Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

DOSEN PENGAMPUH : NS. HERIYANA AMIR, S.KEP, M.KEP

NAMA : MOH. RIDHO MOKOAGOW

NIM : 02010010019

SEM : 5 (LIMA)

MK : MANAJEMEN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU
2022/2003
A. PENDAHULUAN
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, juga diperhatikan
dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan
lingkungan, kemajuan IPTEK, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat
kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga
kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan)
merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan,
dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Sumber daya manusia kesehatan (SDM kesehatan) merupakan istilah
yang tidak asing lagi kita dengan atau kita lihat dilingkungan sehari-hari. Bahkan
dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan terlepas dari individu yang termasuk
dalam SDM kesehatan itu sendiri pada lingkup lingkungan kita saja, pastinya kita
mendengar adanya dokter, perawat, atau bidan yang ada disekitar kita. Merekalah
individu-individu yang termasuk dalam SDM kesehatan meskipun sebenarnya tidak
terbatas hanya pada profesi tersebut. Penilitian dan publikasi mengenai SDM
kesehatan ini masih terbatas dan memerlukan banyak data yang berbasis bukti.
Peningkatan umur harapan hidup disertai dengan meningkatnya kualitas layanan
kesehatan juga terdampak pada kebutuhan layanan SDM kesehatan yang
berkualitas.
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.SDM atau tenaga kesehatan
adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan,
berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan
upaya kesehatan. 
SDM atau tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan
sekaligus pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga
dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak akan
dapat berjalan secara optimal. SDM Kesehatan juga merupakan tenaga kesehatan
profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta
tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta
mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan manajemen kesehatan.
Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan dipandang sebagai komponen
kunci untuk menggerakkan pembangunan kesehatan, yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Dalam hal pencapaian target
pembangunan milenium bidang kesehatan, dapat dikatakan secara nasional sudah
sejalan dengan target yang diharapkan, namun beberapa masalah kesehatan masih
menuntut kerja keras semua pihak, antara lain penurunan angka kematian ibu,
pencegahan penularan infeksi baru HIV, perluasan akses terhadap sarana air bersih
dan air minum bagi masyarakat perkotaan dan perdesaan serta penurunan laju
pertambahan penduduk
A. Pengertian Sumber Daya Kesehatan
SDM atau tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara
aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau
tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. SDM atau tenaga
kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus pelaksana
pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan
jenis yang sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan
secara optimal. SDM Kesehatan juga merupakan tenaga kesehatan profesi
termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga kesehatan non profesi serta
tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta
mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan manajemen kesehatan.
Dalam subsistem SDM Kesehatan, tenaga kesehatan merupakan unsur
utama yang mendukung subsistem kesehatan lainnya. Subsistem SDM
Kesehatan bertujuan menjamin tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu dan
terdistribusi secara merata, adil, termanfaatkan, berhasil dan berdayaguna agar
terselenggaranya pembangunan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan dipandang sebagai komponen
kunci untuk menggerakkan pembangunan kesehatan, yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Dalam hal pencapaian
target pembangunan milenium bidang kesehatan, dapat dikatakan secara
nasional sudah sejalan dengan target yang diharapkan, namun beberapa masalah
kesehatan masih menuntut kerja keras semua pihak, antara lain penurunan angka
kematian ibu, pencegahan penularan infeksi baru HIV, perluasan akses terhadap
sarana air bersih dan air minum bagi masyarakat perkotaan dan perdesaan serta
penurunan laju pertambahan penduduk.
Selain dari pada itu, beberapa faktor makro yang berpengaruh terhadap
pendayagunaan tenaga kesehatan yaitu desentralisasi, globalisasi, menguatnya
komersialisasi pelayanan kesehatan, teknologi kesehatan dan informasi. SDM
dalam kesehatan mempunyai berbagai keahlian sesuai dengan profesi masing-
masing seperti dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, fisioterapis,
apoteker, analis farmasi dan sebagainya yang mempunyai pendidikan atau
keahlian khusus untuk melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan
jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya.

Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan


yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan, dan pelatihan, serta
pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan
adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang
kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan upaya kesehatan.

B. Bentuk Sumber Daya Kesehatan


Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan SDM kesehatan, yaitu :

1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif  dan
profesional di bidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak,
yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
2. SDM Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga
kesehatan secara terpadu dan  saling mendukung guna mencapai derajat
kesehatan  masyarakat setinggi-tingginya.

C. Tujuan SDM kesehatan,


secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia
kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :
1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan
memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan
ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan sumber
daya manusia kesehatan
2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui
kegiatan penelitian
3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan
dengan ketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan
melakukan advokasi program dan kebijakan kesehatan dalam rangka
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan

D. Peran dan Fungsi Pengembangan SDM Kesehatan


Salah satu fungsi dalam manajemen SDMK yang sangat penting adalah
fungsi Pengembangan (human resource development). Manajemen Pengembangan
SDMK merupakan upaya untuk mencocokkan kapabilitas dan kapasitas SDMK
terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan dalam organisasi dan lingkungan
luar organisasi.
Kebutuhan untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas SDMK
menjadi sangat mendesak ditengah perubahan sistem kesehatan nasional yang
terjadi. Picuan dan pacuan perubahan dari sistem pembiayaan kesehatan telah
mendorong komponen lain dalam Sistem Kesehatan Nasional untuk ikut berubah
dengan cepat. Fenomena ini mengakibatkan tingginya tuntutan terhadap fungsi
manajemen pengembangan SDMK, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk
semakin mengembangkan program-program yang sesuai dengan tuntutan saat ini
dan tuntutan masa depan.
E. Prinsip Subsistem SDM Kesehatan
Prinsip Subsistem SDM kesehatan antara lain:
1. Adil dan Merata serta Demokratis
Pemenuhan ketersediaan SDM Kesehatan ke seluruh wilayah Indonesia
harus berdasarkan pemerataan dan keadilan sesuai dengan potensi dan
kebutuhan pembangunan kesehatan serta dilaksanakan secara demokratis,
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai budaya dan kemajemukan bangsa ( Depkes RI, 2009 ).
2. Kompeten dan Berintegritas
Pengadaan SDM Kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan yang
sesuai standar pelayanan dan standar kompetensi serta menghasilkan SDM
yang menguasai iptek, profesional, beriman, bertaqwa, mandiri,
bertanggungjawab dan berdaya saing tinggi (Depkes RI, 2009).
3. Objektif dan Transparan
Pembinaan dan pengawasan serta pendayagunaan (termasuk
pengembangan karir) SDM Kesehatan dilakukan secara objektif dan
transparan berdasarkan prestasi kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2009).
4. Hierarki dalam SDM Kesehatan
Pengembangan dan pemberdayan SDM Kesehatan dalam mendukung
pembangunan kesehatan perlu memperhatikan adanya susunan hierarki SDM
Kesehatan yang ditetapkan berdasarkan jenis dan tingkat tanggung-jawab,
kompetensi, serta keterampilan masing-masing SDM Kesehatan (Depkes RI,
2009).
F. Perencanaan SDM Kesehatan
Perencanaan SDM Kesehatan adalah proses estimasi terhadap jumlah
SDM berdasarkan tempat,mketerampilan, perilaku yang dibutuhkan untuk
memberikan upaya kesehatan. Perencanaan dilakukan menyesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan kesehatan,  baik lokal, nasional, maupun  global dan
memantapkan keterkaitan dengan unsur lain dengan maksud untuk menjalankan
tugas dan fungsi institusinya yang meliputi : jenis, jumlah dan kualifikasi.
Dasar dari peningkatan perencanaan mutu SDM kesehatan yaitu
kebijakan peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas, yang dilaksanakan melalui :
1. Peningkatan jumlah jaringan dan kualitas Puskesmas, termasuk
mengembangkan desa siaga
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan
3. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin
4. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat
5. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat seak usia dini
6. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar

Perencanaan terdiri dari 3 kelompok yaitu :


a) Perencanaan tingkat Institusi meliputi : Puskesmas, Rumah Sakit (RS),
poliklinik, dan lain sebagainya.
b) Perencanaan tingkat Wilayah meliputi : institusi + organisasi.
c) Perencanaan untuk bencana meliputi :  pra-, pada saat dan pasca bencana.

Peningkatan perencanaan SDM Kesehatan yang sedang diupayakan :


1. Implementasi Kepmenkes RI No. 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota,
dan Rumah Sakit
2. Penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan dalampencapaian sasaran
pembangunan jangka pendek, menengah, dan jangka panang bidang kesehatan

Prospek ke depan Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan


a) Peningkatan, pembinaan, dan pengawasan PPSDMK
b) Peningkatan perencanaan SDM kesehatan
c) Peningkatan pendayagunaan SDM kesehatan
d) Peningkatan sumber daya pendukung

Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dapat dilakukan dengan cara :


1. Pengembangan karir dokter/ dokter gigi/ apoteker
2. Pengembangan sistem penilaian kinera pada unit kerja independent
3. Peningkatan kompetensi melalui Tugas Belajar Pendidikan/ Pelatihan

Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan mutlak dalam konteks penyusunan


pengembangan SDM, namun perlu memperhatikan kekuatan dan kelemahannya.
Metode penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan harus mempertimbangkan
kebutuhan epidemiologi, permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan,
sarana upaya pelayanan kesehatan yangditetapkan, danstandar atau nilai tertentu.
Metode penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan antara lain :

1. Health Need Method, Diperhitungkan keperluan upaya kesehatan terhadap


kelompok sasaran tertentu berdasarkan umur, jenis kelamin, dan lain-lain.
2. Health Service Demand Method, Diperhitungkan kebutuhan upaya kesehatan
terhadap kelompok sasaran menurut umur, jenis kelamin, dll.
3. Health Service Target Method, Diperhitungkan kebutuhan upaya kesehatan
tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu. Misalnya, untuk percepatan
penurunan kematian ibu dan bayi.
4. Ratio Method, Diperhitungkan berdasarkan ratio terhadap : penduduk, tempat
tidur, dan lain-lain.

Disamping metode tersebut ada metode lain yang merupakan pengembangan:


1. Daftar susunan Pegawai (DSP) → “Authorized staffing list”
2. Indikator Kebutuhan Tenaga Berdasar Beban Kerja ( Work Load Indocator
Staff Need ) → WISN
3. Berdasarkan Skenario / Proyeksi WHO
4. Kebutuhan tenaga bencana
5. Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan

Salah satu cara pengembangan SDM kesehatan agar sesuai dengan


tuntutan pekerjaan adalah melalui pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan. Fungsi
dari pendidikan dan pelatihan ini adalah sebagai investasi SDM dan merupakan
tuntutan luar dan dalam organisasi. Selain itu juga bertujuan untuk memperbaiki,
mengatasi kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan iptek.
Pendidikan dan pelatihan ini meliputi:
1. Knowledge
2. Ability
3. Skill

Bentuk pelatihan yang biasa dilakukan adalah diklat yang dilaksanakan oleh
Pusdiklat ( Pusat Pendidikan dan Pelatihan). Pusdiklat adalah suatu unit yang
bertugas menyelenggarakan diklat bagi pegawai/ calon pegawai. Fungsinya adalah
mendidik dan melatih tenaga kerja dalam rangka pengembangan dan atau
peningkatan kemampuan.
Secara khusus program pendidikan dan pelatihan ini bertujuan untuk
menghasilkan sumber daya manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai
berikut :
1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan,
metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan ketrampilan penerapannya didalam
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan
2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan
dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian
3. Mampu mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya, yang ditunjukkan
dengan ketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan
advokasi program dan kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan
pengelolaan sumber daya manusia kesehatan

G. Pendayagunaan SDM Kesehatan


Prinsip :
1. Merata, serasi, seimbang (pemerintah, swasta, masyarakat) lokal maupun pusat.
2. Pemeratan : keseimbangan hak dan kewajiban
3. Pendelegasian wewenang yang proporsional

H. Perkembangan dan Hambatan Situasi SDM Kesehatan


Secara terperinci dapat digambarkan perkembangan dan hambatan situasi sumber
daya kesehatan sebagai berikut:
1. Ketenagaan
Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Tangerang, peningkatan kualitas harus menjadi prioritas
utama mengingat tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya berpendidikan D-
III serta S-1 sedangkan yang berpendidikan SPK serta sederajat minim terhadap
pelatihan tehnis, hal ini juga berkaitan dengan globalisasi dunia dan persaingan
terhadap kualitas ketenagaan harus menjadi pemicu.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama
didalam peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk belanja modal maupun
belanja barang. Didalam upaya peningkatan pembiayaan terhadap sektor
kesehatan dianggarkan melalui dana APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten,
serta sumber lainnya.
3. Sarana Kesehatan Dasar
Komponen lain didalam sumber daya kesehatan yang paling penting adalah
ketersedian sarana kesehatan yang cukup secara jumlah/kuantitas dan kualitas
bangunan yang menggambarkan unit sarana pelayanan kesehatan yang bermutu
baik bangunan utama, pendukung dan sanitasi kesehatan lingkungan.
Pembangunan sarana kesehatan harus dilengkapi dengan peralatan medis,
peralatan nonmedis, peralatan laboratorium beserta reagensia, alat pengolah data
kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua.

I. Isu Terkini Pengembangan SDMK di Indonesia Studi Burden of Disease


(BOD)
yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan melaporkan adanya peningkatan
dampak pembangunan kesehatan diantaranya usia harapan hidup yang
meningkat dari 64 tahun pada tahun 1990 menjadi 71 tahun pada tahun 2017.
Angka stunting juga telah menurun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8%
pada tahun 2018. Demikian pula, selama kurun waktu 2010-2015, angka
kematian ibu telah turun secara signifikan dari 346 menjadi 305 per 100.000
kelahiruan hidup. Namun demikian, capaian tersebut masih belum mencapai
target yang diharapkan. Tantangan lainnya adalah adanya pergeseran pola
penyakit dari mayoritas penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
Peningkatan usia harapan hidup juga berimbas pada meningkatnya proporsi
penduduk lanjut usia yang rentan terekspos penyakit degeneratif dan disabilitas.
Menghadapi berbagai tantangan bidang kesehatan tersebut. pengembangan
SDMK dihadapkan pada berbagai isu kuantitas dan isu kualitas. Isu kuantitas
menyangkut kekurangan atau kelebihan jumlah pada kelompok profesi tertentu.
Misalnya kekurangan jumlah dokter spesialis dan kelebihan jumlah lulusan
perawat. Isu kualitas menyangkut mutu lulusan dan kompetensi tenaga
kesehatan yang telah bekerja di lapangan. Besaran persoalan SDMK secara
spesifik pada setiap daerah mungkin berbeda. Oleh sebab itu, untuk mendalami
isu SDMK di Indonesia, perlu memahami konteks nasional dan lokal, dimana
pada kedua tingkat tersebut, isu yang terjadi bisa berbeda. Selain itu, perlu juga
diperhatikan isu untuk masing-masing profesi, yang juga bisa berbeda antara
satu profesi dengan profesi lainnya. Beberapa isu pengembangan SDMK yang
secara umum perlu diatasi oleh seluruh pemangku
kepentingan di pusat dan daerah antara lain ketidaksesuaian antara demand dan
supply, distribusi dokter spesialis, penempatan tenaga kesehatan di daerah
terpencil tertinggal, perbatasan dan pulau kecil terdepan, rasio ketenagaan dan
kombinasi kompetensi belum optimal, migrasi SDM kesehatan, penilaian kinerja
jabatan fungsional, insentif SDMK, sosialisasi dan diseminasi peraturan yang
berhubungan dengan pengembangan SDMK, koordinasi multisektor yang
kompleks, serta Pengembangan Sistem Informasi Manajemen SDMK, adalah isu
terpilih yang penting untuk segera dipecahkan dalam beberapa tahun ke depan .
a) Ketidaksesuaian antara demand dan supply Kesenjangan antara
ketersediaan SDMK dengan kebutuhan pasar kerja kesehatan telah
disadari sejak lama namun masih belum teratasi secara optimal. Besarnya
produksi jenis tenaga kesehatan tertentu tidak seimbang dengan
rendahnya permintaan pasar kerja dalam negeri. Beberapa jenis tenaga.
kesehatan yang cukup besar jumlah lulusan per tahun antara lain
keperawatan, kebidanan dan kesehatan masyarakat. Rendahnya
kemampuan menyerap tenaga. kesehatan tersebut dapat berimbas pada
tidak didayagunakannya tenaga kesehatan terlatih. Di lain pihak, terdapat
jenis tenaga kesehatan lain misalnya dokter spesialis dan dokter gigi
spesialis yang jumlah kapasitas produksinya terbatas namun tinggi
permintaan khususnya dai rumah sakit di daerah perifer.
b) Distribusi dokter spesialis sangat penting untuk dipecahkan segera.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2018, terdapat 15,8%
RS tanpa dokter spesialis anak, 15,7% tanpa dokter spesialis kebidanan
dan kandungan, 22,5% tanpa dokter spesialis bedah, dan 19,4% tanpa
dokter spesialis penyakit dalam. Sementara itu, terdapat 567 dokter
spesialis yang pendidikannya dibiayai oleh pemerintah belum bekerja di
rumah sakit. Pendayagunaan dokter spesialis melalui program wajib
kerja dokter spesialis discal setelah 2 tahun pelaksanaan, sehingga perlu
dibuat format baru yang lebih menarik bagi para dokter spesialis untuk
melaksanakan penugasan di rumah sakit yang paling membutuhkan.
c) Penempatan tenaga kesehatan di daerah terpencil tertinggal, perbatasan
dan pulau kecil terdepan secara umum masih bersifat temporer.
Kekurangan SDM kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan baik tingkat
pertama dan tingkat lanjut khususnya rumah sakit pemerintah daerah
kelas C dan D masih menjadi persoalan klasik. Pemerintah telah
berupaya memenuhi kebutuhan tenaga medis dan bidan melalui program
pegawai tidak tetap sejak tahun 1990 an, untuk penugasan selama masa
bakti tertentu tergantung lokasi penugasan. Disamping itu, sejak tahun
2014 sampai 2019, Pemerintah Pusat melaksanakan program Nusantara
Sehat dengan pola penugasan khusus tenaga kesehatan baik secara tim
atau individu ke puskesmas terpencil dan sangat terpencil. Kebijakan
pendayagunaan tersebut merupakan upaya penempatan yang sifatnya
temporer dengan pembatasan durasi penugasan. Pergantian (turn over)
personel yang cukup tinggi berimplikasi pada sulitnya mewujudkan
upaya retensi dan pengembangan karir untuk tenaga kesehatan yang
ditugaskan.
d) Rasio ketenagaan dan kombinasi kompetensi (skill mix) yang sesuai
untuk fasilitas pelayanan kesehatan belum diterapkan secara optimal.
Rasio ketenagaan dan skill mix yang ditetapkan sebagai standar
ketenagaan minimal seringkali dimanfaatkan sebagai benchmark untuk
menentukan kekurangan/kelebihan SDM kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Namun demikian penerapan rasio ketenagaan dan kombinasi
kompetensi yang sesuai untuk mendukung peningkatan keselamatan atau
luaran positif pasien. Susunan Ketenagaan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada saat ini belum mengacu pada optimalisasi luaran
kesehatan yang berbasis bukti.
e) Penilaian kinerja SDMK, terutama yang berstatus sebagai pegawai
pemerintah, adalah isu klasik yang telah lama dibahas. Saat ini sedang
dikembangkan regulasi dan mekanisme penilaian kinerja SDMK. Namun
oleh karena pengembangan diberlakukan untuk semua aparatur negara,
maka terdapat kemungkinan terjadi mismatched antara tugas pokok dan
fungsi SDMK dengan indikator penilaian kinerja yang berlaku secara
umum.
f) Insentif SDMK adalah isu yang berhubungan dengan penempatan dan
retensi. Semakin beragam jenis insentif yang diberikan, maka semakin
mudah penempatan SDMK serta semakin tinggi tingkat retensi SDMK di
suatu daerah. Saat ini pola yang dijalankan di daerah adalah pemberian
insentif model tunggal, yaitu insentif material. Daerah yang kaya
menawarkan insentif material yang tinggi. Situasi ini menimbulkan
kompetisi antar-daerah untuk menarik SDMK. Akibatnya dalam satu
provinsi dapat terjadi ketimpangan konfigurasi SDMK oleh karena
adanya perbedaan insentif material yang ditawarkan oleh kabupaten/kota
tertentu dibanding kabupaten/kota lainnya. Insentif untuk SDMK dengan
status PTT pusat berbeda jumlahnya dengan insentif yang diberikan
untuk SDMK dengan status PTT daerah. Situasi ini menimbulkan
gangguan iklim organisasi oleh karena perbedaan insentif yang mencolok
untuk status dan profesi yang sama.
g) Peraturan yang berhubungan dengan pengelolaan SDMK sangat
beragam, baik jenis maupun tingkatannya. Kondisi ini menyebabkan
kompleksitas dalam mengatur SDMK, mulai dari proses rekrutmen,
pengembangan karir, sampai dengan pengaturan pension atau pelepasan.
Rekrutmen SDMK menjadi terhambat oleh karena formasi ditentukan
oleh kementerian tertentu, sementara kebutuhan ditetapkan oleh daerah
atau kementerian lainnya. Pembiayaan dianggarkan oleh kementerian
yang berbeda pula. Sementara itu, indikator kinerja ditentukan oleh
kementerian yang lain. Oleh sebab itu, diperlukan sosialisai dan
diseminasi di tingkat pusat dan daerah tentang berbagai peraturan yang
berhubungan dengan pengelolaan SDMK
h) Migrasi Tenaga Kesehatan mencakup tenaga kesehatan Indonesia keluar
negeri dan tenaga kesehatan asing yang bekerja di Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu negara yang aktif mengirimkan tenaga kesehatan
keluar negeri walaupun tidak sebesar negara lain seperti Filipina dan
India. Selama kurun 2014-2018, sekitar 2,047 tenaga kesehatan (dokter,
perawat, fisioterapis, ahli farmasi dan tenaga kesehatan lainnnya) serta
115.265 tenaga penunjang kesehatan (caregiver/pendamping anak dan
lansia) bermigrasi untuk bekerja di luar negeri. Mayoritas rekrutmen
dilaksanakan oleh swasta, yang sering kali kurang memberikan posisi
tawar bagi tenaga kesehatan Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Walaupun Indonesia termasuk negara salah satu negara yang mengadopsi
regulasi WHO untuk rekrutmen tenaga kesehatan internasional, isu
migrasi tenaga kesehatan Indonesia keluar negeri masih belum
sepenuhnya teratasi. Selain penerimaan remitansi, Indonesia sebagai
negara pengirim belum memperoleh dukungan optimal dari negara
penerima untuk penguatan SDM kesehatan dalam negeri. Persoalan lain
adalah pendayagunaan perawat Indonesia sebagai caregiver di luar negeri
yang menyebabkan penurunan ketrampilan sebagai perawat. Hal ini
menyulitkan para perawat ketika kembali ke Indonesia dan ingin masuk
dalam pasar kerja sebagai perawat. Di lain pihak, masuknya tenaga
kesehatan asing ke Indonesia walaupun sudah ada pengaturan

Peningkatan Kapasitas SDM Kesehatan (di Dinas Kesehatan dan Puskesmas)


Program peningkatan kapabilitas dan kapasitas SDMK terdiri dari 2 bagian,
yaitu:
1. Training (Pelatihan) yang fokus pada area non manajerial
2. Development (Pengembangan) yang fokus pada area manajerial
Terdapat
3 aspek yang diajarkan, baik pada pelatihan maupun pengembangan,
yaitu:
1. Technical skills
2. Conceptual skills
3. Human relation skills
Yang membedakan antara pelatihan dan pengembangan adalah komposisi dari
ketiga aspek tersebut. Pelatihan lebih didominasi oleh technical skills dibanding
dengan conceptual skills, namun tetap mengajarkan human relation skills.
Sedangkan pengembangan lebih didominasi oleh conceptual skills dibanding
dengan technical skills, dan tetap mengajarkan human relation skills.
Dalam SDM Kesehatan juga berlaku isu strategis
a) Kurang serasinya produksi/pendidikan dan pendayagunaan (daya serap)
b) Kualitas yang rendah.
c) Penyebaran kurang merata (25-40 % puskesmas tanpa dokter)
d) Manajemen SDM lemah.
e) Ratio dengan jumlah penduduk (dokter : 1: 5000)
f) Masih rendahnya ratio SDM kesehatan : peduduk disebabkan oleh;
g) Kebijakan pengembangan dan jaminan kesehatan yang masih kurang.
h) Penyerapan oleh institusi pemerintah kurang : lari ke swasta : biaya kesehatan
(jaminan biaya pengobatan).
J. Peraturan SDM Kesehatan
Dalam SDM Kesehatan berlaku UU, peraturan tidak tertulis dan  etika profesi
yaitu :
1. TH 1963 : Depkes berwenang mengatur, mengarahkan,mengawasi tenaga
kesehatan.
2. PP NO 37 TH 1964 : semua tenaga kesehatan harus mendaftar ke depkes GBHN
1999-2004.
3. TAP MPR NO 4 TH 1999
4. UU NO 23  tentang kesehatan
5. PP NO 49 TH 1952 : Penempatan pegawai negara di jawa
6. UU NO 8 TH 1961 : WKS
7. UU NO 6
8. UU NO 6 TH 1963 : Kategori tenaga kesehatan, syarat melakukan pekerjaan &
izin tenaga kesehatan.
9. PP no 32 TH 1966 tentang tenaga kesehatan.
10. UU NO 32 TH 2004 : PEMDA
11. PP NO 25 TH 2000: Kwenangn pmerintah
12. Kepmenkes No 850/MENKES/SK/V/2000 :  kebijakan pngembangan tenaga
kesehatan tahun 2000-2010.
13. Kepmenkes No 1277/ MENKES/SK/XI/2001 tentang organisasi & tata kerja
depkes
14. Kepmenkes No 004/ MENKES/SK/I/2003 : kebijakan & desentralisasi
kesehatan.
15. Kepmenkes No 1454/ MENKES/SK/X/2003 : SPM bidang kesehatan di
Kab/Kota.

A. Kesimpulan
1. sumber daya manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang
adiptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta
seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya
kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbangan dan
berkelanjutan
2. SDM kesehatan merupakan tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga
kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang
telibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti ddalam upaya dan
manajemen kesehatan.
3. Secara terperinci dapat digambarkan perkembangan dan hambatan situasi
sumber daya kesehatan sebagai berikut : ketenagaan, pembiayaan
kesehatan dan sarana kesehatan dasar.
4. Tatanan SDM dalam kesehatan antara lain upaya perencanaan SDM
kesehatan, upaya pengadaan SDM kesehatan, upaya pendayagunaan
SDM kesehatan, upaya pembinaan dan pengawasan SDM kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Astiena, dr. Adila Kasni, MARS. 2009. Materi Kuliah Sumber Daya Manusia
Kesehatan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
“Pemanfaatan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan” dikutip
dari http://www.perpustakaan-depkes. 30 Oktober 2009. 20:00 WIB
“Sumber Daya Manusia dalam Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah”
dikutip dari http://simkesugm06.wordpress.com 30 Oktober 2009. 20:14 WIB
“Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan Masyarakat” dikutip
dari http://www.toodoc.com/ 30 Oktober 2009. 20:35 WIB

Anda mungkin juga menyukai