Nawira R.Sune
Siti Sahri Wulan Marundu
Wilda Marsela Pontoh
Anillfa S. Willah
Andi Sarifsa Bulgis
Indra U. Pobau
Devi Aggraini
Ismail Sumaga
5
A. Promosi Kesehatan
Beberapa definisi promosi kesehatan yang telah dikemukakan, salah satunya definisi
Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat
secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan
cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup.
Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari social dan
kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggung jawab pada sektor
kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al, 2007).
Disisi lain Nutbeam dalam Keleher, et.al (2007) menerangkan bahwa promosi
kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan
pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu , tetapi juga perubahan sosial,
lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat.
Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan
masyarakat.
WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategii inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian,
sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada
perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan
kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk
meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).
Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah
sempit, menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi
kesehatan, yaitu :
6
3. memberdayakan masyarakat
4. mengembangkan kemampuan personal
5. berorientasi pada layanan kesehatan
6. promote social responbility of health
7. meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social
8. meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan
9. memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat.
10. infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan
1. social determinant of health, yang termasuk determinan sosial untuk kesehatan ini
adalah kebijakan-kebijakan kesehatan, health equity, kesenjangan social termasuk juga
persoalan-persoalan ekonomi.
7
3. health promotion system, berkaitan dengan infrasturktur atau hal-hal yang yang
mendukung promosi kesehatan, seperti kempetensi, alat dan pengalaman, penelitian dan
pengembangan tentunya dengan melibatkan budaya, systemn dan teknologi-teknologi
terbaru.
8
2) Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis
yang didapat selama implementasinya.
3) Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang
akan dicapai,
4) Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan
hasil sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.
Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas,
sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan
lainnya mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju visi
Indonesia Sehat. Bilamana ditengok kembali hal ini sejalan dengan visi global.
B. Keselamatan Kerja
C. Kesehatan Kerja
9
Sedangkan menurut Suma’mur (2001), berpendapat bahwa kesehatan kerja adalah:
Spesialisasi dari ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja ataupun masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginyabaik
fisik, mental maupun sosial, dengan usaha – usaha preventif dan kuratif terhadap faktor –
faktor pekerjaan, lingkungan kerja dan terhadap penyakit umum. Pendapat - pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja merupakan suatu kondisi dilingkungan
kerja yang bebas dari penyakit fisik dan mental. Perusahaan menjalankan program
kesehatan kerja untuk menjaga kesehatan kerja karyawannya secara fisik dan mental agar
produktivitas mereka.
D. Tempat Kerja
1. Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam air maupun
di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan mesin,
pesawat, alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan.
3. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang
yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
ataupun bersuhu tinggi.
4. Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan ataupun
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana dilakukan
pekerjaan persiapan.
5. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan.
10
6. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di
permukaan maupun di dalam bumi ataupun di dasar perairan.
7. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui
terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.
8. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, ataupun gudang.
9. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air.
10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan.
11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi
ataupun rendah.
13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda,
terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar.
14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.
15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan tempat kerja tersebut.
Ialah lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali
organisasi (perusahaan).
Kemudian dalam penjelasannya pada pasal 1 ayat (1), dengan perumusan ini, maka
ruang lingkup dari Undang – Undang tersebut jelas ditentukan oleh 3 unsur, yaitu:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah ataupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya. Secara disiplin ilmu,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai “Ilmu dan penerapannya secara teknis
11
dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan.” Secara hukum, Keselamatan
dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai “Suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja
dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan
selamat serta sumber – sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan
produktif.”
Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan skala prioritas, karena dalam pelaksanaannya selain
dilandasi oleh peraturan perundang – undangan tetapi juga dilandasi oleh ilmu – ilmu
tertentu, terutama ilmu keteknikan dan ilmu kedokteran. Adapun tujuan dari Keselamatan
dan Kesehatan Kerja menurut Suma’mur (2001) antara lain:
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja
merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.
12
G. FAKTOR PENYEBAB
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang
digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak
mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan
dalam 5 golongan:
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah
yang dapat digunakan sebagai pedoman:
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah
penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial
untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu
13
dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang
mencakup:
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa
pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak
ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan
penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka
pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan
membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis
penyakit akibat kerja.
14
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat
mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan
serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif
terhadap pajanan yang dialami.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita
mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun
demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan
penyebab di tempat kerja.
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan
informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-
kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini
perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan
sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya
pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada
atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat
Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat
baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila
memungkinkan) dan data epidemiologis.
Resiko yang ditanggung oleh masing-masing pekerja ini berbeda satu sama lainnya,
tergantung pada lingkungan kerja masing-masing karyawan tersebut. Oleh karena itu,
15
promosi kesehatan dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau tempat kerja yang
kondusif bagi karywan atau pekerjanya. Promosi kesehatan kerja adalah upaya
memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
diri serta lingkungannya.
Promosi kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek, sebagai
pelaku bukan sasaran, dan aktif berbuat bukan pasif menunggu. Upaya promosi kesehatan
yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan masyarakat di tempat
kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan
meningkatkan tempat kerja yang sehat.
Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah :
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
b. Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
e. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masayarakat. Dua
konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan lingkungannya
adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Secara mendasar promosi kesehatan di tempat kerja adalah perlu melindungi
individu (pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan
berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan
kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung
terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.
Keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja, secara umum : Promosi Kesehatan
di tempat kerja mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang sehat yang sangat penting
bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Sasaran dari Promosi Kesehatan Di tempat Kerja yakni :
a. Primer : Karyawan di tempat kerja.
b. Sekunder : Pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja.
c. Tertier : Pengusaha dan manajer/ Direktur.
16
No Bagi Perusahaan Bagi pekerja
Meningkatnya lingkungan tempat
Lingkungan tempat kerja
1 kerja yang sehat dan aman serta
menjadi lebih sehat
nyaman
2 Citra Perusahaan Positif Meningkatnya percaya diri
3 Meningkatkan moral staf Menurunnya stress
4 Menurunnya angka absensi Meningkatnya semangat kerja
5 Meningkatnya produktifitas Meningkatnya kemampuan
Menurunnya biaya kesehatan atau
6 Meningkatnya kesehatan.
biaya asuransi.
Lebih sehatnya keluarga dan
7 Pencegahan terhadap penyakit.
masyarakat
Ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan di perusahaan dan
karyawan yaitu :
a. Lebih mengkomunikasikan dengan para karyawan tentang perhatian dan tujuan
yang terkait dengan kesehatan.
17
b. Mengimplementasikan program promosi kesehatan untuk membuat pemahaman
di tempat kerja.
c. Membuat komitmen tetap untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan
karyawan.
d. Memulai kegiatan program kesehatan.
18
6) Meyakinkan karyawan bahwa status kesehatan mereka adalah sangat penting.
7) Berikan program yang bervariasi untuk mempertemukan kebutuhan karyawan.
8) Membuat lingkungan tempat kerja mendukung usaha perubahan gaya hidup.
9) Membantu karyawan untuk mengerti dampak dari masalah kesehatan.
19
Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk melihat seberapa
baiknya program tersebut terlaksana, untuk mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-
masalah yang ditemui dan umpan balik (feedback) untuk perbaikan
7) Revisi dan perbaikan program.
Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada kekurangan dan masukan yang
perlu untuk pertimbangan dalam melakukan perbaikan program, sekaligus merevisi hal
yang sudah ada
N. Pekerja
Memahami Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu bekerja untuk
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan baik diri mereka sendiri dan
untuk masyarakat. (UU No. 13 tahun 2003). Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu bekerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hubungan ini,
pembentukan tenaga kerja adalah untuk meningkatkan efektivitas kemampuan untuk
melakukan pekerjaan itu. (UU No. 14 Tahun 1969).
Tujuan khusus secara jelas harus dinyatakan dan disampaikan pada semua pekerja
yang berpartisipasi dalam program. Yang termasuk tujuan khusus adalah sbb;
1) Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara gaya hidup yang sehat
dan positif.
20
2) Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara kebiasaan makan
makanan dengan kandungan gizi yang optimal. Mempengaruhi pekerja untuk
berhenti merokok.
3) Mempengaruhi pekerja untuk mengurangi/menurunkan/menghilangkan
penyalahgu- naan obat dan alkohol.
4) Membantu pekerja untuk terbiasa mengatasi stress yang dialami dalam
kehidupannya.
5) Mengajarkan pekerja mengenai kemampuan P3K dan CPR.
6) Mengajarkan pekerja mengenai penyakit umum dan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaannya serta bagaimana mencegah serta
meminimalisasi akibatnya.
7) Mengadakan penilaian menyeluruh secara medis.
21
Advokasi secara umum ialah suatu bentuk komunikasi yang berlangsung dari
pihak yang lemah kepada yang lebih kuat (berkuasa). Dalam hal tempat kerja dapat
dianalogikan dengan komunikasi antara pekerja dengan pihak manajemen tempat
kerja, dengan tujuan agar hak-hak pekerja atas promosi kesehatan dapat diperoleh
atau terpenuhi. Sosialisasi adalah kegiatan mendiseminasikan pesan ke semua arah
(horizontal), yang dalam konteks tempat kerja adalah pada semua pekerja di semua
tingkatan, agar semua pekerja mengetahui, memahami dan mengamalkan pesan yang
diprogramkan oleh manajemen tempat kerja. Jadi lebih jauh lagi agar semua pekerja
berpartisipasi sesuai dengan apa yang diharapkan melalui pesan tersebut.
22
masalah-masalah kesehatan kerja yang mereka hadapi, sekaligus membuktikan
apakah �resep� mereka sudah tepat. Namun perlu dipantau agar bila ternyata
ada kekeliruan, bisa segera diperbaiki.
3. Memantau/menyesuaikan
4. Evaluasi
23
ini terletak pada pencapaian strategi gaya hidup dan kesehatan pekerja. Sifatnya
sukarela dan secara tak langsung mempengaruhi pekerja.
24
program promosi kesehatan melalui sharing subsidition atas keikutsertaan pekerja
di dalam klub-klub kesehatan setempat.
1. Penetapan program
2. Elemen Program
25
Kontrol berat badan dan gizi (nutrition and weight control) Elemen ini
memberikan petunjuk yang benar mengenai berat badan dan gizi secara personal
dan memberikan pengetahuan dan informasi terbaru mengenai kontrol berat badan
dan gizi sehat. Secara khusus biasanya ditujukan pada diit faktor risiko penyakit
jantung, diabetes dan kegemukan. Oleh karena itu dibutuhkan ahli gizi yang
berkualitas dan berpengalaman.
Penyalahgunaan obat dan alkohol (alcohol and drug abuse) Elemen ini
sifatnya pencegahan dengan memberikan program bantuan pada para pekerja,
berupa informasi untuk meningkatkan kesadaran sendiri melalui berbagai
pendekatan seperti; demonstrasi, film dan bahan-bahan cetakan tertulis. Salah satu
materi yang dicetak mengenai pengaruh yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan
yang tidak semestinya.
26
Beberapa topik yang tetap paling menarik adalah kanker (dengan segala
bentuknya), penyakit jantung, masalah tulang punggung dan musculoskeletal
lainnya, kedokteran olah raga, diabetes, AIDS dan gangguan mental. Pada
umumnya materi yang disampaikan antara lain : Materi yang berkaitan dengan
peningkatan kesadaran pekerja terhadap bahaya-bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaannya.
Pelatihan P3K dan CPR (CPR and first aid training) Elemen ini prinsipnya
memberikan program pelatihan keselamatan pekerja. Beberapa para ahli kesehatan
kerja mempercayai bahwa setiap pekerja harus tahu mengenai CPR dan paling
sedikit mengetahui dasar-dasar pertolongan pertama, agar para pekerja paling
27
sedikit bisa berjaga-jaga bila terjadi musibah/kecelakaan. Sebenarnya tempat kerja
merupakan tempat yang baik untuk merealisasikan tujuan pelatihan ini. Jika semua
pekerja mempunyai keterampilan ini maka secara nyata keuntungan dapat
diperoleh baik bagi pekerja maupun pengusaha. Sedangkan mengenai CPR,
sebagian besar tempat kerja yang mempunyai pekerja yang setiap saat mendapat
serangan jantung pada saat bekerja, biasanya pekerja lain termotivasi tinggi untuk
mempelajari CPR setelah terjadinya beberapa insiden seperti kasus tadi.
28