LITERACY
A. Pengertian Health Literacy
(http://www.healthliteracy.org.nz/about-health-literacy/definitions-of-health-
literacy/)
2
mereka untuk menggunakannya secara efektif, melek kesehatan sangat penting
untuk pemberdayaan.
Didefinisikan dengan cara ini, Kesehatan Literasi melampaui konsep
sempit pendidikan kesehatan dan individu komunikasi perilaku yang berorientasi,
dan membahas faktor lingkungan, politik dan sosial yang menentukan kesehatan.
Pendidikan kesehatan, dalam pemahaman yang lebih komprehensif ini, bertujuan
untuk mempengaruhi tidak hanya keputusan gaya hidup individu, tetapi juga
meningkatkan kesadaran dari faktor-faktor penentu kesehatan, dan mendorong
tindakan individu dan kolektif yang dapat menyebabkan modifikasi dari faktor
penentu. Pendidikan kesehatan karena itu dicapai, melalui metode yang
melampaui difusi informasi dan memerlukan interaksi, partisipasi dan analisis
kritis. Pendidikan kesehatan seperti menyebabkan melek kesehatan, yang
mengarah ke pribadi dan sosial manfaat, seperti dengan memungkinkan tindakan
masyarakat yang efektif, dan dengan berkontribusi terhadap pengembangan modal
sosial.
(http://www.who.int/healthpromotion/conferences/7gchp/track2/en/)
3
• Pemberian insentif kepada organisasi perawatan akuntabel (ACO) 's dan
rumah medis pasien berpusat (PCMH).
(Parker RM, Jacobson KL. Emory Schools of Medicine and Public Health. Feb 2012.)
4
memenuhi program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya
kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
5
sehat produktif sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap
penduduk memiliki status kesehatan yang cukup. (ilmukesmas.com)
6
Keterampilan keaksaraan kesehatan terbatas terkait dengan peningkatan
kunjungan ke rumah sakit dicegah dan Studi admissions.10-13 telah menunjukkan
tingkat yang lebih tinggi dari rawat inap dan penggunaan layanan darurat antara
pasien dengan terbatas melek skills.12
Status kesehatan
Biaya kesehatan
7
Tentang penelitian
Dalam studi ini, melek kesehatan diukur dengan cepat Perkiraan Dewasa
Literasi (REALM) atau Uji Fungsional Kesehatan Literasi di Dewasa (TOFHLA).
Kedua IOM dan AHRQ melaporkan menyimpulkan bahwa REALM dan
TOFHLA adalah penilaian kemampuan membaca, dan dengan demikian langkah-
langkah yang tidak memadai melek kesehatan.
(http://health.gov/communication/literacy/quickguide/factsliteracy.htm)
8
Masyarakat pedesaan dan perkotaan memiliki perbedaan yang sangat
banyak dalam hal health literacy. Hal ini dikarenakan masih kurangnya fasilitas
kesehatan yang tersedia di lingkungan pedesaan jika dibandingkan dengan
perkotaan.
Selain karena kurangnya fasilitas, kurangnya sumber daya di pedesaan
untuk melakukan health promotion turut mempengaruhi health literacy, sehingga
hal ini menyebabkan kesenjangan health literacy antara pedesaan dan perkotaan.
F. Peran Perawat dalam Meningkatkan Health Literacy
9
mereka dapat mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes, 2007).
Namun hingga saat ini promosi kesehatan di Indonesia belum dilakukan
dengan optimal. Masih banyak masyarakat yang tidak sadar kesehatan. Mencegah
lebih baik daripada mengobati juga masih sebatas semboyan dan belum bisa
menjadi sebuah landasan kesadaran di masyarakat. Ada beberapa hal yang
menghambat maksimalisasi promosi kesehatan. Pertama, tenaga kesehatan yang
melakukan promosi kesehatan masih terbatas terutama di daerah-daerah terpencil
sehingga masih banyak masyarakat yang tidak tersentuh oleh promosi kesehatan.
Kedua, masyarakat Indonesia masih banyak yang percaya pada mitos sehingga
sering membuat masyarakat sulit menerima pendidikan kesehatan yang diberikan.
Peran pemberi pelayanan kesehatan komunitas, terutama perawat perlu
dioptimalkan dalam memberikan promosi kesehatan. Caranya adalah dengan
memanfaatkan/ mengaktifkan kembali peran-peran Puskesmas sebagai pusat
pelayanan masyarakat untuk mencapai visi pembangunan kesehatan Indonesia
tahun 2025, yaitu penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata dan memiliki derajat kesehatan yang tinggi (Depkes, 2007).
Meskipun saat ini Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif masyarakat
dalam pemecahan masalah dan belum mampu mendorong kontribusi masyarakat
dalam upaya kesehatan (Depkes, 2007), optimalisasi peran perawat komunitas
melalui Puskesmas sebagai wadah strategis untuk membentuk ‘paradigma sehat’
masyarakat merupakan salah satu solusi terbaik karena langsung turun menyentuh
masyarakat. Mengembalikan peran Puskesmas yang tidak hanya sebagai wadah
upaya kuratif, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan dan komunikasi
masyarakat terutama terkait kesehatan perlu dilakukan. Selain itu, Panduan
Integrasi Promosi Kesehatan (PIPK) yang disusun oleh Departemen Kesehatan
juga perlu dijadikan pedoman dalam melakukan promosi kesehatan.
Kesimpulan
10
Sebagai kesimpulan, health literacy di dalam masyarakat masih
sangat kurang hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti fasilitas yang
disediakan pemerintah dan tingkat pendidikan dari masyarakat itu sendiri.
Health literacy sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat
karena dapat membantu dalam pelaksanaan tindakan perawatan dan
administrasi yang dilaksanakan nanti di rumah sakit, serta untuk menjaga
terjadinya komplikasi penyakit ketika seseorang menderita sakit.
Perawat memegang peranan penting sebagai educator dalam
meningkatkan health literacy di dalam masyarakat.
11