehatan yang lain. Potter dan Perry
(2013) juga berpendapat, perawat memberikan kontribusi besar terhadap
keberhasilan pelayanan kesehatan paripurna kepada klien. Hal ini
menjadikan sumber daya perawat yang andal dan profesional dengan
penjaminan kompetensi perawat (PMK 40,2017).

Survei tim Keperawatan – HPEQ Dikti yang dilakukan tahun 2010 dan
2011 di 32 Provinsi terhadap Direktur RS, Jajaran Manajemen RS,
Perawat Pelaksana dan klien/masyarakat yang dirawat di Rumah Sakit
dan Puskesmas, diperoleh hasil 97,4% menyatakan Perawat yang
diinginkan adalah perawat yang memiliki kompetensi profesional. Untuk
menjamin kompetensi perawat dalam pelayanannya yang aman dan
berkualitas, maka salah satunya perlu dilakukan kredensial perawat di
rumah sakit (standar kompetensi perawat, 2013).

Kredensial adalah proses review/telaah validasi terhadap dokumen


pendidikan, pelatihan, pengalaman pekerjaan, registrasi, sertifikasi,
lisensi dan dokumen profesional lainnya yang dimiliki oleh tenaga
keperawatan. Proses kredensial memberi keputusan dan menjamin
apakah tenaga keperawatan yang bersangkutan layak diberi kewenangan
klinis (clinical privilege) untuk melakukan asuhan keperawatan di rumah
sakit. Kredensial merupakan sistem yang terintegrasi dalam layanan
kesehatan di berbagai negara. Di USA proses kredensial telah menjadi
standar di setiap rumah sakit. Sama halnya seperti negara tersebut,
Indonesia juga membutuhkan proses kredensial untuk menjamin
akuntabilitas tenaga kesehatan. Walaupun istilah kredensial sendiri
bukan hal yang baru dalam sistem layanan kesehatan di Indonesia,
namun gambaran implementasi proses dan pencapaian tujuankredensial
bervariasi di berbagai institusi. Kondisi ini yang menyebabkan proses
kredensial yang di lakukan oleh komite keperawatan di Indonesia saat
ini masih belumadekuat (Herkutanto & Susilo, 2009 : 141).

Kredensial perawat merupakan salah satu unsur dalam penilaian


akreditasi rumah sakit. Proses kredensial sebagai dasar pemberian
kewenangan klinik kepada perawat, pada kenyataannya belum
sepenuhnya terlaksana dengan baik. Semangat rumah sakit untuk
melaksanakan kredensial keperawatan masih dipengaruhi oleh adanya
tuntutan penilaian standar akreditasi rumah sakit oleh Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) atau Joint Comission International (JCI). Hal ini
seharusnya bersinergi dan saling menguatkan, namun pada
kenyataannya karena tuntutan rumah sakit yang ingin segera dilakukan
penilaian, sehingga proses kredensial menjadi kurang bermakna dan
cenderung sebatas formalitas.

Kompetensi Perawat

Perawat adalah seseorang yang lulus pendidikan tinggi keperawatan baik


di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai
peraturan perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi
yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia serta
teregistrasi. Perawat terdiri dari Perawat Ahli Madya, Ners dan Ners
spesialis. Berdasarkan standar kompetensi perawat (PPNI, AIPNI,
AIPDiKI,2013), kompetensi perawat meliputi praktik profesional, etis,
legal dan peka budaya, pemberian asuhan dan manajemen asuhan
keperawatan, dan pengembangan kualitas personal dan profesional.

Pelayanan keperawatan merupakan rangkaian tindakan yang dilandasi


aspek etik legal dan peka budaya untuk memenuhi kebutuhan klien.
Kegiatan tersebut meliputi tindakan prosedural, pengambilan keputusan
klinik yang memerlukan analisis kritis serta kegiatan advokasi dengan
menunjukkan Perilaku Caring. Pengelolaan pelayanan keperawatan
merupakan kewenangan dan tanggung jawab perawat yang memiliki
kompetensi sebagai manager. Asuhan keperawatan dilakukan melalui
tindakan keperawatan mandiri dan atau kolaborasi oleh tim keperawatan
(Perawat Ahli Madya, Ners dan Ners Spesialis) maupun dengan tim
kesehatan lainnya. Dalam pelaksanaannya, tindakan oleh tim
keperawatan dilakukan sesuai dengan batasan Kewenangan dan
Kompetensi masing-masing jenis tenaga Perawat.

Akreditasi Rumah Sakit

Standar nasional akreditasi rumah sakit merupakan standar pelayanan


rumah sakit yang berfokus pada pasien untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien dengan pendekatan manajemen risiko di rumah
sakit. Rumah sakit membutuhkan berbagai keterampilan dan kualifikasi
staf untuk melaksanakan misi rumah sakit dan memenuhi kebutuhan
pasien. RS harus memastikan bahwa staf yang bekerja di RS sesuai
dengan kebutuhan pasien.

Berdasarkan standar akreditasi rumah sakit versi 2012 (Standar KPS 12)
dan standar akreditasi rumah sakit yang terbaru, SNARS, ed.1 (standar
KKS,13) bahwa rumah sakit diharuskan memiliki proses yang efektif
untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensial staf
keperawatan (pendidikan, registrasi, izin, kewenangan, pelatihan dan
pengalaman). Rumah sakit perlu memastikan untuk mempunyai staf
keperawatan yang kompeten sesuai dengan misi, sumber daya, dan
kebutuhan pasien.
Kredensial Keperawatan dalam Akreditasi Rumah Sakit

Kredensial merupakan proses validasi terhadap dokumen pendidikan,


pelatihan, pengalaman pekerjaan, sertifikasi, lisensi dan dokumen
profesional lainnya yang dimiliki oleh tenaga keperawatan,
kemudiandilaksanakan proses asessment kompetensi yang apabila lulus
akan mendapatkan sertifikat lulus uji kompetensi.kemudian dilakukan
proses verifikasi terhadap butir kegiatan keperawatan yang akan menjadi
kewenangannya, dan terakhir akan diberikan surat penugasan
kewenangan klinik oleh pimpinan instansi sebagai surat ijin untuk dapat
memberikan pelayanan kepada pasien. Hal tersebut membuktikan bahwa
perawat yang kompeten yang boleh memberikan pelayanan kepada
pasien sesuai dengan kewenangannya.

Berdasar PMK no.40 tahun 2017 bahwa dirumah sakit yang bertugas
melakukan proses kredensial keperawatan adalah bidang keperawatan
dan komite keperawatan. Bidang keperawatan melakukan assessment
kompetensi melalui assesor kompetensi dan Komite keperawatan
melalui sub komite kredensial melakukan proses verifikasi kewenangan
klinis perawat. Berdasarkan hasil proses kredensial, Komite
Keperawatan merekomendasikan kepada kepala/ direktur rumah sakit
untuk menetapkan penugasan klinis yang akan diberikan kepada tenaga
keperawatan berupa Surat Penugasan Klinis (clinical privilege)yang
berisi daftar rincian kewenangan klinis (clinical appointment).
Dalam melaksanakan proses kredensial ternyata tidak mudah,banyak hal
dan konsekuensi yang harus dihadapi mulai dari : pemahaman bidang
keperawatan tentang kredensial, penyiapan sumber daya keperawatan
sebagai assesor internal keperawatan, anggaran yang harus dipersiapkan,
proses pelaksanaan yang menyita waktu, mitra bestari yang belum siap,
serta dampak yang dirasakan oleh perawat dari kredensial, serta belum
dimasukannya dalam sistem remunerasi yang pada akhirnya akan
menempatkan posisi perawat pada jenjang perawat klinis/ karir tertentu
dirumah sakit.

Beberapa rumah sakit dalam melaksanakan kredensial keperawatan


karena alasan penilaian standard akreditasi rumah sakit oleh KARS atau
JCI. Tuntutan rumah sakit yang ingin segera dilakukan penilaian
akreditasi sehingga proses kredensial menjadi kurang bermakna dan
cenderung sebatas formalitas. Mulai dari pelaksanaan assesmen
kompetensi, yang seharusnya menjadi tanggung jawab bidang
keperawatan dan masih dilimpahkan kepada komite keperawatan.
Kemudian pelaksanaannya masih beragam dan disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit. Ada yang melalui mekanisme uji tulis saja, ada
juga yang hanya satu kompetensi di assemen dan dianggap telah
mewakili rincian kompetensi lain. Ada juga yang dilakukan pemutihan
berdasarkan lama bekerja dan syarat administrative lainnya. Hal ini
menjadi dasar penerbitan surat penugasan klinis yang direkomendasikan
oleh komite keperawatan.
Baca Juga : Penghapusan Diskriminasi Pendidikan Melalui UU
Pesantren

Saat ini, perawat di rumah sakit khusunya PNS dihadapkan pada


beberapa proses assesmen kompetensi diantaranyabahwa ketika seorang
perawat melanjutkan pendidikan profesi keperawatan, saat akan lulus
diharuskan mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat
kompetensi sebagai salah satu syarat untuk pengajuan pembuatan Surat
Tanda Registrasi (STR), saat akan naik jenjang perawat klinik dilakukan
assesmen kompetensi, kemudian yang terbaru saat akan naik jabatan
fungsional juga harus dilakukan uji kompetensi.

Kemudian sub kredensial komite keperawatan bersama mitra bestari saat


melakukan proses verifikasi kewenangan klinis perawat, seharusnya
mitra bestari bisa dari para tenaga perawat yang expert dibidangnya
sesuai area kliniknya, tetapi kenyataanya proses verifikasi kewenangan
klinis dilakukan oleh mitra bestari yang belum tentu sama peminatan
area kliniknya sehingga menjadikan hasil yang didapat kurang memadai.
Rumah sakit seharusnya bisa bekerjasama dengan himpunan perawat
yang ada di organisasi profesi perawat maupun institusi pendidikan
keperawatan.

Proses kredensial keperawatan dirumah sakit belum sepenuhnya


optimal, karena kurangnya komitmen dari pimpinan rumah sakit
sehingga kegiatan kredensial terhambat. Kegiatan kredensial seyogyanya
dilakukan berkesinambungan untuk memelihara kompetensi perawat.
Kendala lain yang ditemukan adalah kepala bidang keperawatan dijabat
bukan dari perawat, pengurus subkomite kredensial keperawatan masih
merangkap menjadi perawat fungsional di unit tertentu padahal untuk
mengurusi kegiatan kredensial diperlukan waktu, tenaga, konsentrasi
pikiran dan biaya untuk pelaksanaannya.

Upaya kredensial keperawatan di rumah sakit masih perlu ditingkatkan.


Perkembangan pengetahuan dan teknologi kesehatan khususnya
keperawatan harus diimbangi dengan kesiapan sumber daya
keperawatan. Kompetensi perawat perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Untuk melaksanakan kredensial yang berkesinambungan,perlu adanya
dukungan dari manajemen rumah sakit dan pemerintah dalam bentuk
komitmen yang kuat serta monitor dan evaluasi dalam pelaksanaannya.

Proses kredensial menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam


memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
standar profesi. Proses kredensial yang efektif dapat menurunkan risiko
adverse events pada pasien dengan meminimalkan kesalahan tindakan
yang diberikan oleh tenaga keperawatan dirumah sakit.Pelayanan
keperawatan yang aman (Manajemen pasien safety) memegang peranan
sangat penting dalam peningkatan mutupelayanan. Adanya insiden yang
merugikan pasien akan menyebabkan kerugian baik bagipasien maupun
pihak rumah sakit
SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT


NOMOR : 887/KPTS/RS/IX/2013
PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT

MEMUTUSKAN
MENIMBANG : 1. Bahwa kredensial dan rekredensial perawat
merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan
kompetensi keperawatan.
2. Bahwa proses kredensial merupakan salah satu cara profesi
keperawatan mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas
persiapan pendidikan anggotanya.
3. Bahwa untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi
tenaga keperawatan di Rumah Sakit , maka perlu dilakukan
kredensial dengan mengacu pada panduan kredensial yang sudah
ditetapkan.
4. Bahwa untuk maksud tersebut diatas maka perlu ditetapkan
Panduan Kredensial dan rekredensial perawat di Rumah Sakit dengan
Surat Keputusan Direktur

MENGINGAT: 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Memberlakukan Panduan nomor : 39/PND/ RS/IX/2013,
tentang
Kredensial dan rekredensial perawat di Rumah Sakit sebagaimana
terlampir dalam Keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dan akan
dilakukan
evaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali.
KETIGA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan
dan perbaikan,
maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di :
Tanggal :
RUMAH SAKIT

Direktur Utama

TEMBUSAN Yth :
1. Komite Keperawatan
2. Manajer Keperawatan
3. Manajer SDI
4. Bagian Personalia
5. Arsip

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


NOMOR : 887/KPTS/SDI/RS/IX/2013
TENTANG : PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL
PERAWAT RUMAH SAKIT
PANDUAN
KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT

A. PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan, secara paripurna yang
menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit di Indonesia
terus
berkembang baik jumlah ( saat ini 1516 ), jenis maupun kelas rumah
sakit sesuai
dengan kondisi atau masalah kesehatan masyarakat, letak geografis,
perkembangan
IPTEK, peraturan serta kebijakan yang ada. Pelayanan kesehatan di
rumah sakit terdiri
dari berbagai jenis pelayanan seperti: pelayanan medik, pelayanan
keperawatan dan
penunjang medik yang diberikan kepada pasien dalam bentuk upaya
promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki


tubuh ilmu
(body of knowledge), pelayanan diberikan oleh perawat professional
dan memiliki
kode etika profesi. Dalam UU RI No.36 2009 tentang Kesehatan,
Pasal 63 dinyatakan
bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan
pengendalian, pengobatan dan/atau perawatan serta dilakukan
berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan
kemanfaatan dan keamanannya. Pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu. Pernyataan
ini memperkuat bahwa keperawatan sebagai profesi dan harus
diwujudkan dalam
memberikan pelayanan keperawatan di fasilitas kesehatan
diantaranya rumah sakit.
Sumber Daya Manusia Keperawatan di Rumah Sakit merupakan
tenaga kesehatan terbesar, memiliki jam kerja 24 jam melalui
penugasan shift serta merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat
dengan pasien
melalui hubungan professional pasien – perawat (nurse – client
relationship). Perawat
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai kewenangan
dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarganya. Untuk itu
diperlukan perawat
yang kompeten, mampu berpikir kritis, selalu berkembang serta
memilki etika profesi

sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan baik,


berkualitas dan aman
bagi pasien dan keluarganya.
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan
mempertahankan
kompetensi keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu
cara profesi
keperawatan mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas
persiapan pendidikan
anggotanya. Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi),
registrasi
(pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi (Kozier
Erb, 1990).
Karena proses kredensial praktik keperawatan di Indonesia belum
ditata secara
sempurna, maka dalam penjelasan berikut akan diuraikan proses
kredensial yang
dilaksanakan baik di Amerika maupun Kanada.

B. TUJUAN
Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga
keperawatan
yang memberikan asuhan keperawatan memiliki kompetensi dan
kewenangan klinik
yang jelas, pengakuan dan penghargaan terhadap praktik klinik
keperawatan yang
berada di semua level, pengembangan profesional diri melalui jenjang
karier, dan
penguatan dalam proses rekrutmen tenaga keperawatan.

C. DASAR HUKUM
1. Undang - Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang - Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PerMenKes No:HK 02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Registrasi
dan Praktek
Perawat
4. PermenKes No 1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
5. Standar Profesi Keperawatan
6. KMK No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar profesi bidan
7. KMK No. 378/Menkes/SK/2007 tentang standar profesi perawat gigi

D. PENGERTIAN
Kredensial adalah proses review/ telaah validasi terhadap dokumen
pendidikan, pelatihan, pengalaman pekerjaan, sertifikasi, lisensi dan
dokumen
profesional lainnya yang dimiliki oleh tenaga keperawatan. Proses
kredensial
memberi keputusan dan menjamin apakah tenaga keperawatan yang
bersangkutan
layak diberi kewenangan klinis (clinical privilege) untuk melakukan
asuhan
keperawatan di rumah sakit.
Rekredensial adalah proses Re Evaluasi terhadap tenaga
keperawatan yang
telah memiliki kewenagan klinis (Clinical prevelege ) untuk
menentukan apakah yang
bersangkutan masih layak diberi kan kewenangan klinis untuk suatu
periode tertentu
yaitu 4 tahun.

E. KEBIJAKAN
Direktur menetapkan bahwa setiap SDM keperawatan meliputi
Perawat, Bidan
dan Autoref yang bekerja Rumah Sakit :
1. Mengikuti Kredensial Keperawatan yang dilaksanakan oleh Komite
Keperawatan
dalam hal ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua, sekertaris dan
anggota serta
dibantu oleh Mitra Bestari
2. Mengikuti Re-Kredensial yang dilaksanakan setiap 4 tahun dengan
bertepatan
dengan kenaikan golongan oleh para perawat di Rumah sakit .
3. Memiliki Ijasah pendidikan keperawatan / kebidanan yang
dikeluarkan oleh
lembaga pendidikan tinggi keperawatan / kebidanan yang
terakreditasi oleh
lembaga yang berwenang.
4. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) perawat / bidan yang
dikeluarkan oleh
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI).
5. Memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) perawat/bidan yang dikeluar oleh
pemerintah
daerah yang berwenang bagi SDM Keperawatan yang akan Re-
kredensial.
6. Memiliki pelatihan keperawatan atau mandatory training
7. Jenjang Perawat Klinis (PK) adalah SDM Keperawatan yang
bekerja dan
melakukan praktik keperawatan di RS dan di dibuktikan dengan Surat
Keputusan/
Surat Tugas dari Direktur RS.
8. Jenjang Perawat Manajer (PM) adalah penugasan yang terkait
pelayanan
keperawatan dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari
Direktur RS.
9. Jenjang Perawat Pendidik (PP) adalah penugasan yang terkait
pendidikan
keperawatan dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari
Direktur RS.
10. Jenjang Perawat Riset (PR) adalah penugasan yang terkait
penelitian keperawatan
dibuktikan dengan Surat Keputusan/ Surat Tugas dari Direktur RS.

F. PENGORGANISASIAN
Kredensial dan Rekredensial Keperawatan dilaksanakan oleh Komite
Keperawatan dalam hal ini sub komite kredensial, terdiri dari ketua,
sekertaris dan
anggota serta dibantu oleh Mitra Bestari keperawatan . Adapun tugas
sub komite
kredensial adalah :
1. Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang
karir,
berdasarkan masukan dari kelompok staf keperawatan.
2. Melakukan assesmen dan pemeriksaan :
a. Kelengkapan berkas kredensial
b. Kompetensi
c. Status kesehatan
d. Perilaku
e. Etika profesi
3. Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan
rekomendasi
kewenangan klinik kepada komite keperawatan.
4. Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan klinik
dan adanya
permintaan khusus dari komite keperawatan.
G. KEGIATAN
Adapun kegiatan dari proses kredensial adalah :
1. Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai
area praktik yang
ditetapkan oleh rumah sakit,
2. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria sesuai dengan
persyaratan kredensial
dimaksud,
3. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai metode
yang disepakati,
4. Membuat keputusan untuk pemberian kewenangan klinik dengan
memberikan
rekomendasi kepada komite keperawatan,
5. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secara
berkala,
6. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di
tetapkan.

I. PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Pencatatan
1. Data perawat yang dilakukan kredensial dan dan rekredensial
2. Hasil assesmen setiap tenaga perawat yang akan dikredensial
b. Pelaporan
1. Proses kredensial setiap tenaga perawat
2. Hasil kredensial setiap tenagan perawat

J. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi kredensial Keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Monitoring
Monitoring kredensial keperawatan dilakukan oleh kepala ruang atau
mitra
bestari sesuai area praktek, untuk menjamin bahwa tenaga
keperawatan yang
melakukan praktek di Rumah Sakit tetap kompeten.
2. Evaluasi
Untuk tenaga keperawatan tetap, Re-kredensial dilaksanakan setiap
4(empat )
tahun dan tenaga keperawatan tidak tetap (PKWT), Re-kredensial
dilaksanakan
setiap 1 (satu) tahun yang dilakukan oleh Sub Komite Kredensial
bersama Mitra
bestari.

K. PENUTUP
Pelayanan asuhan keperawatan paripurna dapat terlaksana jika
asuhan
keperawatan dilakukan secara terencana dan terarah sehingga dapat
menjamin
bahwa sistem pemberian pelayanan – asuhan keperawatan yang
diterima oleh pasien,
diberikan oleh perawat dari berbagai jenjang kemampuan atau
kompetensi dengan
benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi
keperawatan.
Dengan adanya Pedoman Kredensial dan Re kredensial
Keperawatan,
diharapakan dapat digunakan sebagai acuan komite keperawatan
dalam
melaksanakan kredensial keperawatan, sehingga pelayanan
keperawatan dapat
terarah sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai