Disusun Oleh :
Selvi Annisyah
P05170020032
BENGKULU
Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman
kemerdekaan istilahnya propaganda) di bidang kesehatan sudah dilakukan dengan tujuan untuk
memberi penerangan kepada masyarakat tentang kesehatan. Upaya propaganda pada waktu itu
dilakukan dalam bentuk yang sederhana melalui pengeras suara atau dalam bentuk gambar dan
poster. Juga melalui film layar tancap. Cara-cara itu kemudian berkembang, karena dirasakan
propaganda kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya perubahan atau perbaikan perilaku
hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkanlah upaya pendidikan kesehatan masyarakat
(health education) yang dipadukan dengan upaya pembangunan masyarakat (community
development) atau upaya pengorganisasian masyarakat (community organization) Upaya ini
berkembang pada tahun 1960 an, sampai kemudian mengalami perkembangan lagi pada tahun
1975 an, menjadi "Penyuluhan Kesehatan". Meski fokus dan caranya sama, tetapi istilah
"Pendidikan Kesehatan" itu berubah menjadi "Penyuluhan Kesehatan, karena pada waktu itu
istilah "pendidikan" khusus dibakukan di lingkungan Departemen Pendidikan. Pada sekitar tahun
1995 istilah Penyuluhan Kesehatan itu berubah lagi menjadi "Promosi Kesehatan Perubahan itu
dilakukan selain karena hembusan perkembangan dunia (Health promotion mulai dicetuskan di
Ottawa pada tahun 1986), juga sejalan dengan "Paradigma Sehat, yang merupakan arah baru
pembangunan kesehatan di Indonesia. Istilah itulah yang berkembang sampai sekarang.
Mengenai istilah Promesi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan. Mula-mula
dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 (dikenal dengan "Ottawa Charter"), yang oleh
WHO) promosi kesehatan didefinisikan sebagai: "the process of enabling people to control over
and improve their health", Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi:
"Prosex pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai dengan sekarang (Pusat) Promosi
Kesehatan Depkes 2005)
Salah satu pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah perilaku sehat, disamping dua pilar
lainnya yaitu: lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata
Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-program pokoknya. Dalam
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan bahwa salah satu program pokok
pembangunan kesehatan adalah peningkatan perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat. yang
karenanya menempatkan Promosi Kesehatan sebagai salah satu program unggulan. Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis (Renstra)
Depkes 2005-2009 juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan merupakan program tersendiri
dan diposisikan pada urutan pertama. Dengan demikian Promosi Kesehatan (termasuk PHBS),
yang berorientasi pada perilaku hidup sehat, semakin memperoleh pijakan yang kuat.
Selanjutnya Promosi Kesehatan menyusun visi, misi dan program kegiatannya, serta sasaran atau
target yang harus dapat terukur. Dalam kaitan itu ditetapkan Visi Promosi Kesehatan yaitu:
"PHBS 2010", yang mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang
berbudaya sehat. Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah:
Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh Promosi
Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan fokus upaya dan kegiatan
yang perlu dilakukan. Berdasarkan visi dan misi tersebut, maka memunculkan Strategi Promosi
Kesehatan sebagai berikut:
1. Advokasi (advocacy).
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah
pendekatan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan diberbagai
tingkatan sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan
Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan lain sebagainya.
2. Bina Suasana
Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar
masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan
untuk membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.
Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri.
Dari visi, misi dan strategi tersebut direncanakan delapan kegiatan pokok, yaitu:
1. Upaya advokasi.
2. Pembinaan suasana.
3. Pemberdayaan masyarakat.
4. Pengembangan kemitraan.
5. Pengembangan SDM.
6. Pengembangan Iptek Promosi Kesehatan.
7. Pengembangan media dan sarana
8. Pengembangan infrastruktur Promosi kesehatan
Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Promosi Kesehatan
a. Faktor Pendukung
Petugas khusus promosi kesehatan selalu berkoordinasi dengan semua petugas kesehatan di
Puskesmas Dinoyo dalam memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat. Sarana dan
prasarana seperti ruang kerja staff, komputer, media promosi, dan lain sebagainya yang memadai
membuat proses kerja nyaman dalam hal implementasi promosi kesehatan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan khusus untuk promosi kesehatan. Sumber daya manusia pada bagian promosi
kesehatan maupun tenaga kesehatan pada masyarakat hampir seluruhnya memiliki latar
pendidikan yang mumpuni dalam hal pemberian informasi kesehatan. Memiliki petunjuk teknis
dalam pelaksanaan promosi kesehatan untuk penyuluhan kepada masyarakat sebagai pegangan
dalam melakukan promosi kesehatan.
b. Faktor Penghambat
Hambatan-hambatan yang terjadi ini berasal dari dalam organisasi maupun diluar. Hambatan
dari dalam dapat dilihat dari keterrsediaan sumber daya manusia, struktur organisasi, dana,
sarana dan fasilitas, informasi serta aturan sistem dan prosedur yang jelas. Hambatan dari luar
dapat dilihat dari kekuatan yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung seperti
aturan, sasaran, kondisi ekonomi, politik, sosial budaya dan sebagainya. Selain adanya faktor
pendukung, di dalam organisasi apapun tentunya terdapat pula faktor-faktor penghambat yang
mempengaruhi serta dapat menentukan jalannya keberhasilan dalam melaksanakan promosi
kesehatan.
Pemantauan dan Penilaian Promosi Kesehatan
Pemantauan dan penilaian merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh setiap pengelola program, agar upaya yang telah dilakukan dapat diketahui
proses pelaksanaannya, ada tidaknya hambatan/permasalahan, penggunaan sumberdaya, serta
hasil kegiatan sesual atau tidak dengan tujuan program yang ditetapkan.
Penilaian upaya promosi kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui hasil kegiatan promosi kesehatan serta sejauhmana indikator kinerja promosi
kesehatan di puskesmas dapat tercapai. Kegiatan penilaian diarahkan untuk melihat dan
mengetahui pencapaian Dalam melaksanakan evaluasi program, sangatlah berguna apabila untuk
menguji tipe kajian evaluasi. Tipe-tipe evaluasi dapat digolongkan menjadi :
Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan penilaian mengacu pada langkah – langkah kegiatan
pemantauan dan penilaian promosi kesehatan tersebut yaitu:
A. Pengertian
PHBS di Tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk menyadarkan keluarga dan masing
masing anggota keuarga agar memilki kemaunan dan kemampuan dalam mempraktikkan
PHBS.Sehingga keluarga dan seluruh anggota keluarga dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Rumah tangga atau keluarga yang
sehat dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan PHBS dan menciptakan dukungan
lingkungan yang sehat.
Rumah tangga atau keluarga yang sehat merupakan aset utama pembangunan yang perlu
dipelihara terus menerus, ditingkakan dan dilindungi kesehatannya. Sehingga perlu dilakukan
upaya upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga
atau anggota keluarga untuk melaksanakan PHBS, dan ikut berperan aktif dalam gerakan PHBS
di masyarakat.
Masalah kesehatan yang ada di masyarakat sangatlah banyak dan beragam macamnya.
Penulusuran dari rumah ke rumah merupakan cara paling efektif untuk mengetahui secara nyata
masalah kesehatan yang sebenarnya dihadapi oleh masyarakat. Sebagian masyarakat ada yang
menyadari dan juga ada yang tidak menyadari bahwa ada masalah kesehatan yang sedang
dialami
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis Peningkatan
derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku sehingga peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat perlu memperoleh perhatian utama dalam pembangunan kesehatan. Aspek
perilaku merupakan hal yang paling penting agar terwujud status kesehatan masyarakat yang
semakin meningkat. Seluruh anggota masyarakat, baik secara individu maupun kelompok harus
berperilaku hidup sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan
peningkatan kesehatan masyarakat tersebut, maka pemerintah membuat suatu program yang
dinamakan “Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota 3 rumah tangga agar
tahu, mau, dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat. Keluarga merupakan lembaga terkecil dari masyarakat, maka
pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari pemberdayaan keluarga. Keluarga mempunyai
peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi
komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses
pendidikan perilaku. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit
menular dan tidak menular. Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah
tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS
Rumah Tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga,
yaitu :
D. Sasaran
1. Pus
2. Ibu hamil dan menyusui
3. Anak dan remaja
4. Usila
5. Pengasuh anak
2. Tahap Pengkajian
a. Pengkajian masalah penyakit dan resiko penyakit
b. Pengkajian sumber daya
c. Pemetaan wilayah
d. Pengkajian sumber daya
3. Tahap Perencanaan
a. Menentukan Prioritas
b. Menentukan Tujuan
c. Menentukan jenis kegiatan/intervensi
d. Jadwal kegiatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator
yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :
Mengingat jumlah anak di indonesia rata-rata 30% dari total penduduk Indonesia dan usia
sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) sehingga berpotensi sebagai agen perubahaan untuk mempromosikan PHBS, baik
dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Jika tiap sekolah memiliki 20 kader kesehatan
saja maka ada 5 juta kader kesehatan yang dapat membantu terlaksananya dua strategi utama
Departemen Kesehatan Munculnya sebagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah
(usia 6-10), ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai
PHBS disekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pedekatan usaha
kesehatan Sekolah (UKS). PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu dan mau serta mampu mempraktikan PHBS dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Kegiatan PHBS ini juga akan mendukung
program/kegiatan pemerintah dibidang penilaian sekolah
Untuk mengetahui implementasi kegiatan usaha kesehatan sekolah yang ada di T. Untuk
mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan kegiatan usaha
kesehatan sekolah yang ada di TK .
b. Air tidak boleh keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur,
sampah, busa dan kotoran lainnya.
c. Air tidak boleh berasa, harus bebas dari bahan kimia beracun,
tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak
pahit.
d. Air tidak boleh berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau
bau belerang.
e. Air tersebut segar, artinya suhu air tidak melebihi suhu udara
luar.
2. Menggunakan jamban
3. Membuang sampah pada tempatnya
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
sumber hasil aktivitas manusia maupun alam.Secara garis besar, sampah dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu :
a. Sampah anorganik/kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami,
contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol.
c. Sampah berbahaya, contoh : batere, botol racun nyamuk, atau jarum suntik bekas.
Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah jugamengundang kuman penyakit.
Oleh karena itu sampah harus dibuang di tempat sampah.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
terdiri atas tempat jongkokatau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
a. Jenis jamban
1. Jamban cemplung
Jamban yang penampungannya berupa lubang berfungsi menyimpan dan meresapkan
cairan kotoran / tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk
jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
2. Jamban tangki septik / leher angsa
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air
yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian / dekomposisi kotoran manusia yang
dilengkapi dengan resapannya.
b. Alasan harus menggunakan jamban
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit
Diare, Kolera, Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan,
penyakit kulit dan keracunan.
Tujuan :
a. Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebi bersih, indah dan sehat,
sehingga meningkatkan citra tempat umum.
b. Meningkatkan pendapatkan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari meningkatnya
kunjungan pengguna tempat-tempat umum.
a. Peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
kabupaten/kota yang baik.
b. Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan
PHBS di tempat-tempat umum.
PHBS Di Pasar :
PHBS di Angkutan Umum (Bus, Angkot, Kereta, Pesawat, Kapal Laut, dll)
Sasaran :
1. Sasaran primer :
Pengunjung atau pengguna
2. Sasaran sekunder :
Pegawai atau karyawan
3. Sasaran Tersier :
Direksi atau pemilik
Konsep Manajemen Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat Kerja
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tempat kerja merupakan upaya
memberdayakan karyawan agar mengetahui, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta ikut
berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja
diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat
dan produktif.
Tempat Kerja (kantor, pabrik dan lain-lain); adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang
meliputi kondisi fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial; dll. Penerapan PHBS di tempat
kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap
sehat dan produktif
antara lain :
1. Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, produktivitas pekerja akan
meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga.
2. Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk
biaya pengobatan akibat sakit.
Dengan meningkatnya produktivitas kerja yang berdampak positif terhadap pencapaian target
dan tujuan, menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan, serta meningkatnya citra
tempat kerja yang positif.
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar
orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan perwujudan
paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang berorientasi sehat dengan meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas
kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.
1. memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup sehat
2. menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit
3. usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;
4. berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit dan sehat sehingga berpotensi menjadi sumber penularan penyakit bagi pasien,
petugas kesehatan maupun pengunjung. Terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus yang ada di
fasilitas pelayanan kesehatan, penularan penyakit dari penderita yang dirawat di fasilitas
pelayanan kesehatan kepada penderita lain atau petugas di fasilitas pelayanan kesehatan ini
disebut dengan infeksi rumah sakit.
Infeksi rumah sakit dapat terjadi karena kurangnya kebersihan fasilitas pelayanan
kesehatan atau kurang higienis atau tenaga kesehatan yang melakukan prosedur medis tertentu
kurang terampil. Penularan penyakit juga dapat terjadi karena tidak memadainya fasilitas sanitasi
seperti ketersediaan air bersih, jamban dan pengelolaan limbah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2004 ternyata infeksi rumah sakit
merupakan salah satu penyumbang penyakit tertinggi. Persentase tingkat risiko terjangkitnya
infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Umum mencapai 93,4% sedangkan Rumah Sakit Khusus
hanya 6,6%, 1,6-80,8 % diantaranya merupakan penyakit saluran pencernaan.
PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS
dan berperan aktif dalam mewujudkan fasilitas pelayanan kesehatan yang sehat dan mencegah
penularan penyakit di fasilitas pelayanan kesehatan.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guna efektivitas PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan
yaitu :
Berikut ada beberapa tips dalam menjaga kualitas air bersih di lingkungan :
a. Pisahkan jarak antara sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah
minimal 10 meter
b. Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar
c. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya gar
tidak rusak
d. Lantai sumur sebaiknya kedap air (diplester) dan tidak retak, bibir sumur dan dinding
sumur harus diplester dan sumur ditutup;
e. Ember penampung air dilengkapi denga penutup dan gayung bertangkai, dijaga
kebersihannya.
f. Air harus dihaga kebersihannya dengan tidak ada genangan air di sekitar sumber air,
dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak ada kotoran, tidak ada lumut,
pada lantai/dinding sumur.
2. Penggunaan jamban sehat
Selain demi PHBS, penggunaan jamban juga untuk mencegah penularan penyakit
terhadap lingkungan. Dilansir dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan, manfaat buang air besar dan kecil di jamban begitu besar bagi
kesehatan lingkungan. Lingkungan dapat menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau.
3. membuang sampah pada tempatnya
Salah satu manfaat selalu membuang sampah pada tempatnya yaitu menjaga kebersihan
lingkungan sekitar. Sebab, jika sampah dibuang tidak pada tempatnya, sampah-sampah
ini bisa merusak pemandangan dan mengotori kawasan tempat tinggal Anda.
4. larangan merokok
Rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Tak hanya untuk perokok pasif, risiko kesehatan
akibat terpapar asapnya juga tinggi untuk perokok pasif.
Apa saja risiko tersebut dan di mana lokasi merokok yang tepat agar tidak menggangu
orang sekitar, berikut ulasannya.
1. Pada orang dawasa
Pada orang dewasa, risiko terbesar menjadi perokok pasif adalah terkena kanker.
Tidak hanya itu, penyakit lainnya juga dapat muncul, seperti jantung koroner, stroke,
dan tekanan darah tinggi.
2. Pada ibu hamil
Bahaya terpapar asap rokok pada ibu hamil adalah keguguran, kelahiran bayi secara
prematur, sampai kelahiran bayi dengan berat badan kurang. Risiko-risiko tersebut
akan semakin tinggi jika ibu hamil terus menerus terpapar asap rokok.
3. Pada anak-anak
Pada anak-anak risikonya adalah terkena asma, infeksi telinga, infeksi saluran
pernapasan, meningitis, alergi, sampai pada sindrom kematian mendadak pada bayi.
Risiko tersebut akan semakin besar, apabila anak-anak sering menghirup asap rokok
setiap hari.
5. tidak meludah sembarangan
6. pemberantasan jentik nyamuk
Agar pengunjung terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkann nyamuk seperti
demam berdarah, malaria, dan kaki gajah. 2. Lingkungan fasilitas kesehatan menjadi
bersih dan sehat. Sebaiknya pemeriksaan jentik berkala dan 3M dilakukan secara teratur
setiap minggu (satu hari dalam satu minggu) di fasilitas kesehatan
1. pasien,
2. keluarga pasien,
3. pengunjung,
4. petugas kesehatan,
5. karyawan.
Manfaat PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan :