Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

AREA TINDAKAN PROMOSI KESEHATAN

Disusun oleh kelompok II :

Nawira R.Sune
Siti Sahri Wulan Marundu
Wilda Marsela Pontoh
Anillfa S. Willah
Andi Sarifsa Bulgis
Indra U. Pobau
Devi Aggraini
Ismail Sumaga

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

5
A. Promosi Kesehatan

Beberapa definisi promosi kesehatan yang telah dikemukakan, salah satunya definisi
Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat
secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan
cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup.
Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari social dan
kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggung jawab pada sektor
kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al, 2007).

Disisi lain Nutbeam dalam Keleher, et.al (2007) menerangkan bahwa promosi
kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan
pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu , tetapi juga perubahan sosial,
lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat.
Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan
masyarakat.

WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategii inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian,
sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada
perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan
kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk
meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).

Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah
sempit, menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi
kesehatan, yaitu :

1. membangun kebijakan kesehatan publik


2. menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan

6
3. memberdayakan masyarakat
4. mengembangkan kemampuan personal
5. berorientasi pada layanan kesehatan
6. promote social responbility of health
7. meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social
8. meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan
9. memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat.
10. infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan

Pada realitasnya, area-area promosi kesehatan itu harus dilakukan dengan


menekankan pada prioritas supaya pelaksanaannya lebih terarah, efektif dan tepat sehingga
tujuan tercapai. Pada tahun 2011 sampai dengan 2016 area prioritas promosi kesehatan,
adalah

1. social determinant of health, yang termasuk determinan sosial untuk kesehatan ini
adalah kebijakan-kebijakan kesehatan, health equity, kesenjangan social termasuk juga
persoalan-persoalan ekonomi.

2. Non-Communicable disease control and prevention. Di Indonesia, data penyakit


tidak menular sebagai berikut, proporsi angka kematian penyakit tidak menular meningkat
dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Hasil Riskesdas tahun 2007
menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, seperti hipertensi
(31,7 %), penyakit jantung (7,2%), stroke (0,83%), diabetes melitus (1,1%) dan diabetes
melitus di perkotaan (5,7%), asma (3,5%), penyakit sendi (30,3%), kanker/tumor (0,43%),
dan cedera lalu lintas darat (25,9%). Stroke merupakan penyebab utama kematian pada
semua umur, jumlahnya mencapai 15,4%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%, diabetes melitus
5,7%, kanker 5,7%, penyakit saluran nafas bawah kronik (5,1%), penyakit jantung iskemik
5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%. Faktor risiko penyakit tidak menular meliputi
pola makan tidak sehat seperti pola makan rendah serat dan tinggi lemak serta konsumsi
garam dan gula berlebih, kurang aktifitas fisik (olah raga) dan konsumsi rokok. Artinya
bahwa perubahan pola penyakit di atas sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan,
transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya. Penyakit tidak menular menjadi
salah satu tantangan dalam pembangunan bidang kesehatan.

7
3. health promotion system, berkaitan dengan infrasturktur atau hal-hal yang yang
mendukung promosi kesehatan, seperti kempetensi, alat dan pengalaman, penelitian dan
pengembangan tentunya dengan melibatkan budaya, systemn dan teknologi-teknologi
terbaru.

4. promosi kesehatan yang berkelanjutan, melingkupi pendekatan-pendekatan


kemitraan, pendekatan lingkungan, pencegahan bencana dan manajement pasca bencana.
Di saat melakukan promosi kesehatan dalam area-area tersebut maka dibutuhkan suatu
strategi atau pendekatan-pendekatan tertentu supaya hasil yang didapatkan efektif dan
tepat. Keleher, et.al (2007) menyampaikan 5 (lima ) strategi (pendekatan) sebagai berikut :

1. primary care / pencegahan penyakit


2. pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku
3. partisipasi pendidikan kesehatan
4. community action
5. socio-ecological health promotion.

Masing-masing dari pendekatan tersebut mempergunakan metode-metode / teknik


yang berbeda-beda, misalnya kita akan melakukan suatu promosi kesehatan yang
berkelanjutan (area no 4) maka strategi yang dapat digunakan salah satunya adalah dengan
pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku. Bilamana mempergunakan strategi ini maka
media informasi kesehatan, kelompok-kelompok diskusi, pengembangan ketrampilan
personal akan lebih tepat sebagai metodenya. Dan tentunya pemilihan pendekatan atau
metode selalu didahului dengan community analysis, karena menurut Dignan & Carr
(1992) bahwa dalam setiap upaya promosi kesehatan melalui langkah-langkah berikut ini :
Community analysis, targeted assessment, program plan development, implementation,
evaluation.

Sebagai bentuk kesinambungan promosi kesehatan maka langkah-langkah promosi


kesehatan tidak bisa dilepaskan dari monitoring dan evaluasi. Suatu monitoring adalah
Berikut ini tipe-tipe evaluasi (Fertman & Allensworth, 2010)

1) Formative evaluation, menekankan pada informasi dan materi-materi


selama program perencanaan dan pengembangan.

8
2) Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis
yang didapat selama implementasinya.
3) Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang
akan dicapai,
4) Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan
hasil sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.

Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas,
sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan
lainnya mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju visi
Indonesia Sehat. Bilamana ditengok kembali hal ini sejalan dengan visi global.

B. Keselamatan Kerja

Menurut Siswowardojo (2003), keselamatan kerja adalah: Keselamatan dan


Kesehatan kerja secara definitif dikatakan merupakan daya dan upaya yang terencana
untuk mencegah terjadinya musibah kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Menurut
Suma’mur (2001), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara – cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan
rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

C. Kesehatan Kerja

Menurut Siswowardojo (2003), Kesehatan kerja adalah peningkatan dan


memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggi – tingginya, baik fisik, mental maupun
sosial, mencegah dan melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan akibat
lingkungan kerja dan faktor – faktor lain yang berbahaya, menempatkan tenaga kerja
dalam suatu lingkungan yang sesuai dengan faal dan jiwa serta pendidikannya,
meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas, serta mengusahakan agar masyarakat
lingkungan sekitar perusahaan terhindar dari bahaya pencemaran akibat proses produksi,
bahan bangunan, dan sisa produksi.

9
Sedangkan menurut Suma’mur (2001), berpendapat bahwa kesehatan kerja adalah:
Spesialisasi dari ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja ataupun masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginyabaik
fisik, mental maupun sosial, dengan usaha – usaha preventif dan kuratif terhadap faktor –
faktor pekerjaan, lingkungan kerja dan terhadap penyakit umum. Pendapat - pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja merupakan suatu kondisi dilingkungan
kerja yang bebas dari penyakit fisik dan mental. Perusahaan menjalankan program
kesehatan kerja untuk menjaga kesehatan kerja karyawannya secara fisik dan mental agar
produktivitas mereka.

D. Tempat Kerja

Definisi Tempat Kerja menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja, ialah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka ataupun tertutup,
bergerak maupun menetap, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki
orang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air amupun di
udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan Hukum Republik Indonesia. Sebagaimana
diperinci sebagai berikut:

1. Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam air maupun
di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan mesin,
pesawat, alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan.
3. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang
yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,
ataupun bersuhu tinggi.
4. Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan ataupun
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana dilakukan
pekerjaan persiapan.
5. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan.
10
6. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di
permukaan maupun di dalam bumi ataupun di dasar perairan.
7. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui
terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.
8. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, ataupun gudang.
9. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air.
10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan.
11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi
ataupun rendah.
13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda,
terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar.
14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.
15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan tempat kerja tersebut.

Pengertian (definisi) tempat kerja menurut OHSAS 18001:2007

Ialah lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali
organisasi (perusahaan).

Kemudian dalam penjelasannya pada pasal 1 ayat (1), dengan perumusan ini, maka
ruang lingkup dari Undang – Undang tersebut jelas ditentukan oleh 3 unsur, yaitu:

1) Tempat dimana dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha.


2) Adanya tenaga kerja yang sedang bekerja.
3) Adanya sumber bahaya dan resiko kerja yang ada di tempat kerja.

E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah ataupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya. Secara disiplin ilmu,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai “Ilmu dan penerapannya secara teknis
11
dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan.” Secara hukum, Keselamatan
dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai “Suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja
dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan
selamat serta sumber – sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan
produktif.”

Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan skala prioritas, karena dalam pelaksanaannya selain
dilandasi oleh peraturan perundang – undangan tetapi juga dilandasi oleh ilmu – ilmu
tertentu, terutama ilmu keteknikan dan ilmu kedokteran. Adapun tujuan dari Keselamatan
dan Kesehatan Kerja menurut Suma’mur (2001) antara lain:

1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan


untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
2) Menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman.

F. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja
merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :

1) Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.


2) Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma
Bronkhogenik.
3) Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-
faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4) Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.

12
G. FAKTOR PENYEBAB

Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang
digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak
mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan
dalam 5 golongan:

1) Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang


sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2) Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,
maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas,
larutan, awan atau kabut.
3) Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
4) Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara
kerja
5) Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

H. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah
yang dapat digunakan sebagai pedoman:

1. Tentukan Diagnosis klinisnya

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah
penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial
untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu

13
dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang
mencakup:

a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita


secara khronologis
b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
c. Bahan yang diproduksi
d. Materi (bahan baku) yang digunakan
e. Jumlah pajanannya
f. Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
g. Pola waktu terjadinya gejala
h. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS,
label, dan sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa
pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak
ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,

perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan
penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut.

Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka
pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan
membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis
penyakit akibat kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

14
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat
mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan
serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif
terhadap pajanan yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita
mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun
demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan
penyebab di tempat kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan
informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-
kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini
perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan
sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya
pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada
atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat
Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat
baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila
memungkinkan) dan data epidemiologis.

I. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Resiko yang ditanggung oleh masing-masing pekerja ini berbeda satu sama lainnya,
tergantung pada lingkungan kerja masing-masing karyawan tersebut. Oleh karena itu,

15
promosi kesehatan dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau tempat kerja yang
kondusif bagi karywan atau pekerjanya. Promosi kesehatan kerja adalah upaya
memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
diri serta lingkungannya.
Promosi kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek, sebagai
pelaku bukan sasaran, dan aktif berbuat bukan pasif menunggu. Upaya promosi kesehatan
yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan masyarakat di tempat
kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan
meningkatkan tempat kerja yang sehat.
Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah :
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
b. Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
e. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masayarakat. Dua
konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan lingkungannya
adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Secara mendasar promosi kesehatan di tempat kerja adalah perlu melindungi
individu (pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan
berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan
kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung
terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.
Keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja, secara umum : Promosi Kesehatan
di tempat kerja mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang sehat yang sangat penting
bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Sasaran dari Promosi Kesehatan Di tempat Kerja yakni :
a.         Primer : Karyawan di tempat kerja.
b.        Sekunder : Pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja.
c.         Tertier : Pengusaha dan manajer/ Direktur.

Keuntungan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja

16
No Bagi Perusahaan Bagi pekerja
Meningkatnya lingkungan tempat
Lingkungan tempat kerja
1 kerja yang sehat dan aman serta
menjadi lebih sehat
nyaman
2 Citra Perusahaan Positif Meningkatnya percaya diri
3 Meningkatkan moral staf Menurunnya stress
4 Menurunnya angka absensi Meningkatnya semangat kerja
5 Meningkatnya produktifitas Meningkatnya kemampuan
Menurunnya biaya kesehatan atau
6 Meningkatnya kesehatan.
biaya asuransi.
Lebih sehatnya keluarga dan
7 Pencegahan terhadap penyakit.
masyarakat

J. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja


PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu,
mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan tempat kerja sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :
a. Tidak merokok di tempat kerja.
b. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
c. Melakukan olahraga secara teratur atau aktifitas fisik.
d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang
air.
e. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
f. Menggunakan air bersih.
g. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
h. Membuang sampah pada tempatnya.
i. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.

Ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan di perusahaan dan
karyawan yaitu :
a. Lebih mengkomunikasikan dengan para karyawan tentang perhatian dan tujuan
yang terkait dengan kesehatan.

17
b. Mengimplementasikan program promosi kesehatan untuk membuat pemahaman
di tempat kerja.
c. Membuat komitmen tetap untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan
karyawan.
d. Memulai kegiatan program kesehatan.

K. Strategi Terbaik Untuk Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja


1) Implementasi program perubahan gaya hidup karyawan (Berhenti merokok,
Program Fitness, Meningkatkan nutrisi, pengurangan stress dll).
2) Program konsultasi dan penilaian resiko kesehatan di perusahaan.
3) Menunjukkan dukungan manajemen terhadap program promosi kesehatan
khususnya membangun pernyataan misi promosi kesehatan perusahaan.
4) Membangun budaya organisasi yang fleksibel, dukungan masyarakat, responsif
terhadap kebutuhan karyawan.
5) Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas rokok dan
minuman keras dan narkoba di tempat kerja.
6) Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan pertemuan
secara reguler.
7) Mengawasi efektivitas, biaya, keuntungan dan partisipasi dalam program
promosi kesehatan.
8) Membuat dan memelihara fasilitas promosi kesehatan dengan menghubungkan
audit kualitas lingkungan kerja pada interval reguler dan ambil langkah untuk
identifikasi alamat area yang bermasalah.
9) Komunikasi secara reguler dengan karyawan untuk menghormati promosi
kesehatan

L. Kunci Efektivitas Program Kesehatan Di Tempat Kerja


1) Menunjukkan keterlibatan dan dukungan manajemen pada program kesehatan.
2) melibatkan karyawan dalam tahapan perencanaan program.
3) Tawarkan program pada waktu dan tempat yang menyenagkan bagi karyawan.
4) Membuat tujuan program dan identifikasi kebutuhan kesehatan karyawan.
5) Berikan hadiah terhadap prestasi dan keikutsertaan dalam pencapaian tujuan
program.

18
6) Meyakinkan karyawan bahwa status kesehatan mereka adalah sangat penting.
7) Berikan program yang bervariasi untuk mempertemukan kebutuhan karyawan.
8) Membuat lingkungan tempat kerja mendukung usaha perubahan gaya hidup.
9) Membantu karyawan untuk mengerti dampak dari masalah kesehatan.

M. Langkah Mengembangkan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja


Mengembangkan Promosi Kesehatan Di tempat Kerja dapat melalui 8 langkah yaitu :
1) Menggalang dukungan manajemen.
Untuk mengembangkan Promosi kesehatan di tempat kerja, dukungan dan komitmen
dari para pengambil keputusan dari semua pihak sangat penting sekali. Ini termasuk
bukan saja sebagai sponsor, tetapi komitmen untuk pelaksanaan Promosi kesehatan
tersebut. Para manager hendaknya membuat program dan informasi umum tentang
pelaksanaan promosi kesehatan yang diedarkan keseluruh staf untuk di diskusikan.
2) Melaksanakan koordinasi.
Untuk lancarnya proses jalannya pelaksanaan, para pengambil keputusan membentuk
kelompok kerja (team) yang baik, contohnya panitia dari bagian kesehatan, bagian
keselamatan, lingkungan dan ketenagaan. Kelompok kerja tersebut hendaknya
mengikuti semua komponen yang terkait di semua tingkatan di tempat kerja maupun di
sektor terkait.
3) Penjajakan Kebutuhan
Team hendaknya melakukan need assessmen. Hal ini untuk mengumpulkan segala
informasi yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan dari
need assessmen ini adalah mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi kesehatan
dan menjadikan nya program.
4) Memprioritaskan Kebutuhan .
Team memproiritaskan masalah berdasarkan keinginan dan kebutuhan masalah –
masalah yang mempengaruhi kesehatan.
5) Menyusun perencanaan.
Berdasarkan prioritas masalah dan kebutuhan, team mengembangkan perencanaan
yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek lengkap dengan goal dan tujuan,
strateginya, aktifitasnya, biaya dan jadwal pelaksanaan. Biaya perencanaan hendaknya
diajukan setiap tahun anggaran
6) Monitoring dan Evaluasi.

19
Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk melihat seberapa
baiknya program tersebut terlaksana, untuk mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-
masalah yang ditemui dan umpan balik (feedback) untuk perbaikan
7) Revisi dan perbaikan program.
Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada kekurangan dan masukan yang
perlu untuk pertimbangan dalam melakukan perbaikan program, sekaligus merevisi hal
yang sudah ada

N. Pekerja

Memahami Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu bekerja untuk
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan baik diri mereka sendiri dan
untuk masyarakat. (UU No. 13 tahun 2003). Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu bekerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hubungan ini,
pembentukan tenaga kerja adalah untuk meningkatkan efektivitas kemampuan untuk
melakukan pekerjaan itu. (UU No. 14 Tahun 1969).

O. Tujuan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah untuk mempengaruhi sikap


masing-masing pekerja mengenai kesehatannya secara individu, sehingga dari hari ke
hari mereka akan menentukan keputusan atas pilihannya secara personal, menuju gaya
hidup yang sehat dan lebih positif.

Tujuan khusus secara jelas harus dinyatakan dan disampaikan pada semua pekerja
yang berpartisipasi dalam program. Yang termasuk tujuan khusus adalah sbb;

1) Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara gaya hidup yang sehat
dan positif.

20
2) Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara kebiasaan makan
makanan dengan kandungan gizi yang optimal. Mempengaruhi pekerja untuk
berhenti merokok.
3) Mempengaruhi pekerja untuk mengurangi/menurunkan/menghilangkan
penyalahgu- naan obat dan alkohol.
4) Membantu pekerja untuk terbiasa mengatasi stress yang dialami dalam
kehidupannya.
5) Mengajarkan pekerja mengenai kemampuan P3K dan CPR.
6) Mengajarkan pekerja mengenai penyakit umum dan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaannya serta bagaimana mencegah serta
meminimalisasi akibatnya.
7) Mengadakan penilaian menyeluruh secara medis.

P. Pendekatan-Pendekatan Program Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Langkah-langkah strategi promosi kesehatan di tempat kerja dilaksanakan melalui


Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pekerja (PPMP ~ Primary Health Care
Approach). Untuk mencapai sasaran masyarakat pekerja diperlukan pendekatan
sistemik yang mampu mengajak partisipasi dari masyarakat pekerja. Ciri PPMP ini
adalah : Penyelenggaraan program promosi kesehatan di tempat kerja harus bertumpu
pada partisipasi aktif masyarakat pekerja atau kerja sama interaksi antara
penyelenggara program promosi kesehatan di tempat kerja dengan masyarakat pekerja
di tempat kerja sasaran.

Adanya konsepsi dan pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja


Adanya kegiatan program promosi kesehatan di tempat kerja yang diselenggarakan
melalui kemitraan triparteit (pemerintah, manajemen tempat kerja dan pekerja atau
serikat pekerja).

Tahapan langkah-langkah dari pendekatan pemberdayaan masyarakat pekerja


sebagai berikut :

1. Melakukan advokasi & sosialisasi

21
Advokasi secara umum ialah suatu bentuk komunikasi yang berlangsung dari
pihak yang lemah kepada yang lebih kuat (berkuasa). Dalam hal tempat kerja dapat
dianalogikan dengan komunikasi antara pekerja dengan pihak manajemen tempat
kerja, dengan tujuan agar hak-hak pekerja atas promosi kesehatan dapat diperoleh
atau terpenuhi. Sosialisasi adalah kegiatan mendiseminasikan pesan ke semua arah
(horizontal), yang dalam konteks tempat kerja adalah pada semua pekerja di semua
tingkatan, agar semua pekerja mengetahui, memahami dan mengamalkan pesan yang
diprogramkan oleh manajemen tempat kerja. Jadi lebih jauh lagi agar semua pekerja
berpartisipasi sesuai dengan apa yang diharapkan melalui pesan tersebut.

2. Telaah mawas diri (workers community diagnosis)

Telaah mawas diri sebenarnya merupakan ajang diagnosis masalah oleh


masyarakat pekerja terhadap kondisi kesehatan kerja mereka. Secara singkat dapat
digambarkan bahwa masyarakat pekerja diajak untuk mengenali keadaan kesehatan
kerja mereka sendiri, disamping mendeteksi potensi yang ada di sekeliling mereka.
Atas dasar kedua hal ini (masalah dan potensi), dibuatlah diagnosis masalah
kesehatan kerjanya. Dalam hal ini, kewajiban bagi manajemen tempat kerja adalah
mencarikan cara yang tepat agar mempermudah mereka dalam mengenali masalah
dan menggali potensi yang mereka miliki.

Musyawarah masyarakat pekerja (workers community prescription)


Musyawarah masyarakat pekerja merupakan kegiatan worker’s community
prescription untuk mengatasi segala yang berhubungan dengan kesehatan kerja yang
mereka alami. Tentu saja penyelesaian masalah ini diutamakan dengan menggunakan
potensi setempat. Resep ini belum tentu rasional, oleh karena itu adalah kewajiban
manajemen tempat kerja untuk menuntun mereka membuat resep yang rasional.
Wujudnya berupa rencana kegiatan yang sederhana, dapat dijangkau dengan sumber
daya setempat, tetapi memberi sumbangan besar pada upaya mengatasi masalah
kesehatan kerja setempat.

Pelaksanaan kegiatan (workers community treatment)


Dalam hal ini, masyarakat pekerja menjalankan upaya penanggulangan masalah.
Serangkaian kegiatan yang disusun diharapkan dapat secara bertahap mengatasi

22
masalah-masalah kesehatan kerja yang mereka hadapi, sekaligus membuktikan
apakah �resep� mereka sudah tepat. Namun perlu dipantau agar bila ternyata
ada kekeliruan, bisa segera diperbaiki.

3. Memantau/menyesuaikan

Selama program promosi kesehatan di tempat kerja berlangsung, pemantauan


perlu dilakukan. Setiap perubahan perilaku yang terjadi perlu diperhitungkan, dan
perubahan lingkungan baik yang positif (mendukung) maupun yang negatif
(menghambat) perlu diketahui, diantisipasi dan dihadapi secara tepat. Dengan
demikian program promosi kesehatan dapat berjalan terus, berkembang dan
mencapai sasarannya.

4. Evaluasi

Pada akhirnya setelah program dijalani sesuai rencana, maka dilakukan


evaluasi ; apakah proses pelaksanaan berlangsung sesuai dengan rencana?, apakah
ada perubahan perilaku pekerja kearah positif?, apakah perubahan keadaan
sehubungan dengan promosi kesehatan yang dilakukan?

5. Pembinaan dan pengembangan

Kegiatan pembinaan dan pengembangan merupakan siklus lanjut dari lingkaran


pemecahan masalah-masalah kesehatan kerja. Pada satu periode akhir kegiatan, tahap
selanjutnya adalah worker community development yang kemudian berputar kembali
ke langkah workers community diagnosis, workers community prescription dan
workers community treatment, Inspection/adaptation, evaluation sebab akan timbul
problematik baru yang lebih tinggi tingkatnya. Bila ini berjalan, maka akan terjadi
proses pembinaan dan pengembangan sesuai dengan tingkat perkembangan
masalahnya.

Q. Program Promosi Kesehatan

Program promosi kesehatan di tempat kerja berbeda dengan kebugaran


untuk bekerja (fitness to work) atau program surveillans kesehatan. Fokus program

23
ini terletak pada pencapaian strategi gaya hidup dan kesehatan pekerja. Sifatnya
sukarela dan secara tak langsung mempengaruhi pekerja.

Kegiatan program promosi kesehatan yang tepat adalah dengan


menawarkan/memberikan program yang bervariasi pada masyarakat pekerja dan
disesuaikan dengan kondisi tempat kerja. Kebanyakan program promosi kesehatan
ini mengawalinya dengan komponen kebugaran, screening terhadap faktor risiko
jantung, kegiatan pendidikan kesehatan yang menitikberatkan pada masalah
penghentian merokok dan kesehatan umum, dan berbagai kegiatan pelatihan antara
lain ; bagaimana untuk membiasakan mengangkat suatu benda dengan tidak
menciderai punggung.

Program-program ini dirancang dalam kerangka program promosi


kesehatan yang dilakukan di tempat kerja, dimana fokus perhatiannya diutamakan
pada kebiasaan-kebiasaan sehat yang dilakukan pekerja, selain pada upaya
memberikan perlindungan terhadap pekerja dari bahaya-bahaya yang berhubungan
dengan pekerjaannya. Perlu di ketahui bahwa implementasi program promosi
kesehatan di tempat kerja merupakan faktor pendukung yang sangat penting untuk
meningkatkan kesehatan pekerja. Di beberapa negara, pelaksanaan promosi
kesehatan di tempat kerja tidak hanya dilakukan oleh para ahli kesehatan kerja tapi
banyak dilakukan oleh kelompok-kelompok pekerja sehat yang independen.
Kegiatan-kegiatan ini harus dikoordinasikan dengan kegiatan pelayanan kesehatan
kerja sehingga ada efek relevansi, feasibiliti dan sustainabelnya.

Perkembangan terbaru di beberapa negara seperti ; di Belanda dan Finlandia


adalah menetapkan kegiatan promosi kesehatan kerja dalam kerangka pelayanan
kesehatan kerja. Dimana masing-masing kegiatan bertujuan untuk peningkatan dan
pemeliharaan kemampuan kerja pekerja melalui tindakan promosi kesehatan dan
pencegahan dini terhadap gangguan kesehatan pekerja, lingkungan kerja dan
organisasi kerja. Penilaian efek program promosi kesehatan di tempat kerja adalah
bagian yang essensial dari manajemen keseluruhan program. Program yang tidak
populer dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
pekerja. Faktor ini juga perlu diperhatikan dalam mengenalkan kegiatan-kegiatan
yang baru. Begitupun bagi pengusaha kecil, mereka dapat mengembangkan

24
program promosi kesehatan melalui sharing subsidition atas keikutsertaan pekerja
di dalam klub-klub kesehatan setempat.

Jika program dikelola dengan baik, sebenarnya cukup besar keuntungan


yang didapat yakni; menumbuhkan semangat para pekerja untuk senantiasa
membiasakan diri bertindak aman dan sehat di tempat kerja dan meningkatkan
kebugaran diantara pekerja serta dapat meningkatkan moral/semangat pekerja
untuk bertindak positif.

1. Penetapan program

Sebelum suatu program diluncurkan, maka para pekerja harus ditentukan


tingkat pengetahuan dan sikapnya mengenai kesehatan dan tingkat perilakunya
pada akhir-akhir ini. Adalah penting untuk membuka hubungan komunikasi pada
permulaan diluncurkannya program. Karena diyakini pelaksanaan program akan
berhasil diterapkan dan memberikan hasil yang dapat diukur. Di saat sekarang, jika
pengusaha berharap untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari dampaknya
terhadap ekonomi perusahaan, lalu angka kemangkiran, turnover rate, biaya
asuransi kesehatan, angka kecelakaan dan ukuran-ukuran lain dari produktivitas
pekerja, maka program tersebut perlu dilakukan pemilihan dan didokumentasikan
sebelum program mulai diluncurkan.

2. Elemen Program

Kebugaran fisik (physical fitness) Elemen ini fokusnya latihan aerobik,


ketahanan dan kekuatan otot serta kelenturan tulang sendi. Strategi program yang
dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok dan diatur sesuai jenis
kelamin dan berbagai kelompok umur. Semua program yang dilaksanakan harus
diawasi oleh penasehat kebugaran baik secara langsung maupun tidak langsung dan
setiap peserta harus sehat secara medis sebelum masuk. Program harus dapat
mengakomodasi pekerja yang mengalami cacat fisik dan masing-masing kegiatan
kebugaran dilakukan tes secara reguler untuk mangukur kemajuan yang dicapai
oleh pekerja.

25
Kontrol berat badan dan gizi (nutrition and weight control) Elemen ini
memberikan petunjuk yang benar mengenai berat badan dan gizi secara personal
dan memberikan pengetahuan dan informasi terbaru mengenai kontrol berat badan
dan gizi sehat. Secara khusus biasanya ditujukan pada diit faktor risiko penyakit
jantung, diabetes dan kegemukan. Oleh karena itu dibutuhkan ahli gizi yang
berkualitas dan berpengalaman.

Manajemen stress (stress management) Fokus elemen ini adalah pemberian


dukungan dan motivasi pada para pekerja dalam hal mengatasi stress dalam
kehidupan kerjanya sehari-hari dan kadang-kadang termasuk dukungan pada
kejadian-kejadian tertentu yang menimbulkan stress. Program yang diberikan
sifatnya membantu pekerja dengan memberikan petunjuk dan nasehat serta
psikoterapi.

Penghentian merokok (smoking cessation) Elemen ini menerapkan berbagai


teknik untuk membantu pekerja berhenti merokok. Penyusunan program didasarkan
atas informasi yang didapat dari pekerja yang berhenti merokok. Yang paling
banyak dilakukan di tempat kerja adalah dengan menerapkan metode yang tidak
disukai (aversion) misalnya; kebijakan larangan merokok di tempat kerja.

Penyalahgunaan obat dan alkohol (alcohol and drug abuse) Elemen ini
sifatnya pencegahan dengan memberikan program bantuan pada para pekerja,
berupa informasi untuk meningkatkan kesadaran sendiri melalui berbagai
pendekatan seperti; demonstrasi, film dan bahan-bahan cetakan tertulis. Salah satu
materi yang dicetak mengenai pengaruh yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan
yang tidak semestinya.

Pendidikan kesehatan (health education) Elemen ini sangat populer sekali.


Disini, para pekerja mempelajari masalah yang berkaitan dengan medis secara
umum dan bagaimana memelihara kesehatan diri mereka beserta keluarganya.
Informasi yang diberikan meliputi; bagaimana masalah tersebut dideteksi,
patofisiologi dasar dan bagaimana kondisi-kondisi yang dialami dapat dicegah dan
dikontrol.

26
Beberapa topik yang tetap paling menarik adalah kanker (dengan segala
bentuknya), penyakit jantung, masalah tulang punggung dan musculoskeletal
lainnya, kedokteran olah raga, diabetes, AIDS dan gangguan mental. Pada
umumnya materi yang disampaikan antara lain : Materi yang berkaitan dengan
peningkatan kesadaran pekerja terhadap bahaya-bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaannya.

Risiko kesehatan kerja, fokus pada bahaya-bahaya potensial dan langkah


preventif praktis. Bagaimana melindungi kesehatannya, termasuk tindakan proteksi
dan penggunaan APD. Motivasi kerja pekerja untuk berperilaku yang sehat dan
aman di tempat kerja.

Materi mengenai keberadaan bahaya kerja di tempat kerja. Materi mengenai


pengenalan terhadap teknologi peralatan baru, berikut standar operasional
prosedurnya. Materi pengetahuan mengenai ; bagaimana mengeliminasi atau
meminimalisasi risiko di tempat kerja dan mencegah atau mengurangi
cidera/penyakit akibat kerja.

Standar kesehatan dan keselamatan yang berhubungan dengan tempat kerja.


Materi yang disampaikan harus ditulis dalam bahasa yang dimengerti oleh pekerja.
Informasi disediakan secara berkala dan menitikberatkan pada substansi/peralatan
baru dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan kerja. Pendidikan
kesehatan pada pekerja memainkan peran penting dalam peningkatan kondisi kerja
dan lingkungan kerja. Secara substansial, upaya meningkatkan kesehatan dan
keselamatan dan kesejahteraan di tempat kerja sering mengalami hambatan, hal ini
dikarenakan kurangnya kesadaran dari elemen yang terlibat. Untuk mengatasi ini
maka peran pendidikan kesehatan bagi pekerja penting sekali karena dapat
memfasilitasi baik dalam menemukan/pencarian masalah-masalah maupun
implementasi pemecahannya.

Pelatihan P3K dan CPR (CPR and first aid training) Elemen ini prinsipnya
memberikan program pelatihan keselamatan pekerja. Beberapa para ahli kesehatan
kerja mempercayai bahwa setiap pekerja harus tahu mengenai CPR dan paling
sedikit mengetahui dasar-dasar pertolongan pertama, agar para pekerja paling

27
sedikit bisa berjaga-jaga bila terjadi musibah/kecelakaan. Sebenarnya tempat kerja
merupakan tempat yang baik untuk merealisasikan tujuan pelatihan ini. Jika semua
pekerja mempunyai keterampilan ini maka secara nyata keuntungan dapat
diperoleh baik bagi pekerja maupun pengusaha. Sedangkan mengenai CPR,
sebagian besar tempat kerja yang mempunyai pekerja yang setiap saat mendapat
serangan jantung pada saat bekerja, biasanya pekerja lain termotivasi tinggi untuk
mempelajari CPR setelah terjadinya beberapa insiden seperti kasus tadi.

28

Anda mungkin juga menyukai