Anda di halaman 1dari 9

V.

IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan


Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau
jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di bidang kesehatan sudah
dilakukan dengan tujuan untuk memberi penerangan kepada masyarakat tentang
kesehatan.
Upaya propaganda pada waktu itu dilakukan dalam bentuk yang sederhana
melalui pengeras suara atau dalam bentuk gambar dan poster. Juga melalui film
layar tancap. Cara-cara itu kemudian berkembang, karena dirasakan propaganda
kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya perubahan atau perbaikan perilaku
hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkanlah upaya pendidikan kesehatan
masyarakat (health education) yang dipadukan dengan upaya pembangunan
masyarakat (community development) atau upaya pengorganisasian masyarakat
(community organization).
Upaya ini berkembang pada tahun 1960 an, sampai kemudian mengalami
perkembangan lagi pada tahun 1975 an, menjadi “Penyuluhan Kesehatan”. Meski
fokus dan caranya sama, tetapi istilah “Pendidikan Kesehatan” itu berubah
menjadi “Penyuluhan Kesehatan”, karena pada waktu itu istilah “pendidikan”
khusus dibakukan di lingkungan Departemen Pendidikan. Pada sekitar tahun 1995
istilah Penyuluhan Kesehatan itu berubah lagi menjadi “Promosi Kesehatan”.
Perubahan itu dilakukan selain karena hembusan perkembangan dunia (Health
promotion mulai dicetuskan di Ottawa pada tahun 1986), juga sejalan dengan
“Paradigma Sehat”, yang merupakan arah baru pembangunan kesehatan di
Indonesia. Istilah itulah yang berkembang sampai sekarang.
Mengenai istilah Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan.
Mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 (dikenal dengan
“Ottawa Charter”), yang oleh WHO promosi kesehatan didefinisikan sebagai:
“the process of enabling people to control over and improve their health”.
Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi : “Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
51

kesehatannya”. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai dengan sekarang. (Pusat


Promosi Kesehatan Depkes 2005)
Pada 1 Maret 1999, Presiden Habibie mencanangkan : “Gerakan
Pembangunan yang Berwawasan Kesehatan”, atau dikenal dengan “Paradigma
Sehat”. Sebagai konsekuensinya adalah bahwa semua pembangunan dari semua
sektor harus mempertimbangkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal harus
memberi kontribusi dan tidak merugikan pertumbuhan lingkungan dan perilaku
sehat. Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: “Indonesia Sehat
2010”, dengan misi: (1) Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan
kesehatan; (2) Mendorong kamandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3)
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; dan (4) Meningkatkan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungannya. Salah satu
pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah : perilaku sehat, disamping dua pilar
lainnya yaitu: lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata.
Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-program
pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan
bahwa salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan
perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, yang karenanya menempatkan
Promosi Kesehatan sebagai salah satu program unggulan. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis
(Renstra) Depkes 2005-2009 juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan
merupakan program tersendiri dan diposisikan pada urutan pertama. Dengan
demikian Promosi Kesehatan (termasuk PHBS), yang berorientasi pada perilaku
hidup sehat, semakin memperoleh pijakan yang kuat.
Selanjutnya Promosi Kesehatan menyusun visi, misi dan program
kegiatannya, serta sasaran atau target yang harus dapat terukur. Dalam kaitan itu
ditetapkan Visi Promosi Kesehatan yaitu : “PHBS 2010”, yang mengindikasikan
tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Misi
Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah:
1. Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat
52

2. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS di


masyarakat
3. Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan.
Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh
Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan
fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Berdasarkan visi dan misi
tersebut, maka memunculkan Strategi Promosi Kesehatan sebagai berikut :
1. Advokasi (advocacy).
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada pembuat
keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan diberbagai tingkatan
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
daerah dan lain sebagainya.
2. Bina Suasana
Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program
kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap
program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif
terhadap kesehatan.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Dari visi, misi dan strategi tersebut direncanakan delapan kegiatan pokok, yaitu:
1. Upaya advokasi.
2. Pembinaan suasana.
3. Pemberdayaan masyarakat.
4. Pengembangan kemitraan.
5. Pengembangan SDM.
53

6. Pengembangan Iptek Promosi Kesehatan.


7. Pengembangan media dan sarana.
8. Pengembangan infra struktur Promosi kesehatan.

Visi, misi, strategi, kegiatan pokok beserta rincian kegiatan dan tolok ukurnya
kemudian dituangkan menjadi Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004 yang
kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
1114/MENKES/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Daerah.

5.2 Implementasi Strategi Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang


Promosi Kesehatan adalah upaya yang menekankan pada proses dengan
tetap memperhatikan hasil (the process as well as content). Secara garis besar
implementasi strategi promosi kesehatan yang sedang berjalan di Kabupaten
Pemalang adalah sebagai berikut :
1. Dalam strategi advokasi, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa advokasi
dalam konteks kesehatan adalah pendekatan kepada pembuat keputusan atau
penentu kebijakan (eksekutif dan legislatif) sehingga para pejabat tersebut
mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Pada tingkat Pusat
dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan telah mengeluarkan beberapa
kebijakan yang menyangkut kebijakan yang berkaitan dengan “social
enforcement”, seperti kebijakan Garam Beryodium, Kawasan Tanpa Rokok,
Kabupaten/ Kota Sehat, Program Langit Biru, dll. Dalam konteks otonomi
daerah, advokasi dilakukan yang tujuannya adalah ditetapkannya kebijakan
kesehatan di Kabupaten Pemalang yang nantinya dapat digunakan sebagai
dasar atau landasan untuk memperkuat kebijakan dari pusat dan mendukung
pengembangan program Promosi Kesehatan. Saat ini Kabupaten Pemalang
telah mengeluarkan kebijakan kesehatan yang dapat mendukung dan
memperkuat kebijakan dari Pusat (Departemen Kesehatah RI) yaitu kebijakan
“Kabupaten Sehat 2010”. Kebijakan “Kabupaten Sehat 2010” yaitu dimana
masyarakat Kabupaten Pemalang hidup dalam lingkungan yang sehat,
54

masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau


pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata sehingga memiliki derajat
kesehatan yang optimal.
2. Dalam strategi bina suasana atau kegiatan untuk mensosialisasikan program-
program kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi
terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang
kondusif terhadap kesehatan sehingga masyarakat dapat membudayakan
perilaku sehat. Proses penyebaran informasi kesehatan dilakukan melalui
media televisi, radio, media cetak, pameran, penyuluhan melalui mobil-mobil
unit penyuluhan dan penyuluhan melalui kelompok dan diskusi interaktif.
Untuk Kabupaten Pemalang penerapan strategi bina suasana dapat dilihat dari
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Pemalang, antara lain :
a) Penyuluhan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya Pertolongan
Persalinan dan Penggunaan ASI Eksklusif),
b) Penyuluhan Gizi Keluarga (termasuk Gangguan Anak Kekurangan
Yodium),
c) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan (khususnya akses air bersih,
kepemilikan toilet/ jamban, mencuci tangan dengan sabun),
d) Penyuluhan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (khususnya
Aktivitas fisik, makan gizi seimbang dan masalah merokok),
e) Penyuluhan Penanggulangan penyalahgunaan NAPZA,
f) Sosialisasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin
(JPKMM),
g) Sosialisasi Pengembangan Desa Siaga.
Selain itu bertepatan dengan Hari Kesehatan pada tahun 2008 Kabupaten
Pemalang telah mengkampanyekan “Cuci Tangan dengan Sabun”.
3. Strategi Pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan adalah proses pemberian
informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (sikap/ attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan
55

perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari


pemberdayaan adalah individu, keluarga serta kelompok masyarakat. Dalam
konteks otonomi, strategi pemberdayaan dilaksanakan oleh Puskesmas dan
Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Pemalang. Tugas Puskesmas dan Rumah
Sakit selain memberikan pelayanan kesehatan (kuratif) juga diberikan tugas
dalam melaksanakan pemberdayaan.
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, Puskesmas mempunyai tanggung
jawab terhadap pemberdayaan individu, keluarga dan kelompok masyarakat.
Penerapan strategi pemberdayaan individu yang dilaksanakan oleh Puskesmas
seperti :
1. Pemberdayaan individu, dalam memperkenalkan perilaku menimbang
balita secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan
balita. Perilaku ini diperkenalkan kepada ibu yang membawa balitanya
berobat ke Puskesmas. Kepada setiap ibu, setelah selesai diberi pelayanan
pengobatan untuk balitanya, kemudian diberi atau disampaikan informasi
tentang manfaat menimbang balita secara berkala. Saat kunjungan tersebut
dilakukan proses pemberdayaan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh
individu tersebut.
2. Pemberdayaan keluarga, dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan
melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga. Dalam pemberdayaan
keluarga ini yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas adalah
memperkenalkan perilaku buang air besar di jamban, mengkonsumsi
garam beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras bak
mandi dan mengkonsumsi makanan berserat. Dalam kunjungan rumah
tersebut dikumpulkan semua anggota keluarga dan diberikan informasi
berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan.
3. Pemberdayaan Masyarakat, pemberdayaan terhadap masyarakat dilakukan
melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat. Salah satu
hasil dari upaya ini adalah Posyandu, Saka Bhakti Husada, Pos Kesehatan
Pesantren (poskestren), Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Dana Sehat.
Rumah sakit sebagai tempat penyelenggara pelayanan pengobatan dan
pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) merupakan unit operasional. Sebagai unit
56

operasional, Rumah Sakit juga mempunyai tanggung jawab yang paling


penting yaitu pemberdayaan. Pemberdayaan tersebut ditujukan untuk pasien,
keluarga pasien dan individu yang berkunjung ke Rumah Sakit. Pemberdayaan
tersebut antara lain :
Pemberdayaan pasien, pemberdayaan disini ditujukan apabila pasien sudah
masuk masa penyembuhan, pemberdayaan diawali dengan menciptakan
kesadaran akan adanya masalah, kemudian mengembangkan pengertian dan
sikap tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tahu apa yang nantinya
harus dilakukan, serta mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang
pemanfaatan sarana kesehatan secara benar.
Pemberdayaan keluarga, ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan
kemauan guna mendukung pasien dalam bentuk dukungan moral dalam proses
penyembuhan, upaya mencegah terjadinya penularan kepada orang lain dan
upaya pencegahan agar pasien tidak sakit lagi.

5.3 Pencapaian Program Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang.


Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan
sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa
mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah
untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku
individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan
frekuensi kegiatan. Oleh karena itu, ditetapkan kegiatan minimal yang harus
dilaksanakan oleh Kabupaten/ Kota. Kegiatan minimal ini tercantum dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1457/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota. Seperti
ditunjukkan pada Tabel 8 hasil kegiatan Promosi Kesehatan yang sudah dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang (selaku penanggung jawab tingkat
Kabupaten) pada tahun 2006.
57

Tabel 8 Pencapaian Program Promosi Kesehatan Kabupaten Pemalang


Tahun 2006.
Jenis Target Target Pencapaian
No. Indikator Pelayanan
Pelayanan 2004 2010 Tahun 2006
1 Penyuluhan
Rumah Tangga Sehat 30 % 65 % 42,85 %
Perilaku Sehat
Bayi yang mendapatkan
40 % 80 % 35,87 %
ASI Eksklusif
Desa dengan garam yang
65 % 90 % 38,64 %
beryodium baik
Keluarga sadar gizi 65 % 80 % 23,65 %
Posyandu purnama 25 % 40 % 29,18 %
Posyandu mandiri 1% >2% 5,75 %
Upaya Penyuluhan
Narkoba oleh Tenaga 3% 30 % 4,88 %
Kesehatan
2 Penyelenggaraan Cakupan penduduk yang
30 % 80 % 7,04 %
JPKM menjadi JPK pra bayar
Cakupan JPK Keluarga
Miskin dan masyarakat 100 % 100 % 80,47 %
rentan
Sumber : SPM-BK 2006

Apabila melihat hasil Pencapaian Kinerja Promosi Kesehatan tahun 2006


dan bila dibandingkan dengan target minimal tahun 2010 (Indonesia Sehat 2010)
dapat disimpulkan bahwa kegiatan Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang
belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Sesuatu yang sangat
disayangkan dari hasil pencapaian diatas adalah adanya beberapa indikator yang
masih jauh tertinggal dari target tahun 2004.

5.4 Ikhtisar
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa program Promosi Kesehatan
dilaksanakan melalui tiga strategi, yaitu strategi advokasi, bina suasana dan
pemberdayaan masyarakat. Secara garis besar program Promosi Kesehatan telah
dilaksanakan di Kabupaten Pemalang oleh Dinas Kesehatan Kab. Pemalang.
Dalam mengimplementasikan program tersebut diterapkan juga tiga strategi
Promosi Kesehatan. Untuk strategi advokasi, Kabupaten Pemalanag telah
mengeluarkan kebijakan kesehatan yang dapat mendukung dan memperkuat
kebijakan dari Pusat (Departemen Kesehatah RI) yaitu kebijakan “Kabupaten
Sehat 2010”. Pada strategi bina suasana yang telah dilaksanakan adalah kegiatan
58

Penyuluhan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya Pertolongan Persalinan


dan Penggunaan ASI Eksklusif), Penyuluhan Gizi Keluarga (termasuk Gangguan
Anak Kekurangan Yodium), Penyuluhan Kesehatan Lingkungan (khususnya
akses air bersih, kepemilikan toilet/ jamban, mencuci tangan dengan sabun) dan
lain-lain. Sedangkan pada strategi pemberdayaan masyarakat telah dilaksanakan
pemberdayaan individu melalui tenaga medis kepada pasiennya, pemberdayaan
keluarga melalui perilaku buang air besar di jamban, mengkonsumsi garam
beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras bak mandi dan
mengkonsumsi makanan berserat dan masyarakat melalui Program Desa Siaga.
Hanya saja pencapaian indikator pelayanan program Promosi Kesehatan
tahun 2006 di Kabupaten Pemalang belum menunjukkan hasil yang memuaskan
(Tabel 8). Dari hasil capaian tersebut, Pengkaji berpendapat bahwa ada masalah
dalam implementasi program Promosi Kesehatan. Berdasarkan pendapat tersebut
maka langkah selanjutnya Pengkaji akan mengevaluasi implementasi strategi
Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan (institusi pendidikan/
sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja, tempat umum dan rumah tangga) di
Kabupaten Pemalang dan di Desa Jebed Selatan.

Anda mungkin juga menyukai