Anda di halaman 1dari 44

FILSAFAT ILMU

Budaya Ilmiah

Penulis :

Rendra Prasetya Saefudin 012018026301


Firda Rachmawati Iragama 012018026313
Djiu Wina 012018116309
Jeannie Flynn 012018116301
Evania Nita Oetama 012018086302
Mahida El Shafi 012018086305
Dinal Muhammadi 012018076301
Alvina Charista Rusli 012018056301
Ahmad Aiman Azhar 012018016305
Kafin Rifqi 012018016301

Dosen Pengajar :

Dr. Achmad C. Romdhoni, dr., Sp.THT-KL(K)

MKDU 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, bahwa kami telah
menyelesaikan makalah dengan judul ’Budaya Ilmiah’. Terima kasih kami ucapkan kepada tim
kami yang terdiri dari : dr. Rendra Prasetya Saefudin, dr. Firda Rachmawati Iragama, dr.
Jeannie Flynn, dr. Evania Nita Oetama, dr. Mahida El Shafi, dr. Dinal Muhammadi, dr. Alvina
Charista Rusli, dr. Ahmad Aiman Azhar, dr. Kafin Rifqi, dr. Djiu Wina yang telah saling
membantu baik secara moral maupun materi sehingga bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. dr.
Achmad C. Romdhoni, Sp. THT-KL(K) pada mata kuliah Filsafat Umum. Semoga materi ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi sejawat sekalian yang
membutuhkan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan karena
pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya laporan yang lebih baik lagi untuk masa
mendatang.

Surabaya, 20 Januari 2021

Kelompok A1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI………………………………………………………………………...…..…….ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 2
BAB II BUDAYA ILMIAH ...................................................................................................... 3
2.1 Definisi Budaya Ilmiah……............................................................................................... 3
2.2 Ciri – ciri dan Perspektif Budaya Ilmiah.............................................................................. 3
2.2.1 Ciri Budaya Ilmiah….. ......................................................................................................3
2.2.2 Perspektif Budaya Ilmiah.................................................................................................. 3
2.3 Masyarakat Ilmiah…........................................................................................................... 4
2.4 Sikap Ilmiah……..................................................................................................................6
2.5 Aplikasi dan Implikasi Budaya Ilmiah pada Mahasiswa………………………………..….7
2.5.1 Aplikasi Budaya Ilmiah pada Mahasiswa……………………………………………..…7
2.5.2 Implikasi Budaya Ilmiah pada Mahasiswa………………………………………...……10
BAB III KESIMPULAN ..........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Budaya merupakan tradisi bertahun-tahun yang diwariskan dari generasi


sebelumnya, dan biasanya dipegang teguh oleh suatu kelompok masyarakat yang
menghargai para pendahulunya. Bila dihubungkan dengan istilah ilmiah, maka kata
ilmiah biasanya merujuk kepada sesuatu yang empiris atau sudah melaui proses
pembuktian fakta dan teruji kebenarannya dan terpercaya sebelum terungkap fakta-
fakta baru, sesuatu yang bersifat ilmiah akan terus menjadi hal yang dianggap benar.
Jadi budaya ilmiah bisa diartikan suatu tradisi atau kebiasaan yang dicirikan dengan
adanya pembuktian-pembuktian rasionalitas manusia, sebab akibat yang dibuktikan
dengan sebuah data, analisa dan pengecekan atau pemeriksaan terhadap benar dan
tidaknya suatu fakta (Ilham, 2012).
Budaya ilmiah dapat diartikan sebagai segala cara berpikir, cara bersikap dan
berperilaku serta cara bertindak manusia yang berkecimpung dalam dunia ilmu, sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmuan dan etika ilmu. Karena budaya ilmiah adalah budaya
yang sesuai dengan kaidah-kaidah, maka budaya ilmiah sangat erat kaitannya dengan
filsafat ilmu dan etika ilmiah (Ilham, 2012).
Budaya ilmiah bukan hanya sekedar bagaimana kita memandang sebuah
kebenaran, tapi lebih pada bagaimana kita menempatkan sebuah pemikiran yang
orisinil yang membudayakan kebenaran. Sehingga budaya itu mempunyai nilai yang
luhur yang merupakan hasil karya manusia. Budaya biasanya erat hubungannya dengan
dunia Pendidikan (Ilham, 2012).
Salah satu tolak ukur kemajuan ilmu dapat dikaitkan dengan berapa jauh cara
berpikir ilmiah diterapkan dalam masyarakat. Dalam hal ini dapat disebutkan bahwa
suatu masyarakat berorientasi kepada ilmu kalau sampai tahap tahap tertentu cara
berpikirnya merujuk kepada hakikat ilmu. Cara berpikir disini bukan saja mencakup
kegiatan ilmiah yang bersifat formal seperti pendidikan dan penelitian tetapi sekaligus
mencakup pencerminan keilmuwan dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga, peningkatan

1i
pendidikan keilmuan dalam sistem pendidikan harus disertai dengan usaha untuk
membudayakan berpikir ilmiah dalam masyarakat kita.
Melihat pentingnya budaya ilmiah dengan cara kerja ilmiah di dalamnya, maka
dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan, perguruan tinggi sebagai institusi,
dituntut untuk dapat rnengimplementasikan budaya ilmiah dalam berbagai aktivitas
pendidikannya. Untuk itu budaya ilmiah di lingkungan perguruan tinggi adalah
keniscayaan, terutama bagi rnahasiswa, sebagai subjek ataupun obyek yang sedang
dalam proses berkembang (Prastowo. 2013).

1.2 . Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan budaya ilmiah?
1.2.2. Apa saja ciri-ciri dan perspektif budaya ilmiah?
1.2.3. Apa yang dimaksud dengan masyarakat ilmiah?
1.2.4. Apa yang dimaksud dengan sikap ilmiah?
1.2.5. Apa saja aplikasi dan implementasi budaya ilmiah pada mahasiswa?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui yang dimaksud dengan budaya ilmiah
1.3.2. Tujuan Khusus
- Mengetahui definisi budaya ilmiah
- Mengetahui ciri dan perspektif budaya imiah
- Mengetahui masyarakat ilmiah, sikap ilmiah
- Mengetahui implementasi budaya ilmiah pada mahasiswa

2i
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Budaya Ilmiah


Budaya ilmiah dapat diartikan sebagai budaya yang mengedepankan suatu
proses obyektifitas yang tumbuh dan lahir dari organisasi yang membiasakan
komunitasnya berkomunikasi secara sehat dan konstruktif yang tendensi pergulatan
pemikirannya sangat dipengaruhi oleh khasanah yang ilmiah (rasional, aktual, faktual
dan obyektif). Budaya ilmiah harus sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan dan etika
ilmu, maka dari itu sangat erat kaitannya dengan filsafat ilmu dan etika ilmiah. (Ilham,
2012). Budaya ilmiah atau budaya akademik adalah budaya atau perilaku para ilmuwan
atau masyarakat akademik yang sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan dimana
ilmuwan adalah orang yang menguasai ilmu dan mempunyai cara berpikir ilmiah dan
berperilaku ilmiah pula, misalnya memiliki integritas, kejujuran, dan sikap dewasa.
(Mulyanto, 2013).
Dalam budaya ilmiah, terdapat nilai-nilai ilmiah yang sudah mengakar dalam
kehidupan masyarakat yang telah lama menghayati serta mengamalkannya. Nilai-nilai
itu terus berkembang dari masa ke masa sesuai dengan temuan-temuan dan kesadaran
manusia. Berkenaan dengan nilai-nilai lain yang turut mewarnai kepribadian sebuah
bangsa, dapat dikatakan, nilai-nilai ilmiah adalah motor penggerak perubahan dan
kemajuan nilai-nilai yang lain1; politik, ekonomi, seni, bahasa ke arah yang lebih
dewasa, sejalan dengan prinsip ilmu, dinamis dan terbuka. (Jujun, 2005)
Budaya ilmah, filsafat ilmu dan etika ilmiah adalah tiga hal yang tidak dapat
dipisah namun dapat dibedakan. Filsafat ilmu adalah kegiatan berpikir yang berupaya
untuk memahami secara mendasar dan mendalam tentang ilmu, termasuk di dalamnya
kaidah-kaidah dan etika ilmu, sedangkan etika ilmiah membicarakan kepribadian
seorang individu manusia apakah sesuai atau tidak hati nurani, ucapan atau
perbuatannya dengan budaya ilmiah, etika ilmu dan kaidah keilmuan. (Ilham, 2012).
Dalam budaya pastilah terdapat suatu kebiasaan yang turun temurun, budaya
merupakan tradisi bertahun-tahun yang diwariskan dari generasi sebelumnya dan
biasanya dipegang teguh oleh suatu kelompok masyarakat yang menghargai para

3i
pendahulunya. Bila dihubungkan dengan istilah ilmiah, kata ilmiah biasanya merujuk
kepada sesuatu yang empiris atau sudah melalui proses pembuktian fakta dan teruji
kebenarannya serta terpercaya sebelum terungkap fakta-fakta baru. Sesuatu yang
bersifat ilmiah akan terus menjadi hal yang dianggap benar. Maka dari itu, budaya
ilmiah bisa diartikan sebagai suatu tradisi atau kebiasaan yang dicirikan dengan adanya
pembuktian – pembuktian rasionalitas manusia, sebab akibat yang dibuktikan dengan
sebuah data, analisa dan pengecekan atau pemeriksaan terhadap benar dan tidaknya
suatu fakta. (Ilham, 2012).

2.2 Ciri-Ciri dan Perspektif Budaya Ilmiah


2.2.1. Ciri Budaya Ilmiah
Ciri budaya ilmiah adalah terdapatnya pembuktian-pembuktian
rasionalitas manusia, sebab akibat yang dibuktikan dengan sebuah data, analisa
dan pengecekan atau pemeriksaan terhadap benar atau tidaknya suatu fakta.
(Ilham, 2012). Ciri-ciri tersebuat diantaranya adalah:
1. Bermetoda saintifik
2. Penilaian dari rekan sejawat (peer-reviewed system)
3. Akumulasi dari pengetahuan yang dipublikasikan dalam peer-reviewed
journal dan disimpan untuk bahan rujukan.
4. Buku catatan laboratorium

2.2.2. Perspektif Budaya Ilmiah


Budaya ilmiah bukan hanya sekadar bagaimana memandang sebuah
kebenaran, tapi lebih pada bagaimana menempatkan sebuah pemikiran yang
orisinil yang membudayakan kebenaran. Budaya ini memiliki nilai-nilai yang
luhur yang merupakan hasil karya manusia. Budaya ilmiah biasanya erat
hubungannya dengan dunia pendidikan. (Ilham, 2012).

2.3. Masyarakat Ilmiah


Ada beberapa ciri dari masyarakat ilmiah yang harus dikembangkan dan
merupakan budaya dari suatu masyarakat akademik, yang terdiri dari:

4i
1. Sikap Kritis, yaitu setiap insan akademis harus senantiasa mengembangkan sikap
ingin tahu segala sesuatu untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya
melalui suatu kegiatan ilmiah penelitian.

2. Kreatif, yaitu setiap insan akademis harus senantiasa mengembangkan sikap


inovatif, berupaya untuk menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi
masyarakat.

3. Obyektif, yaitu kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada
suatu kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi.

4. Analitis, yaitu suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah
yang merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.

5. Konstruktif, yaitu suatu kegiatan ilmiah yang merupakan budaya akademik harus
benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas
kemanfaatan bagi masyarakat.

6. Dinamis, yang berarti ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan
terus-menerus.

7. Dialogis, artinya dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat


akademik harus memberikan ruang pada semua masyarakat ilmiah untuk
mengembangkan diri,melakukan kritik serta mendiskusikannya.

8. Menerima kritik, ciri ini sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap
insan akademik senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.

9. Menghargai prestasi ilmiah/akademik, masyarakat intelektual akademik harus


menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah.

10. Bebas dari prasangka, yang berarti budaya akademik harus mengembangkan
moralitas ilmiah yaitu harus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah.

11. Menghargai waktu, yang berarti masyarakat intelektual harus senantiasa


memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, terutama demi kegiatan
ilmiah dan prestasi kerja.

12. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, yang berarti masyarakat akademik
harus benar-benar memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya akademik.

5i
13. Berorientasi ke masa depan, artinya suatu masyarakat akademik harus mampu
mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke masa depan dengan suatu perhitungan yang
cermat, realistis dan rasional.

14. Kesejawatan/kemitraan, artinya suatu masyarakat ilmiah harus memiliki rasa


persaudaraan yang kuat untuk mewujudkan suatu kerja sama yang baik. Oleh
karena itu budaya akademik senantiasa memegang dan menghargai tradisi
almamater sebagai suatu tanggung jawab moral masyarakat intelektual akademik.
(Kaelan, 2004).

Nilai – nilai karakter dalam budaya ilmiah meliputi dua kategori yaitu : (Prastowo,
2013).
1. Dalam hubungan dengan diri sendiri :
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Disiplin
- Kerja keras
- Percaya diri
- Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
- Ingin tahu
- Cinta ilmu
2. Dalam hubungan dengan sesama manusia :
- Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
- Patuh pada peraturan sosial
- Menghargai karya dan prestasi orang lain
- Santun

2.4. Sikap Ilmiah


Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau
akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu
dibiasakan yang dimulai dari pembelajaran di dalam kelas sampai pada berbagai forum
ilmiah, misalnya dalam seminar, diskusi, loka karya, sarasehan, dan penulisan karya
ilmiah.

6i
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996)
sedikitnya ada enam yaitu :
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau
kesenangan pribadi.
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu
mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang harus dan akan dihadapi..
Misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan
kekuatannya masing-masing, atau , cara penyimpulan yang satu cukup berbeda
walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat
indera serta budi (mind).
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti
(conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai
kepastian.
5. Adanya suatu kegiatan rutin, seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset
sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu terdorong untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan untuk
kesejahteraan umat manusia dengan memperhatikan lingkungan alam sekitar.

2.5. Aplikasi dan Implementasi Budaya Ilmiah Pada Mahasiswa


2.5.1. Aplikasi Budaya Ilmiah pada Mahasiswa
Budaya ilmiah di Indonesia dapat terbilang masih lemah dan minim.
Dikarenakan hal tersebut, DIKTI memberikan keputusan dalam upaya membangun
Kembali budaya ilmiah di kalangan perguruan tinggi, yang mana keputusan ini
delaiknya didukung oleh semua pihak. Keputusan tersebut yakni, penelitian
menjadi syarat kelulusan program sarjana, magister, dan doktor. Keputusan ini tak
ayal menjadi pembicaraan hangat di kalangan perguruan tinggi. Ditjen Dikti
membuat keputusan ini pun tentu bukan tanpa alasan dan pertimbangan. Di satu
sisi, kebijakan tersebut merupakan terobosan bagus demi meningkatkan
produktivitas karya ilmiah para akademisi Perguruan Tinggi (PT) di negeri ini.

i7
Mungkin bisa dikatakan Dikti gerah dengan minimnya publikasi jurnal ilmiah
Indonesia jika dibandingkan dengan Negara lain. Saat ini, di jajaran pendidikan
tinggi ada perbincangan ‘yang cukup hangat’ dengan keluarnya surat edaran
bernomor 152/E/T/2012 terkait publikasi karya ilmiah. Alasan dikeluarkannya surat
itu karena jumlah karya ilmiah perguruan tinggi di Indonesia masih sangat rendah.
Bahkan, hanya sepertujuh dari jumlah karya ilmiah perguruan tinggi di Malaysia
(Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan). Diantara bunyi ketentuan itu
adalah:
1. Untuk lulus program Sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal
ilmiah.

2. Untuk lulus program Magister harus telah menghasilkan makalah yang terbit
pada jurnal lmiah nasional, diutamakan yang terakreditasi Dikti.

3. Untuk lulus program Doktor harus telah menghasilkan makalah yang diterima
untuk terbit pada jurnal internasional.

Membiasakan berbudaya ilmiah itu harus dimulai sejak dini, sejak usia
TK/SD. Namun, masih rendahnya jumlah karya tulis ilmiah di Indonesia mungkin
disebabkan oleh budaya pendidikan di Indonesia, dimana budaya pendidikannya
berorientasi pada skor-tes sehingga tidak mampu mengasah keterampilan berpikir
dan kreativitas pelajar. Padahal menurut penuturan William K. Lim dari Universitas
Malaysia Sarawak, kedua kemampuan itulah yang menjadi dasar untuk bisa
menjadi ilmuwan yang berhasil.

Oleh karena itu perlu dilakukan aplikasi budaya ilmiah di perguruan tinggi
sebagai institusi yang selaiknya mampu menciptakan perubahan budaya ilmiah,
dituntut untuk dapat mengimplementasikan budaya ilmiah dalam berbagai aktivitas
pendidikannya. Bentuk budaya ilmiah di dunia pendidikan muncul sebagai
fenomena yang unik dan menarik, karena pandangan, sikap serta perilaku yang
hidup dan berkembang di tempat pendidikan mencerminkan kepercayaan dan
keyakinan yang mendalam dan khas, yang dapat berfungsi sebagai semangat
membangun karakter siswanya.

Menurut Ajat Sudrajat (2011:13) mengutip pendapat Nursyam, setidaknya


ada tiga budaya yang perlu dikembangkan di dunia pendidikan, yaitu kultur
akademik, kultur sosial budaya, dan kultur demokratis. Ketiga kultur ini harus

8i
menjadi prioritas yang melekat dalam lingkungan Pendidikan, yang tentunya sudah
dimulai sejak masa Pendidikan dasar.

Pada dasarnya, budaya akademik meliputi kultur, suasana, dan kualitas tata
kehidupan dan tradisi akademik yang universal antara pelaku akademik di
dalamnya. Budaya ilmiah pada kegiatan akademik di perguruan tinggi ditunjukkan
melalui kaidah ilmiah yang harus dipatuhi dalam menghasilkan produk (hasil
karya) ilmiah.

Pertama, kultur akademik. Kultur akademik memiliki ciri pada setiap


tindakan, keputusan, kebijakan, dan opini didukung dengan dasar akademik yang
kuat. Artinya merujuk pada teori, dasar hukum, dan nilai kebenaran yang teruji.
Budaya akademik juga dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan
kegiatan yang berhubungan dengan akademik yang dihayati, dimaknai dan
diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan
lembaga penelitian. Dengan demikian, kepala sekolah, guru, dan siswa selalu
berpegang pada pijakan teori dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam
kesehariannya. Kultur akademik tercermin pada keilmuan, kedisiplinan dalam
bertindak, kearifan dalam bersikap, serta kepiawaian dalam berpikir dan
berargumentasi. Ciri-ciri warga sekolah yang menerapkan budaya akademik yaitu
bersifat kritis, objektif, analitis, kreatif, terbuka untuk menerima kritik, menghargai
waktu dan prestasi ilmiah, memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, dinamis,
dan berorientasi ke masa depan. Kesimpulannnya, kultur akademik lebih
menekankan pada budaya ilmiah yang ada dalam diri seseorang dalam berfikir,
bertindak dan bertingkah laku dalam lingkup kegiatan akademik.

Kedua, kultur sosial budaya. Kultur sosial budaya tercermin pada


pengembangan sekolah yang memelihara, membangun, dan mengembangkan
budaya bangsa yang positif dalam kerangka pembangunan manusia seutuhnya serta
menerapkan kehidup sosial yang harmonis antar warga sekolah. Sekolah akan
menjadi benteng pertahanan terkikisnya budaya akibat gencarnya serangan budaya
asing yang tidak relevan seperti budaya hedonisme, individualisme, dan
materialisme. Di sisi lain sekolah terus mengembangkan seni tradisi yang berakar
pada budaya nusantara. Kultur sosial budaya merupakan bagian hidup manusia
yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan
manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya. Kultur sosial meliputi suatu sikap

i9
bagaimana manusia itu berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Sedangkan kultur budaya adalah
totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
diperoleh dari turun temurun oleh suatu komunitas. Kesimpulannnya kultur sosial
budaya lebih menekankan pada interaksi yang berhubungan dengan orang lain,
alam dan interaksi yang cakupannnya lebih luas lagi yang diperoleh berdasarkan
kebiasaan atau turun-temurun.

Ketiga, kultur demokratis. Kultur demokratis menampilkan corak


berkehidupan yang mengakomodasi perbedaan untuk secara Bersama membangun
kemajuan suatu kelompok maupun bangsa. Kultur ini jauh dari pola tindakan
disksriminatif serta sikap mengabdi atasan secara membabi buta. Warga sekolah
selalu bertindak objektif dan transparan pada setiap tindakan maupun keputusan.
Kultur demokratis tercermin dalam pengambilan keputusan dan menghargai
keputusan, serta mengetahui secara penuh hak dan kewajiban diri sendiri, orang
lain, bangsa dan negara.

2.5.2. Implementasi Budaya Ilmiah

Beberapa contoh budaya ilmiah yang harus ditumbuh-kembangkan


sehingga akan mencerminkan eksistensi dan kompetensi diri adalah sebagai
berikut:

1. Budaya Membaca. Membaca adalah jantung pendidikan. Menurut Francis


Baron, Membaca menciptakan manusia yang lengkap. Membaca adalah pintu
menuju gerbang ilmu pengetahuan, dengan membaca setiap kita akan
mengetahui dan memahami berbagai informasi untuk memperkaya khasanah
keilmuan. Dengan membaca yang tidak diketahui menjadi tahu dan yang tidak
dimengerti menjadi dimengerti. Dalam berbagai kesempatan remaja harus
mulai membiasakan membaca, apapun sumber bacaannya (positif).
Menumbuhkan kepedulian membaca, akan semakin memperbanyak pustaka
ilmu pengetahuan pada diri remaja, dengan membaca, remaja akan

i
10
mengedepankan budaya ilmiah terutama dalam hal komentar dan ucapannya
sesuai sumber terpercaya yang dia baca.
2. Budaya Menulis. Frank tibolt dalam bukunya berjudul meraih yang terbaik,
membuktikan bahwa dengan menulis bermacam masalah dan kerumitan akan
terpecahkan dengan baik sehingga dia mengatakan menulis adalah mitra dan
solusi terpercaya. Menulis adalah bentuk ekspresi diri yang didasari dengan ide,
konsep dan gagasan seseorang untuk maksud dan tujuan tertentu. Kegiatan
menulis dalam bentuk apapun (buku, jurnal, karya ilmiah, artikel, dan yang
lainnya) akan menjadikan kita mempunyai kapasitas dan kapabelitas keilmuan
dimata orang lain. Remaja yang memaksakan untuk mencoba menulis sesuatu
hal yang dia ketahui akan mendorong mereka menjadi terbiasa mencurahkan isi
hatinya dalam bentuk tulisan. Dengan terbiasa maka menulis akan tumbuh
menjadi budaya yang melekat pada diri remaja untuk mengekspresikan ide dan
pemikirannya sebagai sumbangsih remaja dalam mendorong terciptanya
budaya ilmiah dikalangan remaja.
3. Budaya Berdiskusi. Apa yang telah kita baca dan tulis belum pasti
kebenarannya meskipun jelas sumbernya. Untuk meyakinkan sejauh mana
kebenarannya sehingga diterima/tidaknya argumentasi kita maka sangat perlu
untuk didiskusikan. Diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran
mengenai suatu masalah (KBBI, 2021). Biasanya dalam diskusi para peserta
mencari penyelesaian suatu masalah, minimal mereka mengajukan usul atau ide
yang mungkin bisa menyelesaikan masalah yang mereka diskusikan. Diskusi
adalah forum untuk menguji sejauhmana kemampuan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang kita miliki untuk dijadikan konsensus atau untuk dikritisi
sebagai sesuatu yang masih banyak kelemahan dan kekurangannya dari
berbagai aspek kajian. Oleh karenanya dengan diskusi kita akan semakin
memahami betul akan pentingnya masukan, kritikan dan saran atas apa yang
kita ketahui dan kita pahami selama ini. Dengan diskusi pula akan semakin
meningkatkan kualitas komunikasi kita (communication skill) untuk dapat
meyakinkan dan mempengaruhi orang lain.

i
11
4. Aktif pada Forum/Organisasi Ilmiah. Forum/organisasi ilmiah merupakan
tempat dimana berkumpulnya masyarakat/komunitas intelektual dan ilmiah,
implementasi program kerja dari forum/organisasi ilmiah biasanya difokuskan
pada kajian mendalam dan kontinyu terhadap suatu bidang keilmuan untuk
mewujudkan generasi intelektual yang mampu menghasilkan karya ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek. Remaja diharapkan
berperan aktif didalam berbagai forum/organisasi ilmiah untuk memperdalam
ilmu pengetahuan dan turut serta menyumbangkan ide dan pemikirannya.
Melalui forum/organisasi ilmiah, setiap remaja akan terlihat cerdas dan unggul
baik wawasan maupun ilmu pengetahun yang digelutinya.
5. Menjadi Student Center Learning. Student Center Learning adalah proses
pembelajaran yang berfokus pada peserta didik. SCL merupakan aktivitas yang
di dalamnya peserta didik bekerja secara individual maupun kelompok untuk
mengeksplorasi masalah, mencari pengetahuan secara aktif dan bukannya
penerima pengetahuan secara pasif (Harmon &Harumi, 1996 dalam Tim
Transformasi pembelajaran UGM, 2010). Peserta didik merupakan komponen
utama di dalam kelas, peserta didik merupakan fokus, dan pengajar berfungsi
sebagai fasilitator bagi pembelajar dalam diskusi kelompok kecil, SCL
merupakan lawan dari “teacher-centered”. Peserta didik sebagai “partners”
dengan pengajar di dalam pendidikan. Melalui metode ini, peserta didik
diharapkan mampu membangun Paradigma pembelajaran dengan melibatkan
penciptaan lingkungan dan pengalaman yang memungkinkan mereka mencari,
menemukan, dan mengkonstruksi pengetahuan dan memposisikan diri dari
behaviorism menjadi constructivism. Peserta didik harus membangun suasana
belajar yang proaktif, kritis dan dialogis untuk menguasai ilmu pengetahuan,
memahami hubungan antara pengetahuan dengan dunia nyata (analitis, sintesis,
artikulasi)

Patut disadari bahwa universitas tidak akan menjadi unggul dan dihormati
dari segi akademik jika orang-orang yang berada dalam universitas tersebut tidak
memiliki budaya ilmiah. Tidak ada jalan lain selain membangun dan melaksanakan

i
12
budaya ilmiah untuk membawa universitas menjadi unggul dan disegani karena
inilah yang harus perlu dibina sejak awal universitas itu dibangun.
Pihak Universitas juga tak ketinggalan dalam menyokong budaya ilmiah di
kampus, dengan menerapkan aspek-aspek pendidikan berbudaya yang merupakan
arah tujuan atau sasaran yang diperhatikan dan dibina serta dijadikan panduan
dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan yang sesuai, yang
disesuaikan dengan pedoman padanan Pendidikan dan budaya sebagai berikut
(Normina, 2017):
1. Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak
belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik dari pada
sebelumnya sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi dan bertanggung jawab
akibat tingkat perbuatannya dan kemudian diarahkan pada seluruh aspek pribadi
meliputi jasmani, mental kerohanian dan moral.
2. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian.
Pendidik dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan menggalang
adanya kesatuan segala aspek kebudayaan, di sini manusia membutuhkan
latihan dalam menggunakkan kecerdasannya dan saling pengertian.
3. Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur.
Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manusia, selanjutnya
tujuan hidup tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang dianut seseorang,
maka tujuan pendidikan manusia harus bersumber pada filsafat hidup individu
yang melaksanakan pendidikan.

Norma ilmiah juga dibutuhkan dalam pengembangan budaya ilmiah, yang


terdiri dari antara lain:
1. Memberikan penghargaan (credit) yang sepatutnya kepada orang yang
memberikan kontribusi kepada penelitian; pengarang bersama (authorship) atau
ucapan terima kasih (acknowledgement)
2. Jujur dalam memberikan penilaian kepada hasil pekerjaan orang lain.
3. Publikasi di jurnal ilmiah yang dinilai oleh rekan sejawat (peer-reviewed
journals). adalah media untuk menciptakan reputasi. Sejarah telah

i
13
membuktikan bahwa tidak ada jalan selain ini — reputasi ilmiah tidak akan
tercipta melalui publikasi di koran dan televisi.

14
i
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Budaya lmiah dan sikap ilmiah perlu dimiliki dan diimplementasikan dalam
kehidupan khususnya dalam penelitian dan pendidikan, di mana ketika menghadapi
persoalan-persoalan ilmiah dapat melakukan pembuktian-pembuktian rasionalitas
manusia, sebab akibat yang dibuktikan dengan sebuah data, analisa dan pengecekan atau
pemeriksaan terhadap benar atau tidaknya suatu fakta.

3.2. Saran
Diharapkan para pembaca dapat membiasakan budaya ilmiah sejak dini, sehingga
menjadi karakter yang kuat pada diri setiap individu dan tidak mudah terkena hasutan-
hasutan serta menghasilkan karya – karya yang sesuai kaidah ilmiah. Dengan membangun
budaya ilmiah dini dari diri sendiri oleh masing – masing individu, maka pada akhirnya
akan terbentuk budaya ilmiah yang merekat erat pada bangsa kita.

i
15
DAFTAR PUSTAKA

Prastowo, Andi. 2013. Budaya Ilmiah Sebagai Media Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa
Prgram Studi
PGMI. https://jurnal.albidayah.id/index.php/home/article/view/120. (Diakses 21
Januari 2021).
Mulyanto. 2013. Budaya Ilmiah dan Scientifif Misconduct. https://mulyanto.staff.uns.ac.id/wp
content/blogs.dir/160/files/2013/09/Budaya-ilmiah.pdf. (diakses 21 Januari 2021).
Ilham. 2012. Penerapan Budaya Ilmiah dalam Dunia Pendidikan. Jambi : Cerdas Sifa ed 1.

i
16
BUDAYA ILMIAH
JANUARY 2021

KELOMPOK A1

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


Firda Rachmawati Iragama 012018026313
Rendra Prasetya Saefudin 012018026301
Djiu Wina 012018116309
JANUARY 2021

Jeannie Flynn 012018116301


Evania Nita Oetama 012018086302
Mahida El Shafi 012018086305
Dinal Muhammadi 012018076301
Alvina Charista Rusli 012018056301
Ahmad Aiman Azhar 012018016305
Kafin Rifqi 012018016301

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


JANUARY 2021

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


I NK O B S E R VE HYPOTH E S
TH IS
JANUARY 2021

ME T HO D R ES U L T S D I S C U S S I O
N

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


APA ITU
BUDAYA ILMIAH???

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


Cara berpikir,
cara bersikap dan
berperilaku manusia yang berkecimpung
JANUARY 2021

dalam dunia ilmu, sesuai dengan


kaidah-kaidah keilmuan dan etika ilmu
(Babich et al, 1994).

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


Kaidah-kaidah keilmuan tersebut
sangat erat kaitannya dengan
JANUARY 2021

FILSAFAT ILMU dan ETIKA ILMIAH

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


JANUARY 2021

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


FILSAFAT ILMU
adalah kegiatan berpikir yang
berupaya untuk memahami secara
secara mendasar
mendasar dan mendalam
dan mendalam
tentang ilmu,
JANUARY 2021

tentang ilmu,
termasuk di dalamnya
termasukkaidah-kaidah
di
dalamnya
dan etika ilmu
kaidah-kaidah dan
etika ilmu
(Babich et al, 1994).
(Babich et al, 2020).
KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021
JANUARY 2021

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


ETIKA ILMIAH
adalah kepribadian seorang
individu apakah sesuai atau tidak
hati nurani, ucapan, atau
perbuatannya dengan budaya
ilmiah, etika ilmu, dan kaidah
keilmuan
(Papineau, 2005).

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


APA CIRI
BUDAYA ILMIAH???

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


terdapatnya
pembuktian rasionalitas manusia,
sebab akibat yang dibuktikan
dengan sebuah data, analisa
dan pengecekan atau
JANUARY 2021

pemeriksaan terhadap benar


atau tidaknya suatu fakta
(Ilham, 2012).

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


PERSPEKTIF
BUDAYA ILMIAH

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021
Sehingga Budaya ilmiah sangat erat
hubungannya dengan dunia pendidikan.
(Ilham, 2012).

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


sikap
BUDAYA ILMIAH

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


Sikap ilmiah merupakan
sikap yang harus ada pada diri
seorang ilmuwan atau akademisi
ketika menghadapi
persoalan-persoalan ilmiah

(Honderich, 2005).

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


1. Tidak ada rasa pamrih
2. Selektif
3. Analitis
4. Belief
5. Etis (ber-akhlak)
6. Menerima kritik dan saran
7. Menghargai prestasi ilmiah/akademik
orang lain (Prastowo, 2013).
KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021
aplikasi
BUDAYA ILMIAH

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


KULTUR AKADEMIS

KULTUR
SOSIAL BUDAYA

KULTUR
DEMOKRATIS

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


BUDAYA ILMIAH
YANG PERLU
DIKEMBANGKAN
DI PERGURUN TINGGI

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


Meragukan sesuatu yang tidak dapat
dibuktikan kebenaran
Budaya Kejujuran dan Keterbukaan
Budaya Keberanian
Budaya Berpikir
Berbicara secara Relevan
Budaya Kesetaraan
Budaya penghargaan
Sifat memiliki ilmu (Normina, 2017).
KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021
Budaya Membaca
Budaya Menulis
Budaya Berdiskusi
Aktif pada Forum Ilmiah
atau Organisasi

(Normina, 2017)

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021


KELOMPOK A1

KELOMPOK A1 KULIAH MKDU - 2021

Anda mungkin juga menyukai