Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TAHAPAN DAN EVALUASI LITERASI SAINS


Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah pengembangan pembelajaran Sains SD

Dosen Pengampu :
Santy Dinar Permata, M.Pd.

Di susun oleh :

Aji Iksa Prasida 20011002


Elvina Nur Azizah 20011025
Friday Agustin NNM 20011033
Mohammad Khoirul A 20011038

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP MODERN NGAWI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul
“Tahapan dan Evaluasi Literasi Sains” dapat kami selesaikan dengan baik. Begitu
pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui buku maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kami sampaikan terima kasih juga kepada dosen pengampu kami,
dalam mata kuliah Pengembangn Pembelajaran Sains SD yaitu ibu Santy Dinar
Permata M.Pd. yang telah memberikan tugas sehingga harapan kami, informasi
dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Pada
akhirnya makalah ini telah selesai di waktu yang tepat semoga bermanfaat bagi
semua yang berkenan membaca makalah ini. Amiin.

Ngawi, 9 november 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian literasi sains......................................................................................3
B. Prinsip dasar literasi sains...................................................................................8
C. Tahapan literasi sains........................................................................................10
D. Penerapan literasi sains....................................................................................12
E. Pengembangan Alat evaluasi literasi sains........................................................15
F. Pengertian AKM, contoh soal dan bentuk evaluasi...........................................16
BAB III...............................................................................................................................24
PENUTUP..........................................................................................................................24
A. Simpulan...........................................................................................................24
B. Saran.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Literasi sains (scientific literacy) berasal dari gabungan dua kata Latin,
yaitu literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan,
dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. DeBoer (2000)
mengungkapkan bahwa orang yang pertama menggunakan istilah literasi sains
adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford University. Hurt science literacy berarti
tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan
masyarakat (Toharudin, dkk, 2011). Penilaian literasi sains dalam PISA tidak
semata-mata berupa pengukuran tingkat pemahaman terhadap pengetahuan
sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses sains, serta
kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains dalam situasi
nyata yang dihadapi peserta didik, baik sebagai individu, anggota masyarakat,
serta warga dunia. Pembelajaran literasi sains merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pengembangan kemampuan pengetahuan sains di berbagai
sendi kehidupan, mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan
meningkatkan kualitas hidup (Holbrook dan Rannikmae dalam Holbrook,
1998).
Untuk itu guru dituntut harus memahami literasi sains dan
pengaplikasiannya agar mudah dalam penyampaian materi. Manfaat dari
literasi sains yaitu setelah peserta didik memahami suatu ilmu, siswa dapat
menerapkan ilmu yang di dapat dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Supaya dapat memahami lebih dalam permasalahan di atas, penulis
menyajikan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian literasi sains?
2. Bagaimana prinsip dasar literasi sains?

1
3. Bagaimana tahapan literasi sains?
4. Bagaimana penerapan literasi sains?
5. Apa saja alat evaluasi literasi sains dan pengembangannya?
6. Apa pengertian AKM, contoh soal dan bentuk evaluasinya?

C. Tujuan Penulisan
Proses penulisan makalah ini,penulis mendapatkan manfaat dari membaca
buku-buku yang menjadi sumber untuk pembahasan, sehingga menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai materi yang bersangkutan:
1. Pengertian literasi sains
2. Prinsip dasar literasi sains
3. Tahapan literasi sains
4. Penerapan literasi sains
5. Pengembangan Alat evaluasi literasi sains
6. Pengertian AKM, contoh soal dan bentuk evaluasinya

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian literasi sains
Literasi sains (scientific literacy) berasal dari gabungan dua kata Latin,
yaitu literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau
berpendidikan, dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. DeBoer
(2000) mengungkapkan bahwa orang yang pertama menggunakan istilah
literasi sains adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford University. Hurt science
literacy berarti tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi
kebutuhan masyarakat (Toharudin, dkk, 2011). Penilaian literasi sains dalam
PISA tidak semata-mata berupa pengukuran tingkat pemahaman terhadap
pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses
sains, serta kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains dalam
situasi nyata yang dihadapi peserta didik, baik sebagai individu, anggota
masyarakat, serta warga dunia.
Definisi ini dikembangkan lebih lanjut oleh Olsen dan dioperasionalkan
melalui tiga dimensi utama yang harus mencakup item:
1. Dimensi konten yang mengidentifikasi beberapa area dalam ilmu dilihat
sebagai definisi keseluruhan sangat relevan
2. Dimensi kompetensi yang mengidentifikasi tiga kompetensi ilmiah:
a. Menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena ilmiah
b. Memahami penyelidikan ilmiah
c. Menafsirkan bukti ilmiah dan kesimpulan
Yang utama dari kompetensi tersebut melibatkan pengertian konsep-konsep
ilmiah, sedangkan yang kedua dan ketiga dapat dilabel ulang sebagai
pemahaman proses ilmiah. Bobot item ketiga kompetensi adalah 50% pada
kompetensi I dan 50% pada kompetensi II dan III. Dimensi Situasi
mengidentifikasi tiga konteks atau bidang utama aplikasi; “Kehidupan dan
Kesehatan”, “Bumi dan Lingkungan”, dan “Ilmu dalam Teknologi”.

3
Literasi sains menurut National Science Education Standards adalah
“scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts and
processes required for personal decision making, participation in civic and
cultural affairs, and economic productivity. Literasi sains yaitu suatu ilmu
pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan
memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan
pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan,
budaya dan pertumbuhan ekonomi. Literasi sains dapat diartikan sebagai
pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi sains adalah
penggunaan pengetahuan seseorang dalam menanggapi dan isu-isu atau
fenomena-fenomena di lingkungan sekitar yang terkait dengan sains.
Chabalengula dkk. (2008) mengemukakan bahwa literasi sains mencakup
4 aspek yaitu: (a) pengetahuan tentang ilmu pengetahuan, (b) sifat investigasi
ilmu pengetahuan, (c) ilmu sebagai cara untuk mengetahui dan (d) interaksi
ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat. Menurut Shen mengemukakan
bahwa literasi sains diidentifikasi menjadi enam komponen yaitu: (a) konsep
dasar sains, (b) sifat sains, (c) etika kerja ilmuan, (d) keterkaitan antara sains
dan masyarakat, (e) keterkaitan antara sains dan humaniora, dan (f) memahami
hubungan dan perbedaan antara sains dan teknologi.
(Toharudin,dkk.2011)Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan
kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh
pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan
berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan
teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan
untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD dalam
Kemendikbud, 2017). Literasi sains merupakan salah satu kunci untuk
menghadapi berbagai tantangan pada abad 21. Penguasaan serta memiliki
konsep dasar sains dan teknologi akan sangat membantu dalam menyelesaikan
permasalahan kehidupan. Namun demikian, bukan berarti semua orang harus
menjadi pakar sains. Dengan memiliki dan menguasai konsep dasar sains

4
memungkinkan manusia untuk berperan dalam membuat pilihan yang
berdampak pada kehidupan.
National Research Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian
kompetensi ilmiah yang dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan
pandangan bahwa sains adalah ansambel dari praktik sosial dan epistemik yang
umum pada semua ilmu pengetahuan, yang membingkai semua kompetensi
sebagai tindakan. Petunjuk Belajar (Kemendikbud, 2017). Pengembangan
literasi sains untuk peserta didik sekolah dasar pada dasarnya adalah menarik
keterlibatan peserta didik dalam proses belajar dan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan. Proses belajar sains dilakukan dalam upaya
memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan. Proses pengembangan literasi sains
dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan
inferensi.
Ruang Lingkup Literasi Sains yang dikembangkan mencakup
pengembangan pembelajaran dalam kelas dan luar kelas (ekstrakurikuler).
Literasi sains merupakan pencapaian pembelajaran sains berbasis literasi.
Literasi sains berkaitan erat dengan literasi baca tulis. Semua bidang atau
literasi dasar lainnnya seperti numerasi, digital, finansial, budaya dan
kewargaan juga menggunakan kemampuan membaca dan menulis sebagai
kemampuan dasarnya. Ada dua fokus dalam kegiatan pengembangan
kemampuan literasi sains, yaitu kegiatan mengembangkan kemampuan
membaca dan menulis serta membaca dan menulis hal yang berkaitan dengan
bidang sains.
Kajian Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas
tentang rekomendasi kurikulum sains masa depan menyatakan bahwa
(Prahastiwi, 2019):
1. Pembelaajaran sains diharapkan mampu menumbuhkan kepercayaan
diri siswa.
2. Belajar sains disertai dengan keterampilan ilmiah dan pengembangan
sikap.

5
3. Belajar sains mampu meningkatkan pemahaman dan penalaran siswa
tentang kejadian alam di sekitarnya serta melakukan penyelidikan
ilmiah.
4. Belajar sains mampu menstimulus keterampialan proses sains siswa
dan guru.
Merujuk pada kurikulum sains masa depan di atas maka cocok dengan
menstimulus kemampuan literasi sains siswa. Literasi sains berasal dari dua
kata, literasi dan sains. Kata literasi memiliki arti yaitu melek huruf atau
gerakan pembatasan buta huruf. Sementara kata sains, asal katanya adalah
science yang mempunyai arti ilmu pengetahuan.
Menurut PISA (Nurfaidah, 2017), literasi sains didefinisikan sebagai
kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah dna interaksi manusia dan
alam. Jika ditelusuri lebih dalam maka literasi sains dapat dimaknai dengan
memahami sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. Sebagaimana
yang disampaikan oleh (Syofyan & Amir, 2019) bahwa literasi sains adalah
kemampuan menggunakan pengetahuan sains dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi dapat dicermati di sini, ketika siswa belajar sains, yang diharapkan pada
siswa tersebut bukan hanya penguasaan konsep atau fakta-fakta semata tetapi
juga ditunjukkan dengan sikapnya. Istilah “literasi sains” pertama kali
disampaikan oeh Paul DeHard Hurd pada tahun 1958 dalam sebuah artikel
yang berudul “Science literacy Its meaning for American Schools” dan istilah
tersebut sudah digunakan untuk menggambarkan pemahaman tentang sains dan
aplikasinya di masyarakat (Daniah, 2020).

6
Menurut (Hilman & Dewi, 2015) komponen literasi sains terdiri-dari: 1.
Konteks sains dengan bukan sains. 2. Bagian sains dan aplikasi sains. 3.
Pengetahuan sains dalam problem solving. 4. Karakteristik sains dan kaitannya
degan budaya. 5. Manfaat dan resiko yang ditumbulkan sains. Sementara
menurut (Cahyana, Kadir, & Gherardini, 2017), enam elemen penting dalam
literasi sains yaitu: 1. Science as inquiry. 2. Science content. 3. Science and
technology. 4. Science in personal and social perspective. 5. History and nature
of science. 6. Unifying concepts and processes. Literasi sains mempunyai 5
tingkatan.
Menurut (Prahastiwi, 2019), tingkatan literasi sains terdiri-dari:
1. Scientific illiteracy.
Permasalahannya di sini siswa tidak bisa mengkorelasikan dan
merespon sebuah pertanyaan tentang sains yang memerlukan argumen.
Siswa tidak memiliki pembedaharaan kata, konsep, konteks dan
kemampuan kognitif dalam mengidentifikasi pertanyaan secara
ilmiascientific literacy.
Permasalahan pada tingkatan ini yaitu siswa sudah mengenal konsep
tentang sains, namun tingkatan pemahaman diindikas]kan miskonsepsi.
2. Functional scientific literacy.
Adapun pada tingkatan ini pemahaman siswa masih terbatas namun
siswa bisa mengaplikasikan suatu konsep dengan baik dan benar.
3. Conceptual scientific literacy.
Siswa mengkorelasikan pemahaman sains siswwa dengan skema
konsep mata pelajaran.
4. Multimensional scientific literacy.
Tingkatan ini merupakan suatu pandangan literasi sains dengan
mengkorelasikan pemahaman sains yang luas melebihi dari konsep
mata pembelajaran dan prosedur penyelidikan ilmiah.

7
Indikator yang mencirikan siswa telah memiliki kemampuan literasi
adalah (Agustin & Ayu, 2020):
1) Siswa tersebut mampu menyelesaikan masalah menggunakan konsep
sains.
2) Siswa mengenal produk teknologi dan bisa memeliharanya.
3) Siswa kreatif dalam menciptakan produk teknologi.
Sementara kompetensi yang diprioritaskan oleh PISA adalah (Asyhari,
2015):
1) Menelaah isu ilmiah.
2) Menjabarkan fenomena ilmiah.
3) Mempergunakan bukti ilmiah.

B. Prinsip dasar literasi sains


Mengacu pada Kemendikbud (2017:5) prinsip dasar literasi sains untuk
peserta didik sekolah dasar adalah:

1. Kontekstual, sesuai dengan kearifan lokal dan perkembangan zaman.


Stimulus atau isu yang dibahas dapat diambil dari permasalahan yang
nyata ditemukan dalam kehidupan sekitar peserta didik, menyesuaikan
dengan lokasi daerah, serta memilih isu yang sedang berkembang
misalnya saja tentang pandemi COVID-19.
2. Pemenuhan kebutuhan sosial, budaya, dan kenegaraan. Langkah yang
disajikan dalam aktivitas sains diharapkan mampu meningkatkan
keterampilan proses sains peserta didik. Pembiasaan cara berpikir yang
sistematis dan terstruktur diharapkan mampu membentuk karakter
ilmiah pada diri peserta didik yang solutif terhadap permasalahan
sosial dan budaya yang sedang berkembang. Kemampuan

8
memecahkan permasalahan ini harapannya akan ikut membantu
meningkatkan taraf hidup bangsa.
3. Sesuai dengan standar mutu pembelajaran yang sudah selaras dengan
pembelajaran abad 21. Beragam aktivitas yang dikembangkan untuk
mewujudkan profil pelajar yang literat khususnya dalam sains dapat
dilakukan melalui pendekatan saintifik. Langkah dalam pendekatan
saintifik dikenal dengan istilah 5M yakni mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Langkah-langkah tersebut
bermuara pada tercapainya pembelajaran yang mampu
mengembangkan keterampilan abad 21 yakni berpikir kritis dan
memecahkan masalah, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi.
4. Holistik dan terintegrasi dengan beragam literasi lainnya Pembelajaran
sains yang optimal terjadi jika peserta didik diarahkan untuk mencari
tahu melalui serangkaian proses penemuan sehingga membantu
mereka memperoleh pemahaman yang lebih mendalam (Listiyani,
2015). Serangkaian proses penemuan yang identik dalam pembelajaran
sains dapat saling beririsan dengan konsep literasi. Secara paralel
peserta didik mengalami perkembangan keterampilan untuk membaca,
menulis, menggunakan bahasa lisan yang akuntabel, serta terlibat
dalam proses penalaran yang ilmiah.
5. Kolaboratif dan partisipatif. Diperlukan dukungan kerja sama dan
partisipasi yang baik dari warga sekolah dan orang tua dalam
melaksanakan aktivitas sains agar kegiatan dapat optimal. Sinergi yang
tercipta dari pihak yang terkait diharapkan mampu membantu
mewujudkan individu yang literat.

Terdapat prinsip-prinsip penting yang harus ada dalam sebuah


pemebalajaran yang bertujuan untuk melatihkan kemampuan literasi sains
pada siswa. prinsip-prisip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat pembelajaran lebih konseptual, sehingga siswa mampu


mengintegrasikan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Setelah

9
siswa memahami konsep, siswa dituntun agar dapat melihat
aplikasi dari konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Agar siswa lebih termotivasi dalam belajar, maka guru harus
dapat menyediakan pembelajaran yang interaktif.
3. Membuat pembelajaran lebih konseptual, siswa selalu terpapar
dengan informasi dan peristiwa terbaru yang terjadi yang
berkaitan dengan konsep yang dipelajari.
4. Membuat topik yang dipelajari ada kaitannya dengan isu sosial
yang sedang hangat dibicarakan.Siswa diajak untuk memahami
topk-topik secara lebih mendalam sehingga siswa benar-benar
mengerti mulai dari konsep sampai aplikasi mengenai topik
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

C. Tahapan literasi sains


Pembelajaran literasi sains merupakan pembelajaran yang didasarkan pada
pengembangan kemampuan pengetahuan sains di berbagai sendi kehidupan,
mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan meningkatkan kualitas
hidup (Holbrook dan Rannikmae dalam Holbrook, 1998). Langkah-langkah
pembelajaran literasi sains diadopsi dan diadaptasi dari proyek Chemie im
Context atau ChiK (Nentwig et al., 2002) yang disesuaikan dengan kriteria
pembelajaran berbasis literasi sains Holbrook (1998) dengan urutan sebagai
berikut:

a. Tahap Kontak (Contact Phase)

Pada tahap awal ini dikemukakan isu-isu atau masalah-masalah yang


ada di masyarakat atau menggali berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar
siswa yang dapat bersumber dari berita, artikel, atau pengalaman siswa
sendiri. Topik tersebut kemudian dikaitkan dengan materi yang akan
dipelajari. Dengan begitu siswa diharapkan menyadari pentingnya memahami
materi tersebut.

10
b. Tahap Kuriositi (Curiosity Phase)

Pada tahap ini dikemukakan permasalahan berupa pertanyaan-


pertanyaan yang dapat mengundang rasa penasaran dan keingintahuan siswa.
Pertanyaan ini berkaitan dengan isu atau masalah yang telah dibicarakan dan
untuk mampu menjawabnya, siswa memerlukan pengetahuan dari materi
yang akan dipelajari.

c. Tahap Elaborasi (Elaboration Phase)

Pada tahap ini dilakukan eksplorasi, pembentukan dan pemantapan


konsep sampai pertanyaan pada tahap kuriositi dapat terjawab. Eksplorasi,
pembentukan dan pemantapan konsep tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai metode, misalnya ceramah bermakna, diskusi dan kegiatan
praktikum, atau gabungan dari ketiganya. Melalui kegiatan inilah berbagai
kemampuan siswa akan tergali lebih dalam, baik aspek pengetahuan,
keterampilan proses, maupun nilai dan sikap.

d. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Making Phase)

Pada tahap ini dilakukan pengambilan keputusan bersama dari


permasalahan yang dimunculkan pada tahap kuriositi. Dengan begini,
penyelesaian dan permasalhan yang muncul tersebut jelas dan benar-benar
dapat dipahami oleh siswa tanpa ada keraguan.

a. Tahap Nexus (Nexus Phase)

Pada tahap ini dilakukan proses pengambilan intisari (konsep dasar)


dan materi yang dipelajari, kemudian mengaplikasikannya pada konteks yang
lain (dekontekstualsasi), artinya masalah yang sama diberikan dalam konteks
yang berbeda dimana memerlukan konsep pengetahuan yang sama untuk
pemecahannya (Nentwig et al,. 2002). Tahap ini dilakukan agar pengetahuan
yang diperoleh lebih aplikatif dan bermakna, tidak hanya di dalam konteks
pembelajaran tetapi juga di luar konteks pembelajaran

11
b. Tahap Penilaian (Assesment Phase)

Pada tahap ini dilakukan penilaian pembelajaran secara keseluruhan


yang berguna untuk menilai keberhasilan belajar siswa. Penilaian dilakukan
bukan hanya untuk menilai aspek pengetahuan atau konten saja, tetapi juga
aspek proses, aspek konteks aplikasi, dan aspek sikap sains.

D. Penerapan literasi sains


Penguasaaan sains dan teknologi menuju abad 21 menjadi kunci penting
keberhasilan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa menjadi tolok ukur agar
bisa bersaing secara global. Pembelajaran IPA/sains sebagai bagian dari
Pendidikan berperan penting dalam menghasilkan dan membentuk peserta
didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, inovatif, dan
berdaya saing global. Pembelajaran sains juga diharapkan menhjadi fondasi
utama Pendidikan sebagai wahana bagi peserta didik untuk lebih mengenal
sains secara kontekstual dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Sehingga literasi sains menjadi suatu hal yang wajib bagi tiap peserta
didik.

Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains,


mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti yang ada dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas
manusia. Noris dan Phillip dalam (Abidin, 2017), literasi sains digunakan
untuk berbagai aspek yang meliputi pengetahuan mengenai konten substanf
sains, pemahaman sains dan penerapannya, pengetahuan mengenai sains,
kebebasan dalam belajar sains, kemampuan berpikir ilmiah, kemampuan
menggunakan pengetahuan sains dalam memecahkan masalah, berpartisipasi
cerdas dalam isu- isu sains, sifat-sifat sains, penghargaan sains, dampak dan
manfaat sains serta kemampuan berpikir kritis (Syofyan, MS, & Sumantri,
2019). Walaupun pembelajaran literasi sains berkembang mengikuti arah

12
perkembangan keilmuan dan interaksi sosial, maka pembelajaran sains
berbasis literasi tidak mudah untuk dilakukan.

(Permanasari, 2010) mengemukakan beberapa permasalahan umum


dalam pembelajaran sains yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan
literasi sains, khususnya di tingkat indikator dasar dan menengah. Salah satu
indikator ketidaksukaan yang ditunjukkan oleh peserta didik yakni kurangnya
keterkaitan antara konten atau materi yang dibelajarkan, dengan hal-hal yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan kondisi tersebut, guru di
masa depan akan mendapat tantangan besar dalam penyelenggaraan Indikator
global dan berkualitas. Guru harus meningkatkan literasi sains agar dapat
membawa peserta didik untuk berorientasi kepada konstruksi makna,
pembelajaran aktif, akuntabilitas, penggunaan teknologi, peningkatan
kompetensi siswa, kepastian pilihan dan bermasyarakat multikultur (Arends,
2012). Permasalahan yang sering dihadapi oleh calon guru dalam penerapan
literasi sains dalam adalah mereka selama ini jarang digiring untuk berpikir
tingkat tinggi dalam pembelajaran, kemudian ditambah lagi dengan
kelemahan dalam mengkomunikasikan ide ataupun informasi secara lugas,
kurangnya wawasan dalam membaca literatur serta kurang pula dalam
wawasan berpikir. Penelitian tentang penerapan literasi sains dalam materi
pembelajaran IPA untuk calon guru SD dalam menghadapi Pendidikan abad
21 ini untuk memfasilitasi calon guru SD untuk menerapkan hal-hal yang
mendukung dalam pembelajaran literasi sains, yakni guru mengajar peserta
didik untuk mampu mengkonstruksi makna, menetapkan memakai model
pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran, dan guru harus kapabel
dibidangnya, harus menguasai teknologi, mampu melaksanakan pembelajaran
untuk meningkatkan kompetensi siswa, kepastian pilihan untuk mengajar dan
guru harus mampu mengajar dalam kondisi multikultur.

Pentingnya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam


menghadapi tuntutan dunia kerja yang memiliki kompetensi unggulan
terutama dalam hal kemampuan berpikir dalam menjalankan pekerjaannya.

13
Pendidikan haruslah diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa
mampu belajar dan memiliki kemampuan tingjat tinggi. Guru diharuskan
mampu mempersiapkan seluruh peserta didik memiliki kemampuan berpikir
yakni kemampuan menemukan masalah, menemukan, mengintegarsikan, dan
menyintesis informasi, menciptakan situasi baru, dan menciptakan
kemampuan siswa dalam hal belajar mandiri maupun bekerja dalam
kelompok. Sehingga jelaslan guru harus benar-benar memiliki karakteristik
unggul dalam proses Pendidikan, baik dalam masa mengikuti proses
Pendidikan keguruan maupun pada saat guru telah melaksanakan jabatannya
sebagai pendidik nantinya.

Adapun untuk metode dan pendekatan yang digunakan guru dalam


pembelajaran sains seperti, problem based learning, project based learning,
inquiry dan discovery learning. Sementara pemberian pengalaman langsung
dan pengaplikasian sains di peroleh melalui praktikum, siswa
mengaplikasikan keterampilan atau mepraktikkan sesuatu.

Faktor yang perlu diperhatikan guru dalam penerapan literasi sains SD


yaitu:

a. Stimulus siswa agar siap belajar


b. Libatkan siswa dalam pembelajaran
c. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Kendala penerapan literasi sains di sekolah dasar

a. Literasi sains menuntut siswa untuk berpikir kritis, sementara berpikir


kritis adalah tantangan tersendiri bagi siswa. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemampuan literasi sains siswa yaitu kemampuan
berpikir kritis(Cahya et al, 2017)
b. Penerapan literasi sains di sekolah tidak hanya menuntut kemampuan
siswa tetapi juga menuntut kemampuan guru untuk mengajar sains
berbasis literasi dan mengajarkan siswa supaya mempunyai
kemampuan literasi sains tidak mudah. Guru mempunyai peranan

14
yang penting dalam menumbuhkan kemampuan literasi sains
siswa(Siregar,Iskandar dan rokhimawan, 2020)

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa penerapan literasi sains ini tidak
mudah tapi guru perlu melakukan pembiasaan penerapan literasi sains dengan
menstimulus siswa berpikir kritis, menerapkan metode/model pembelajaran
yang cocok dengan pembelajaran sains serta mengajarkan sains tidak hanya
sebatas konsep semata.

E. Pengembangan Alat evaluasi literasi sains


Pengembangan alat evaluasi berbasis literasi sains memberikan
pemahaman terhadap konsep dan metode sains, dampak teknologi dan sains
bagi lingkungan (Astuti, 2012: 40). Evaluasi literasi sains yang dilakukan
memberikan perhatian terhadap aspek kognitif dan afektif siswa (Odja &
Payu, 2014: 40). Aspek kognitif meliputi pengetahuan siswa dan kapasitasnya
untuk menggunakan pengetahuan secara efektif dan melibatkan proses
kognitif yang merupakan karakteristik sains dalam bidang personal, sosial,
dan global. Aspek afektif berhubungan dengan masalah yang dapat
dipecahkan oleh pengetahuan sains dan 15 membentuk siswa yang mampu
untuk membuat keputusan pada saat ini maupun masa depan (OECD, 2013).
Ada empat kategori literasi sains yang harus dipenuhi untuk mengembangkan
alat evaluasi berbasis literasi sains yaitu meliputi sains sebagai (a) sains
sebagai batang tubuh pengetahuan, (b) sains sebagai cara untuk menyelidiki,
(c) sains sebagai cara berpikir, dan (d) interaksi sains, teknologi, dan
masyarakat. Keempat kategori tersebut masih diperinci lagi ke dalam
beberapa tujuan, seperti yang telah dikemukakan oleh Chiappetta et al. (1991)
yaitu sebagai berikut:
a. Sains sebagai batang tubuh pengetahuan Kategori ini menyajikan fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum, menyajikan

15
hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan model-model, meminta siswa untuk
mengingat pengetahuan atau informasi.
b. Sains sebagai cara untuk menyelidiki Kategori ini dimaksudkan untuk
merangsang pemikiran dan meminta siswa untuk "menyelidiki". Hal ini
mencerminkan aspek inkuiri dan belajar aktif, melibatkan siswa dalam
metode dan proses sains seperti mengamati, mengukur,
mengklasifikasi, menyimpulkan, rekaman data, membuat perhitungan,
bereksperimen, dan sebagainya.
c. Sains sebagai cara berpikir Kategori ini menekankan sifat empiris dan
objektivitas ilmu sains, menggambarkan penggunaan asumsi-asumsi,
menunjukkan bagaimana ilmu sains berjalan oleh penalaran induktif
dan deduktif, memberikan hubungan sebab dan akibat, mendiskusikan
fakta dan bukti, menyajikan metode dan pemecahan masalah ilmiah,
dan menuntut siswa berpikir kritis.
d. Interaksi sains, teknologi, dan masyarakat Kategori ini menggambarkan
kegunaan ilmu sains dan teknologi bagi masyarakat, menunjukkan efek
negatif dari ilmu sains dan teknologi bagi masyarakat, mengembangkan
perspektif ilmu pengetahuan dan teknologi, menerapkan pengetahuan
ilmiah dan teknologi untuk pribadi, manfaat sosial, dan global
mendiskusikan masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan ilmu
sains atau teknologi, dan menyebutkan karir-karir dan pekerjaan-
pekerjaan di bidang ilmu dan teknologi.

F. Pengertian AKM, contoh soal dan bentuk evaluasi

Pada dasarnya, AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini adalah


salah satu bentuk dari Asesmen Nasional yang terdiri atas survei karakter,
survei lingkungan belajar, hingga asesmen kompetensi minimum itu sendiri.
Yap, asesmen atau penilaian atau langkah yang digunakan oleh pendidik
untuk mengukur hasil belajar dari para peserta didiknya. Hasil belajar tersebut

16
meliputi bagaimana proses belajarnya, kemajuan dalam berpikir, dan upaya
perbaikan hasil belajar sebelumnya (remedial).

Meskipun AKM ini disebut-sebut sebagai pengganti dari Ujian Nasional


(UN), tetapi perannya tetap sama kok yakni untuk mengevaluasi prestasi dan
hasil belajar siswa secara individual. Tidak hanya itu saja, AKM atau
Asesmen Kompetensi Minimum ini akan menyajikan beragam masalah
dengan konteks yang berbeda-beda, yang nantinya diharapkan mampu untuk
dituntaskan oleh peserta didik berdasarkan kemampuan literasi dan numerik
yang mereka miliki.

Dalam AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum ini, lebih menekankan


pada dua konteks dasar yakni literasi dan numerasi. Pada kompetensi literasi,
diharapkan bahwa kemampuan membaca, menulis, dan mengolah informasi
serta pengetahuan yang dimiliki dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari peserta didik. Sementara itu, pada kompetensi numerasi adalah
kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika sebagai dasar untuk menyelesaikan berbagai kompleksnya
masalah peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Berhubung AKM ini
adalah bentuk penyederhanaan dari Ujian Nasional (UN), makanya materi
yang diujikan juga hanya ada tiga saja yakni bahasa (literasi), matematika
(numerasi), dan penguatan pendidikan karakter. Adapun pada soal AKM
bahasa (literasi) dan matematika (numerasi) akan mengacu pada PISA
(Program for International Student Assessment).

Contoh soal literasi

Topik: Literasi

Sub topik: Teks Informasi

Level Kognitif: HOTS

1. Perhatikan ilustrasi dan artikel berikut!

17
Anton mendapat tugas dari gurunya untuk membuat sebuah kerajinan.
Kerajinan yang dibuat harus memiliki tema “Lingkungan Hidup”. Kemudian,
Anton mencari ide dengan cara membaca berbagai berita mengenai
lingkungan Hidup. Anton pun menemukan berita berikut.

PARAHNYA MASALAH SAMPAH PLASTIK DI INDONESIA

Masalah sampah plastik di Indonesia kembali menjadi sorotan publik.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University
of Georgia, padatahun 2010, ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan
di seluruhdunia. Di antara jutaan ton sampah tersebut, sekitar 4,8 hingga 12,7
juta ton terbuang kelaut dan mencemari laut.

Di Indonesia, ada sekitar 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola
dengan baik. Sekitar 0,48 hingga 1,29 juta ton darisampah plastik tersebut
diduga mencemari lautan. Hal Hal itu menjadikan Indonesia sebagai negara
dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.

Padahal, jumlah penduduk pesisir Indonesia hampir sama dengan India, yaitu
187 juta jiwa. Namun, tingkat pencemaran plastik ke laut di India hanya
sekitar 0,09—0,24 juta ton per tahun dan India menempati urutan ke-12
sebagai negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar di
dunia. Jika dibandingkan dengan India, dimungkinkan bahwa sistem
pengelolaan sampah di Indonesia masih belum optimal.

Tak hanya itu, pencemaran plastik di Indonesia pun diperkirakan akan terus
meningkat. Hal itu dapat terjadi karena saat ini, industri-industri minuman di

18
Indonesia tumbuh dengan pesat. Padahal, banyak produk minuman yang
menggunakan plastik sekali pakai sebagai packaging. Pertumbuhan industri
minuman yang sangat pesat tentu saja akan menghasilkan pertumbuhan
jumlah sampah plastik yang semakin banyak. Terlebih, saat ini kapasitas
pengolahan limbah plastik masih terbilang minim.

Berdasarkan berita tersebut, untuk mengurangi tingkat pencemaran plastik,


peran apa yang dapat kamu lakukan sebagai siswa?

A. Membuat minuman berkemasan plastik secara pribadi.


B. Membuat aturan mengenai larangan membuang sampah plastik.
C. Tidak membuang sampah sembarangan.
D. Membuang seluruh plastik yang dimiliki agar tidak menjadi
sampah.

Jawaban: C

Pembahasan:

Sesuai teks di atas, tingkat pencemaran plastik di Indonesia tergolong tinggi.


Hal itu turut disebabkan oleh pengelolaan sampah plastik yang
belum optimal. Selain itu, pencemaran sampah plastik juga diduga akan
terus meningkat karena banyaknya industri minuman yang menggunakan
plastik sebagai kemasan. Untuk membantu mengurangi tingkat pencemaran
plastik, siswa dapat membuang sampah pada tempatnya. Dengan tidak
membuang sampah sembarangan, pencemaran plastik dapat dikurangi karena
sampah plastik dapat dikelola dengan lebih baik.

Sementara itu, langkah membuat minuman berkemasan plastik secara pribadi


justru dapat menambah jumlah sampah plastik yang ada. Di samping itu,
membuat aturan mengenai larangan membuang sampah plastik adalah hal
yang seharusnya dilakukan oleh pihak-pihak berwenang. Membuang seluruh
plastik yang dimiliki pun akan menambah jumlah sampah plastik yang ada di
lingkungan. Sebaiknya, plastik yang telah dimiliki dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya agar tidak lagi perlu membeli plastik pada kemudian hari. Hal

19
itu perlu dilakukan karena pembelian plastik secara terus-menerus dapat
meningkatkan jumlah sampah plastik di lingkungan sekitar.

Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah C.

Topik: Literasi

Subtopik: Teks Informasi

Level Kognitif: HOTS

2. Perhatikan informasi dalam gambar berikut!

20
Berdasarkan informasi pada gambar wacana, manakah pernyataan yang
sesuai dengan kondisi Taman Nasional Komodo?

Catatan: Jawaban dapat lebih dari satu


 Taman Nasional Komodo hanya berlokasi utama di Pulau Komodo.

 Komodo pada dasarnya pemburu pasif yang melumpuhkan mangsa dengan


gigitan.

 Tikus endemik dan rusa timor termasuk jenis fauna di Taman Nasional Komodo.

21
 Taman Nasional Komodo diakui sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO sekitar
11 tahun setelah didirikan.

Pembahasan:

Pernyataan pertama tidak tepat. Taman Nasional Komodo


terletak di Pulau Komodo, Rinca, Padar, dan Banta (Kecamatan Komodo,
Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur). Jadi, Taman
Nasional Komodo bukan hanya terletak di Pulau Komodo.

Pernyataan kedua tepat. Berdasarkan karakteristiknya, komodo


bukan hewan pemburu aktif. Artinya, komodo termasuk pemburu yang pasif.
Komodo juga melumpuhkan mangsanya dengan hanya satu gigitan.

Pernyataan ketiga tepat. Ada beragam spesies darat terkenal yang


ada di Taman Nasional Komodo, seperti unggas scrub berkaki oranye, tikus
endemik, dan rusa timor.

Pernyataan keempat tepat. Taman Nasional Komodo didirikan


pada tahun 1980, kemudian diakui sebagai World Heritage Site dan
Biosphere Reserve oleh UNESCO tahun 1991. Artinya, penetapan tersebut
berlangsung 11 tahun kemudian.

Jadi, jawaban yang tepat terdapat pada poin kedua,


ketiga, dan keempat.

Bentuk Evaluasi

ANBK adalah singkatan dari Asesmen Nasional Berbasis Komputer.


ANBK diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi (Kemdikbudristek) sebagai pengganti ujian nasional.Melansir
situs ANBK Kemdikbud, dijelaskan bahwa Asesmen Nasional atau ANBK
adalah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kemdikbud. Program

22
evaluasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan
memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan.

ANBK dilaksanakan dengan 3 instrumen, yaitu Asesmen Kompetensi


Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. AKM
digunakan untuk mengukur literasi membaca dan literasi matematika
(numerasi) para siswa.

23
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Literasi sains menurut National Science Education Standards adalah
“scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts
and processes required for personal decision making, participation in civic and
cultural affairs, and economic productivity. Literasi sains yaitu suatu ilmu
pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan
memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan
pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan,
budaya dan pertumbuhan ekonomi. Literasi sains dapat diartikan sebagai
pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi sains adalah
penggunaan pengetahuan seseorang dalam menanggapi dan isu-isu atau
fenomena-fenomena di lingkungan sekitar yang terkait dengan sains
literasi sains juga mengacu beberapa prinsip dasar diantaranya
kontekstual,holistik,kolaboratif yang prinsip prinsip itu bertujuan membuat
pembelajaran lebih konseptual ,membuat siswa termotifasi, membuat topik
pembelajaran lebih hangat, untuk melaksanakanliterasi sains ada beberapa
tahapan yaitu tahap kontak,kuiriositi,elaborasi,pengambilan keputusan,nexus
dan tahap penilaian,
sedangkan untuk penerapan literasi sains pendidik dapat haruslah
diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu belajar dan
memiliki kemampuan tingjat tinggi. Guru diharuskan mampu mempersiapkan
seluruh peserta didik memiliki kemampuan berpikir yakni kemampuan
menemukan masalah, menemukan, mengintegarsikan, dan menyintesis
informasi, menciptakan situasi baru, dan menciptakan kemampuan siswa
dalam hal belajar mandiri maupun bekerja dalam kelompok. Sehingga jelaslan
guru harus benar-benar memiliki karakteristik unggul dalam proses
Pendidikan

24
Evaluasi literasi sains yang dilakukan memberikan perhatian
terhadap aspek kognitif dan afektif siswa. Aspek kognitif meliputi
pengetahuan siswa dan kapasitasnya untuk menggunakan pengetahuan secara
efektif dan melibatkan proses kognitif yang merupakan karakteristik sains
dalam bidang personal, sosial, dan global. Aspek afektif berhubungan dengan
masalah yang dapat dipecahkan oleh pengetahuan sains dan 15 membentuk
siswa yang mampu untuk membuat keputusan pada saat ini maupun masa
depan.

A. Saran
Memahami pengertian, tahapan dan evaluasi literasi sains, diharapkan para
pendidik bisa menerapkan pembelajaran literasi sains dengan baik agar siswa
mendapatkan pemahaman dan pengaplikasian yang maksimal.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hilman, I., & Dewi, S. Z. (2015). Mungkinkah Membangun Literasi Sains di


SD/MI Dengan Kompetensi Guru di Indonesia? Membangun Imajinasi Dan
Kreativitas Anak Melalui Literasi Sains, 2, 39–44.

http://sainsedutainment.blogspot.com/2013/01/pembelajaran-literasi-sains.html?
m=1 diakses pada tanggal 7 November 2022

http://ditpsd.kemendikbud.go.id diakses pada tanggal 9 November 2022

Nurfaidah, S. S. (2017). Analisis Aspek Literasi Sains Pada Buku Teks Pelajaran
Ipa Kelas V SD. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 56–66.

https://vivitmuzaki.wordpress.com/2012/07/09/literasi-sains/ diakses pada tanggal


7 November 2022
https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/literasi/akm/amp/#ip=1
diakses pada tanggal 9 November 2022

https://www.ruangguru.com/blog/contoh-soal-akm-sd-kelas-5 diakses pada


tanggal 9 November 2022

26

Anda mungkin juga menyukai