Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI KEPENDIDIKAN

“KONSEP BELAJAR DAN KEMATANGAN”

Oleh :

Surya Krisnadi (6222111004)

Dwi Hanum (6222111007)

M. Nasril Fahmi (6221111028)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat
danrahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Belajar dan
Kematangan dengan baik dan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Kependidikan yang telah memberikan bimbingan kepada
kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Kami berharap karya tulis yang telah disusun berdasarkan sumber dan data yang telah
kami kumpulkan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan bagi
pembaca dan penulis. Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan pada makalah ini, baik dalam segi konsep, isi, susunan kalimat, maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna penyempurnaan karya tulis ini kedepannya.

Medan, 19 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3

BAB I .............................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5

C. Tujuan ................................................................................................................................... 5

BAB II ............................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6

A. Pengertian Belajar dan Kematangan ................................................................................. 6

B. Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan............................................... 10

C. Pembentuk Kematangan Belajar ...................................................................................... 11

D. Ciri-ciri Kematangan Belajar ........................................................................................... 13

BAB III......................................................................................................................................... 16

PENUTUP .................................................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 16

B. Saran .................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di dalam seluruh jangka kehidupan manusia, semenjak dalam kandungan sampai
meninggal di dalamnya terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya. Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa digunakan secara bergantian.
Keduanya tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi saling bergantung satu dengan lainnya bahkan
bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan
“perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya
saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bias dipisahkan dalam bentuk-bentuk
yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan,
diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta
Individu dikatakan matang apabila dalam perkembangannya individu tersebut mencapai suatu
pertumbuhan dan perkembangan yang menunjukkan sebagai pribadi yang matang.

Setiap individu memiliki pertumbuhan dan tugas perkembangan yang harus dilaluinya.
Individu yang mencapai usia dewasa bisanya akan berusaha mencapai tingkat kematangan
sehingga memiliki cirri tertentu dalam kematangan. Menurut Monks2 kematangan didefinisikan
sebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan tertentu dan
kemampuan untuk berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi sebagai hasil pertumbuhan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Belajar dan Kematangan?

2. Bagaimana Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan ?

3. Bagaimana Pembentukan Kematangan Belajar?

4. Apa saja Ciri-ciri Kematangan Belajar ?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

2. Untuk mengetahui pengertian Belajar dan Kematangan

3. Untuk mengetahui bagaimana Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan

4. Untuk mengetahui bagaimana Pembentukan Kematangan Belajar

5. Untuk mengetahui ciri-ciri Kematangan Belajar

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar dan Kematangan


1. Pengertian belajar

Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang saling terkait satu satu sama lain,
bagaikan dua sisi mata uang yang sulit untuk dipisahkan. Aktivitas belajar peserta didik hanya
dimungkinkan berlangsung dalam suatu proses pembelajaran yang dapat memberi kesempatan
bagi mereka untuk belajar dengan baik. Sebaliknya, proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik bila medapat respons dari pe-serta didik. Keterkaitan antara belajar dan
pembelajaran tampak pada konsep belajar dan pembelajaran.Belajar dalam arti luas merupakan
suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang
bukan disebabkan oleh kematangan dan sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari
terbentuknya respons utama. Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang
menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk
kemampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang
bersifat sementara.

Berikut ini pengertian belajar menurut beberapa ahli :

1. Belajar menurut Pandangan B. F. Skinner

Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan penguatan


(reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar dengan
adanya ganjaran (funnistment) dan pujian (rewards) dari guru atas hasil belajarnya. Skinner
membuat perincian lebih jauh dengan membedakan adanya dua macam respons. Pertama,
respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang
disebut eliciting stimuli menimbulkan respons-respons yang secara relatif tetap, misalnya
makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang
demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya. Kedua, operant response, yaitu respons
yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut
reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons
6
yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang akan menjadi lebih giat belajar apabila
mendapat hadiah sehingga responsnya menjadi lebih intensif atau kuat. Belajar menurut
pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar,
baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman. Dengan demikian,
pemilihan stimulus yang deskriminatif dan penggunaan penguatan dapat merangsang individu
lebih giat belajar, sehingga belajar merupakan hubungan antara stimulus dengan respons.

2. Belajar menurut Pandangan Robert M. Gagne

Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar adalah per-ubahan
yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-menerus yang bukan hanya
disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan memengaruhi individu sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Pandangan
Gagne di atas menunjukkan bahwa belajar adalah adanya stimulus yang secara bersamaan
dengan isi ingatan memengaruhi perubahan tingkah laku dari waktu ke waktu. Karena itu, belajar
dipengaruhi oleh faktor internal berupa isi ingatan dan faktor ekternal berupa stimulus yang
bersumber dari luar diri individu yang belajar. Gagne membagi segala sesuatu yang dipelajari
individu yang disebut the domains of learning itu menjadi lima kategori. Pertama, keterampilan
motoris (motor skill), yaitu koordinasi dari berbagai gerakan badan. Kesua, informasi verbal,
yaitu menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar. Ketiga, kemampuan
intelektual, yaitu menggunakan simbol-simbol dalam mengadakan interaksi dengan dunia luar.
Keempat, strategi kognitif, yaitu belajar mengingat dan berpikir memerlukan organisasi
keterampilan yang internal (internal organized skill). Kelima, sikap, yaitu sikap belajar yang
penting dalam proses belajar.

3. Belajar menurut Pandangan Jean Piaget

Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berpikir pada anak-anak sebab ia
yakin dengan cara berpikir anak-anak akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi.
Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam pekembangan kognitif anak, yaitu
proses assimilations dan proses accommoda-tions. Proses assimilations, yaitu menyesuaikan atau

7
mencocokkan informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya
dan mengubah-nya bila perlu. Adapun proses accommodations, yaitu menyusun dan membangun
kembali atau mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang
baru dapat disesuaikan dengan lebih baik. Piaget mengembangkan teori kognitif tersebut dalam
konteks teori keseimbangan yang disebut accomodation. Teori ini memberi penjelasan bahwa
struktur fungsi kognitif dalam berubah kalau individu berhadapan dengan hal-hal baru yang tidak
dapat diorganisasikan ke dalam struktur yang telah ada (association). Akomodasi menurut Piaget
adalah hasil dari yang ditambahkan dan diciptakan oleh lingkungan dan pengamatan yang tidak
sesuai dengan apa yang diketahui dan dipikirkan.Piaget menjelaskan tiga cara bagi anak untuk
sampai pada cara mengetahui sesuatu, yaitu melalui interaksi sosial, melalui pengetahuan fisik,
dan melalui logico-mathematical.

4. Belajar menurut Pandangan Carl R. Rogers

Rogers menitikberatkan pada segi pengajaran dibanding siswa yang belajar dalam praktik
pendidikan yang ditandai dengan peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan
pelajaran dengan alasan bahwa pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran adalah: (1) manusia memiliki kekuatan wajar untuk belajar sehingga siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak berarti, (2) siswa akan mempelajari hal-hal yang
bermakna bagi dirinya, (3) pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa, (4) belajar yang bermakna bagi
masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami
sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri secara terus menerus, (5) belajar yang
optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran, (6) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi bila siswa mengevaluasi
dirinya sendiri, dan (7) belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan
sungguh-sungguh. Belajar dalam pandangan Rogers di atas pada dasarnya bertumpu pada prinsip
kebebasan dan perbedaan individu dalam pendidikan. Dengan demikian, peserta didik akan lebih
mengenal dirinya, menerim a diri sebagaimana adanya, dan akhirnya merasa bebas memilih
dan berbuat menurut individualitasnya dengan penuh tanggung jawab.

8
5. Belajar menurut Pandangan Benjamin S. Bloom

Penelitian yang dilakukan oleh Bloom dalam mengamati kecerdasan anak pada rentang
waktu tertentu menemukan bahwa pengukuran kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan
hasil pengembangan dari anak usia dini. Bloom mengembang-kan taksonomi dari tujuan
pendidikan dengan menyusun pengalaman-pengalaman dan pertanyaan-pertanyaan secara
bertingkat dari recall sampai pada terapannya dengan suatu keyakinan bahwa anak dapat
menguasai tugas-tugas yang dihadapkan kepada mereka di sekolah, tetapi mengakui adanya anak
yang yang membutuhkan waktu lebih lama dan bimbingan yang lebih intensif dibanding teman
seusianya.

6. Belajar menurut Pandangan Jerume S. Bruner

Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori yang


saling berkaitan sedemikian rupa hingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang
alam dan pengembangan suatu sistem pengodean (coding). Sesuai dengan model ini, belajar baru
dapat terjadi dengan mengubah model yang terjadi melalui pengubahan kategori-kategori,
menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau dengan menambahkan kategori-
kategori baru.

2. Pengertian Kematangan

”Kematangan adalah hasil proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang


berlangsung bertahap hingga memunculkan kepribadian dalam diri individu itu sendiri“.
Sedangkan menurut Werner (dalam Sariono 1969):”kematangan adalah terlaksananya dengan
baik tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan seseorang menuju struktur tingkah laku yang
lebih tinggi”. Sesuai dengan pernyataan diatas maka kematangan psikologis adalah hasil proses
pertumbuhan dan perkembangan yang terlaksana dengan baik sehingga mencapai tingkat
kepribadian yang lebih tinggi dalam bertingkah laku secara wajar. Kematangan akan terlihat dan
diketahui apabila tugas-tugas perkembangan tadi telah terselesai-kan dan jika telah mengalami
pertumbuhan fisik yang signifikan yang bersifat kuantitatif. Pernyataan diatas sejalan dengan
konsep dasar teori Piaget yang menyatakan bahwa “Kematangan merupakan pengem-bangan
9
dari susunan syaraf (yang berhubungan dengan organ-organ fisik manusia), misalnya
kemampuan mendengar dan melihat merupakan akibat kematangan susunan syaraf Jean Piaget
(dalam Winarno 1958).

Jadi kematangan adalah suatu kedaan atau kondisi bentuk struktur dan fungsi yang
lengkap atau dewasa pada suatu organisasi, baik terhadap suatu sifat. Kematangan membentuk
suatu sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disebut
“Readiness“ yang berupa tingkah laku, baik tingkah laku yang instingtif maupun tingkah laku
yang dipelajari. Tercapainya kematangan psikologis remaja seperti pengertian kematangan yang
telah diketahui diatas akan dapat terlihat apabila tercapainya dan telah terlaksana dengan baik
tugas-tugas perkembangan yang tentunya berpengaruh terhadap pertumbuhan remaja tersebut.
Maka kematangan itu sendiri adalah proses yang terjadi karena adanya tahapan atau fase-fase
pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis yang akan dan tentunya harus berfungsi
sebagai mana mestinya Robert Havighurst (dalam Redja M. 1972).

B. Fungsi Kematangan Dan Belajar Dalam Perkembangan


Dalam proses pertumbuhan kearah tercapainya kemtangan/ kedewaaan fisik, kematangan
merupakan faktor penyebab, yang berarti kedewasaan fisik seorang anak sangat tergantung pada
waktunya matang saja ( Kalau umumnya sudah 17 tahun maka kematangan dari pertumbuhan
fisik akan terjadi dengan sendirinya ). Dalam kaitanya dengan proses perkembangan mental
psikologis kematangan untuk fisik berfungsi sebagai perquisite untuk perkembangan, misalnya
perkembangan bicara/ bahasa tidak mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh
pematangan alat bicara (Alat ini matang pada waktu banyi berumur 6 bulan ). Kematanagan otak
pada umur 6/7 tahun merupakan perquisite untuk perkembangan intelektual/ pengetahuan
akademik disekolah.Perkembangan psikoseksual dapat dimulai setelah anak matang
seksualnya.Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi sebagai pemberi “raw
material” atau bahan dasar untuk belajar.

Adapun posisi belajar dalam proses perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini
belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan (cause of
development). Tanpa melalui belajar mental psikologis anak tidak mungkin akan dapat
dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka manudsia tidak akan dapat bertingkah
10
laku seperti manusia. Dan perkembangan pribadi manusia itu merupakan hasil perpaduan unsure
kematangan dan belajar. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat
penting artinya dalam proses perkembangan. Tanpa adanya unsurkematangan tersebut
perkembanan sulit untuk di wujudkan. Dalam proses perkembangan fungsi kematangan itu
adalah sebagai berikut :

a. Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi suatu perkembangan, misalnya kematangan
otot dan urat kaki sebagai bahan untuk perkembangan berjalan

b. Pemberi batas dan kualitas perkembangan. Semakin baik kualitas kematangan suatu fungsi
akan makin baik kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi, tetapi sebaliknya semakin
kurang baik kematangannya akan makin kurang baik pula perkembangannya.

c. Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih atau membimbing/
mengajarinya.

C. Pembentuk Kematangan Belajar


Kematangan belajar dapat terbentuk karena adanya factor-factor yang lebih dalam dan lebih
mendorong sehingga terbentuknya seatu kematangan dalam belajar. Pembentukan kematangan
belajar dibentuk oleh pembentukan fisik dan pembentukan fsikis antra lain adalah sebagai
berikut :

1. Dasar-dasar biologis tingkah laku

Tingkah laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya. System saraf merupakan
penggerak tingkah laku manusia secara biologis.System saraf terdiri atas komposisi sel-sel yang
disebut neurons. Tiap- tiap neurons mengandung tenaga yang berasal dari proses kimiawi dan
elektronik. Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan dorongan-dorongan elektronis yang
merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.

2. Perubahan-perubahan dalam otak yang menimbulkan kematangan

Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hampir sempurna pada saat
anak tiba saatnya masuk sekolah dasar.Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-

11
perubahan penting dalam struktur otak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak
diakibatkan karena pengalaman atau belajar.

Setelah otak menjadi masak mengalami prubahan fisik pada manusia. Perubahan ini dapat
menimbulkan tingkah laku baru yang tidak terduga sebelumnya. Urat-urat syaraf dalam otak
mempunyai “electrical condoktors”. Untuk pengiriman messages ketempat-tempat yang tetrap
perlu ada isolasi otak, isolasi itu disebut “ myelin” selama dorong-dorngan saraf menuju
salurannya, aru gerakkannya tak di batasi oleh myelin. Dorongan itu akan mengalir
mengaktifkan banyak sel saraf lebih dari yang diperlukan. Sel-sel saraf itu menggerakan banyak
otot.Banyaknya gerakan bayi yang tak bekoordinasi adalah akibat dari kurangnya myelin.

Pada umur 6 tahun, myrlin dimiliki 95% dari orang dewasa. Readiness anak untuk
berlatih toelit, bergantung pada banyaknya myelin yangb telah tersimpan. Anak laki-laki baru
berhasil dilatih tpelit bila sudah berumur mendekati umur 2 tahun.Ini berarti bahwa tingkah laku
belajar memerlukan kematangan fisik, termasuk kematangan fungsi otak. Perkembangan struktur
dan fungsi otak tampak sempurna atau hampir sempurnab pada saat anak tiba saatnya amsuk
sekolah dasar.Pada umur-umur setelah 6 tahun, terjadilah perubahan-perubahan penting dalan
struktur oatak, namun perkembangan kapasitas mental lebih banyak diak ibatkan karena
pengalaman atau belajar.Perkembanagan prestasi akademik pada anak-anak sudah mencapai
masa remaja lebih banayak dipengaruhi oleh faktor motifasi dan belajar.

Khusus tentang prinsip kematangan, bahwa yang di maksud dengan kematangan adalah
kemampuan seorang untuk berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah
memiliki intelengensi. William Stern berpendapat bahwa integensi sebagian besar tergantung
dengan dasar dan turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada
intelegensi seseorang.Juga Prof. Waterink seorang Mahaguru di Amsterdam, menyatakan
menurut penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat diperbaiki atau dilatih,
bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir
bertambah baik.

12
D. Ciri-ciri Kematangan Belajar
Mengetahui adanya tahap kematangan suatu sifat sangat penting artinya bagi seorang
pendidik atau pengasuh, karena pada tingkat itulah si anak akan memberikan reaksi yang sebaik-
baiknya terahadap semua usaha bimbingan atau pendidikan yang sesuai bagim mereka. Oleh
karena itu kalau ingin mengajar atau melatih dengan berhasil, tunggulah saatnya yang tepat yaitu
timbulnya kematangan yang bagi siterdidik merupakan masa peka atau masa yang tepat untuk
dikembangkan/ dilatih.

Adanya ciri-ciri adanya kematangan tersebut pada diri si anak adalah di tandai dengan adanya :

a. Perhatian si anak

b. Lamanya perhatian berlangsung

c. Kemajuan jika diajar atau dilatih.

Dan bila ditinjau dari aspek umum maka ciri-ciri dari kematangan ditandai dengan
beberapa hal yaitu terdiri dari:

 Kematangan belajar ditandai dengan terbentuknya readinees (kemampuan)

Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan


struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu memungkinkan
individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan. Memang, anak
megalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting bagi
pembentukan readines, akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perkembanganmereka
tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping akibat tumbuhnya pola-pola
jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi
perkembangan mental, kebutuhan dan lain sebagainya.

Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila dalam dirinya sudah terdapat
“readiness” (kemampuan) untuk mempelajari sesuatu itu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa
masing-masing individu mempunyai perbedaan individual, maka masing-masing individu
mempunyai sejarah atau latar belakang perkembangan yang berbeda-beda.Hal ini menyebabkan
adanya pola pembentukan readiness yang berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing
13
individu.Individu mengalami pertumbuhan material jasmaniahnya.Kecepatan pertumbuhan pada
masing-masing individu tidak sama. Perbedaan itu dapat disebabkan oleh karena pengaruh
fisiologis, psikologis, dan bahkan sosial.

 Kematangan belajar ditandai dengan terbentuknya emosional

Emosi yang kita ketahui adalah sebuah perasaan yang dapat dibagi menjadi beberapa
perasaan lagi. Dengan ini penulis menerangkan sedikit mengenai pembagian tersebut dengan
mengangkat study kasus yang subjeknya adalah pemuda

 Perasaan atau emosi marah

Marah pada pemuda timbul karena “social slighting”, yaitu kebimbangan pemuda akan
status sosialnya yang belum jelas dan stabil

 Perasaan dan emosi kasih sayang

Pemuda mulai mempersempit hubungan-hubungan kasih sayangnya. Rasa kasih sayang


yang kuat dicurahkan kepada seorang teman istimewanya, entah teman istimewa itu orang yang
lebih tua maupun sebaliknya, baik wanita maupun pria.

 Perasaan dan emosi takut

Rasa takut pada pemuda timbul karena kedudukannya yang terasa asing kebimbangan akan
status sosialnya yang menentu dan jelas. Pernyataan takut itu dinyatakan dalam bentuk kata-kata
(tongue tied).

 Kematangan belajar ditandai dengan terbentuknya intelektual

Intelektual secara harfiah berasal dari Bahasa Inggris “intellectual” termasuk adjective
(kata sifat), menurut As.Hornby et.al berarti menunjukkan kekuatan penalaran yang baik. Dalam
Bahasa Indonesia di lihat lebih luas, kata intelektual dapat di artikan arif (cerdik, pandai,
bijaksana, berilmu). Dalam Bahasa Arab, intelektual adalah orang yang berakal, orang yang
mengetahui, berbudaya,akal pikiran. Kematangan Intelektual adalah orang yang mampu

14
menghadapi segala persoalan dengan mempergunakan Nalar–Logika, melakukan pertimbangan-
pertimbangan yang logis, sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.

Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk
mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Kesiapan
belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari
pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertallian dengan pengetahuan,
pikiran, dan kualitas berfikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemapuan-
kemampuan itu bergantung pada tingkat kematangan intelektual. Latar belakang pengalaman,
dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur (Connell, 1974).

Contoh kematangan intelektual antara lain adalah tingkat-tingkat perkembangan kognisi


piaget yang telah diuraikan pada bagian psikologi perkembangan. Berkaitan dengan latar
belakang pengalaman tersebut diatas, Ausebel mengatakan faktor yang paling penting
mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah diketahui oleh anak-anak. Sedangkan perihal
menstrutur kembali pengetahuannya untuk penyesuaian dengan materi-materi baru yang diterima
dari pendidik. Akan tetapi pada kasus-kasus lain struktur kognisi itu dipegang erat-erat sehingga
membuat pedidik mencari pendekatan lain agar anak-anak dapat menangkap materi pelajaran
baru itu.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap individu memiliki pertumbuhan dan tugas perkembangan yang harus dilaluinya.
Individu yang mencapai usia dewasa bisanya akan berusaha mencapai tingkat kematangan
sehingga memiliki ciri tertentu dalam kematangan. Kematangan adalah hasil proses pertumbuhan
dan perkembangan individu yang berlangsung bertahap hingga memunculkan kepribadian dalam
diri individu itu sendiri“. Sedangkan menurut Werner (dalam Sariono 1969):”kematangan adalah
terlaksananya dengan baik tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan seseorang menuju
struktur tingkah laku yang lebih tinggi. Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu
berfungsi sebagai pemberi atau bahan dasar untuk belajar. Dan posisi belajar dalam proses
perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan berfungsi sebagai penentu atau
sebab terjadibnya perkembangan.

B. Saran
Penulis juga menyadari bahwa penulisan yang dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kepada para pembaca yang membaca
makalah ini untuk kiranya memberikan saran atau kritik agar dapat memotivasi penulis untuk
membuat makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah yang dibuat penulis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca yang membacanya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amat. (2021, Juni). PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN


KEMATANGAN INDIVIDU. JURNAL PRODI TADRIS IPS, 12, 59-75.

Hanafy, M. S. (2014, Juni). KONSEP BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN. LENTERA


PENDIDIKAN, 17, 66-79.

Zainuddin. KEMATANGAN PSIKOLOGIS DALAM MEMBANGKITKAN MINAT


BELAJAR SISWA. 1-12.

17

Anda mungkin juga menyukai