LITERASI IPA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPA SD
Disusun Oleh :
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
membantu baik moril maupun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat waktu.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
4
I. 2 Tujuan
Tujuan tim penulis mengangkat judul “Literasi IPA” yaitu :
1. Tujuan Akademis
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPA SD
2. Tujuan Umum
Untuk memaparkan beberapa inti pembahasan mengenai Literasi IPA
yakni,
a. Pengertian Literasi IPA
b. Komponen dan Aspek dalam Literasi IPA
c. Pembelajaran Literasi IPA
d. Karakteristik Scientific Literacy
I. 3 Metode Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Literasi Sains
Literasi sains terbentuk dari 2 kata, yaitu literasi dan sains. Secara
harfiah literasi berasal dari kata Literacy yang berarti melek
huruf/gerakan pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily, 1990).
Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa inggris Science yang berarti
ilmu pengetahuan dan juga diartikan dengandan juga diartikandalam
bahasa latin yaitu scientia yang diartikan pengetahuan
Pudjiadi (1987) mengatakan bahwa: “sains merupakan
sekelompok pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang
diperoleh dari pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan
dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah”.
Literasi sains menurut PISA (Programme for International
Student Assessment) diartikan sebagai “ the capacity to use scientific
knowledge , to identify questions and to draw evidence-based conclusions
in order to understand and help make decisions about the natural world
and the changes made to it through human activity”.
Menurut Widyawatiningtyas Literasi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk membaca dan menulis, atau kemampuan
berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata. Literasi sains (scientific
literasi), dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya
bagi kebutuhan masyarakat.
Menurut Suhendra Yusuf (2003)Literasi sains penting untuk
dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat
memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah
lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen yang sangat bergantung pada
teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Antara sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Penemuan dalam sains memungkinkan pengembangan teknologi, dan teknologi
6
menyediakan instrument yang baru lagi yang memungkinkan mengadakan
observasi dan eksperimentasi dalam sains.
Dengan demikian hendaknya perubahan pendidikan sains harus
merefleksikan atau mengarahkan kepada hubungan antara sains dan teknologi
dengan masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Unsur pokok yang terdapat pada literasi sains menurut Harlen
(2004: 64) diantara nya adalah yang paling pokok dalam pengembangan
literasi sains siswa meliputi pengetahuan tentang sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman peserta didik terhadap sains
sehingga peserta didik bukan hanya sekedar tahu konsep sains melainkan
juga dapat menerapkan kemampuan sains dalam memecahkan berbagai
permasalahan dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sains. Berdasarkan beberapa pengertian literasi sains
tersebut peserta didik diharapkan dapat menerapkan pengetahuan yang
didapat disekolah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
peserta didik dapat memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan sekitarnya.
Menurut Poedjiadi (Toharudin, et.al, 2011: 2) seseorang memiliki
literasi sains dan teknologi ditandai dengan memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang
diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk
teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu
menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam
membuat hasil teknologi yang disederhanakan sehingga peserta didik
mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat.
Berdasarkan pernyataan - pernyataan tersebut dengan kata lain
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan literasi sains diharapkan peserta
didik mampu memenuhi berbagai tuntuntan zaman yaitu menjadi problem
solver dengan pribadi yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif, serta
berkarakter. Hal tersebut dikarenakan penguasaan kemampuan literasi
7
sains dapat mendukung pengembangan dan penggunaan kompetensi abad
ke- 21.
8
hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains.
Termasuk di dalamnya kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
sains, kemampuan untuk memperoleh pemahaman sains dan kemampuan
untuk menginterpretasikan dan mematuhi fakta. Alasan ini yang
menyebabkan PISA tahun 2003 menetapkan 3 komponen proses sains
berikut ini dalam penilaian literasi sains.
1. Mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi gejala sains.
2. Memahami penyelidikan sains
3. Menginterpretasikan bukti dan kesimpulan sains.
9
yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sedangkan, keaktifan atau
proses kerja inkuiri dalam mengikuti proses pembelajaran diperlukan agar
pengetahuan yang diperoleh peserta didik dapat lebih bertahan lama.
Proses kerja inkuiri ini dilakukan dalam kerja kolaboratif sehingga
siswa akan mampu berkolaborasi sekaligus akan terampil berkomunikasi.
Selain itu kebermaknan pembelajaran sains juga dapat dicapai dengan
cara mengaitkan konsep yang dipelajari peserta didik dengan kehidupan
sehari-hari hal ini dikarenakan keberhasilan pembelajaran dalam
mewujudkan visinya ditunjukkan apabila peserta didik memahami apa
yang dipelajari serta dapat mengaplikasikannya dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Millar dan Osbome
(Harlen, 2004: 63) literasi sains dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan pembelajaran sebagai berikut :
1. sustain and develop the curiosity of young people about the natural
world around them, and build up their confidence in their ability to
enquire into its behaviour. It should seek to foster a sense of
wonder, enthusiasm and interest in science so that young people
feel confident and competent to engage with scientific and technical
matters.
10
Terdapat beberapa alternatif model pembelajaran yang cukup
efektif dalam membangun literasi sains untuk siswa sekolah dasar pada
konteks pendidikan abad 21. Model pembelajaran tersebut salah satunya
adalah Problem Basic Learning ( PBL). Dengan model ini siswa diajak
agar mampu melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir
terarah dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan dan
melakukan analisis sebelum bertindak.
Mengingat begitu pesatnya perkembangan sains dan teknologi di
era modern, dapat berdampak pada munculnya berbagai permasalahan
global sehingga dalam pembelajaran peserta didik senantiasa harus dilatih
memecahkan berbagai permasalahan.
Selain itu pula berbagai metode dan model yang digunakan dalam
pendidikan IPA yaitu diantaranyaVirtual Lab Berbasis STEM, Problem Based
Learning, Pembelajaran Berbasis Proyek, dan pembelajaran saintik dapat
meningkatkan literasi sains. Melalui kegiatan keilmiahan tersebut akan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri fakta, konsep dan prinsip melalui pengalaman secara
langsung untuk memecahkan masalah dalam kehidupan serta membentuk sikap
positif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal.
11
soal uraian (constructed response) yang menuntut siswa untuk dapat
menjawab dalam bentuk tulisan atau uraian (sisanya atau 55.3%).
Kemampuan yang diukur itu berjenjang dari tingkat kesulitan
yang paling rendah kepada tingkat yang lebih sulit. Soal-soal yang
harus dijawab pada bentuk pilihan ganda dimulai dari memilih salah
satu jawaban alternatif yang sederhana, seperti menjawab ya/tidak,
sampai kepada jawaban alternatif yang agak kompleks, seperti
merespons beberapa pilihan yang disajikan.
Pada soal-soal yang memerlukan jawaban uraian, siswa
diminta untuk menjawab dengan jawaban yang singkat dalam bentuk
kata atau frase, kemudian jawaban agak panjang dalam bentuk uraian
yang dibatasi jumlah kalimatnya, dan jawaban dalam bentuk uraian
yang terbuka.
12
d) Struktur dan Jenis Wacana
Struktur dan jenis wacana di dalam PISA dibagi menjadi dua
jenis yaitu struktur wacana berkelanjutan (continuous texts) dan
wacana tak-berkelanjutan (non-continuous texts). Seperti telah
dijelaskan di atas, wacana berkelanjutan adalah jenis wacana yang
terdiri atas rangkaian kalimat yang diatur dalam paragraf dalam bentuk
deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi atau injungsi; sementara
wacana tak-berkelanjutan adalah wacana yang dirancang dalam format
matrik, termasuk di dalamnya pengumuman, grafik, gambar, peta,
skema, tabel, dan aneka bentuk penyampaian informasi.
Sementara jenis soal PISA juga mengukur tiga proses
membaca, yaitu kemampuan mencari dan menemukan informasi,
kemampuan mengembangkan makna dan menafsirkan isi bacaan, dan
kemampuan melakukan refleksi dan evaluasi terhadap isi bacaan dalam
kaitannya dengan pengalaman sehari-hari, pengetahuan yang sudah
didapat sebelumnya, dan pengembangan gagasan dari informasi yang
diperolehnya
BAB III
13
PENUTUP
Kesimpulan
3. Unsur pokok yang terdapat pada literasi sains menurut Harlen (2004:
64) diantara nya adalah yang paling pokok dalam pengembangan literasi
sains siswa meliputi pengetahuan tentang sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman peserta didik terhadap
sains sehingga peserta didik bukan hanya sekedar tahu konsep sains
melainkan juga dapat menerapkan kemampuan sains dalam memecahkan
berbagai permasalahan dan dapat mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sains.
14
meningkatkan literasi sains. Melalui kegiatan keilmiahan tersebut akan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri fakta, konsep dan prinsip melalui pengalaman secara
langsung untuk memecahkan masalah dalam kehidupan serta membentuk
sikap positif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal.
15
DAFTAR PUSTAKA
16