Anda di halaman 1dari 17

FISIKA MODERN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisika Modern
Oleh:
SANDRA IBRAHIM
NIM 441416040

Sa

JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat,
hidayah dan petunujuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fisika Modern.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Modern di Jurusan
Kimia Prodi Pend Kimia Universitas Negari Gorontalo.

Pada kesempatan ini kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini terutama Nita Suleman S.T., MT. selaku
dosen mata kuliah Fisika Modern yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan mengenai fisika modern. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah selanjutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya.

Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Gorontalo, 12 April 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Untuk membangkitkan tenaga listrik dari cahaya matahari kita mengenal istilah sel
surya. Namun tahukah kita bahwa sel surya itu sebenarnya memanfaatkan konsep efek
fotolistrik. Efek ini akan muncul ketika cahaya tampak atau radiasi UV jatuh ke permukaan
benda tertentu. Cahaya tersebut mendorong elektron keluar dari benda tersebut yang
jumlahnya dapat diukur dengan meteran listrik. Konsep yang sederhana ini tidak ditemukan
kemudian dimanfaatkan begitu saja, namun terdapat serangkain proses yang diwarnai dengan
perdebatan para ilmuan hingga ditemukanlah definisi cahaya yang mewakili pemikiran para
ilmuan tersebut, yakni cahaya dapat berprilaku sebagai gelombang dapat pula sebagai
pertikel. Sifat mendua dari cahaya ini disebut dualisme gelombang cahaya.
Terdapat begitu banyak manfaat dari Efek Foto Listrik ini, tentunya akan kita ketahui
melalui pengkajian yang mendalam melalui materi ini dan harapan kita tentunya agar kita
dapat mengaplikasikannya atau minimal dapat menjelaskannya kepada orang disekitar kita
tentang sebuah fenomena fisika yang begitu memukau ini.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Efek fotolistrik
1.2.2 Tingkatan energy atom
1.2.3 Relativitas khusus
1.2.4 Eksitasi energi
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tentang efek fotolistrik
1.3.2 Mengetahui tentang tingkatan energy atom
1.3.3 Mengetahui relativitas khusus
1.3.4 Mengetahui eksitasi energi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah efekfotolistrik

Seratus tahun lalu, Albert Einstein muda membuat karya besarnya. Tak tanggung-
tanggung, ia melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang menjadikan dirinya ilmuwan
paling berpengaruh di abad ke-20. Tahun itu dianggap annus mirabilis atau Tahun
Keajaiban Einstein. Salah satu makalah itu adalah tentang efek fotolistrik. Oleh panitia
Hadiah Nobel Fisika, makalah itu dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada 1921.

Einstein termashur dengan teori relativitasnya. Hampir semua orang kenal


formula E = mc2, namun sedikit saja yang mengetahui apa itu efek fotolistrik yang
mengantarkan Einstein sebagai ilmuwan penerima hadiah Nobel. Pada tahun 1921
panitia hadiah Nobel menuliskan bahwa Einstein dianugrahi penghargaan tertinggi di
bidang sains tersebut atas jasanya di bidang fisika teori terutama untuk
penemuan hukum efek fotolistrik. Lantas mengapa ia tidak  menerima Nobel dari teori
relativitas yang berdampak filosofis tinggi tersebut?

Apa hubungan Max Planck dan Albert Einstein? Pada 1990, Max Karl Ernst
Ludwig Planck (1858-1947), ilmuwan dari Universitas Berlin, Jerman, mengemukakan
hipotesisnya bahwa cahaya dipancarkan oleh materi dalam bentuk paket-paket energi
yang ia sebut quanta. Ia memformulakannya sebagai hv. Penemuan Planck itu
membuatnya mendapatkan Hadiah Nobel Bidang Fisika pada 1918.

Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah
tentang efek fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel-partikel yang
kemudian disebut sebagai foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan logam,
foton-fotonnya akan menumbuk elektron-elektron pada permukaan logam tersebut
sehingga elektron itu dapat lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari permukaan logam itu
dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik.

Efek fotolistrik merupakan proses perubahan sifatsifat konduksi listrik di dalam


material karena pengaruh cahaya atau gelombang elektromagnetik lain. Efek ini
mengakibatkan terciptanya pasangan elektron dan hole di dalam semikonduktor, atau
pancaran elektron bebas dan ion yang tertinggal di dalam metal. Fenomena pertama
dikenal sebagai efek fotolistrik internal, sedangkan fenomena kedua disebut efek
fotolistrik eksternal.

Einstein menyelesaikan paper yang menjelaskan efek ini pada tanggal 17 Maret
1905 dan mengirimkannya ke jurnal Annalen der Physik, persis 3 hari setelah ulang
tahunnya yang ke 26. Di dalam paper tersebut Einstein untuk pertama kalinya
memperkenalkan istilah kuantum (paket) cahaya. Pada pendahuluan paper ia
berargumentasi bahwa prosesproses seperti radiasi benda hitam, fotoluminesens, dan
produksi sinar katode, hanya dapat dijelaskan jika energi cahaya tersebut tidak
terdistribusi secara kontinyu.

Pada kenyataanya, inilah ikhwal lahirnya fisika modern yang menampik asumsi
teor-teori mapan saat itu. Salah satunya adalah teori Maxwell yang berhasil memadukan
fenomena kelistrikan dan kemagnetan dalam satu formula serta menyimpulkan bahwa
cahaya merupakan salah satu wujud gelombang elektromagnetik. Jelas dibutuhkan waktu
cukup lama untuk meyakinkan komunitas fisika jika cahaya memiliki sifat granular.

Dalam kenyataanya dibutuhkan hampir 11 tahun hingga seorang Robert Millikan


berhasil membuktikan hipotesis Einstein. Tidak tanggung-tanggung juga, Millikan
menghabiskan waktu 10 tahun untuk pembuktian tersebut.

Pada saat itu Einstein mempublikasikan paper lain berjudul Teori Kuantum
Cahaya. Di dalam paper ini ia menjelaskan proses emisi dan absorpsi paket cahaya dalam
molekul, serta menghitung peluang emisi spontan dan emisi yang
diinduksi yang selanjutnya dikenal sebagai koefisien EinsteinA danB. Kedua koefisien
ini bermanfaat dalam menjelaskan secara teoretis penemuan laser di kemudian hari.
Tujuh tahun kemudian Arthur Compton berhasil membuat eksperimen yang
membuktikan sifat kuantum cahaya tersebut dengan bantuan teori relativitas khusus.

Ide Einstein memicu Louis de Broglie menelurkan konsep gelombang materi.


Konsep ini menyatakan benda yang bergerak dapat dianggap sebagai suatu gelombang
dengan panjang gelombang berbanding terbalik terhadap momentumnya. Sederhananya,
ide de Broglie ini merupakan kebalikan dari ide Einstein. Kedua ide ini selanjutnya
membantu melahirkan mekanika kuantum melalui
persamaan Schroedinger yang menandai berakhirnya masa fisika klasik.
2.1.1. Sekilas Tentang Efek Foto Listrik

Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, kemudian
Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa
cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang
memiliki energi sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan
sebutan efek fotolistrik. Peristiwa efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari
permukaan logam karena logam tersebut disinari cahaya.

Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari
permukaan logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui
prosedur sebagai berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah
ditempatkan di dalam tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan
satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat
terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada salah satu pelat, arus listrik
terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektron-elektron yang lepas dari satu
pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama membentuk arus listrik.

Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta


yang merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai
berikut.

1. hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi
tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau
menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik
pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan
logam disebut frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap
logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
2. ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan
intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas
dari pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi,
Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari
frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
3. ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera
setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada
selang waktu elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.

Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana
cahaya tidak dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu
melainkan cahaya sebagai partikel.

Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia


melalui konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan
terbukti sesuai untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi
yang terkuantisasi ini digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek
fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai kuantum energi yang hanya memiliki energi
yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai E = hf.

Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek
fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum
energi yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke
pelat logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai

Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron

E = W0 + Ekm

hf = hf0 + Ekm

Ekm = hf – hf0

Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan


bahwa W0 adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah frekuensi
ambang logam, f adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan E km adalah energi kinetik
maksimum elektron yang lepas dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam
bentuk lain persamaan efek fotolistrik dapat ditulis sebagai
Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan
energi dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja
logam biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa
1 eV = 1,6 × 10−19 J.

Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik
dapat dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada
rangkaian efek fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub
positif sumber dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif
sumber dihubungkan ke pelat yang lain), terdapat satu nilai tegangan yang dapat
menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.

Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari
permukaan logam akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron
berhenti terlepas dari permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau
potensial penghenti (stopping potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka

Ekm = eV0

Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa
e adalah muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10 −19 C dan tegangan dinyatakan dalam
satuan volt (V).

2.2. Tingkatan energy atom

Atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan
elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran
proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral. Pada tahun 1913 pakar
fisika Denmark Niels Bohr menyatakan bahwa kegagalan model atom Rutherford dapat
disempurnakan dengan menerapkan Teori Kuantum dari Planck. Model atom Bohr
dinyatakan dalam bentuk empat postulat berkaitan dengan pergerakan elektron yaitu
sebagai berikut :

1. Dalam mengelilingi inti atom, elektron berada pada kulit (lintasan) tertentu. Kulit ini
merupakan gerakan stasioner (menetap) dari elektron dalam mengelilingi inti atom
dengan jarak tertentu.
2. Selama elektron berada pada lintasan stasioner tertentu, energi elektron tetap sehingga
tidak ada energi yang diemisikan atau diserap.
3. Elektron dapat beralih dari satu kulit ke kulit lain. Pada peralihan ini, besarnya energi
yang terlibat sama dengan persamaan Planck, ΔE = h.
4. Lintasan stasioner elektron memiliki momentum sudut. Besarnya momentum sudut
adalah kelipatan dari nh/2π , dengan n adalah bilangan kuantum dan h adalah tetapan
Planck.

Teori Model Atom Niels Bohr


Model atom hidrogen Bohr dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen yang
ditemukan dari percobaan. Misalnya pemancaran sinar merah oleh gas hidrogen
terjadi ketika elektron berpindah dari kulit ketiga (n=3) ke kulit kedua (n=2).

Gambar 2 Model atom Hidrogen menurut Niels Bohr


Meskipun model atom Bohr dapat menjelaskan spektrum hidrogen dan
spektrum dari spesi lain berelektron tunggal tetapi model tersebut tidak dapat
menjelaskan spektrum dari atom yang lebih kompleks. Oleh karena itu para ahli tetap
berupaya mencari penjelasan yang lebih sempurna. Ide penting yang sangat berharga
dari teori Bohr adalah gagasab tentang tingkat energi dalam atom yaitu gagasan
tentang kulit-kulit atom.

  Untuk menentukan konfigurasi elektron suatu unsur, ada beberapa patokan


yang harus selalu diingat, yaitu:
 Dimulai dari lintasan yang terdekat dengan inti, masing-masing lintasan disebut
kulit ke-1 (kulit k kulit ke-2 (kulit L), kulit ke-3 (kulit M), kulit ke-4 (kulit N),
dan seterusnya.
 Jumlah elektron maksimum (paling banyak) yang dapat menempati masi masing
kulit adalah
 Kulit K dapat menampung maksimal 2 elektron.
 Kulit L dapat menampung maksimal 8 elektron.
 Kulit M dapat menampung maksimal 18 elektron, dan seterusnya.
 Kulit yang paling luar hanya boleh mengandung maksimal 8 elektron.

Bilangan kuantum (n) 1 2 3 4 Dan seterusnya


Lambing kulit K L M N Dan seterusnya

Kulit atau lintasan elektron dalam mengelilingi inti atom dilambangkan


dengan n = 1, n = 2, n = 3, dan seterusnya. Lambang ini dinamakan bilangan
kuantum. Model atom Bohr ditunjukkan pada Gambar 1 huruf K, L, M, dan
seterusnya digunakan untuk menyatakan lintasan elektron dalam mengelilingi inti
atom. Lintasan dengan n = 1 disebut kulit K, lintasan dengan n = 2 disebut kulit L,
dan seterusnya.

Semakin besar harga n (makin jauh dari inti), makin besar energi elektron
yang mengorbit pada kulit itu. Jadi tingkat energi kulit L lebih besar daripada kulit
K,tingkat energi kulit M lebih besar daripada kulit L dan seterusnya. Kulit yang
ditempati electron apakah kulit K,L,M atau yang lainnya bergantung pada energi
elektron itu.

Dalam penjelasannya bohr, menggunakan atom hidogen sebagai model. Bohr


berhasil merumuskan jari-jari lintasan dan energi electron pada tom hydrogen sebagai
berikut :

 Lintasan yang diizinkan untuk elektron dinomori n = 1, n = 2, n =3 dst. Bilangan


ini dinamakan bilangan kuantum, huruf K, L, M, N juga digunakan untuk
menamakan lintasan.
 Jari-jari orbit diungkapkan dengan 12, 22, 32, 42, …n2. Untuk orbit tertentu
dengan jari-jari minimum a0 = 0,53 Å.
 Jika elektron tertarik ke inti dan dimiliki oleh orbit n, energi dipancarkan dan
energi elektron menjadi lebih rendah sebesar.

”Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron hanya menempati orbit-orbit


tertentu disekitar inti atom, yang masing-masing terkait sejumlah energi kelipatan dari
suatu nilai kuantum dasar. (John Gribbin, 2002)” Model Bohr dari atom hidrogen
menggambarkan elektron-elektron bermuatan negatif mengorbit pada kulit atom
dalam lintasan tertentu mengelilingi inti atom yang bermuatan positif.
Ketika elektron meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya selalu disertai dengan
pemancaran atau penyerapan sejumlah energi elektromagnetik hf.Menurut Bohr : ”
Ada aturan fisika kuantum yang hanya mengizinkan sejumlah tertentu elektron dalam
tiap orbit. Hanya ada ruang untuk dua elektron dalam orbit terdekat dari inti. (John
Gribbin, 2005)”.
Bohr juga menyatakan bahwa electron menggelilingi inti pada orbit tertentu.
Di dalam atom terdapat orbit luar dan orbit dalam. Orbit dalam adalah orbit electron
didekat inti Orbit luar dapat menampung lebih banyak electron. Elektron pada orbit
luar menentukan sifat-sifat kimia atom.Kadang-kadang electron pada orbit luar
melompat ke orbit dalam. Pada waktu melompat electron itu mengeluarkan cahaya.
Teori Bohr memperkenalkan perbedaan radikal dengan gagasan teori klasik
fisika. Beberapa ilmuwan yang penuh imajinasi (seperti Einstein) segera bergegas
memuji kertas kerja Bohr sebagai suatu “masterpiece,” suatu kerja besar; meski
begitu, banyak ilmuwan lainnya pada mulanya menganggap sepi kebenaran teori baru
ini.
2.3. Relativitas Khusus
Postulat Teori Relativitas Einstein Dalam mengemukakan teori relativitas khusus
Einstein mengemukakan dua postulat yang kemudian menjadi dasar teori relativitas khusus.
Kedua postulat itu adalah :
 Postulat pertama, hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk
sama dalam semua kerangka acuan inersia. Pada postulat pertama menyatakan
ketiadaan kerangka acuan universal. Apabila hukum fisika berbeda untuk pengamat
yang berbeda dalam keadaan gerak relatif, maka kita dapat menentukan benda
keadaan “diam” dan benda dalam keadaan “bergerak”. Akan tetapi karena tidak ada
kerangka acuan universal, akibat tidak ada perbedaan tersebut maka muncullah
postulat tersebut. Postulat pertama menekankan bahwa prinsip Relativitas Newton
berlaku untuk semua rumus Fisika tidak hanya untuk mekanika tetapi berlaku pda
hukum-hukum fisika yang lain.
 Postulat kedua, kecepatan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua
pengamat, tidak bergantung dari keadaan gerak pengamat, kecepatan cahaya diruang
hampa sebesar c = 3.108m/s Postulat kedua Einstein menyatakan bahwa selang waktu
pengamat yang bergerak relatif terhadap kejadian yang diamati tidak sama. Menurut
Einstein besaran kecepatan, waktu, massa, panjang adalah bersifat relative
Pembuktian Teori Relativitas
 Ketidakberadaan Eter Ternyata ±100 tahun setelah percobaan pertama yang
dilakukan Morley-Michelson, dalam semua percobaan tidak ada bukti satupun yang
diamati tentang perubahan laju cahaya terhadap arah meskipun kepekaan percobaan
telah ditingkatkan dari percobaan semula.
 Pemuluran waktu Pemuluran partikel elementer berkecepatan tinggi yang dapat
diselidiki dalam laboratorium
 Massa dan Energi Relativistik Pengubahan energi menjadi massa adalah penciptaan
meson pi. Dalam keadaan normal meson pi yang massa diamnya 140 MeV tidak
terdapat dialam tetapi diciptakan pada akselerator energi tinggi yaitu dalam tumbukan
antara partikel-partikel biasa seperti poton.
 Ketidakubahan Laju Cahaya Pada pemancaran sinar X oleh sebuah pulsar suatu
sistem bintang ganda yaitu suatu sumber sinar X berdenyut cepat yang mengorbit
mengelilingi bintang rekannya, sehingga menggerhanakan sang pulsar dalam gerak
orbitnya.
Konsekuensi Postulat Einstein
Besaran fisika yang tetap dan sama tidak bergantung kerangka acuan hanya
kecepatan cahaya sehingga besaran fisika yang lain tidaklah sama. Besaran fisika itu
adalah:
 Kecepatan relative
Jika ada sebuah pesawat (acuan O’) yang bergerak dengan kecepatan v
terhadap bumi (acuan O) dan pesawat melepaskan bom (benda) dengan
kecepatan tertentu maka kecepatan bom tidaklah sama menurut orang di bumi
dengan orang di pesawat.

2.4. Eksitasi Energi


Eksitasi dalam fisika adalah penambahan sejumlah diskrit energi (disebut energi
eksitasi) untuk sistem-seperti inti atom, atom, atau molekul sehingga menghasilkan
perubahan yang biasanya dari kondisi energi terendah (keadaan dasar) ke salah satu
energi yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi).
Dalam sistem nuklir, atom, dan molekul, keadaan-keadaan tereksitasi tidak terus
didistribusikan tetapi memiliki nilai energi diskrit tertentu saja. Dengan demikian, energi
eksternal (energi eksitasi) dapat diserap dalam jumlah diskrit.
Dengan demikian, dalam atom hidrogen (terdiri dari elektron yang mengorbit
terikat dengan inti satu proton), energi eksitasi 10,2 elektron volt diperlukan untuk
mendorong elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi pertama. Sebuah energi
eksitasi yang berbeda (12,1 elektron volt) akan dibutuhkan untuk menaikkan elektron dari
keadaan dasar ke keadaan tereksitasi kedua.
Demikian pula, proton dan neutron dalam inti atom merupakan sistem yang dapat
dinaikkan secara diskrit menjadi tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyediakan
energi eksitasi yang tepat. Energi eksitasi nuklir kira-kira 1.000.000 kali lebih besar dari
energi eksitasi atom. Untuk inti timbal-206, sebagai contoh, energi eksitasi dari keadaan
tereksitasi pertama adalah 0,80 juta elektron volt dan kedua keadaan eksitasi kedua 1,18
juta elektron volt.
Energi eksitasi disimpan dalam atom yang tereksitasi dan inti yang memancarkan
cahaya biasanya terlihat dari atom dan sebagai radiasi gamma dari inti karena mereka
kembali ke keadaan dasar. Energi ini juga bisa hilang oleh tumbukan.
Proses eksitasi adalah salah satu sarana utama dimana materi menyerap pulsa
energi elektromagnetik (foton), seperti cahaya, dan dengan dipanaskan atau terionisasi
oleh dampak partikel bermuatan, seperti elektron dan partikel alpha. Dalam atom, energi
eksitasi diserap oleh elektron yang mengorbit yang diangkat ke tingkat energi yang
berbeda yang lebih tinggi.
Dalam inti atom, energi diserap oleh proton dan neutron yang ditransfer ke
keadaan tereksitasi. Dalam molekul, energi yang diserap tidak hanya oleh elektron, yang
sangat antusias untuk tingkat energi yang lebih tinggi, tetapi juga oleh seluruh molekul,
yang sangat tereksitasi untuk keadaan diskrit dari getaran dan rotasi.
Sebuah atom dapat mengeksitasi ke tingkat energi di atas tingkat energi dasar
yang menyebabkan atom tersebut memancarkan radiasi melalui dua cara. Salah satunya
adalah tumbukan dengan partikel lain. Pada saat tumbukan, sebagian dari energi kinetik
pada partikel akan diserap oleh atom. Atom yang tereksitasi dengan cara ini akan
kembali ke tingkat dasar dalam waktu rata-rata 10 -8 detik dengan memancarkan satu
foton atau lebih. Cara lainnya adalah dengan lecutan listrik dalam gas bertekanan rendah,
sehingga timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion atomic sampai energi
kinetiknya cukup untuk mengeksitasi atom ketika terjadi tumbukan. Misalnya pada lampu
neon dan uap air raksa, medan listrik kuat yang terpasang antara elektroda dalam tabung
berisi gas menimbulkan emisi radiasi spektral karakteristik dari gas itu yang ternyata
merupakan cahaya berwarna kemerah-merahan (dalam kasus neon) dan cahaya kebiru-
biruan (dalam kasus uap air raksa), dalam percobaan ini menggunakan uap air raksa
sebagai media.
Mekanisme eksitasi yang berbeda terpaut jika sebuh atom menyerap sebuah atom
cahaya yang energinya cukup untuk menaikkan atom tersebut ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Misalnya, foton dengan panjang gelombang 121,7 nm dipancarkan ketika atom
hidrogen dalam n = 2 menjadi turun ke keadaan n = 1.
Ketika energi-energi electron mulai dari 0 V, nilai arus dalam tabung kedua
meningkat secara langsung. Namun, penurunan arus yang tiba-tiba, baru teramati ketika
energi-energi electron mendekati 4,9 eV. Ketika energy electron dinaikkan terus, arus
meningkat lagi. Perlu dicatat bahwa nilai-nilai tegangan yang dirancang menahan arus
jatuh pada kelipatan 4,9 eV. Dengan kata lain, electron berenergi 4,9 eV diserap oleh satu
atom dan elektron-elektron yang berenergi 2 (4,9 eV) = 9,8 eV diserap olehdua atom,
begitu juga electron berenergi 3 (4,9 eV) = 14,7 eV diserap oleh tiga atom. Hasil dari
percobaan ini jelas. Dalam tabung gas, hanya elektron-elektron yang mempunyai energy
tertentu yang dapat mengeksitasi atom-atom raksa. Hal ini merupakan bukti bahwa atom-
atom raksa mempunyai tingkat-tingkat energi yang berlainan. Dengan demikian, dengan
percobaan ini, Frank dan Hertz membuktikan suatu gagasan, yang pertama kali
dikemukakan oleh Bohr, bahwa atom mempunyai tingkat-tingkat energi.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Gejala foto listrik adalah munculnya arus listrik atau lepasnya elektron yang
bermuatan negatif dari permukaan sebuah logam akibat permukaan logam tersebut
disinari dengan berkas cahaya yang mempunyai panjang gelombang atau frekuensi
tertentu. Ditemukan seratus tahun lalu oleh  Albert Einstein muda. Pada tahun itulah ia 
membuat karya besarnya. Salah satunya adalah tentang efek fotolistrik. Oleh panitia
Hadiah Nobel Fisika, makalah itu dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada 1921.
DAFTAR PUSTAKA

1. Beiser, Arthur. 2003. Concepts of Modern Physics Sixth Edition. New York :
McGraw-Hill Companies.
2. Daton, Goris Seran, dkk. 2007. Fisika. Jakarta : PT. Grasindo.
3. Gautreau, Ronald dan Savin, William. 2006. Teori dan Soal-Soal Fisika Modern
Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
4. Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press).
5. Oxtoby, David W, dkk. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid II.
Jakarta : Erlangga.
6. Soedojo, Peter. 2001. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 4 : Fisika Modern. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
7. Surya, Yohanes. 2009. Fisika Modern. Tangerang : PT. Kandel
8. Tipler, A Paul and Ralph, A. Liewellyn. 2008. Modern Physics Fifth Eedittlion. New
York : W. H. Freeman and Company.
9. Yaz, M. Ali. 2007. Fisika 3. Yogyakarta : Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai