Anda di halaman 1dari 15

Makalah

HAKIKAT SAINS

Oleh:
Nurhayati Baruadi
441415027

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya karena atas izin dan penunjuknya sehingga penulis memperoleh

kesempatan dan kesehatan dalam menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“HAKIKAT SAINS”

Dalam penyusunan makalah ini masi jauh dari kesempurnaan,untuk itu

penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kami khususnya dan

para pembaca pada umumnya.

Gorontalo,…September

2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

Latar Belakang...............................................................................................
Rumusan Masalah..........................................................................................
Tujuan Penulisan............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

2.1 Konsep Sains...........................................................................................


2.1.1 Sains Sebagai Metode Khusus......................................................
2.2.1 Sains Sebagai Metode Ilmiah.........................................................

2.2 Karateristik Sains....................................................................................

2.3 Karateristik Belajar Sains........................................................................

2.4 Kedudukan Sains Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah..................

2.4.1 Sains Sebagai Proses......................................................................

2.4.2 Sains Sebagai Produk.....................................................................

2.4.3 Sains sebagai Sikap Ilmiah.............................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................

3.2 Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sains merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang


sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran Sains sangat berperan
dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena Sains memiliki
upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam
semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat
rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan
alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Dengan demikian,
sains memiliki peran yang sangat penting.

Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan


dalam dunia pendidikan terutama pendidikan sains di Indonesia dan negara-negara
maju.Pendidikan sains telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti
dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi
di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikn sains di Indonesia
belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan
bangsa.Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran sains tidak begitu
diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang
menerapkan konsep sains. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran sains
serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan
siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan sains sendiri berupa materi atau
kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan
guru.Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan sains diperlukan pembenahan
kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan sains. Masalah ini juga yang
mendasasri adanya kurikulum yang di sempurnakan (KYD) yang saat ini sedang di
kembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep Sains?

2. Bagaimana karakteristik Sains?

3. Bagaimana karakteristik belajar Sains?

4.Bagaimana Kedudukan sains Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Dapat Menjelaskan apa konsep Sains

2. Dapat Menjelaskan apa karakteristik Sains

3. Dapat Menjelaskan apa karakteristik belajar Sains

4. Dapat Menjelaskan apa Kedudukan Sains Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sains

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau sains dikenal juga dengan istilah IPA.
Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”.
Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti
”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science
yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).Dalam
kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai: systematic and
formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on
observation and induction (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam
didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan
menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada
hasil pengamatan dan induksi).Sumber lain menyatakan bahwa natural science
didefinisikan sebagai a piece of theoretical knowledge atau sejenis pengetahuan
teoritis. sains merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena
alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang
dilakukan dengan ketrampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.

Definisi ini memberi pengertian bahwa sains merupakan cabang


pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif,
yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-
gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya sains merupakan ilmu pengetahuan
tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang
teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode
ilmiah.Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi
sains tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode
ilmiah dalam sains dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya.
Sains meliputi dua cakupan yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses.
Science is both of knowledge and a process (Trowbridge and Sund, 1973:2). Secara
umum, kegiatan dalam sains berhubungan dengan eksperimen. Namun dalam hal-
hal tertentu, konsep sains adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala yang
terjadi di alam. Seorang ahli sains (ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar
kepada sains tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa membuat suatu
alat atau tanpa melakukan observasi.

2.1.1 Sains Sebagai Metode Khusus

Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang


ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa teori yang diperoleh melalui
hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan
hasil observasi, sehingga suatu teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari
oleh hasil pengamatan. Dengan demikian, sains juga merupakan pengetahuan
teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, 1941).Planet Neptunus tidak
akan dapat ditemukan secara teoritis jika sebelumnya tidak ada pengamatan yang
menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan planet lainya. Atau dapat dikatakan
bahwa Planet Neptunus tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi melainkan
melalui perhitungan-perhitungan. Demikian halnya dengan pembuktian teori
Einstein yang secara ekperimental tidak dilakukan oleh Einstein.

2.1.2 Sains sebagai Metode Ilmiah

Jika sains merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis yang diperoleh


dengan cara yang khusus, maka cara tersebut dapat berupa observasi,
eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, pembentukan teori, observasi dan
seterusnya. Cara yang demikian ini dikenal dengan metode ilmiah (scientific
method).

2.2 Karakteristik Sains

Sains disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya.


Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri
khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah
merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara
satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan
dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti
untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93). Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan
berikut ini:

a. Sains mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam sains dapat dibuktikan
lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur
seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda
yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah
tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau
tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.
b. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
c. Sains merupakan pengetahuan teoritis.Teori sains diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
d. Sains merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.Dengan bagan-
bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut
(Depdiknas, 2006).
e. Sains meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep sains
dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar.
2.3. Karakteristik Belajar Sains
Berdasarkan karakteristiknya, sains berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman karakteristik IPA ini
berdampak pada proses belajar sains di sekolah.
Sesuai dengan karakteristik sains, sains di sekolah diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan karakteristik sains pula, cakupan sains yang dipelajari di
sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta
yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar sains untuk
memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan
proses belajar sains di sekolah memiliki karakteristik tersendiri. Uraian
karakteristik belajar sains dapat diuraikan sebagi berikut.
a. Proses belajar sains melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses
berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.Contoh : untuk mempelajari
pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang
melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda
(panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran
kuantitatif yang akurat.
b. Belajar sains dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara
(teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c. Belajar sains memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu
pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu
sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh
hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang
kurang obyektif, sementara itu sains mengutamakan obyektivitas.Contoh :
pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur
suhu yaitu termometer.
d. Belajar sains seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal
seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu
objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita
lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan
kebenaran temuan yang benar-benar obyektif.Contoh : sebuah temuan
ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut
harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan
sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan
dengan menghadirkan ahlinya.
e. Belajar sains merupakan proses aktif.Belajar sains merupakan sesuatu yang
harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam
belajar sains, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan
pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala
alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan
mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar
sains terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on
dan aktif berpikir atau minds-on (NRC, 1996:20).Keaktifan secara fisik saja
tidak cukup untuk belajar sains, siswa juga harus memperoleh pengalaman
berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar sains. Para ahli
pendidikan dan pembelajaran sains menyatakan bahwa pembelajaran sains
seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif,
psikomotorik, dan afektif.Para ahli pendidikan dan pembelajaran sains
menyatakan bahwa pembelajaran sains seyogianya melibatkan siswa dalam
berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini
dikuatkan dalam kurikulum sains yang menganjurkan bahwa pembelajaran
sains di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi
inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya.
Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang
ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi sains untuk
mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam
pemecahan masalah, perencanaan, membuat keputusan, diskusi kelompok,
dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan
aktifuntukbelajar.
Dengan demikian, pembelajaran sains di sekolah yang berpusat pada
siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi
tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber
pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20). Ditinjau dari isi dan pendekatan
kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran di
sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengan cara ini diharapkan
pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Kenyataan di
lapangan, aktivitas siswa sering diartikan sempit. Bila siswa aktif
berkegiatan, walaupun siswa sendiri tidak mengetahui (merasa pasti) untuk
apa berbuat sesuatu selama pembelajaran, maka dianggap pembelajaran
sudah menerapkan pendekatan yang aktif. Proses pembelajaran sains di
sekolah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena sains diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan
masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan sains perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran sains ada
penekanan pembelajaran Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penerapan konsep sains dan kompetensi
bekerja ilmiah secara bijaksana.

2.4 Kedudukan sains Sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah

2.4.1 Sains Sebagai Proses

Mari kita telusuri materi kajian sains sebagai proses dari sajian berikut ini. sains
sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk menghadapi
atau merespons masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, sains sebagai proses
menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang
kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan
didapatkan temuan-temuan ilmiah. Perwujudan proses-proses ilmiah ini berupa
kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri/penyelidikan ilmiah. Secara sederhana
Nyoman (1985-1986: 8) mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai usaha mencari
pengetahuan dan kebenaran.Sejumlah proses sains yang dikembangkan para ilmuwan
dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah itulah yang kemudian disebut
sebagai keterampilan proses sains. Iskandar (1997:5) mengartikan keterampilan
proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan.Ditinjau dari
tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan proses sains dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan:

 Proses Dasar (Basic Skills) dan


 Keterampilan Proses Terintegrasi (Integrated Skills) (Moejiono dan
Dimyati, 1992:1)
2.4.2. Sains Sebagai Produk

Produk sains adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang
dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Produk sains yang disebut istilah
adalah sebutan, simbol atau nama dari benda-benda dan gejala-gejala alam, orang,
tempat. udyo (1991: 2) menyebutkan bentuk-bentuk produk sains meliputi istilah,
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur ontoh

 malaria (sebutan)
 lamda (simbol untuk panjang gelombang)
 matahari (nama benda)
 angin puting beliung (gejala alam)
 Newton (nama orang)
 Galapagos (nama tempat).
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang
benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi
dan sudah dikonfirmasi secara objektif.

Sementara itu Susanto (1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-
sifat suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau
kejadian. Sifat yang dimaksud dapat berupa wujud, bentuk, bangun, ukuran, warna,
bau, rasa dan yang lainnya.

Contoh:

 fakta mengenai sifat: air jeruk rasanya asam.


 fakta mengenai waktu: Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal
17 Agustus 1945.
 fakta mengenai tempat: Ujung Kulon (tempat suaka badak bercula satu)
 fakta mengenai orang: Mukibat (adalah orang Indonesia penemu teknik
menyambung singkong)

2.4.3 Sains Sebagai Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan
untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11).

Sikap-sikap ilmiah meliputi:

a) Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak


dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang. Contoh: Seorang peneliti
menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus
mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.
b) Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
mendukung kesimpulan itu.
Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu
burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera
mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-
datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
c) Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang
lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.
Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang
mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak
temuannya sendiri.
d) Tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat. Contoh: Tinggi batang
kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur
lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah
pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan
pendapat bukan fakta.
e) Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam
bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak
ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di
dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta
pendukung yang benar-benar akurat.

BAB III

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat di tarik kesimpulan Kedudukan sains
pada dimensi proses ditunjukkan oleh sejumlah keterampilan proses sains dasar dan
terintegrasi. Keterampilan proses sains diartikan sebagai keterampilan yang dilakukan
oleh para ilmuwan. Dalam proses sains terkandung cara kerja dan cara berpikir untuk
kemajuan sains itu sendiri. Proses-proses sains yang termasuk ke dalam keterampilan
proses sains adalah:
mengamati,mengukur,mengklasifikasi,menginterpretasi,memprediksi,mengkomunika
sikan hasil nggunakan alat.

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca agar pembaca dapat
mengetahuai tentang hakikat sains. penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekukarngan,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pra
pembaca yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA
Asnur Muslich. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:PT
Bumi Aksara

Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press

Djohar.(1990).Pendidikan Sains.Yogyakarta:FMIPA UNY

http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/hakikat-pembelajaran-ipa.html diakses
pada 05 oktober 2013

http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html diakses pada


03 Nopember 2011

Muhammad Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen


Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Mulyasa. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar


Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rasdakarya
Lukum, A. 2012. Evaluasi Program Supervisi Pembelajaran IPA SMP di Kota
Gorontalo. (Disertasi Doktor. Universitas Negeri Jakarta)

Lukum, A. 2014. Evaluasi Program Pembelajaran IPA SMP di Kabupaten Bone


Bolango. Laporan Penelitian Universitas Negeri Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai