Anda di halaman 1dari 22

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN SAINS

MAKALAH

OLEH:
NIKMATUR ROHMAYA
NIM. 2123071012

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat
dan Tujuan Pendidikan Sains”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Pembelajaran STEM.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Redhana, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran STEM., serta bantuan dari rekan-rekan
mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan IPA yang telah memberikan sumbangan
yang berguna dalam penyusunan makalah ini..

Singaraja, September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 3
Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
Tujuan .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Sains ............................................................................................... 7
Hakikat Sains ................................................................................................... 9
Tujuan Pendidikan Sains .................................................................................. 17
BAB III PENUTUP
Simpulan .......................................................................................................... 21
Reference.......................................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak ada peradaban manusia, manusia telah dapat mengadakan upaya
untuk mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. Mereka telah dapat
membedakan hewan atau tumbuhan mana yang dimakan. Mereka telah dapat
menggunakan alat untuk mencapai kebutuhannya. Dengan menggunkan alat,
mereka telah merasakan manfaat dan kemudahan-kemudahan untuk mencapai
suatu tujuan. Kesemua itu menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan
dari pengalaman dan atas dorongan untuk dapat memenuhi kebutuhan.
Mereka telah mampu pula untuk mengadakan pengamatan dan melakukan
abstraksi. Dari pengamatan bahwa dengan cara menggosokan tangan timbul
kehangatan, maka timbul gagasan untuk menggosokkan kayu sehingga
ditemukan api. Mulai pengamatan terhadap objek di sekitarnya, kemudian
mereka mengarahkan pandangan ke objek yang lebih luas seperti bulan, bintang,
matahari. Akibatnya, pengetahuan mereka lebih meluas. Tetapi pengetahuan
mereka tetap dalam bentuk yang sederhana, diperoleh dengan cara berpikir
sederhana pula.
Penemuan mereka dapat diuji kebenarannya oleh orang lain sehingga
dapat diterima secara universal. Dengan demikian, dari pengetahuan
berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan di dapat melalui percobaan,
didukung oleh fakta, menggunakan metode perpikir yang sitematik sehingga
dapat diterima secara universal. Ilmu pengetahuan yang diperoleh ini untuk
selanjutnya dinamakan produk. Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan
merupakan suatu proses. Dimulai dengan adanya masalah, kemudian berupaya
untuk mengumpulkan informasi yang relevan, mencari beberapa alternatif
jawaban, memilih jawaban yang paling mungkin benar, melakukan percobaan,
dan memperoleh kesimpulan.
Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam, dan kompleks
sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena ilmu
pengetahuan berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu

4
Pengetahuan Alam, IPA) dan social science (Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS).
Meskipun demikian penggunaan istilah science masih tetap digunakan sebagai
Ilmu Pengetahuan Alam, yang diIndonesiakan menjadi sains.
Dahulu, saat ini, dan saat yang akan datang sains memegang peranan
penting dan alam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita
sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang
terjadi di alam. Selain itu sains merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh
dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), namun pada
perkembangannya sains diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori
(deduktif).
Hakikat sains mencerminkan persoalan yang holistik dalam kehidupan
nyata. Sains dapat dikaji dari beberapa aspek yaitu sebagai bangunan ilmu (body
of knowledge), cara berpikir (a way of thinking), cara penyelidikan (a way of
investigation) dan kaitannya dengan teknologi dan masyarakat. Dalam sains
terkandung serangkaian proses ilmiah, yang sering disebut sebagai metode
ilmiah. Sains sebagai bangunan ilmu meliputi serangkaian konsep, prinsip,
hukum, teori yang disebut dengan produk sains.
Sains diajarkan melalui kegiatan pembelajaran yang aktif dan menekankan
pada keterampilan proses. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta
kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu
kegiatan pembelajaran menurut Dimyani dan Mudjiono (Rahayu, 2014) siswa
dapat dikatakan belajar, apabila proses perubahan perilaku terjadi pada dirinya
sebagai hasil dari suatu pengalaman. Pembelajaran tidak dapat berlangsung
dengan baik apabila siswa tidak memahami hakikat pembelajaran sains itu
sendiri. Oleh sebab itu, guru harus menguasai dan memahami hakikat
pembelajaran sains yang meliputi pengertian sains, hakiat sains, dan tujuan
pendidikan sains. Berdasarkan paparan di atas, maka penting untuk dikaji
mendalam tentang hakikat dan tujuan pendidikan sains.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah
yang diangkat adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan sains?

5
2. Bagaimana hakikat sains?
3. Apa tujuan pendidikan sains?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat, tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk memahami pengertian sains
2. Untuk memahami hakikat sains
3. Untuk memahami tujuan pendidikan sains

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sains


Sains bermula dari gejala-gejala yang terjadi di alam kemudian dengan rasa
ingin tahu manusia dan keinginannya untuk mengamati, mencoba mempelajari
sampai mencari penjelasan atas gelaja-gejala tersebut melalui proses penyelidikan.
Secara etimologi, sains dalam bahasa inggris science berasal dari bahasa latin, yaitu
“scientia” yang berarti (1) pengetahuan (knowlegde); (2) pengetahuan, pengertian,
faham yang benar dan mendalam (Fisher dalam Hayat, 2018:1). Science atau Ilmu
pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam, dan kompleks sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia. Oleh karena ilmu pengetahuan berkembang
menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu Pengetahuan Alam, IPA) dan social
science (Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS). Meskipun demikian penggunaan istilah
science lebih sering digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam, yang
diIndonesiakan menjadi sains. Istilah sains secara umum mengacu kepada masalah
alam (nature) yang dapat diinterpretasikan dan diuji.
Sains atau ilmu pengetahuan memiliki cakupan yang sangat luas sehingga
definisi sains telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menelusuri definisi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai sains, ditemukan beragam bentuk dan
penekanannya. Misalnya definisi sains berdasarkan Webster New Collegiate
Dictionary, sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan
pembuktian, atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari
hukum-hukum alam yang terjadi yang didapatkan dan dibuktikan melalui metode
ilmiah. (Putra dalam Erzipa, 2020:4).
Menurut Patta Bundu (Rizaldi, 2020:4) sains atau yang biasa diterjemahkan
Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari kata “natural science”. Natural memiliki arti
alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu
pengetahuan. Artinya, sains dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam. Samatowa (2010) menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA) atau
sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical science dan life science.

7
Yang termasuk physical science adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,
mineralogi, meteorologi, dan fisika; sedangkan life science meliputi biologi
(anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, dan seterusnya).
Ahli lain menyatakan bahwa sains atau Nature of Science (NoS) merupakan
pengetahuan tentang epistemologi (metode) dari sains, proses terjadinya sains, atau
nilai dan keyakinan yang melekat untuk mengembangkan sains (Khalick, et al.,
1997). Trianto (Dahliana, 2019:3) mengemukakan bahwa sains adalah suatu
kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-
gejala alam. Unsur-unsur sains meliputi produk, proses, metode ilmiah, dan aplikasi
sains dalam kehidupan sehari-hari. Proses berkembangnya sains dilakukan dengan
tahap-tahap yang sistematis yang dikenal dengan istilah metode ilmiah seperti
observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur, dan sebagainya.
Kemudian Carin dan Sund (Dalam Mariyam, 2013:63) menyatakan bahwa
science has three major elements: process or methods, products, and human
attitudes. Ketiga komponen sains yang dikemukakan oleh Carin dan Sund diperkuat
oleh Chiappeta dan Koballa (2010: 105) bahwa pada sains terdiri dari empat aspek
yaitu sains sebagai cara berpikir (a way of thinking), cara untuk penyelidikan (a
way of investigating), pengetahuan (a body of knowledge) dan science and its
interactions with tecnology and society.
Berdasarkan definisi-definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa sains
merupakan ilmu yang mengkaji gejala-gejala alam yang terdiri dari kumpulan fakta.
Gejala-gejala sains dikaji lebih lanjut melalui proses ilmiah. Selama proses ilmiah
akan menumbuhkan sikap ilmiah misalnya, sikap ingin tahu, objektif, berpikir
kritis, jujur, open-minded, dan lain-lain. Melalui proses ilmiah inilah gejala-gejala
atau fakta sains kemudian disintesis untuk menghasilkan konsep, prinsip, hukum,
dan teori yang dikategorikan sebagai produk sains. Produk sains tersebut akan lebih
bermakna apabila diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sains sebagai bentuk
interaksi keterkaitan antara teknologi dan masyarakat berarti sains, teknologi dan
masyarakat merupakan unsur-unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain.

8
2.2 Hakikat Sains
Proses belajar sains tidak terlepas dari hakikatnya. Telah dijelaskan
sebelumnya, Menurut Carin & Sund (Dalam Mariyam, 2013:63), sains dibangun
tiga elemen penting yaitu sikap, proses atau metode, dan produk.
Science has three major elements: attitudes, processes or methods, and
products. Attitudes are certain beliefs, value, opinions, for example,
suspending judgment until enough data has been collected relative to
the problem. Constantly endeavouring to be objective. Process or
methods are certain ways of investigating problem, for example,
making hypotheses, designing and carryng out experiments, evaluating
data and measuring. Products are facts, principles, laws, theories, for
example, the scientific principle: metalswhen heated expands.

Sains memiliki tiga elemen utama yaitu sikap, proses atau metode, dan
produk. Sikap adalah keyakinan, nilai, pendapat tertentu, misalnya, menangguhkan
penilaian sampai data yang cukup dikumpulkan relatif terhadap masalah. Selalu
berusaha untuk bersikap objektif. Proses atau metode adalah cara-cara tertentu
untuk menyelidiki suatu masalah, misalnya membuat hipotesis, merancang dan
melaksanakan eksperimen, mengevaluasi dan mengukur data. Produk adalah fakta,
prinsip, hukum, teori. misalnya, prinsip ilmiah: logam ketika dipanaskan memuai.
Lebih lanjut, pandangan Koballa & Chiappetta (2010: 105-115)
mendefinisikan IPA sebagai a way of thinking, a way of investigating, a body of
knowledge, dan science and its interaction with technology and society. Dapat
disarikan bahwa dalam sains terdapat dimensi cara berpikir, cara investigasi,
bangunan ilmu dan kaitannya dengan teknologi dan masyarakat.
a. Sains sebagai cara berpikir (a way of thinking) meliputi keyakinan, rasa ingin
tahu, imajinasi, pemikiran, hubungan sebab-akibat, self-examination, keragu-
raguan, obyektif, dan berpikir terbuka.
b. Sains sebagai cara berinvestigasi/menyelidiki (a way of investigating)
mempelajari mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan
penemuan-penemuan, jadi IPA sebagai proses memberikan gambaran
mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan, seperti
mengembangkan keterampilan proses ilmiah, menggunakan metode ilmiah,
dan memperhatikan proses inkuiri.

9
c. Sains sebagai bangunan ilmu (a body of knowledge) merupakan hasil dari
berbagai bidang ilmiah yang merupakan produk dari penemuan manusia.
d. Sains sebagai bentuk interaksi keterkaitan antara teknologi dan masyarakat
(science and its interaction with technology and society) berarti sains, teknologi
dan masyarakat merupakan unsur-unsur yang saling mempengaruhi satu sama
lain. Banyak penemuan ilmuwan yang dipengaruhi oleh interaksinya dengan
teknologi maupun dengan masyarakat sosial.
Secara garis besar, hakikat sains dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu (1)
sains sebagai Sikap, (2) sains sebagai Proses, (3) sains sebagai produk, dan (4)
penerapan sains dalam teknologi. Keempat unsur ini merupakan unsur penting yang
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Oleh karena
itu, untuk memenuhi keempat hakikat tersebut dapat dipenuhi dalam pembelajaran
sains yang tidak hanya menonjolkan aspek produk saja tetapi juga sikap, proses,
dan penerapan sains dan teknologi di dalam masyarakat.
Berikut penjabaran masing-masing aspek elemen dari sains:
a. Sains sebagai sikap
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh ilmuan saat
mereka melakukan berbagai kegiatan ilmiah terkait dengan profesinya sebagai
seoarang ilmuwan. Dengan perkataan lain, sikap ilmiah merupakan
kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan
masalah sistematis melalui langkah-langkah. Karena itu, seorang peneliti harus
mampu mengembangkan beberapa sikap ilmiah.
Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai
dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuan dalam melakukan
penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Sikap ilmiah itu
dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran sains pada
saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek dilapangan.
Pengembangan sikap ilmiah memiliki kesesuaian dengan perkembangan
kognitifnya.
Menurut Sulistiyorini (2006) Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil
dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sikap-
sikap ilmiah meliputi :

10
a) Obyektif terhadap fakta
Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan
senang atau tidak senang. artinya bila sebuah benda menurut kenyataan
berbentuk bulat telur, maka dia secara jujur akan melaporkan bahwa bentuk
benda itu bulat telur. Dia berusaha untuk tidak dipengaruhi oleh
perasaannya.
b) Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan
Seorang ilmuwan tidak akan tergesa-gesa menarik kesimpulan bila belum
cukup data yang dikumpulkan untuk menunjang kesimpulan atau
keputusan.. Ia akan mengulangi lagi pengamatan-pengamatan dan
percobaan-percobaannya, sehingga datanya cukup dan kesimpulannya
mantap, karena didukung oleh data-data yang cukup dan akurat
c) Berhati terbuka
Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang
lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.
Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang
mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak
temuannya sendiri
d) Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.
Fakta dan pendapat adalah hal yang berbeda. Fakta adalah sesuatu yang ada,
terjadi dan dapat dilihat atau diamati. Sedangkan pendapat adalah hasil
proses berpikir yang tidak didukung fakta.
e) Bersikap hati-hati.
Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang
didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja
sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak
cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar
akurat.
f) Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity)
Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya,
hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki. Contoh : Orang
menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak

11
biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras
mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat di bawah pohon
tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama bertahun-
tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Newton.
b. Sains sebagai Proses
Sains sebagai proses, merupakan aktivitas kognitif. Sains sebagai proses
akan selalu merujuk pada suatu aktivitas ilmiah yang dilaksanakan oleh para ahli
sains. Setiap aktivitas ilmiah mempunyai ciri-ciri yang rasional, kognitif dan
bertujuan. Aktivitas seorang dalam mencari ilmu pasti memerlukan pikiran
untuk menalarnya. Dalam melaksanakan aktivitas ilmiah yang merupakan
kegiatan terbaik harus dipayungi oleh kegiatan yang bernama penelitian.
Proses sains merujuk pada proses-proses pencarian sains yang dilakukan
para ahli disebut science as the process of inquiry. Sains memiliki sesuatu
metode, yang dikenal denga scientific method atau metode ilmiah, yang meliputi
kegiatan- kegiatan seperti (Mariana, 2009:21-22):

 Perumusan masalah

Yang dimaksud dengan masalah disini merupakan pertanyaan apa, mengapa


atau bagaimana tentang objek yang diteliti yang jelas tentang batas-batasnya
serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya

 Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan Hipotesis

Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin


terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk
konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional
berdasarkan premis- premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.

 Perumusan Hipotesis

Merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaan yang


diajukan materinya. Juga merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir
yang dikembangkan.

 Pengujian Hipotesis

12
Merupakan langkah pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperhatikan apakah terdapat fakta-fakta
yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak dan telah teruji kebenarannya.
Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis, artinya
bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.

 Penarikan kesimpulan

Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima. Bila dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup
mendukung hipotesis, maka hipoteis itu diterima. Sebaliknya, jika dalam
proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis,
maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap
menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan
keilmuan, yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan
pengetahuan ilmiah sebelumnya.
Pembelajaran sains pada kurikulum 2013 disusun dengan memperhatikan
keterampilan proses sains yang meliputi keterampilan proses dasar (basic science
process skill) dan keterampilan proses lanjut (integrated science process skill).
Keterampilan proses dasar meliputi mengukur (measure), observasi (observing),
inferensi (inferring), prediksi (predicting), klasifikasi (classifying), dan komunikasi
(communicating). Keterampilan proses sains lanjut meliputi pengontrolan variabel,
interpretasi data, perumusan hipotesis, pendefinisian variabel operasional,
merancang eksperimen, melakukan eksperimen. Dalam implementasi Kurikulum
2013, kegiatan pembelajaran sains dikembangkan dengan pendekatan scientific
(observing, measuring, questioning, experiment, communicating) dan keterampilan
proses sains lainnya. Keterampilan proses merupakan dasar dikembangkannya
pendekatan scientific pada kurikulum 2013. Scientific pada kurikulum 2013 sering
dinamakan munculnya 5M (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi,
mengkomunikasikan).
1. Mengamati (Observing)
Mengamati merupakan kemampuan untuk mengindera objek dan persoalan.
Dalam mengindera menggunakan panca indera dan menghasilkan fakta. Dalam

13
pembelajaran, observasi ini dapat dikembangkan ketika akan menemukan
persoalan.
2. Menanya (Questioning)
Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik)
3. Mencoba (Experimenting)
Mencoba merupakan tahap melakukan penyelidikan. Penyelidikan dapat
berupa kegiatan observasi maupun kegiatan eksperimen.kegiatan observasi
merupakan kegiatan untuk memperoleh data melalui pengamatan, misalnya
pengamatan cirri hidup dan tak hidup benda. Kegiatan eksperimen merupakan
kegiatan memberikan perlakuan pada suatu objek kemudian melihat hasilnya.
4. Menalar (Associating)
Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer
peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi
dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.
5. Mengkomunikasikan (Communicating)
Komunikasi merupakan tahap untuk melaporkan hasil penyelidikan.
Komunikasi dapat berupa komunikasi lisan dan komunikasi tertulis.
Komunikasi lisan misalnya kegiatan menyampaikan hasil ppercobaan secara
lisan, menyampaikan pendapat. Komunikasi tertulis misalnya menyampaikan
hasil percobaan dalam bentuk tabel, grafik, diagram, laporan dan lain
sebagainya
c. Sains sebagai produk
Sains sebagai produk ilmiah, dapat berupa pengetahuan-pengetahuan sains
yang didapat dari bahan ajar, makalah-makalah ilmiah, buku teks, artikel ilmiah dan

14
pernyataan para ahli sains berupa teori, postulat, hukum dan lain-lain. Secara umum
sains sebagai produk dapat berwujud dalam bentuk fakta, kumpulan konsep,
prinsip, teori, dan hukum. Untuk memahami fakta, konsep, prinsip, teori, dan
hukum perhatikan contoh berikut (Mariana, 2009:20-21). Ada masalah, mengapa
bensin kalau kena kulit terasa dingin?
Fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda yang benar-benar ada,
atau peristiwa yang benar-benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.
Menurut fakta, bensin yang mengenai kulit lari ke udara (dari kulit yang kena bensin
lari ke udara). Timbul gagasan atau ide bahwa bensin menguap. Maka menguap
merupakan konsep. Air, alkohol, minyak tanah dapat juga menguap. Zat ini
mempunyai sifat yang sama pula, misalkan mudah berubah bentuk menurut
tempatnya dan mudah mengalir. Maka timbul konsep zat cair. Demikianlah
seterusnya, cair, padat uap, suhu, kalor, panas, dingin, merupakan konsep-konsep
yang relevan dengan masalah di atas. Konsep adalah suatu ide atau gagasan yang
digeneralisasikan dari pengalaman yang relevan .
Tentu sekarang kita dapat mengatakan bahwa sains sebagai rangkaian
konsep-konsep yang saling berkaitan dan berkembang sebagai hasil percobaan.
Masalah di atas dapat terjawab dengan menggunakan konsep-konsep tersebut.
Kulit menjadi dingin karena suhu turun. Suhu turun karena kalor diambil
dari kulit. Kalor terpakai untuk penguapan. Hal ini berlaku juga untuk zat cair
lainnya. Jadi berlaku umum bahwa, untuk penguapan, ialah perubahan wujud cair
menjadi uap diperlukan kalor atau energi panas. Kesimpulan ini disebut prinsip.
Prinsip adalah generalisasi meliputi konsep-konsep yang bertautan atau adanya
hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya
Peristiwa penguapan terjadi karena ada molekul zat cair yang meninggalkan
cairan masuk ke atmosfir. Mengapa hal ini dapat terjadi? Untuk dapat menerangkan
ini kita harus memandang bahwa zat terdiri dari molekul-molekul. Untuk
mempelajari sifat gas ataupun uap, kita gunakan beberapa prinsip mekanika pada
molekulnya. Ternyata pada tinjauan ini ditemukanlah hubungan antara satu prinsip
dengan prinsip lainnya. Bentuk hubungan ini dapat digeneralisasi, maka didapatlah
suatu teori. Teori adalah generalisasi prinsip-prinsip yang berkaitan dan dapat
digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala alamKAT IPA DAN PENDIDIKAN IPA

15
Dengan teori kita dapat menghubungkan, menerangkan dan meramalkan
berbagai macam hasil percobaan dan observasi. Teori yang ditemukan melalui
penelaahan sifat gas kemudian disebut teori kinetik gas. Teori ini dapat
dikembangkan sehingga dapat menerangkan sifat tiap wujud zat, dan disebut teori
molekul zat. Tentu Anda mengenal pula teori-teori lainnya seperti teori evolusi,
teori atom teori gravitasi dan lain-lain.
Teori gravitasi berpangkal pada pemikiran Newton, mengatakan bahwa tiap
massa saling tarik-menarik, dan makin besar massa bendamakin besar pula gaya
tariknya. Besar gaya tarik masih tergantung pada jarak antara kedua benda.
Besarnya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Pemikiran yang lebih umum
dan telah terbukti kebenarannya melalui percobaan disebut hukum. Sehingga kita
mengenal Hukum Newton sebagai hasil pemikiran dari ilmuwan Sir Isaac Newton.
e. Interaksi Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pembelajaran sains hendaknya memperhatikan pengaruh sains dan
teknologi terhadap masyarakat umum. Sains tidak hanya diterima sebagai aktivitas
laboratorium belaka, yang tidak berhubungan dengan isu-isu di masyarakat dan
nilai kemanusiaan. Sains hendaknya memberikan solusi, di samping penjelasan
alam, terhadap masalah yang dihadapi masyarakat sehari-hari. Sains dan teknologi
saling melengkapi sangat erat satu dengan yang lainnya. Penemuan dalam sains
memungkinkan pengembangan teknologi dengan menyediakan instrumen yang
baru lagi sehingga memungkinkan mengadakan observasi dan percobaan dalam
sains. Hurd dalam tulisannya yang berjudul "A Rationale for Science, Technology,
and Society Theme in Science Education", mengutip pendapat Price yang
menyatakan Teknologi yang tinggi berdasarkan sains, sains modern ditunjang oleh
penemuan teknologi (Mariana, 2009:29). Pada abad ke-20 ini, pengembangan sains
sangat ditunjang teknologi (Fischer dalam Mariana, 2009:29). Dengan demikian
hendaknya perubahan pendidikan sains harus merefleksikan atau mengarahkan
kepada hubungan antara sains dan teknologi dengan masalah yang dihadapi
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat dituntut oleh kebutuhan-
kebutuhan dalam hidupnya, untuk hal itu memerlukan teknologi (peralatan) untuk
memudahkan memperoleh kebutuhan dengan mempertimbangkan daya dukung
sumber daya alam, untuk mengetahui fenomena (penjelasan) alam diperlukan sains.

16
Untuk sementara kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan menggunakan teknologi
(yang merupakan penerapan sains). Penggunaan teknologi menimbulkan dampak
bagi masyarakat dan sumber alam sebagai daya dukung kehidupan, sehingga
kebutuhan berkembang, dengan demikian masyarakat berkembang.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan sains di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan sains
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Berdasarkan uraian di atas, pendidikan sains pada hakikatnya adalah
membelajarkan peserta didik untuk memahami hakikat sains (proses, produk, sikap,
dan apilikasinya dengan teknologi dan masyarakat), mengembangkan sikap ingin
tahu, keteguhan hati, dan ketekunan, serta sadar akan nilai- nilai yang ada di dalam
masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif.
2.3 Tujuan Pendidikan Sains
Beberapa alasan mata pelajaran sains dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah adalah: (1) sains berguna bagi suatu bangsa, karena sains merupakan
pengetahuan dasar dari teknologi, yang merupakan tulang punggung dasri suatu
bangsa. (2) sains mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap
ilmiah yang membentuk insan Indonesia yang berkepribadian luhur, dan (3) sains
mempunyai nilai-nilai pendidikan yang dapat membentuk kepribadian anak secara
keseluruhan (Samatowa, 2011: 6).
Adapun tujuan pembelajaran sains dalam Badan Nasional Standar Pendidikan
(BSNP, 2006) dimasudkan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan,dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang

17
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidikin alam sekitar,
memecahkan masalah, membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan sains.
7. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka pendidikan sains di sekolah mempunyai tujuan-tujuan
tertentu yaitu:
1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap.
2) Menanamkan sikap hidup ilmiah.
3) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai
para ilmuwan penemunya.
5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.

Dari uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran sains


diharapkan dapat memberikan antara lain:
1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta
yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan dan hubungan antara
sains dan teknologi.
3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan
masalah dan melakukan observasi.
4) Sikap ilmiah antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur, terbuka,

18
benar dan dapat bekerja sama.
5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam.
6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan
keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. Depdiknas
(2008).
Pendidikan sains adalah suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa
untuk memahami hakikat sains: produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah
serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat untuk pengembangan
sikap dan tindakan berupa aplikasi sains yang positif. Tujuan pendidikan sains
dewasa ini mencakup lima dimensi, yaitu dimensi :

1. Pengetahuan dan pemahaman (scientific information)


Dimensi ini mencakup belajar informasi spesifik seperti: fakta, konsep,
teori, hukum dan penyelidikan pengetahuan sejarah sains.
2. Penggalian dan penemuan (exploring and discovering; scientific
processes)
Dimensi ini beruhubungan dengan penggunaan proses-proses sains untuk
mempelajari bagaimana ahli sains bekerja dan berpikir. Keterampilan
yang harus diajarkan mencakup: mengamati, mendeskripsikan,
mengklasifikasi dan mengorganisasikan,
mengkomunikasikan, berhipotesis, menguji hipotesis,
menginterpretasikan data, penggunaan keterampilan psikomotor, dsb.
3. Imaginasi dan kreativitas
Dimensi ini berhubungan dengan kemampuan memvisualisasikan atau
menghasilkan gambaran mental, mengkombinasikan objek dan gagasan
dengan cara-cara baru, memecahkan masalah dan teka-teki,
menghasilkan ide/gagasan yang tidak biasa.
4. Sikap dan nilai
Pengembangan kepekaan dan penghargaan kepada orang lain.
Mengekspresikan perasaan dengan cara yang konstruktif. Mengambil
keputusan dengan didasari oleh nilai-nilai individu, sosial, dan isu- isu

19
lingkungan.
5. Penerapan
mampu mengidentifikasi hubungan konsep ipa dalam penggunaannya
dengan kehidupan sehari-hari; memahami prinsip-prinsip ilmiah dan
teknologi yang bekerja pada alat-alat rumah tangga; memahami dan
menilai laporan-laporan perkembangan ilmiah yang ditulis pada mass
media.
(Sumber: A new Taxsonomy of Science Education dalam Mariana (2009)
Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar mengajar sains lebih
ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu
sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar hanya
menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu
model pembelajaran sains yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide- idenya.
Dengan demikian, dapat digaris bawahi bahwa tujuan pendidikan sains di
sekolah adalah membelajarkan siswa sekolah agar memahami hakikat sains, agar
mampu berfikir kritis, dan mempunyai kepribadian luhur sebagai dasar dalam
penguasaan teknologi.

20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan definisi-definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa sains
merupakan ilmu yang mengkaji gejala-gejala alam yang terdiri dari kumpulan
fakta. Gejala-gejala sains dikaji lebih lanjut melalui proses ilmiah. Selama proses
ilmiah akan menumbuhkan sikap ilmiah misalnya, sikap ingin tahu, objektif,
berpikir kritis, jujur, open-minded, dan lain-lain. Melalui proses ilmiah inilah
gejala-gejala atau fakta sains kemudian disintesis untuk menghasilkan konsep,
prinsip, hukum, dan teori yang dikategorikan sebagai produk sains. Produk sains
tersebut akan lebih bermakna apabila diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sains sebagai bentuk interaksi keterkaitan antara teknologi dan masyarakat
berarti sains, teknologi dan masyarakat merupakan unsur-unsur yang saling
mempengaruhi satu sama lain.
2. Secara garis besar, hakikat sains dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu (1) sains
sebagai Sikap, (2) sains sebagai Proses, (3) sains sebagai produk, dan (4)
penerapan sains dalam teknologi. Keempat unsur ini merupakan unsur penting
yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Oleh
karena itu, untuk memenuhi keempat hakikat tersebut dapat dipenuhi dalam
pembelajaran sains yang tidak hanya menonjolkan aspek produk saja tetapi juga
sikap, proses, dan penerapan sains dan teknologi di dalam masyarakat.
3. Tujuan pendidikan sains di sekolah adalah membelajarkan siswa sekolah agar
memahami hakikat sains, agar mampu berfikir kritis, dan mempunyai
kepribadian luhur sebagai dasar dalam penguasaan teknologi.

21
References
BSNP. 2006. Panduan penyusunan KTSP jenjang pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Koballa & Chiapetta. 2010. Science Instruction in the Middle and Secondary
Schools.Pearson: USA.
Dahliana, dkk. 2019. Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Pembelajaran IPA Di Kelas IV Siswa Sekolah Dasar. Pesona Dasar, Jurnal
Pendidikan Dasar dan Humaniora Universitas Syiah Kuala.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA terpadu SMP/MTs.
Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas
Erzipa, M. 2020. Urgensi Pembelajaran Sains Untuk Anak Usia Dini (Online).
Tersedia
https://www.academia.edu/44501567/URGENSI_PEMBELAJARAN_SAIN
S_UNTUK_ANAK_USIA_DINI?from=cover_page
Hayat, MS. 2018. Hakikat Sains dan Ikuiri (Online). Tersedia
https://osf.io/preprints/inarxiv/3zy85/ (25 Januari 2018Mariyam, dkk. 2013.
Analisis Isi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan di Kota
Yogyakarta (Online). Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Edisi 1 Tahun
2013. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpms/article/view/12479
Mariana, I Made Alit dkk. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. 2009. Bandung:
PPPPTK IPA
Rahayu, Nina. 2014. Implementasi Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA
di Kelas IV C SD Muhammadiyah Condongcatur leman. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Rizaldi, dkk. 2020. Pengaruh Model Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa Vol 9, No 10 (2020)
Samatowa, U. 2010.Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.Jakarata:Indeks.
Verawati, dkk. 2014. Reviu Literatur Tentang Keterampilan Proses Sains. Jurnal
Kependidikan Fisika (Lensa) Vol 2, No 1

22

Anda mungkin juga menyukai