Anda di halaman 1dari 3

Kasus atau masalah yang dibicarakan adalah perilaku tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan.

Dalam tiga dekade ini derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami peningkatan, tetapi bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka peningkatan

tersebut masih terhitung rendah. Terlihat dari masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian
ibu melahirkan, dan usia harapan hidup. Tidak jarang terdengar pada kehidupan sehari-hari, baik di
Rumah Sakit, Puskesmas, maupun Klinik-Klinik pelayanan kesehatan, tentang buruknya praktek
pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan kepada masyarakat. Adanya Tenaga Kesehatan yang
tidak mengerjakan yang seharusnya mereka kerjakan, serta juga adanya tenaga kesehatan yang
mengerjakan sesuatu yang seharusnya bukan wewenangnya/kompetensinya. Kesalahan medik
dapat terjadi dimana-mana, baik pada negara maju, berkembang, maupun terbelakang, bahkan pada
tempat-tempat tertentu kejadian ini telah mencapai angka yang cukup memprihatinkan. Masih
lemahnya kemampuan SDM Kesehatan dalam membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta
sikap perilaku mereka dalam mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi, ternyata tidak
sesuai dengan harapan masyarakat. Yang mana dapat dilihat dengan masih tingginya tingkat
penyalahgunaan wewenang, masih adanya praktik KKN, serta masih lemahnya tingkat pengawasan
terhadap kinerja aparatur pelayanan publik dalam pelayanan kesehatan.

Aktor yang terlibat adalah para pemberi pelayanan tenaga kesehatan, yang di bahas disemenanjung
barat Malaka, di Pulau Pinang, pernah kejadian suatu lembaga konsumen (Persatuan Pengguna
Pulau Pinang) yang mengupas buruknya pelayanan kesehatan tentang kesalahan medik yang
diberikan oleh para Tenaga Kesehatan, dimana hal tersebut sampai-sampai tidak bisa diterima oleh
Profesi Tenaga Kesehatan tersebut, yang membuat mereka sampai dituntut oleh Ikatan Dokter
Malaysia ini harus diakui, bahwa kejadian tersebut tidak bisa lepas begitu saja dari sikap dan perilaku
tenaga kesehatan itu sendiri.

Peran dari tenaga kesehatan adalah menjalankan tugas sesuai dengan kode etik profesinya. Disini
terdapat pelanggaran kode etik profesi, sehingga menimbulkan masalah pada profesi yang
dijalaninya.

Bentuk penerapan nilai-nilai dasar yaitu berorientasi pelayanan dengan memberikan pelayanan,
kompeten dengan terus menambah wawasan dengan menambah kurikulum pendidikan dengan
penambahan bobot SKS atau pokok Bahasannya pada beberapa Mata Ajar tertentu, antara lain;
Ilmu Etika, dengan tambahan Pokok Bahasan Etika Terapan (Applkied Etichs) yang berkaitan dengan
Moral, Sikap, dan Perilaku; Kewirausahaan dan Manajamen, dengan tambahan Pokok Bahasan
Manajemen SDM. Serta perlu penambahan muatan lokal tentang Kebudayaan, Adat istiadat
setempat.

Pelanggaran-pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS berupa pelanggaran Akuntabel dimana ada
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan kewenangannya, dia tidak jujur
dengan tugas dan kewenangannya. Loyal, tenaga kesehatan yang melakukan pelanggaran tidak
menjaga nama baik profesi dan jabatannya sehingga mencoreng citra profesi. Tidak menerapkan
kolaboratif, dengan mengambil wewenang profesi dan keilmuan profesi yang sesuai.
Dalam menjalankan tugasnya, PNS harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik. Kedudukan PNS yaitu:

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan melanggar etika profesi petugas kesehatan tersebut telah menyalahi kedudukannya dengan
tidak memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, tidak melaksanakan kebijakan
publik yang dibuat oleh pejabat berwenang. dan memecah persatuan dan kesatuan negara dengan
timbulnya gugatan-gugatan yang di keluarkan.

ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Tapi nyatanya dilapangan masih banyak praktik korupsi, dan nepotisme.

Dampak yang terjadi jika tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI yaitu dalam jabatan terjadi penyalahgunaan jabatan yang
menyimpang dari aturan yang berlaku, tidak terlaksananya tujuan Organisasi / lembaga
sebagaimana fungsinya, tidak tercapainya rencana keadilan dan kemakmuran di masyarakat, baik
secara pelayanan yang dihasilkan berupa jasa yang di berikan, kurang percayanya klien atau
penerima jasa terhadap jabatan yang di emban.

Gagasan alternatif pemecahan masalah yang pertama dari sejak usia dini selalu ditanamkan nilai –
nilai kebangsaan, bela Negara, dan mengakui ketika berbuat salah / keburukan. Supaya generasi
penerus ini menjadi generasi yang memakmurkan bukan membobrokkan Negara , generasi yang
haus akan prestasi bukan haus pujian dan penampilan.

Kedua dalam proses perekrutan atau pengangkatan jabatan dilaksanakan dengan sistem yang
terukur dan sistematis semisal sistem CAT perekrutan CPNS sehingga didapatkan pegawai yang
kompeten dan memiliki attitude dan sesuai kepribadian Pancasila.

Ketiga melakukan bimbingan secara berkesinambungan supaya pegawai tetap konsisten dalam
pelaksanaan tupoksinya, misal diadakan pelaksanaan Latsar, KKG (Kelompok kerja Guru).

Keempat menerapkan sistem pelayanan yang efektf dan transparan sehingga mengurangi atau
menghilangkan proses pelayanan yang berbelit – belit. Misal pelayanan berbasis aplikasi , Pelayanan
Satu Pintu.

Kelima dibentuk Badan Pengawas dan Penilai kegiatan yang sederhana dan efektif, supaya
komitmen mutu tetap terjaga dan rasa tanggung jawab selalu ada tetapi tdak mengurangi kinerja
atau jam kerja karna lebih sibuk membuat laporan daripada melaksanakan tugasnya.

Keenam peningkatan Sumber Daya MAnusia (SDM) dengan banyaknya pelatihan-pelatihan.


Ketujuh pendidikan sikap dan perilaku di tekankan sejak awal, untuk menciptakan pegawai-pegawai
yang menjunjung nilai Pancasila dan UUD 1945.

Kedelapan, menambah kurikulum sekolah yang ada pada saat ini perlu penambahan bobot SKS-nya
atau pokok Bahasannya pada beberapa Mata Ajar tertentu, antara lain; Ilmu Etika, dengan
tambahan Pokok Bahasan Etika Terapan (Applkied Etichs) yang berkaitan dengan Moral, Sikap, dan
Perilaku; Kewirausahaan dan Manajamen, dengan tambahan Pokok Bahasan Manajemen SDM. Serta
perlu penambahan muatan lokal tentang Kebudayaan, Adat istiadat setempat untuk menambah
kecintaan terhadap tanah air dan bangsa Indonesia denga tidak melakukan pelanggara-pelanggaran
yang dapat mengakibatkan buruknya nama Indonesia di dunia internasional.

Membuat job desk atau deskripsi pekerjaan yang jelas melalui peraturan kepada pemeritah maupun
organisasi profesi juga insttusi sehingga pelayanan dapat meningkat sesuai profesinya masing
masing dan tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan pekerjaan. Dengan itu diharapkan mampu
menciptakan strategi pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan profesi dan kompetensinya

Anda mungkin juga menyukai