Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LITERASI IPA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPA SD

Dosen Pengampu : Linda Hania Fasha, M.Pd

Disusun Oleh :

Nurul Rahayu (18060019)


Silvia Barokah (18060044)
Rani Nuraeni (18060058)
Sumyati (18060057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran IPA
SD.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
membantu baik moril maupun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan nilai kebermanfaatan bagi perkembangan
dunia pendidikan.

Bandung, maret 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................2


DAFTAR ISI ...................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................4
I. 1 Latar Belakang ..........................................................................................4
I. 2 Tujuan........................................................................................................5
I. 3 Metode Penulisan ......................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................6
2.1 Pengertian Literasi IPA...............................................................................6
2.2 Komponen dan Aspek dalam Literasi IPA.................................................8
2.3 Pembelajaran Literasi IPA..........................................................................9
2.4 Karakteristik Sicentific Literacy ................................................................11
BAB III. PENUTUP.........................................................................................14
3. 1 Kesimpulan ...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Secara khusus, memasuki abad ke-21 pesatnya perkembangan sains


dan teknologi dalam bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi
informasi dan komunikasi. Mengacu pada pernyataan tersebut
mengisyaratkan bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan yang semakin
berat, salah satunya tantangan tersebut adalah bahwa pendidikan hendaknya
mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan utuh
dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
Studi PISA (Programme for International Student Assessment)
menunjukkan bahwa Indonesia di peringkat ke-38 dari 41 negara peserta
pada bidang literasi sains. Sedangkan pada TIMSS (Trends Internasional in
Mathematics and Science Study), Indonesia menduduki urutan ke-34 dari 45
negara peserta. (Ali, 2006). Mutu pendidikan Indonesia yang tercermin
dalam kedua studi internasional tersebut masih belum memuaskan.
Pendidikan IPA atau pendidikan sains pada hakekatnya merupakan
upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang
hakekat sains melalui pembelajaran. Sains pada hakekatnya merupakan ilmu
dan pengetahuan tentang fenomena alam yang meliputi produk dan proses.
Pendidikan sains merupakan salah satu aspek pendidikan yang menggunakan
sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan umumnya yakni tujuan
pendidikan nasional dan tujuan pendidikan sains khususnya, yaitu untuk
meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah (Amien, 1992: 19-20).
Untuk menilai apakah IPA diimplementasikan di Indonesia, kita
dapat melihat hasil literasi IPA anak-anak Indonesia. Hal ini mengingat arti
literasi sains/IPA (scientific literacy) itu sendiri yang ditandai dengan kerja
ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi sains yang ditetapkan oleh PISA, yaitu
konten IPA, proses IPA, dan konteks IPA.

4
I. 2 Tujuan
Tujuan tim penulis mengangkat judul “Literasi IPA” yaitu :
1. Tujuan Akademis
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPA SD
2. Tujuan Umum
Untuk memaparkan beberapa inti pembahasan mengenai Literasi IPA
yakni,
a. Pengertian Literasi IPA
b. Komponen dan Aspek dalam Literasi IPA
c. Pembelajaran Literasi IPA
d. Karakteristik Scientific Literacy

I. 3 Metode Penulisan

Pada penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode penulisan kajian


pustaka, yakni dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari berbagai
jenis literasi mulai dari buku serta artikel dalam laman internet.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Literasi Sains
Literasi sains terbentuk dari 2 kata, yaitu literasi dan sains. Secara
harfiah literasi berasal dari kata Literacy yang berarti melek
huruf/gerakan pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily, 1990).
Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa inggris Science yang berarti
ilmu pengetahuan dan juga diartikan dengandan juga diartikandalam
bahasa latin yaitu scientia yang diartikan pengetahuan
Pudjiadi (1987) mengatakan bahwa: “sains merupakan
sekelompok pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang
diperoleh dari pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan
dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah”.
Literasi sains menurut PISA (Programme for International
Student Assessment) diartikan sebagai “ the capacity to use scientific
knowledge , to identify questions and to draw evidence-based conclusions
in order to understand and help make decisions about the natural world
and the changes made to it through human activity”.
Menurut Widyawatiningtyas Literasi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk membaca dan menulis, atau kemampuan
berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata. Literasi sains (scientific
literasi), dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya
bagi kebutuhan masyarakat.
Menurut Suhendra Yusuf (2003)Literasi sains penting untuk
dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat
memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah
lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen yang sangat bergantung pada
teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Antara sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Penemuan dalam sains memungkinkan pengembangan teknologi, dan teknologi

6
menyediakan instrument yang baru lagi yang memungkinkan mengadakan
observasi dan eksperimentasi dalam sains.
Dengan demikian hendaknya perubahan pendidikan sains harus
merefleksikan atau mengarahkan kepada hubungan antara sains dan teknologi
dengan masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Unsur pokok yang terdapat pada literasi sains menurut Harlen
(2004: 64) diantara nya adalah yang paling pokok dalam pengembangan
literasi sains siswa meliputi pengetahuan tentang sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman peserta didik terhadap sains
sehingga peserta didik bukan hanya sekedar tahu konsep sains melainkan
juga dapat menerapkan kemampuan sains dalam memecahkan berbagai
permasalahan dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sains. Berdasarkan beberapa pengertian literasi sains
tersebut peserta didik diharapkan dapat menerapkan pengetahuan yang
didapat disekolah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
peserta didik dapat memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan sekitarnya.
Menurut Poedjiadi (Toharudin, et.al, 2011: 2) seseorang memiliki
literasi sains dan teknologi ditandai dengan memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang
diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk
teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu
menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam
membuat hasil teknologi yang disederhanakan sehingga peserta didik
mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat.
Berdasarkan pernyataan - pernyataan tersebut dengan kata lain
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan literasi sains diharapkan peserta
didik mampu memenuhi berbagai tuntuntan zaman yaitu menjadi problem
solver dengan pribadi yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif, serta
berkarakter. Hal tersebut dikarenakan penguasaan kemampuan literasi

7
sains dapat mendukung pengembangan dan penggunaan kompetensi abad
ke- 21.

2.2 Komponen dan Aspek-aspek dalam Literasi IPA (Sains)


Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika
menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti
mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan
kesimpulan.
(Rustaman et al., 2004). PISA (2000) menetapkan lima komponen
proses sains dalam penilaian literasi sains, yaitu:
1. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki
secara ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab
oleh sains.
2. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah.
Proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau
prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu.
3. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan
kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari
atau seharusnya mendasari kesimpulan itu.
4. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan
secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.
5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda
dari apa yang telah dipelajarinya.
Dari hasil akhir proses sains ini, siswa diharapkan dapat
menggunakan konsep-konsep sains dalam konteks yang berbeda dari yang
telah dipelajarinya. PISA memandang pendidikan sains untuk
mempersiapkan warganegara masa depan, yang mampu berpartisipasi
dalam masyarakat yang akan semakin terpengaruh oleh kemajuan sains
dan teknologi, perlu mengembangkan kemampuan anak untuk memahami

8
hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan keterbatasan sains.
Termasuk di dalamnya kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
sains, kemampuan untuk memperoleh pemahaman sains dan kemampuan
untuk menginterpretasikan dan mematuhi fakta.  Alasan ini  yang
menyebabkan PISA tahun 2003  menetapkan 3 komponen proses sains
berikut ini dalam penilaian literasi sains.
1. Mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi gejala sains.
2. Memahami penyelidikan sains
3. Menginterpretasikan bukti dan kesimpulan sains.

2.3 Pembelajaran Literasi IPA (Science)

Pembelajaran merupakanbagian terpenting dalam penentuan


ketercapaian penguasaan literasi sains, Permendiknas RI No. 41 (2007: 6)
menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan
dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa. Penjelasan tersebut dimaksudkan supaya pembelajaran
menjadi aktivitas yang bermakna dimana setiap siswa dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran yang menitik beratkan kepada pencapaian literasi
sains adalah pembelajaran yang sesuai dengan hakitat pembelajaran sains
yang mana pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan pada hafalan
pengetauan saja melainkan berorientasi pada proses dan ketercapaian
sikap ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Pemberian pengalaman langsung dengan cara inkuiri kritis ini,
diharapkan dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman

9
yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sedangkan, keaktifan atau
proses kerja inkuiri dalam mengikuti proses pembelajaran diperlukan agar
pengetahuan yang diperoleh peserta didik dapat lebih bertahan lama.
Proses kerja inkuiri ini dilakukan dalam kerja kolaboratif sehingga
siswa akan mampu berkolaborasi sekaligus akan terampil berkomunikasi.
Selain itu kebermaknan pembelajaran sains juga dapat dicapai dengan
cara mengaitkan konsep yang dipelajari peserta didik dengan kehidupan
sehari-hari hal ini dikarenakan keberhasilan pembelajaran dalam
mewujudkan visinya ditunjukkan apabila peserta didik memahami apa
yang dipelajari serta dapat mengaplikasikannya dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Millar dan Osbome
(Harlen, 2004: 63) literasi sains dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan pembelajaran sebagai berikut :
1. sustain and develop the curiosity of young people about the natural
world around them, and build up their confidence in their ability to
enquire into its behaviour. It should seek to foster a sense of
wonder, enthusiasm and interest in science so that young people
feel confident and competent to engage with scientific and technical
matters.

2. help young people acquire a broad, general understanding of the


important ideas and explanatory frameworks of science, and of the
procedures of scientific enquiry, which have had a major impact on
our material environment and on our culture in general.
Berdasarkan penjelasan di atas alternatif pembelajaran yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik
adalah dengan menerapkan pembelajaran sains yang mengedepankan
pada pengembangan sikap, gagasan, dan keterampilan proses sains yang
menekankan pada kegiatan inkuiri ilmiah, dengan pembelajaran seperti itu
maka akan meningkatkan antusiasme, minat, dan kekaguman siswa akan
sains.

10
Terdapat beberapa alternatif model pembelajaran yang cukup
efektif dalam membangun literasi sains untuk siswa sekolah dasar pada
konteks pendidikan abad 21. Model pembelajaran tersebut salah satunya
adalah Problem Basic Learning ( PBL). Dengan model ini siswa diajak
agar mampu melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir
terarah dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan dan
melakukan analisis sebelum bertindak.
Mengingat begitu pesatnya perkembangan sains dan teknologi di
era modern, dapat berdampak pada munculnya berbagai permasalahan
global sehingga dalam pembelajaran peserta didik senantiasa harus dilatih
memecahkan berbagai permasalahan.
Selain itu pula berbagai metode dan model yang digunakan dalam
pendidikan IPA yaitu diantaranyaVirtual Lab Berbasis STEM, Problem Based
Learning, Pembelajaran Berbasis Proyek, dan pembelajaran saintik dapat
meningkatkan literasi sains. Melalui kegiatan keilmiahan tersebut akan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri fakta, konsep dan prinsip melalui pengalaman secara
langsung untuk memecahkan masalah dalam kehidupan serta membentuk sikap
positif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal.

2.4 Karakteristik scientific literacy (Literasi Sains)


1.   Karakteristik scientific literacy (Literasi Sains)
a)   Kemampuan Dasar yang Diukur
Kemampuan yang diukur dalam PISA adalah kemampuan
pengetahuan dan keterampilan dalam tiga domain kognitif, yaitu
membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Untuk
memperoleh data yang dimaksud, disusun dua kategori bentuk soal,
yaitu bentuk soal pilihan ganda yang memungkinkan siswa memilih
salah satu jawaban yang paling benar dari beberapa alternatif jawaban
yang diberikan (sebanyak 44.7% dari keseluruhan soal) dan bentuk

11
soal uraian (constructed response) yang menuntut siswa untuk dapat
menjawab dalam bentuk tulisan atau uraian (sisanya atau 55.3%).
Kemampuan yang diukur itu berjenjang dari tingkat kesulitan
yang paling rendah kepada tingkat yang lebih sulit. Soal-soal yang
harus dijawab pada bentuk pilihan ganda dimulai dari memilih salah
satu jawaban alternatif yang sederhana, seperti menjawab ya/tidak,
sampai kepada jawaban alternatif yang agak kompleks, seperti
merespons beberapa pilihan yang disajikan.
Pada soal-soal yang memerlukan jawaban uraian, siswa
diminta untuk menjawab dengan jawaban yang singkat dalam bentuk
kata atau frase, kemudian jawaban agak panjang dalam bentuk uraian
yang dibatasi jumlah kalimatnya, dan jawaban dalam bentuk uraian
yang terbuka.

b)      Sampel dan Variabel


Sebanyak 290 sekolah di Indonesia telah dijadikan sampel
untuk studi ini, dengan jumlah siswa dalam sampel ini sebanyak 7.355
siswa dari keseluruhan siswa yang berusia 15 tahun dan berada dalam
sistem pendidikan. Sekolah tersebut dipilih berdasarkan status sekolah
dan jenis sekolah, yang mencakup SLTP (38%), MTs (27.6%), SMU
(15.9%), MA (8.5%), dan SMK (9.7%).
Data yang dikumpulkan dalam PISA ini terdiri atas tiga
kategori data, yaitu literasi siswa, latar belakang siswa, dan latar
belakang sekolah. Aspek literasi adalah aspek utama dari data yang
dikumpulkan yang terdiri atas pengetahuan dan keterampilan dalam
membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.

c)   Desain Tes Literasi Membaca


Soal-soal PISA yang didesain untuk mengukur literasi
membaca dapat dibagi menjadi tiga aspek utama, yaitu aspek struktur
dan jenis wacana, aspek proses membaca, dan aspek konteks
pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan membaca.

12
d)  Struktur dan Jenis Wacana
Struktur dan jenis wacana di dalam PISA dibagi menjadi dua
jenis yaitu struktur wacana berkelanjutan (continuous texts) dan
wacana tak-berkelanjutan (non-continuous texts). Seperti telah
dijelaskan di atas, wacana berkelanjutan adalah jenis wacana yang
terdiri atas rangkaian kalimat yang diatur dalam paragraf dalam bentuk
deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi atau injungsi; sementara
wacana tak-berkelanjutan adalah wacana yang dirancang dalam format
matrik, termasuk di dalamnya pengumuman, grafik, gambar, peta,
skema, tabel, dan aneka bentuk penyampaian informasi.
Sementara jenis soal PISA juga mengukur tiga proses
membaca, yaitu kemampuan mencari dan menemukan informasi,
kemampuan mengembangkan makna dan menafsirkan isi bacaan, dan
kemampuan melakukan refleksi dan evaluasi terhadap isi bacaan dalam
kaitannya dengan pengalaman sehari-hari, pengetahuan yang sudah
didapat sebelumnya, dan pengembangan gagasan dari informasi yang
diperolehnya

BAB III

13
PENUTUP

Kesimpulan

1. Secara harfiah literasi berasal dari kata Literacy  yang berarti melek


huruf/gerakan pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily, 1990).
Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa inggris Science yang berarti
ilmu pengetahuan dan juga diartikan dengandalam bahasa latin yaitu.
scientia yang diartikan pengetahuan.

2. Berdasarkan pemaparan tersebut literasi sains dapat didefinisikan


sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam
rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.

3. Unsur pokok yang terdapat pada literasi sains menurut Harlen (2004:
64) diantara nya adalah yang paling pokok dalam pengembangan literasi
sains siswa meliputi pengetahuan tentang sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman peserta didik terhadap
sains sehingga peserta didik bukan hanya sekedar tahu konsep sains
melainkan juga dapat menerapkan kemampuan sains dalam memecahkan
berbagai permasalahan dan dapat mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sains.

4. PISA tahun 2003  menetapkan 3 komponen proses sains berikut


ini dalam penilaian literasi sains.
1) Mendiskripsikan, menjelaskan, memprediksi gejala sains.
2) Memahami penyelidikan sains
3) Menginterpretasikan bukti dan kesimpulan sains.  
5. Berbagai metode dan model yang digunakan dalam pendidikan IPA
yaitu diantaranya Virtual Lab Berbasis STEM, Problem Based Learning,
Pembelajaran Berbasis Proyek, dan pembelajaran saintik dapat

14
meningkatkan literasi sains. Melalui kegiatan keilmiahan tersebut akan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri fakta, konsep dan prinsip melalui pengalaman secara
langsung untuk memecahkan masalah dalam kehidupan serta membentuk
sikap positif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Diah harianti. 2007. Kajian kebijakan Kurikulum mata pelajaran ipa. Departemen


Pendidikan Nasional. Diakses tanggal 19 Maret 2011.
Darliana. 2011. pendekatan fenomena mengatasi kelemahan pembelajaran
ipa.http://www.p4tkipa.org/. diakses  tanggal 19 Maret 2011.
Emiliannur. 2010. literacy science. http://emiliannur.wordpress.com/. Diakses
tanggal 19 Maret 2011.
Irwandi Yogo Suaka . 2010. Peningkatan Literasi Sains dan Teknologi dalam
Pendidikan dan Implementasinya dalam KTSP. http://www.blogger.com/.
Diakses tanggal 19 Maret 2011.
Masfrana Wijaya. 2011. Perkembangan Literasi. http://masprana. Blogspot.com/.
Diakses tanggal 19 Maret 2011
Suhendra Yusuf. ________. Perbandingan gender dalam prestasi literasi siswa
Indonesia.http://abstrak.digilib.upi.edu/Direktori/.  Diakses tanggal 19 Maret
2011
 

16

Anda mungkin juga menyukai