PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat yang sehat, dengan kapasitas fisik dan daya pikir yang kuat, akan menjadi
kebijakan kesehatan yang diberlakukan, seperti universal health coverage, atau perlindungan
kesehatan menyeluruh.
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian
masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta aman,
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan
yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan
kesehatan.
Oleh sebab itu diperlukan kebijakan khusus mengenai tenaga kesehatan di fasilitas
memberikan pelayanan kesehatan yang komperhensif dan masyarakat mencapai tingkat taraf
B. Rumusan Masalah
Tahun 2014 ?
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketentuan Umum
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Sedangkan Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
etika dan profesionalitas, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, pengabdian,
kesehatan
untuk:
pembangunan nasional
d. mendayagunakanTenagaKesehatan
f. melaksanakan kerja sama, baik dalam negeri maupun luar negeri di bidang Tenaga
Kesehatan
pekerjaan atau praktik di luar negeri dan Tenaga Kesehatan warga negara asing yang
untuk:
nasional
berwenang untuk:
provinsi
a. Tenaga Kesehatan
b. Asisten Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:
a. Tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis).
b. Tenaga psikologi klinis
c. Tenaga keperawatan
d. Tenaga kebidanan
e. Tenaga kefarmasian (apoteker dan tenaga teknis kefarmasian)
f. Tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan
kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan
keluarga)
g. Tenaga kesehatan lingkungan (tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, dan
mikrobiolog kesehatan)
h. Tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien)
i. Tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, dan akupunktur)
j. Tenaga keteknisian medis (perekam medis dan informasi kesehatan, teknik
baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin
kemampuan pembiayaan
kebutuhan masyarakat.
menghasilkan Tenaga Kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan profesi.
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia ke luar negeri dapat
di Indonesia dan peluang kerja bagi Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia di luar
negeri.
secara independen yang terdiri atas konsil masing-masing tenaga kesehatan. Hal ini
masyarakat Indonesia.
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia mempunyai fungsi sebagai koordinator konsil
Kesehatan
menyusun Standar Nasional Pendidikan TenagaKesehatan;
menyusun standar praktik dan standar kompetensiTenaga Kesehatan; dan
menegakkan disiplin praktik Tenaga Kesehatan-
Konsil masing-masing Tenaga Kesehatan mempunyai wewenang:
menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Tenaga Kesehatan
menerbitkan atau mencabut STR
menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin
Kesehatan.
memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi
tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk menjalankan praktik.
Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan yang
kesehatan wajib memiliki izin. Izin sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk SIP.
Surat Izin Prakti atau SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
persyaratan sebagai berikut : STR yang masih berlaku; Rekomendasi dari Organisasi
STR masih berlaku; dan tempat praktik masih sesuai dengan yangtercantum dalam SIP.
G. Organisasi Profesi
Tenaga Kesehatan harus me mbentuk Organisasi Profesi sebagai wadah untuk
etika profesi Tenaga Kesehatan. Setiap jenis Tenaga Kesehatan hanya dapat membentuk 1
(satu) Organisasi Profesi. Untuk mengembangkan cabang disiplin ilmu dan standar
Organisasi Profesi untuk setiap cabang disiplin ilmu kesehatan yang bertugas mengampu
H. Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia Lulusan Luar Negeri dan Tenaga
di bidangpendidikan
surat keterangan sehat flsik dan mental
surat pernyataan untuk mematuhi danmelaksanakan ketentuan etika profesi.
Penilaian kemampuan untuk melakukan praktik dilakukan melalui uji kompetensi sesuai
keterangan yang menyatakan telah mengikuti program evaluasi kompetensi dan Sertihkat
Kompetensi.
I. Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
atau keluarganya
c. Menerima imbalan jasa
d. Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilainilai agama
e. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya
f. Menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain yang bertentangan
dengan Standar Profesi, kode etik, standar pelayanan, Standar Prosedur Operasional,
Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan
kesehatan wajib:
a. Memberikan pertolongan pertama kepada Penerima Pelayanan Kesehatan dalam
keadaan gawat darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
b. Dilarang menolak Pene rima Pelayanan Kesehatan dan/atau dilarang meminta uang
J. Penyelenggaraan Koprofesian
Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan
langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik untuk
K. Penyelesaian Perselisihan
Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan akibat kesalahan atau kelalaian
Tenaga Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-
undangan. Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan
yang timbul akibat kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
undangan.
L. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
kepada Tenaga Kesehatan dengan melibatkan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan
(1), Pasal 54 ayat (1), Pasal 58 ayat (I), Pasal 59 ayat (1), Pasal 62 ayat (1), Pasal 66
ayat (1), Pasal 68 ayat (1), Pasal 70 ayat (1), Pasal 70 ayat (2), Pasal 70 ayat (3) dan
ayat l2), Pasal 53 ayat (1), Pasal 70 ayat (4), dan Pasal 74 dikenai sanksi
administratif.
c. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2. Ketentuan Pidana
Pasal 83
Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan melakukan praktik seolah-olah sebagai
Tenaga Kesehatan yang telah memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
Pasal 84
1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan
Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling
setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun.
Pasal 85
1) Setiap Tenaga Kesehatan yarlg dengan sengaja menjalankan praktik tanpa memiliki
STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (I) dipidana dengan pidana denda
Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan pidana denda
ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
N. Ketentuan Peralihan
Pasal 87
1) Bukti Registrasi dan perizinan Tenaga Kesehatan yang telah dimiliki oleh Tenaga
menjalankan praktik sebagai Tenaga Kesehatan untuk jangka waktu 6 (enam) tahun
Tahun 2OO4 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Republik Indonesia Nomor 4431) tetap melaksanakan fungsi dan tugasnya sampai
O. Ketentuan Penutup
Pasal 9 I
Pasal 92
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Pasal 93
diundangkan.
Pasal 94
1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: Pasal 4 ayat (2\, Pasal 17, Pasal 20
ayat (4), dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Pasal 96
PEMBAHASAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya kesehatan
tersebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan, khususnya Tenaga Kesehatan yang
serta ketersediaan Tenaga Kesehatan tersebut. Pengadaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
perencanaan kebutuhan diselenggarakan melalui pendidikan dan pelatihan, baik oleh Pemerintah,
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan meliputi penyebaran Tenaga Kesehatan yang merata dan
peningkatan karier.
meningkatkan kualitas Tenaga Kesehatan sesuai dengan Kompetensi yang diharapkan dalam
dan pengawasan mutu Tenaga Kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan
koordinasi semua pemangku kepentingan dalam pengembangan Tenaga Kesehatan serta legislasi
yang antara lain meliputi sertifikasi melalui Uji Kompetensi, Registrasi, perizinan, dan hak-hak
Tenaga Kesehatan.
Menurut UU no. 36 tahun 2014, Tenaga Kesehatan merupakan setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasiandan tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisan
medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain.
Dalam bekerja, seorang tenaga kesehatan hendaknya memiliki surat tanda registrasi (STR)
yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan kota/provinsi. STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh konsil masing-masing tenaga kesehatan kepada tenaga kesehatan yang telah diregistrasi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi tenaga kesehatan dalam memperoleh STR adalah dengan
menunjukkan sertifikat kompetensi dan sertifikat profesi. Sertifikat kompetensi adalah surat
tanda pengakuan terhadap kompetensi tenaga kesehan untuk dapat menjalankan praktik di
seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat profesi adalah surat tanda pengakuan
berikut :
1. Pasal 1 ayat 2
Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan bidang
Catatan :
Ada istilah asisten tenaga kesehatan, yaitu yang pendidikannya dibawah jenjangg D3.
Artinya tamatan SMF tidak dikategorikan lagi sebagai tenaga kefarmasian (tenaga teknis
kefarmasian) seperti yang dinyatakan pada PP 51 2009 pasal 33, tetapi sebagai asisten
tenaga kefarmasian.
2. Pasal 1 ayat 6
Catatan :
Ayat 7 : Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap Kompetensi Tenaga
Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji
Kompetensi.
Ayat 8 : Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik profesi
Catatan :
Jadi ada dua istilah sertifikat yaitu sertifikat kompetensi dan sertifikat profesi.
Berbeda dalam PP 51 tahun 2009 pasal 37 dan pemenkes 889 tahun 2011, istilah yang
dikenal adalah sertifikat kompetensi profesi. Sekarang terpisah, ada sertifikat kompetensi dan
Pasal 43 :
Sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang diperoleh
lulusan pendidikan profesi yang diselenggarakjan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama
dengan Kementrian, Kementrian lain, LPNK, dan atau organisasi profesi yang bertanggung
jawab atas mutu layanan profesi, dan atau badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundanga-undangan.
Pasal 44 :
Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai
dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan atau memiliki prestasi diluar program studinya.
4. Pasal 1 ayat 15
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang melaksanakan tugas secara
Catatan :
Jadi nantinya ada lembaga yang menaungi seluruh tenaga kesehatan. Pengumpulan tenaga
kesehatan.
5. Pasal 1 ayat 17
Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan adalah bahan yang dibentuk oleh Organisasi
Profesi untuk setiap cabang disiplin ilmu kesehatan yang bertugas mengampu cabang disiplin
ilmu tersebut.
Catatan :
Jadi kedepan akan ada organisasi yang dibentuk oleh IAI yang berbentuk kolegium. Dalam
bayangan saya kolegium ini seperti himpunan seminat seperti Hisfarsi, Hisfarma, Hisfarin,
1. Pasal 11
- Tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis)
- Tenaga keperawatan
- Tenaga kebidanan
- Tenaga gizi
- Tenaga keterapian fisik
- Tenaga kesehatan tradisional (terdiri dari tenaga kesehatan tradisional ramuan dan
Catatan :
- Pada bagian penjelasan pasal 11 ini, tenaga teknis kefarmasian adalah meliputi sarjana farmasi,
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan
Dalam UU ini tenaga menengah farmasi/asisten apoteker tidak lagi dimasukkan ke tenaga teknis
- Berbeda dengan PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, praktisi tradisional belum
dimasukkan ke dalam kelompok tenaga kesehatan. Tetapi dengan undang-undang ini mereka
telah dimasukkan sebagai tenaga kesehatan. Bagaimana klasifikasi dan persyaratannya belum
terlalu jelas, tetapi dalam bagian penjelasan untuk pasal ini dikatakan bahwa Tenaga kesehatan
tradisional yang termasuk ke dalam Tenaga Kesehatan adalah yang telah memiliki body of
knowledge, pendidikan formal yang setara minimum Diploma Tiga dan bekerja di bidang
kesehatan tradisional.
1. Pasal 13
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, baik dalam
jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan
pembangunan kesehatan.
Catatan :
2. Pasal 21
Ayat 1 : Mahasiswa bidang kesehatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus
Catatan :
sertifikat kompetensi profesi (PP 51/2009 pasal 36 dan permenkes 889 tahun 2011), tetapi saat
ini, sebelum lulus, mereka terlebih dahulu harus mengikuti ujian kompetensi nasional
(CBT/computer based test) untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. Jadi, ujian kompetensi
nasional adalah exit exam bagi mahasiswa. Jika belum lulus, maka mahasiswa tersebut masih
Hal inipun berlaku bagi tenaga teknis kefarmasian lulusan D3 farmasi (vokasi). Sebelumnya
Ayat 2: Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga
Catatan:
Jadi untuk farmasi, yang menyelenggarakan ujian kompetensi adalah perguruan tinggi farmasi
yang bekerja sama dengan organisasi profesi (IAI) atau LPUK (Lembaga Pengembangan Uji
Kompetensi)
Sebelumnya, termasuk SKPA, yang mengadakan adalah organisasi profesi yang bekerjasama
dengan perguruan tinggi. Saat ini adalah sebaliknya. Perguruan tinggi farmasi yang bekerja sama
Ayat 6: Mahasiswa pendidikan profesi memperoleh sertifikat profesi yang diterbitkan oleh
perguruan tinggi.
Catatan :
a. Sertifikat profesi menurut aturan ini diterbitkan oleh perguruan tinggi, tidak seperti lagi
b. Saya pernah bercakap dengan pak Nurul Falah mengenai sertifikat profesi dan sertifikat
sertifikat profesi diberikan setelah apoteker selesai ujian apoteker dan sertifikat
kompetensi diberikan setelah selesai ujian kompetensi apoteker. Jadi ada dua sertifikat
Tetapi jika kita melihat ayat 5 dan ayat 6 pemahamannya tidak seperti itu karena ternyata istilah
sertifikat kompetensi diberikan untuk tenaga teknis kefarmasian dan istilah sertifikat profesi
Lalu bagaimana dengan sarjana farmasi yang juga masuk dalam tenaga teknis kefarmasian (PP
51 2009 pasal 33), sertifikat apa yang mereka dapatkan ?. Pendidikan sarjana farmasi bukan
pendidikan vokasi dan bukanpula pendidikan profesi tetapi merupakan pendidikan akademik.
3. Pasal 23
Ayat (2) Penempatan Tenaga Kesehatan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana
Catatan :
Ini memungkinkan apoteker di puskesmas diangkat dengan mekanisme PTT (pegawai tidak
tetap)
Ayat (3): Selain penempatan Tenaga Kesehatan dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat
anggota TNI/POLRI.
4. Pasal 26
Ayat 2 : Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, dan lokasi, serta keamanan dan
Undangan.
1. Pasal 34
Ayat 1 : Untuk meningkatkan mutu Praktik Tenaga Kesehatan serta untuk memberikan
pelindungan dan kepastian hukum kepada Tenaga Kesehatan dan masyarakat, dibentuk Konsil
2. Pasal 35
3. Pasal 36 :
Ayat 1 : Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia mempunyai fungsi sebagai koordinator konsil
Ayat 2 : Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Tenaga
Ayat 3 : Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Tenaga
Catatan :
Dalam jangka dua tahun kedepan akan dibentuk Konsil tenaga kefarmasian (waktu untuk
pelaksanaan UU ini). Konsil ini yang akan mewakili tenaga kefarmasian dalam konsil tenaga
kesehatan. Saat ini yang bertindak sebagai konsil dibidang farmasi adalah komite farmasi
4. Pasal 37 ayat 2 :
Catatan :
Dari pasal 37 ini kita melihat akan ada perluasan fungsi dari konsil kefarmasian yang ada saat ini
(KFN). KFN sebelumnya hanya memiliki 3 tugas (pada permenkes 889 2011 pasal 26), yaitu :
Pendidikan Tenaga Kefarmasian (tugas ini sebelumnya adalah tugas dari Asosiasi Pendidikan
Tinggi Farmasi Indonesia/APTFI) dan menyusun Standar praktik dan standar kompetensi Tenaga
Kesehatan (tugas ini sebelumnya adalah tugas dari IAI). Konsil ini juga akan berfungsi sebagai
lembaga penegakan disiplin praktek kefarmasian oleh tenaga kefarmasian (saat ini fungsinya
Selain itu fungsi KFN juga akan berkurang yang tadinya berfungsi sebagai lembaga sertifikasi
5. Pasal 38
Kesehatan.
Catatan :
Tugas MEDAI (majelis etik dan disiplin apoteker Indonesia) sudah masuk dalam tugas konsil
kefarmasian. Selain itu, Konsil kefarmasian akan memiliki wewenang rekomendasi pendirian
Bayangan saya konsil ini adalah lembaga terkuat dalam dunia kefarmasian karena mengatur
6. Pasal 40
Ayat 1 : Keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia merupakan pimpinan konsil masing-
c. Organisasi Profesi;
g. tokoh masyarakat.
Catatan :
Keanggotaan konsil kefarmasian nantinya komposisinya akan berbeda dengan keanggotaan KFN
yang ada saat ini. KFN terdiri dari (permenkes 889/2011 pasal 27) :
Pada konsil kefarmasian akan bertambah unsur dari kolegium tenaga kefarmasian. Seperti
penjelasan saya sebelumnya, kolegium kefarmasian akan seperti himpunan seminat. Apakah
nantinya himpunan seminat akan secara otomatis berubah menjadi kologium, yah terganung IAI
1. Pasal 50 :Tenaga Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi sebagai wadah untuk
Catatan :
Sepertinya kedepan MEDAI memang harus kembali seperti sebelumnya hannya mengatur
(1) Untuk mengembangkan cabang disiplin ilmu dan standar pendidikan Tenaga Kesehatan,
(2) Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 51 ini menegaskan bahwa yang dimaksud kolegium dalam bidang farmasi akan berupa
himpunan seminat.
1. Pasal 59
(1) Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib
memberikan pertolongan pertama kepada Penerima Pelayanan Kesehatan dalam keadaan gawat
darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
(2) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak Penerima
Catatan :
Nah, kedepan jika ada RS yang menolak pasien dikarenakan masalah biaya yang tidak ada
(1) Dalam keadaan tertentu Tenaga Kesehatan dapat memberikan pelayanan di luar
kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai menjalankan keprofesian di luar kewenangan sebagaimana
Catatan :
Yang menarik disini tenaga kesehatan dapat melakukan pekerjaan diluar kewenangannya, seperti
apa penjelasannya, kita tunggu peraturan menterinya. Tetapi, kemungkinan seperti dokter
menyerahkan obat pada daerah terpencil, perawat melakukan tindakan invasif didaerah terpencil,
3. Pasal 56
(2) Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, tenaga teknis kefarmasian dapat menerima
(3) Pelimpahan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
ketentuan:
a. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki
d. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk pengambilan keputusan sebagai dasar pelaksanaan
tindakan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Catatan :
Apoteker bisa memberikan pelimpahan tanggung jawab kepada tenaga teknis kefarmasian sesuai
kompetensinya.
1. Pasal 80
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Tenaga
Kesehatan dengan melibatkan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan Organisasi Profesi
Catatan :
Saya teringat kasus BPOM Makassar yang keberatan karena Dinkes kota Makassar mengajak PC
IAI Makassar untuk mengunjungi apotek-apotek. Keberatan ini pula langsung disampaikan oleh
kepala balai saat beliau membawakan materi di pelantikan pengurus PD IAI Sul Sel. Beliau
mengatakan akan memproses pihak-pihak yang melanggar wewenang dari POM. Menurut saya,
dengan melihat pasal 80 dalam uu ini dan pasal 58 dalam pp 51 2009, tidaklah keliru jika Dinkes
mengajak IAI mengunjungi apotek untuk melakukan pengawasan. Harusnya antara Dinkes, IAI,
dan BPOM ada sinergi dalam hal ini. Kepala Balai sendiri dalam materinya mengatakan
bahwa yang diawasi POM itu produknya (obat dan makanan). Sehingga yang mengawasi
apotekernya adalah tugas Dinkes dan IAI. Jadi, tidak ada tumpang tindih sebenarnya dan
Dalam Undang-undang ini, ada pelanggaran yang tterkena penjara dan ada yang terkena
denda.
1. Pasal 87
(1) Bukti Registrasi dan perizinan Tenaga Kesehatan yang telah dimiliki oleh Tenaga Kesehatan,
pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dinyatakan masih tetap berlaku sampai habis masa
berlakunya.
(2) Tenaga Kesehatan yang belum memiliki bukti Registrasi dan perizinan wajib menyesuaikan
dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
2. Pasal 89
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia dan Komite Farmasi Nasional sebagaimana diatur
3. Pasal 93
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 harus dibentuk
Catatan :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
Tahun 1945;
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung
jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus
menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertihkasi,
registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya
kesehatan memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu
B. Saran
Hendaknya Mentri lebih memperhatikan tenaga kesehatan terutama bidang kefarmasian.