Anda di halaman 1dari 45

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum IPA Terintegrasi Sosio Scientific Issues


(SSI)

Oleh:

NI LUH IDA MARETA YANTI (2123071003)


TJOKORDA GDE PUTRA WIRAMA (2123071007)
DEVIA (2123071008)
ANAK AGUNG AYU DWIJAYANTHI (2123071016)

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
DENPASAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Kurikulum IPA Terintegrasi
Sosio Scientific Issues (SSI) dengan lancar. Penulisan makalah ini merupakan kewajiban dan
sebagai tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum IPA bagi mahasiswa Pascasarjana
Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Ganesha.
Penyusunan makalah ini tidak bisa diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc., Ph.D., dan Bapak Dr. I Nyoman Suardana, M.Si.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum IPA yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang baik dalam mendalami materi dan menyusun makalah, serta teman-
teman yang membantu pengumpulan data hingga terciptanya makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami terus menunggu saran dan kritik yang sifatnya membangun dan positif.
Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
Pendahuluan...................................................................................................................... 1
Landasan Kurikulum......................................................................................................... 4
Standar Isi.......................................................................................................................... 10
Standar Proses................................................................................................................... 27
Standar Penilaian............................................................................................................... 32
Standar Pengelolaan.......................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA

ii
PENDAHULUAN

Pemberlakuan kurikulum 2013 semakin mempertegas peran Pendidikan Nasional sebagai


salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa,
mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga proaktif dan mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Pembelajaran
IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap
siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science Educational Standart (2003) bahwa
”Learn- ing science is an active process. Learning science is something student to do, not some-
thing that is done to them”. Dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang
terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya mencakup aktivitas
hands-on tetapi juga minds-on. Pembelajaran IPA yang didasarkan pada standar isi akan
membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan (have a body of know- ledge), standar
proses akan membentuk siswa yang memiliki keterampilan ilmiah (scientific skills), keterampilan
berpikir (thinking skills) dan strategi berpikir (strategy of thinking), standar inkuiri ilmiah akan
membentuk siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking); standar
assesmen mengevaluasi siswa secara manusiawi artinya sesuai apa yang dialami siswa dalam
pembelajaran (authentic assessment) (Koballa & Chiapetta, 2010).

Pembelajaran IPA dilaksanakan secara terintegrasi mempunyai makna memadukan


berbagai aspek yaitu domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Purwanti:2013). Seharusnya
pembelajaran IPA berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir (Thinking Skills in
science), kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan ber- tanggung
jawab terhadap lingkungan alam dan sosial dikembangkan dalam pembelajaran IPA (Dadan,
2012). Dengan demikian hendaknya pembelajaran IPA dirancang dan diimplementasikan melalui
strategi yang dapat memenuhi kebutuhan kontekstualitas tersebut sehingga siswa dapat
berhadapan dengan masalah nyata di lingkungannya untuk mendukung pembentukan
pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan berfikir (Thinking Skills) yang merupakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills), terdiri dari critical thinking
dan creative thinking.Strategi pembelajaran yang potensial untuk diterapkan adalah pembelajaran
berbasis Socio-Scientific Issues (SSI). SSI adalah strategi yang bertujuan untuk menstimulasi
perkembangan intelektual, moral dan etika, serta kesadaran perihal hubungan antara sains
dengan kehidupan sosial (Zeidler, et al., 2005; Nuang-chalerm, 2010).

SSI merupakan representasi isu-isu atau persoalan dalam kehidupan sosial yang secara
konseptual berkaitan erat dengan sains (Anagun & Ozden, 2010) dengan solusi jawaban yang
relatif atau tidak pasti (Topcu, et al, 2010). SSI dapat ditemukan dalam konteks global, seperti isu
rekayasa genetik (terapi gen, kloning atau stem sel) dan masalah lingkungan seperti pemanasan
global dan perubahan iklim (Sadler, 2004). Di samping itu, SSI juga dapat bersumber dari ma-
syarakat lokal, seperti isu dampak peristiwa erupsi Gunung Merapi (Agung, 2011). Merujuk
pada Callahan (2009) dan Zeidler, et al. (2009), sebagai salah satu target kemampuan yang dapat
dikembangkan lewat pembelajaran IPA berbasis SSI adalah kemampuan berpikir kritis (critical
thinking) dan berpikir kreatif (creative thinking) yang menunjukkan tingkat perkembangan
literasi seseorang dalam hal mengumpulkan dan menganalisis informasi atau data dari beragam
sumber. Hal ini sesuai dengan salah satu hakikat IPA, bahwa IPA sebagai dimensi cara berpikir
(a way of thinking) yang menjadi substansi yang mendasar pentingnya pembelajaran IPA yang
mengem- bangkan proses ilmiahnya untuk pembentukan pola pikir peserta didik. Pada
kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait (Badan Penelitian dan
Pengembangan, 2013), yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap
sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi
4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar (KD) dan harus dikembangkan
dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap
keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu
peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan
(Kompetensi Inti kelompok 4). Persoalan yang ada di lapangan adalah pembelajaran IPA masih
berkutat pada pencapaian core knowledge atau a body of know- ledge saja tanpa memperhatikan
aspek yang lain salah satunya thinking skills yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran masih
berpedoman pada pencapaian produk berupa kognitif, tan pa memperhatikan proses, sikap dan
kemampuan berpikir IPA. Padahal dengan pembelajaran yang mampu menumbuhkan
kemampuan berpikir (Thinking Skills), siswa mempunyai literasi sains (Scientific literacy) yang
bagus, selain itu juga akan menjadi terbiasa untuk bisa memecahkan permasalahan yang mereka
hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

2
Pada kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi pustaka
(library research). Pendekatan kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata (ucapan), tulisan, dan perilaku dari orang-orang yang dapat
diamati. Pendekatan ini digunakan untuk mendesain pembelajaran berbasis Socio-scientific
Issues (SSI) dengan menganalisis dokumen-dokumen terkait dengan kurikulum IPA
Terpadu yang ada di SMP/MTs yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (2013), Sesuai dengan jenis sumber data yang bertumpu pada data
dokumenter, maka pengumpulan data dalam studi ini menggunakan metode dokumentasi.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis dokumen (document
analysis). Hasil desain yang dibuat diverivikasi melalui analisis konten dan kesesuainnya
dengan Kurikulum Nasional jenjang SMP/MTs pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis akan membahas tentang suatu perangkat dalam
Pembelajaran IPA yang diajarkan secara terintegrasi berbasis SSI, yang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir (Thinking Skills), yaitu kemampuan berpikir kritis
(critical thinking) dan berpikir kreatif (creative thinking), sehingga dapat terwujud
pemahaman mengenai kurikulum IPA terintegrasi SSI terutama pada jenjang SMP di kelas
7 semester genap. Untuk menganalisa masalah diatas penulis mengemasnya dengan judul
Kurikulum IPA Terintegrasi SSI (Socio Scientific Issues) .

Identitas Kurikulum

3
Nama Kurikulum Kurikulum Terintegrasi SSI
Jenjang Pendidikan SMP
Kelas VII
Semester 2
Alokasi Waktu 80 JP (80 x 40 Menit)
Landasan Kurikulum

Landasan Filosofis 1. Filsafat Progresivisme


Filsafat progresivisme menuntut kepada penganutnya
untuk selalu progress (maju) bertindak secara konstruktif,
inofatif dan reformatis, aktif dan dinamis. Sebab sudah
menjadi naluri manusia selalu menginginkan perubahan-
perubahan. Untuk mendapatkan perubahan itu manusia
harus memiliki pandangan hidup dimana pandangan hidup
yang bertumpu pada sifat-sifat; fleksibilitas (tidak kaku,
tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh doktrin
tertentu), Curious (ingin mengetahui dan menyelidiki),
toleran dan open minded (punya hati terbuka). Aliran
filsafat progresivisme telah memberikan sumbangan yang
besar di dunia pendidikan pada abad ke-20 ini dimana
telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan
anak didik. Anak didik diberikan kebebasan baik secara
fisik maupun cara berpikir guna mengembangkan bakat
dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa
terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Oleh karena itu filsafat progresivisme tidak menyetujui
pendidikan yang otoriter sebab, pendidikan otoriter akan
mematikan tunas-tunas pelajar untuk hidup sebagai
pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan
sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun

4
psikis anak didik. Pendidikan sebagai alat untuk
memproses dan mengkonstruksi kebudayaan baru haruslah
dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada
akhirnya akan dapat memberikan warna dan corak dari
output (keluaran) yang dihasilkan adalah manusia-manusia
yang berkualitas unggul, berkompetitif, inisiatif, adaptif,
dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya.
Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat pada
pengalaman atau eksperimental, yaitu kurikulum yang
berpusat pada pengalaman, dimana apa yang telah
diperoleh anak didik selama di sekolah akan dapat
diterapkan dalam kehidupan nyatanya. Dengan metode
pendidikan “belajar sambil berbuat” (Learning by doing)
dan pemecahan masalah (Problem solving). Dengan
berpijak pada pandangan di atas maka jelaslah bahwa
filsafat progresivisme bermaksud menjadikan anak didik
yang memiliki kualitas dan terus maju (Progress) sebagai
generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban
baru.
2. Filsafat Rekonstruksionisme
Pendidikan bertujuan untuk menciptakan sumber daya
manusia yang sanggup berasaing di era modernisasi yang
tidak hanya cerdas dalam bidang pengetahuan tetapi
memiliki keterampilan dan sikap yang baik. Proses
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Kurikulum
menurut filsafat rekonstruksionisme harus berorientasi
pada kebutuhan-kebutuhan masa depan yaitu
mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional,
spiritual, pemecahan masalah dan berpikir kritis melalui
berbagai displin ilmu. Pendidikan harus dilaksanakan
untuk menciptakan tata sosial yang akan mengisi nilai-

5
nilai budaya dan selaras dengan yang mendasari
kekuatan-kekuatan ekonomi dan sosial modern. Tujuan
Pendidikan adalah menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang berkaitan dengan krisis budaya dan menyesuaikan
kebutuhan dengan sains nasional. Kurikulum harus
berdampak besar dalam kehidupan manusia menjadi
metode perubahan  dan reformasi sosial dalam kehidupan
masyarakat.

Landasan Psikologis
1. Psikologis Berpikir Kritis
Psikologi berpikir kritis adalah cara berpikir manusia
untuk merespon seseorang dengan menganalisis fakta
untuk membentuk penilaian. Subjeknya kompleks, dan
ada beberapa definisiyang berbeda mengenai konsep ini,
yang umumnya mencakup analisis rasional, skeptis, tidak
bias, atau evaluasi bukti faktual. Pada dasarnya, bentuk
berpikir kritis adalah pemikiran mandiri, pendisiplinan
diri, pemantauan diri, dan koreksi diri.
Berpikir kritis berarti mampu mengembangkan kriteria
sendiri dan memiliki kemampuan untuk membuat
keputusan untuk diri sendiri. Jangan menerima pendapat
atau penegasan secara irasional tanpa menyerahkannya ke

analisis dan untuk pertimbangan mereka sendiri. Adapun


elemen-elemen utama dalam berpikir kritis menurut
Richard Paul & Linda (2005) adalah sebagai berikut:
 Tujuan dan sasaran
Siswa harus dapat menjelaskan dengan jelas dan
akurat alasan tujuan dari masalah tersebut.
 Pertanyaan
Siswa dapat menjawab apa pertanyaan yang muncul

6
dari masalah tersebut.

 Informasi dan data


Siswa mencari bukti atau informasi yang mendukung
dan yang bertentangan dengan masalah tersebut.
 Interpretasi
Siswa dapat menyimpulkan berdasarkan data dan
pertanyaan yang dibuat.
 Asumsi
Siswa mampu mempertahankan pendapat dengan
kepercayaan diri akan data dan informasi yang
diperoleh
 Konsep
Konsep harus dijelaskan dengan contoh dan
pernyataan

2. Psikologis Kognitif
Menurut Phye & Andre, psikologi kognitif adalah studi
tentang struktur kognisi dan komponennya dalam
memproses informasi (Elliott,et.al.,1996:238).  Psikologi
kognitif adalah ilmu psikologi yang mempelajari
mengenai proses mental yang aktif untuk memperoleh
informasi guna terjadinya perubahan tingkah laku. Fokus
utama dari ilmu psikologi kognitif adalah mengenai
bagaimana cara manusia memperoleh, memproses, serta
menyimpan informasi. Perspektif psikologi kognitif
memaparkan bahwa proses belajar adalah sebuah
peristiwa yang dialami juga oleh mental, bukan sebuah
peristiwa yang merujuk pada tindakan behavioral atau
bersifat jasmani, walaupun dalam kenyataanya hal-hal
yang bersifat behavioral terlihat lebih nyata dalam

7
kegiatan atau peristiwa belajar misalnya seorang peserta
didik. Peranan psikologis kognitif, yaitu:
a. Psikologi kognitif berperan penting karena kognisi
merupakan proses mental atau pikiran yang memiliki
peran penting dan mendasar untuk studi studi
psikologi peserta didik.
b. Psikologi kognitif berperan penting bagi bidang-
bidang ilmu psikologi lainnya, misalnya digunakan
dalam psikologi konseling, psikologi konsumen dan
lain-lain.
c. Psikologi kognitif juga berperan penting karena
melalui konsep-konsep kognisi, seseorang bisa
mengelola informasi secara efisien dan terorganisir
dengan baik. Hal ini sangat krusial mengingat pada
masa sekarang, sistem informasi sangat canggih dan
perkembangannya meluas dan susah untuk
dikendalikan.

Proses belajar dari seorang siswa adalah selalu


mengandalkan gerak alami seperti gerakan yang
dihasilkan oleh mulut dan tangan baik itu untuk
mengucapkan kata-kata dalam proses belajar ataupun
tangan bergerak seiring proses gerakan pena. Perilaku
yang mendasari seorang siswa dalam melakukan hal-hal
tersebut bukan hanya didasari dari stimulus yang ada,
akan tetapi karena adanya dorongan mental yang dari
otak siswa tersebut yang pada akhirnya memutuskan
untuk menggerakan tangan dan juga pengucapan kata-
kata. Hal ini selaras dengan teori psikologi kognitif.
Landasan Sosiologis Masyarakat, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi
Pendidikan pada dasarnya bermaksud mendidik anggota

8
masyarakat agar dapat hidup berintegrasi dengan anggota
masyarakat lain. Hal ini membawa implikasi bahwa
kurikulum sebagai salah satu alat mencapai tujuan
pendidikan yang membawa nilai, sikap, pengetahuan,
kecakapan, dan kegiatan yang bisa digunakan untuk hidup di
masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menuntut kehidupan di masyarakat semakin tinggi.
Pendidikan dan kurikulum harus dapat menjawab tantangan
dan tuntutan di masyarakat.
Landasan Yuridis Mengacu pada peraturan yang sudah ada.
1. Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945
2. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar dan
Menengah
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Gerakan Literasi
Sekolah

9
STANDAR ISI
Rumusan Kompetensi
Kompetensi Sikap Spiritual (KI-1)
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
Kompetensi Sikap Sosial (KI-2)
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, dan percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Kompetensi Pengetahuan (KI-3)
Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
Kompetensi Inti konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
Kompetensi Keterampilan (KI-4)
Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Pengetahuan
3.6 Mengidentifikasi sistem organisasi kehidupan mulai dari
tingkat sel sampai organisme yang dikaitkan dengan isu
implan organ dalam binatang ke dalam tubuh manusia
dan komposisi utama penyusun sel
3.7 Menganalisis interaksi antara makhluk hidup dan

10
lingkungannya yang dikaitkan dengan isu kegiatan
reklamasi teluk benua di bali sebagai akibat interaksi
populasi tersebut
3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan yang
dikaitkan dengan isu dari penggunaan pestisida dalam
bidang pertanian, penggunaan detergen dalam rumah
tangga yang dampaknya terhadap ekosistem
3.9 Menganalisis perubahan iklim yang dikaitkan dengan isu
polusi gas metana dari peternakan, pembangkit listrik
berbahan batu bara yang dampaknya terhadap ekosistem
3.10 Menjelaskan tindakan pengurangan, resiko sebelum,
pada saat, dan pasca bencana yang dikaitkan dengan
letak geografis indonesia
3.11 Menganalisis sistem tata surya, rotasi dan revolusi
bumi, rotasi dan revolusi bulan, yang dikaitkan dengan
isu penyamaan zona waktu di Indonesia serta
dampaknya bagi kehidupan di bumi
Kompetensi Dasar Keterampilan
4.6 Menyajikan hasil penelurusan informasi dari berbagai
sumber terkait dengan isu implan organ dalam binatang
ke dalam tubuh manusia dan komposisi utama penyusun
sel
4.7 Menyajikan hasil pengamatan terhadap interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya yang
dikaitkan dengan isu reklamasi teluk benua di bali.
4.8 Menyajikan hasil penelusuran informasi dari berbagai
sumber terkait dengan isu sosiosaintifik tentang pro dan
kontra penggunaan pestisida dalam bidang pertanian dan
penggunaan detergent dalam rumah tangga sebagai
dampak pencemaran lingkungan
4.9 Menyajikan hasil pengamatan perubahan iklim yang

11
berkaitan dengan isu polusi gas metana dalam
peternakan dan pembangkit listrik berbahan batu bara
4.10 Menyajikan hasil pengamatan tentang tindakan
pengurangan, resiko sebelum, pada saat, dan pasca
bencana yang dikaitkan dengan isu letak geografis
Indonesia
4.11 Menyajikan hasil karya tentang dampak rotasi dan
revolusi bumi dan bulan bagi kehidupan di bumi,
berdasarkan hasil penelusuran informasi dari berbagai
sumber terkait isu penyamaan zona waktu di Indonesia.
INDIKATOR, MATERI, DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Topik 1 : Sistem Organisasi Kehidupan
1. Mengaitkan kemajuan teknologi dan sains terhadap
sistem organisme kehidupan dengan isu implan organ
dalam binatang ke dalam tubuh manusia
2. Menjelaskan konsep sel
Indikator 3. Menyatakan satu fungsi dari bagian utama sel
4. Membedakan sel tumbuhan dan hewan
5. Mendeskripsikan hubungan dari sel sampai organisme
6. Menyatakan sedikitnya satu fungsi sistem utama dalam
suatu organisme
Isu Sosiosaintifik Implan Organ Dalam Binatang ke Dalam Tubuh
Manusia
Xenotransplantasi atau disebut transplantasi dari
binatang ke manusia merupakan transplantasi dari sel,
jaringan, ataupun organ yang masih berfungsi baik untuk
kehidupan dari satu spesies ke spesies lainnya, sebagai
contoh adalah dari hewan babi ke manusia.
Xenotransplantasi sering disebut sebagai salah satu
revolusi di dunia medis. Selain itu, terdapat kebutuhan tinggi
terhadap organ donor. Di tahun 2017, ada 115.759 pasien

12
dalam daftar tunggu di Amerika Serikat, sebagian di
antaranya meninggal saat menunggu organ. Menggunakan
organ hewan akan mengurangi waktu tunggu dan mencegah
kematian.
Dari sekian banyak spesies hewan, babi dianggap
sebagai pendonor paling cocok untuk manusia. Mengapa
bukan primata seperti simpanse, yang memiliki kedekatan
DNA hingga 98 persen? Rupanya, primata lebih berisiko
membawa virus yang dapat menginfeksi manusia daripada
hewan lainnya, seperti HIV, virus yang bertanggung jawab
untuk penyakit AIDS.
Di sisi lain, babi umumnya dibesarkan di peternakan
yang bersih dan kesehatannya terkontrol, sehingga risiko
infeksi dari babi lebih rendah dari primata. Selain itu,
sebagian besar organ babi bekerja dengan baik pada
manusia. Organ-organ babi juga memiliki kemiripan dengan
organ pada tubuh manusia. Namu, ada masalah etika seputar
penggunaan organ hewan untuk manusia. Sebagian orang
mempermasalahkan tentang risiko penyakit dan infeksi yang
bisa ditularkan. Maka dari itu, butuh penelitian yang lebih
dalam sebelum xenotransplantasi dilakukan secara masif di
dunia medis.
Pada penerapannya xenotransplantasi menimbulkan pro
dan kontra, sebab memunculkan masalah dalam sudut
pandang etika, medis, agama, dan hukum yang berlaku.
Materi 1. Kontroversi implan organ dalam binatang ke dalam tubuh
manusia
2. Sel : satuan dasar benda-benda hidup
3. Struktur sel umum : membran sel mengandung isi-isi sel,
nukleus, sitoplasma, vakuole, mitokhondria Dalam
tumbuhan sel hanya: dinding sel

13
4. Sel → jaringan → organ → sistem → organisme
5. Fungsi dan Organ dari sistem pencernaan makanan,
ekskresi, syaraf, reproduksi, kerangka, transportasi dan
respirasi
1. Melakukan game dengan Leggo (puzzle) untuk
mempelajari bentuk dan struktur sel
2. Mengambar dan memberi keterangan suatu jenis sel
3. Melakukan pengamatan gambar untuk menentukan
Aktivitas Pembelajaran yang perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan
Disarankan 4. Menggunakan Leggo (puzzle) untuk menjelaskan saling
hubungan antara bagianbagian sel
5. Melakukan diskusi tentang fungsi dan beberapa organ
utama dari setiap system

Topik 2 : Interaksi Mahluk Hidup dengan Lingkungan


1. Menganalisis pola interaksi manusia memengaruhi
ekosistem dengan isu kegiatan reklamasi di teluk benua
bali
2. Melakukan pengamatan lingkungan dan mengidentifikasi
komponen biotik dan abiotik.
3. Menjelaskan konsep bentuk saling ketergantungan
makhluk hidup.
Indikator
4. Menyebutkan perbedaan antara rantai makanan dengan
jaring-jaring makanan, rantai makanan de tritus dengan
rantai makanan perumput.
5. Melakukan pengamatan lingkungan dan mengidentifikasi
komponen biotik dan abiotik.
6. Mempresentasikan hail pengamatan mengenai konsep
saling kebergantungan antar makhluk hidup.
Isu Sosiosaintifik Kegiatan Reklamasi
Reklamasi adalah istilah yang berasal dari bahasa

14
inggris “reclamation” dengan arti memperbarui. Sementara,
secara bahasa, pengertian reklamasi adalah upaya perluasan
daratan atau tanah untuk dibuat lahan yang bisa
dimanfaatkan. Sedangkan, secara umum, pengertian
reklamasi adalah proses pembukaan daratan baru dari dasar
perairan, sungai atau laut. Dalam KBBI, disebutkan bahwa
reklamasi adalah proses perluasan tanah dengan
memanfaatkan kawasan yang tidak berguna sebelumnya.
Biasanya reklamasi adalah hal yang dilakukan pada sebuah
pulau yang rentan terhadap pergantian iklim dan kondisi
pantai.
Tujuan dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan
yang rusak, mencegah erosi, dan memperluas lahan. Lahan
di sekitar pesisir mudah rusak akibat gelombang besar, untuk
memperbaikinya salah satunya dengan reklamasi untuk
memulihkan kondisi pesisir sekaligus mencegah erosi di
pesisir pantai (abrasi). Perluasan lahan biasanya menjadi
tujuan utama dari reklamasi. Dewasa ini, jumlah lahan di
kota-kota besar semakin berkurang. Terbatasnya lahan
tersebut dituntut untuk bisa mengatasi pesatnya peningkatan
penduduk. Sehingga reklamasi adalah solusi yang bisa
diambil untuk mengoptimalkan fungsi daerah perairan yang
tidak digunakan.
Diadakannya reklamasi memberikan cukup banyak
dampak positif untuk masyarakat diantaranya seperti:
membuka lahan untuk lapangan kerja baru, menambah
kawasan pemukiman baru, dengan adanya lahan baru, dapat
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat,
menjaga lingkungan dengan mencegah terjadinya erosi di
kawasan pantai, mengembangkan sektor pariwisata. Namun,
reklamasi juga menimbulkan dampak negatif, diantara

15
berpotensi merusak ekosistem laut, meningkatnya polusi
pada air, kawasan industri/pemukiman di area reklamasi
dapat meningkatkan pencemaran udara, bisa menyebabkan
genangan air berlebih di kawasan pesisir.
Kegiatan manusia dengan membuat suatu reklamasi
akan menimbulkan pro dan kontra yang berdampak terhadap
lingkungan sekitarnya
1. Tumbuhan sebagai produsen dan hewan sebagai
Materi konsumen (Rantai Makanan)
2. Komponen biotik dan abiotik
1. Mengamati interaksi yang terjadi akibat peristiwa
reklamasi yang ada disekitar
2. Mengamati ekosistem buatan berupa akuarium atau
kolam ikan, difokuskan pada komponen biotik dan
abiotik serta interaksi yang terjadi di dalamnya
3. Melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi
komponen abiotik dan biotik yang ada pada lingkungan
Aktivitas Pembelajaran yang
sekitar serta interaksi yang terjadi didalamnya dalam
Disarankan
bentuk rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan
simbiosis
4. Melakukan aktivitas menganalisis rantairantai makanan
dari jaring-jaring makanan
5. Membuat laporan hasil percobaan interaksi antara
komponen biotik dan abiotik serta dampak dinamika
populasi dan mendiskusi-kannya dengan teman.
Topik 3 : Pencemaran Lingkungan
1. Menjelaskan dampak pencemaran lingkungan dengan isu
penggunaan pestisida dalam bidang pertanian dan
Indikator
penggunaan detergent dalam hediupan sehari-hari
2. Menjelaskan pengaruh polusi pada kehidupan air
Isu Sosiosaintifik 1. Penggunaan Pestisida

16
Residu pestisida seringkali meresahkan masyarakat
pengkonsumsi makanan seperti sayuran dan buah-buahan.
Pestisida kimia juga berbahaya bagi yang menggunakan
pestisida seperti para petani hortikultura dan para pekerja
kebun. Bagi petani penggunaan pestisida memang sangat
menguntungkan, yaitu dapat memberantas hama secara
mudah, dapat menurunkan populasi hama secara cepat dan
dapat menekan kehilangan hasil karena hama. Dengan
pestisida petani juga tidak memerlukan tenaga yang banyak
dan tidak memerlukan waktu dan biaya yang begitu besar.
Dan tanpa pestisida tanaman yang dihasilkan tidak begitu
memuaskan dan hasil produksinya pun kurang karena
mereka sudah tergantung dengan pestisida.
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
penggunaan pestisida dampaknya tidak segera dapat lihat.
Racun yang diakibatkan oleh pestisida akan mencemari
lingkungan sekitar. Karena sifatnya yang beracun maka
residunya dapat bertahan selama bertahun-tahun dan sangat
sulit terurai secara alami. Pestisida hampir ditemukan di
setiap tempat lingkungan sekitar kita. Maka dari itu residu
yang ditinggalkan di lingkungan tersebut akan menjadi
masalah. Pencemaran pestisida dapat menyebar melalui
angin, melalui tanah, dan melalui aliran air yang terbawa
melalui tubuh organisme yang dikenainya.
Pada dasarnya penggunaan pestisida bertujuan untuk
mengurangi populasi hama, tetapi dalam kenyataannya
malah meningkatkan populasi jasad pengganggu. Hal ini
terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
penggunaan pestisida. Ada tiga dampak buruk terhadap
pestisida yang mempengaruhi peningkatan perkembangan
populasi hama yaitu: (1) munculnya ketahanan (resistensi)

17
hama terhadap pestisida; (2) membunuh pemangsa hama; (3)
ledakan populasi hama sekunder.
2. Penggunaan Detergen
Penggunaan sabun dan detergen sebagai bahan pembersih
pada pakaian ataupun peralatan rumah tangga sangat
diminati. Karena sifat pembersihnya, detergen dan sabun
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
Bersifat ekonomis dan praktis serta sangat efektif
membersihkan kotoran, sabun dan detergen menjadi pilihan
saat ini.
Untuk meningkatkan efektivitas kerja pembersihnya,
perusahaan memberikan bahan tambahan pengembang fosfat
pada detergen. Pengembang secara khusus ditambahkan ke
dalam formulasi detergen untuk memperbaiki kinerja
pembersihnya. Penggunaan pengembang fosfat pada
detergen sangat menguntungkan bagi efektivitas
pembersihan kotoran pada pakaian dan peralatan rumah
tangga. Namun keberadaan fosfat yang berlebihan
mengakibatkan berbagai masalah pada perairan.
Kandungan fosfat pada detergen mengakibatkan
eutrofikasi pada perairan. Danau atau perairan yang
mengalami eutrofikasi mengalami perubahan warna, air
cenderung keruh atau berwarna kehijauan. Hal tersebut
disebabkan tumbuh suburnya fitoplankton atau ganggang
akibat dari peningkatan konsentrasi nutrien/hara baik bahan
organik, unsur nitrogen (N) dan fosfat (P) terlarut dalam
badan air. Eutrofikasi juga berpengaruh terhadap
berkurangnya oksigen terlarut, mengakibatkan biota air
menjadi mati karena kekurangan oksigen dan pendangkalan
air danau.
Busa pada detergen juga dapat mencemari sungai

18
mengakibatkan keracunan pada biota sungai, menimbulkan
penyakit kulit apabila sungai digunakan untuk kegiatan
mandi, dan air tidak layak dikonsumsi.
1. Polusi dari limbah rumah tangga dan industri
2. Penggundulan hutan dan erosi
Materi
3. Pengaruh beberapa polutan: detergent, air panas,
endapan/ karang, pestisida, kebocoran minyak
1. Penggunaan pestisida dan zat kimia lainnya dalam
kehidupan sehari-hari
2. Melakukan penyelidikan kelompok dan membuat
presentasi pengaruh polutan pada kehidupan air
3. Mengumpulkan sampel dan melakukan pengamatan atau
mengukuran hal hal yang terkait dengan presentasi
Aktivitas Pembelajaran yang
kelompok
Disarankan
4. Mengumpulkan informasi serta menganalisis penyebab
dan dampak pencemaran udara, air, dan tanah bagi
ekosistem, merumuskan masalah serta mengajukan
penyelesaian masalahnya
5. Membuat laporan tentang penyelesaian masalah
pencemaran yang terjadi di lingkungan sekitar
Topik 4 : Perubahan Iklim
Indikator 1. Menjelaskan pengertian efek rumah kaca dengan isu
polusi gas metana dalam peternakan dan pembangkit
listrik berbahan batu bara sebagai indikator penyebab
perubahan iklim
2. Menjelaskan proses terjadinya pemanasan global.
3. Mendeskripsikan penyebab dan dampak dari pemanasan
global.
4. Mendeskripsikan beberapa upaya menanggulangi
pemanasan global.
5. Mengamati atau mengobservasi pemanasan global, dan

19
juga mampu mempresentasikan hasil observasi yang
telah dikerjakan.

Isu Sosiosaintifik 1. Polusi Gas Metana dari Peternakan


Pemanasan global (global warming) merupakan suatu
kondisi terperangkapnya radiasi gelombang panjang
matahari yang dipancarkan oleh bumi akibat tingginya
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga tak
dapat dilepas di angkasa dan mengakibatkan suhu
permukaan bumi meningkat. GRK paling berkontribusi
terhadap gejala pemanasan global adalah karbon dioksida
(CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), perfluorkarbon
(PFC), hidrofluokarbon (HFC) dan sulfurheksfluorida (SF6).
Sektor peternakan khususnya ternak sapi merupakan
penyumbang gas metana di atmosfer. Limbah peternakan
berkontribusi menyumbangkan gas metana (CH4) sebesar
12%-41% dari total sektor pertanian. Feses ternak baik padat
maupun cair memiliki potensi untuk mengemisikan gas CH4
selama proses penyimpanan, pengolahan, penumpukan atau
pengendapan yang dipengaruhi oleh jumlah feses yang
dihasilkan dan jenis ternak. Kurangnya penanganan limbah
feses ternak berpotensi untuk menyumbangkan metana lebih
besar lagi.
2. Pembangkit Listrik Berbahan Batu Bara
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu
bara hingga saat ini masih menjadi andalan di Indonesia
dalam memenuhi kebutuhan energi. Batu bara sejauh ini
masih menjadi sumber energi termurah dibandingkan
pembangkit listrik dari energi terbarukan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),

20
hingga April 2021, kapasitas PLTU mencapai sebesar
34.668 Mega Watt (MW) atau dengan porsi sebesar 48%
dari total pembangkit listrik di tanah air 72.889 MW.
Adapun bauran batu bara mencapai 63,52% dari total bauran
energi untuk pembangkit listrik nasional.
Data inventori GRK dari Kementerian ESDM
menunjukkan di tahun 2015 emisi pembangkit listrik
berkontribusi paling besar pada sektor energi sebesar 175.6
juta ton CO2 atau 67% dari total emisi sektor energi. PLTU
batubara menyumbang emisi sebesar 122.5 juta ton CO2 atau
70% dari seluruh emisi pembangkit listrik. Emisi
pembangkit listrik diproyeksikan meningkat sampai dua kali
lipat pada tahun 2028 menjadi sebesar 351.3 juta ton CO 2
dimana kontribusi emisi dari PLTU mencapai 301.3 juta ton
CO2 atau 86% dari total emisi pembangkit listrik.
Peternakan dan pembangkit listrik adalah salah satu hal
penting dalam kehidupan manusia, namun emisi gas metana
CH4 dari peternakan dan gas CO2 hasil dari pembangkit
listrik berbahan batu bara merupakan salah satu penyebab
perubahan iklim di dunia.
Pengertian efek rumah kaca, pemanasan global, penyebab
Materi
dan dampak, serta usaha untuk menanggulangi
Aktivitas Pembelajaran yang 1. Mengumpulkan informasi tentang penyebab terjadinya
Disarankan pemanasan global akibat aktivitas manusia seperti
penggunaan Chloro Fluoro Carbons (CFC), polusi gas
metana dalam bidang peternakan, pembangkit listrik
berbahan bakar batu bara
2. Mengamati tayangan tentang dampak perubahan iklim
3. Mengumpulkan informasi mengenai proses dan dampak
terjadinya perubahan iklim bagi ekosistem
4. Mengajukan gagasan tentang penanggulangan masalah

21
perubahan iklim dalam bentuk laporan tertulis, dan
mempresentasikan gagasan untuk ditanggapi temannya

Topik 5 : Lapisan Bumi dan Bencana


1. Menganalisis dampak letak geografis Indonesia sebagai
dampak bencana alam yang ditimbulkan
2. Menjelaskan karakteristik lapisan penyusun bumi.
3. Menjelaskan karakteristik gempa bumi serta pengurangan
Indikator risiko bencanannya.
4. Menjelaskan karakteristik gunung api serta pengurangan
risiko bencanannya.
5. Menganalisis tindakan penyelamatan diri pada saat
terjadi bencana alam
Isu Sosiosaintifik Letak Geografis Indonesia
Secara geografis, Indonesia berada di wilayah lingkaran
api pasifik atau cincin api pasifik dimana merupakan
pertemuan tiga lempeng tektonik dunia seperti Lempeng
Indo-Austalia, Lempeng Eurasia dan Lempek Pasifik. Oleh
sebab itu, Indonesia merupakan negara yang rawan dengan
bencana seperti gempa bumi, letusan gunung berapi hingga
tsunami.
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 80% dari
gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang wilayah
cincin api yang apabila bertemu dapat menghasilkan
tumpukan energi. Di sekitar pertemuan tiga lempeng inilah
terjadi akumulasi energi tabrakan hingga sampai tidak
sanggup lagi menahan tumpukan energi dan akhirnya energi
tersebut dilepas dalam bentuk gempa bumi.
Selain rawan bencana, letak geografis Indonesia memiliki
keuntungan, yaitu endapan material yang dikeluarkan dari
aktivitas gunung berapi membuat tanah menjadi subur.

22
Kondisi tersebut cocok dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan
dua samudera membuat Indonesia menjadi jalur
perdagangan dan pusat maritim dunia
Lapisan bumi, gunung api, gempa bumi, dan risiko
Materi
bencananya
1. Mengamati letak geografis indonesia (cincin api,
lempeng tektonik) dan menghadirkan keuntungan dan
kekurangan efek dari letak geografis di Indonesia
2. Mengumpulkan informasi tentang kesadaran mitigasi
bencana
3. Mengamati tayangan atau model lapisan bumi
Aktivitas Pembelajaran yang 4. Mengumpulkan informasi mengenai lapisan bumi dan
Disarankan mekanisme terjadinya letusan gunung berapi, gempa
bumi, dan tsunami
5. Menyajikan hasil studi literatur tentang penanggulangan
resiko dan dampak bencana alam dalam bentuk
presentasi
6. Berlatih tindakan penyelamatan diri pada saat terjadi
bencana alam
Topik 6 : Tata Surya
Indikator 1. Mendeskripsikan dampak rotasi bumi dengan isu
penyamaan zona waktu di Indonesia
2. Mencari informasi tentang planet-planet penyusun tata
surya.
3. Mendeskripsikan gerak planet pada orbit tata surya.
4. Mengamati berbagai fase Bulan.
5. Mendeskripsikan rotasi dan revolusi Bumi
6. Menganalisis fakta yang mendukung ketidakmungkinan
berlangsungnya kehidupan di planet Merkurius, Venus,
Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

23
7. Menjelaskan dampak radiasi sinar ultraviolet bagi
kehidupan di Bumi.
8. Menggambarkan sketsa terjadinya gerhana Matahari dan
gerhana Bulan.
9. Membuat laporan tertulis tentang dampak dari rotasi
yang berkaitan dengan isu penyamaan zona waktu di
Indonesia bagi kehidupan manusia dan
mendiskusikannya dengan teman

Isu Sosiosaintifik Penyamaan Zona Waktu di Indonesia


Saat ini di Indonesia memiliki tiga zona waktu, yaitu
Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah
(WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Tiap-tiap zona
waktu berselisih satu jam, sehingga tatkala di Banda Aceh
masih jam 07:00, di Bali sudah jam 08:00, sementara di
Jayapura jam 09:00.
Penyatuan zona waktu Indonesia adalah agar seluruh
wilayah Indonesia tanpa terkecuali memiliki jam yang
menunjuk pada angka yang sama untuk saat yang sama.
Dalam konsep Waktu Kesatuan Indonesia (WKI), di seluruh
Indonesia hanya ada satu zona waktu yakni zona WKI yang
setara dengan GMT+8 (menggunakan acuan WITA).
Implikasinya jam kerja administrasi/birokrasi/lembaga di
seluruh Indonesia akan sama, yakni masuk pada jam 07:00
dan pulang pukul 16:00 (asumsi lima hari kerja) dengan
waktu istirahat siang pukul 12:00 hingga 13:00. Ketentuan
ini berlaku secara homogen dari Banda Aceh di barat hingga
Jayapura di timur. Sehingga takkan ada waktu terbuang
dalam kepentingan administrasi/ekonomi di kedua tempat,
yang selama ini sering terjadi akibat adanya perbedaan zona
waktu. Maka bakal tercipta sebuah efisiensi yang disebut-

24
sebut mampu menghemat dana hingga trilyunan rupiah.
Namun penerapan WKI membawa sejumlah implikasi
serius setidaknya pada dua hal. Pertama, terkait waktu
Matahari dan ritme kerja. Waktu Matahari adalah waktu
intrinsik yang dimiliki Matahari oleh posisinya akibat rotasi
Bumi, yang nampak secara gamblang dalam terbit dan
terbenam. Waktu Matahari ini amat berbeda-beda bagi setiap
kawasan di Indonesia. Meski waktu Matahari tidak
terganggu oleh rekonfigurasi zona waktu di bagian Bumi
manapun, namun aplikasi setempatnya dalam waktu sipil
akan turut berubah. Untuk Banda Aceh, dalam posisi zona
WIB Matahari terbit secara bervariasi sepanjang tahun di
antara pukul 06:30 hingga 07:00 waktu sipil setempat.
Makanya sebagian institusi di Banda Aceh memberlakukan
jam masuk pada pukul 08:00. Jika Banda Aceh berubah ke
posisi WKI, maka terbitnya Matahari bergeser di antara
pukul 07:30 hingga 08:00 waktu sipil setempat. Artinya jika
jam masuk kerja di sini dipaksakan pada pukul 07:00, maka
sebagian institusi sudah harus buka bahkan sebelum
Matahari terbit. Secara psikologis situasi ini jelas tidak
nyaman karena hari masih gelap. Orang lebih bisa menerima
beban kerja hingga melebihi batas waktu terbenamnya
Matahari ketimbang sebaliknya.
Sistem tata surya, rotasi dan revolusi bumi, rotasi dan
Materi
revolusi bulan, serta dampaknya bagi kehidupan.
Aktivitas Pembelajaran yang 1. Mencari informasi tentang isu dampak penyamaan zona
Disarankan waktu di indonesia
2. Menganalisis kemungkinan adanya kehidupan di planet
lain.
3. Mengamati model sistem tata surya
4. Mendiskusikan orbit planet

25
5. Mengidentifikasi karakteristik anggota tata surya serta
dampak rotasi dan revolusi bumi bagi kehidupan
6. Mensimulasikan terjadinya siang dan malam, fase-fase
bulan dan proses terjadinya gerhana
7. Mengumpulkan informasi mengenai gerhana bulan dan
matahari serta pengaruhnya terhadap pasang surut air
laut
8. Membuat laporan tertulis tentang dampak dari rotasi
yang berkaitan dengan isu penyamaan zona waktu di
Indonesia bagi kehidupan manusia dan
mendiskusikannya dengan teman

26
STANDAR PROSES
Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran Pendekatan:
1. Pendekatan Socio Scientific Issues (SSI)
SSI (Socio Scientific Issues) merupakan suatu persoalan
dalam kehidupan sosial yang secara konseptual berkaitan
erat dengan sains (Anagun & Ozden, 2010) dengan solusi
jawaban yang relatif atau tidak pasti. SSI merujuk pada
persoalan sosial yang dilematis berkaitan dengan sains
secara konseptual, prosedural maupun teknologi. SSI
dapat ditemukan dalam konteks global, seperti isu
rekayasa genetik (terapi gen, kloning atau stem sel) dan
masalah lingkungan seperti pemanasan global dan
perubahan iklim. Pembelajaran berbasis SSI merupakan
pembelajaran yang menekankan kedalam kehidupan
sehari-hari dan isu-isu kontroversi yang menyangkut
bidang sosial dan masalah nyata di masyarakat dunia
(Sandra, 201). Isu merupakan sebuah topik pelik yang
dapat menimbulkan perselisihan pendapat, biasanya
dapat menimbulkan pro-kontra di antara masyarakat.
Pendekatan SSI berarti suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat memecahkan masalah dengan
penuh percaya diri. Selanjutnya, pembelajaran
socioscientifc issue (SSI) merupakan pembelajaran yang
menampilkan isu-isu sosial kontroversial yang berkaitan

27
dengan sains (Zeidler, 2005).
2. Pendekatan Kontruktivisme
Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan
produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan
pengalaman belajar yang bermakna (Muslich, 2007).
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut
dengan bantuan fasilitas orang lain. Manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi dan hal yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya (Thobroni, 2015). Konstruktivisme
(construktism) merupakan landasan berfikir pendekatan
kontekstual, pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit,
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)
dan tidak dengan tiba-tiba (Sagala, 2007). Tujuan
dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu (1)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi
langsung kepada benda-benda konkrit ataupun model
artifisial, (2) memperhatikan konsepsi awal siswa guna
menanamkan konsep yang benar, dan (3) sebagai proses
mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan
mungkin salah (Karfi, dkk, 2002). Tujuan
konstruktivisme yaitu: 1) Mengembangkan kemampuan
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyanya 2) Membantu siswa untuk mengembangkan
pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap 3)
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi
pemikir yang mandiri (Thobroni, 2015).

28
3. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Problem solving merupakan suatu metode mengajar yang
mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta
pemecahannya. Tujuan dari model pemecahan masalah
yaitu, untuk menanamkan kepada siswa bagaimana cara
berpikir sistematis dan logis dalam mengatasi suatu
masalah-masalah yang dihadapi (Adrian 2004).
Pengertian problem solving menurut Ismail (2008)
merupakan suatu metode pembelajaran yang mendorong
siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan-
persoalan tertentu. metode ini bukan hanya sekedar
metode pembelajaran biasa tetapi juga merupakan
metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Menurut Made Wena (2012), kemampuan pemecahan
masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa
depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa
kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas
tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin
ilmu yang diajarkan. Sehingga persoalan tentang
bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan
pernah terselesaikan tanpa memperhatikan jenis masalah
yang ingin dipecahkan, saran dan bentuk program yang
disiapkan serta variable pembawaan siswa
4. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Sains teknologi masyarakat merupakan sebuah
pendekatan yang menyajikan sains dan teknologi dalam
konteks pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-
hari, dengan fokus isu-isu atau permasalahan yang sedang
berkembang dimasyarakat baik yang sifatnya lokal,

29
regional, nasional, maupun global yang memiliki
komponen sains serta teknologi. STM merupakan
pendekatan terpadu antara sains, teknologi dan isu yang
ada di masyarakat. Tujuan pendekatan STM adalah
mengahsilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal
pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah yang terkait dengan isu-
isu dalam masyarakat serta dampat mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya
Media Pembelajaran
1. Laboratorium Maya Kemendikbud RI
(https://vlab.belajar.kemdikbud.go.id/)
2. E-Modul
Visual (https://emodul.kemdikbud.go.id/)
3. Buku Sekolah Elektronik
(https://bse.belajr.kemdikbud.go.id/)
4. LKS, dan PPT, alat-alat praktikum.
1. Radio Edukasi
(https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/)
Audio 2. Suara Edukasi
(https://suaraedukasi.kemdikbud.go.id/)

YouTube Chanel:
1. Rumah Belajar : (https://www.youtube.com/watch?
v=fqkcA3F4r9g)
Audio Visual 2. TV Edukasi
(https://tve.kemdikbud.go.id/)

Sumber Belajar
Buku 1) Kemdikbud. 2016. Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam

30
Kelas VII Semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
2) Kemdikbud. 2016. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas VII Semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. IPA SMP Kelas 7
Semester 2 Kurikulum 2013
3) Kemdikbud. 2021. SIBI e-book.
https://buku.kemdikbud.go.id
Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika
(https://ejournal.unsri.ac.id)
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
Jurnal
(https://www.neliti.com)
Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya
(https://ejournal.undiksha.ac.id)
Majalah Jendela Kemendikbud
Periodikal
(https://jendela.kemdikbud.go.id)
Website Rumah Belajar
(https://belajar.kemdikbud.go.id)

31
STANDAR PENILAIAN
Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Sikap: Kegiatan untuk mengetahui kecenderungan
perilaku spiritual, dan sosial siswa dalam kehidupan sehari-
hari di dalam dan di luar kelas sebagai hasil pendidikan.
Penilaian Pengetahuan: Penilaian yang dilakukan untuk
Jenis Penilaian mengetahui penguasaan siswa yang meliputi : pengetahuan
faktual, konseptual, maupun prosedural serta kecapakan
berpikir tingkat tinggi
Penilaian Keterampilan: Penilaian kinerja siswa, proyek,
produk, dan portofolio.
Penilaian Sikap:
1) Penilaian Spiritual (Penilaian diri)
2) Penilaian Sosial (observasi)
Penilaian Pengetahuan:
1) Essay
Bentuk Penilaian 2) Pilihan Ganda
Penilaian Keterampilan:
1) Kinerja siswa
2) Proyek
3) Produk
4) Portofolio
Waktu Penilaian Penilaian Sikap:
1) Penilaian Spiritual (Setiap pertemuan)
2) Penilaian Sosial (Setiap pertemuan)
Penilaian Pengetahuan:
1) Evaluasi harian akhir sub tema

32
2) PTS (Penilaian Tengah Semester)
3) PAS (Penilaian Akhir Semester)
Keputusan Penilaian  Sikap
Rentangan kriteria
80-100 SB
70-79 B
60-69 C
<60 K
 Pengetahuan dan Keterampilan
KKM 70

33
STANDAR PENGELOLAAN
Metode Pengelolaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan


belajar yang bertujuan untuk membina peerta didik kearah
perubahan tingkah laku yang diinginkan. Perencanaan
merupakan proses seseorang dalam menentukan arah dan
menentukan keputusan untuk diwujudakan dalam bentuk
kegiatan atau tindakan yang berorientasi pada masa depan.
Prinsip-prinsip perencanaan kurikulum:
a) Perencanaan kurikulum berkenaan dengan pengalaman-

1. Perencanaan Kurikulum pengalaman para siswa.

b) Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai


keputusan tentang konten dan proses.

c) Perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.

d) Perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai


tingkatan.

e) Perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang


berkelanjutan.

2. Pelaksanaan Kurikulum Pelaksanaan kurikulum adalah penerapan program


kurikulum yang telah dikembangkan yang kemudian diuji
cobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan dengan
menyesuaikan terhadap situasi dilapangan.
Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum:
a) Perolehan kesempatan yang sama.

34
b) Berpusat pada anak.

c) Pendekatan dan kemitraan.

Penilaian kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan


berdasarkan kriteria yang disepakati dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan mengenai
suatu kurikulum.
Prinsip-prinsip penilaian kurikulum :
a) Tujuan tertentu, setiap program penilaian kurikulum
terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
secara jelas.

3. Penilaian Kurikulum b)Bersifat objektif, berpijak pada keadaan yang


sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat.

c) Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau


aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum.

d)Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan.

e) Efisiensi dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga dan


peralatan yang menjadi sarana penunjang.

f) Berkesinambungan.

Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan


4. Perbaikan Kurikulum kualitas pendidikan yang dapat disoroti dari dua aspek,
proses, dan produk.

5. Kegiatan-kegiatan
Pengelolaan Kurikulum A. Kegiatan yang berkaitan dengan tugas guru

35
a) Pembagian tugas membelajaran.

b) Pembagian tugas membina kegiatan ekstrakurikuler.

B. Kegiatan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan


pembelajaran

a) Penyusunan jadwal pelajaran.

b) Penyusunan program pelajaran.

c) Pengisian daftar kemajuan kelas.

d) Kegiatan mengelola kelas.

e) Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.

f) Laporan hasil belajar kegiatan bimbingan dan


penyuluhan

6. Tahapan Pengelolaan Tahapan pelaksanaan kurikulum di sekolah meliputi:


Kurikulum a. Tahap Perencanaan.

GBPP merupakan produk dari prencanaan


kurikulum yang dijadikan panduan bagi penyelenggara
pendidikan di tingkat sekolah. Tahap Pengorganisasian
dan Koordinasi.
Pada tahap ini, kepala sekolah mengatur pembagian tugas
mengajar, penyusunan jadwal pelajaran dan jadwal
kegiatan ekstrakurikuler.
b.Tahap Pelaksanaan.

Tugas utama kepala sekolah adalah melakukan


supervise, dengan tujuan untuk membantu guru
menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi.
Tahap pengendalian.
Pada tahap ini, paling tidak ada dua aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu:

36
a)Jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya.

b) Pemanfaatan hasil evaluasi.

Struktur Organisasi Sekolah


Kepala Sekolah TUGAS KEPALA SEKOLAH

Pemimpin sekolah/madrasah tingkat SMP/Mts dipimpin oleh


seorang kepala sekolah dan dibantu oleh minimal satu orang
wakil kepala sekolah yang dipilih berdasarkan kriteria dan
ketentuan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Kepala sekolah memiliki tugas sebagai berikut.

1) Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu yang akan


dicapai
2) Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai
3) Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan
kelemahan sekolah/madrasah
4) Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja
tahunan untuk pelaksanaan peningkatan mutu
5) Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran
sekolah/madrasah
6) Melibatkan guru dan komite sekolah/madrasah dalam
pengambilan keputusan penting sekolah/madrasah.
Dalam hal ini, pengambilan keputusan sekolah/madrasah
swasta harus melibatkan penyelenggara
sekolah/madrasah
7) Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif
dari orang tua peserta didik dan masyarakat
8) Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan
tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem
pemberian penghargaan atas prestasi dan sanksi atas

37
pelanggaran peraturan dan kode etik
9) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi
peserta didik
10) Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif
mengenai pelaksanaan kurikulum. (Permendiknas No.
19 Tahun 2007)

Wakil Kepala Sekolah TUGAS WAKIL KEPALA SEKOLAH

Berikut pelaksanaan kegiatan sekolah dibantu oleh wakil


kepala sekolah berdasarkan bidang kegiatan sesuai
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 sebagai berikut.

b. Bidang kesiswaan
1) Menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional
mengenai penerimaan peserta didik.
2) Melaksanakan kegiatan ektrakurikuler dan
nonkurikuler untuk peserta didik.
3) Melakukan pembinaan prestasi unggulan.
4) Melakukan pelacakan terhadap alumni.
c. Bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran
1) Menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
jadwal berdasarkan kalender pendidikan
2) Menyusun dan mengembangkan program
pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ditetapkan.
3) Menyusun program penilaian hasil belajar peserta
didik.
4) Menyusun dan menetapkan peraturan akademik.
d. Bidang sarana dan prasarana
1) Menetapkan kebijakan program secara tertulis
mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.
2) Merencanakan, mengadakan, memelihara sarana dan

38
prasarana yang ada di sekolah.
3) Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas
pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan
kurikulum.

Guru TUGAS GURU

Guru merupakan tenaga profesional dengan tugas pokok


mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Tugas Pokok Guru
Sesuai Permendikbud 15 Tahun 2018. Dalam melaksanakan
tugasnya seorang guru memiliki 5 (lima) kegiatan pokok
yaitu sebagai berikut.

1. Merencanakan pembelajaran atau pembimbingan,


yang dilakukan melalui kegiatan, mengkaji
kurikulum dan silabus pembelajaran, pembimbingan,
dan program kebutuhan khusus pada satuan
pendidikan, menyusun program tahunan dan semester
sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing,
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau
rencana pelaksanaan pembimbingan sesuai standar
proses.
2. Melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan
yang dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan kedua ini
merupakan pelaksanaan dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) atau Rencana Pelaksanaan
Bimbingan (RPB). Pelaksanaan pembelajaran
terpenuhi apabila guru mata pelajaran paling sedikit
mengajar 24 jam dan paling banyak 40 jam Tatap
Muka/minggu.
3. Menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan.

39
Menilai merupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi hasil pembelajaran atau
pembimbingan. Kegiatan penilaian ini digunakan
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik pada tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
4. Membimbing dan melatih peserta didik.
Membimbing dan melatih peserta didik dapat
dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan kokurikuler
dan/atau kegiatan ekstrakurikuler.
5. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan Beban
Kerja Guru. Tugas tambahan yang diemban oleh guru
memiliki ekuivalensi dengan beban mengajar.
Artinya tugas tambahan dari guru disetarakan dengan
jam mengajar tatap muka/minggu. Tugas tambahan
yang dimaksud sebagai guru piket, wali kelas, kepala
laboratorium, kepala perpustakaan, dan wakil kepala
sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

40
Agung W, Nur A.A, & Sulistyo. 2011. Pembelajaran Materi ekosistem dengan Socio Scientific
Issues dan pengaruhnya pada rfelktive judgement Siswa. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia Volume 2 (1 ) 2013.

Anagun, Sengul S. & M. Ozden. (2010). Teacher Candidates’ Perceptions Regarding Socio-
scientific issues and Their Competencies in Using Socio-scientific issues in Science and
Technology Instruction.Journal of Procedia Social and Behavioral Science.9(1), 981-985.

Callahan, B. E. 2009. Enhancing Nature of Science Understanding, Reflective judgement, and


Argumentation through Socio- scientific Issues. (Dissertation). Florida: University of
South Florida.

Dadan Rosana. 2012. Menggagas Pendidikan IPA yang Baik Terkait Esensial 21st Century
Skills. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA ke IV, Unesa: Surabaya.

Isjoni dan Mohd. Arif Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Koballa & Chiapetta. 2010. Science Instruc- tion in the Middle and Secondary Schools. Pearson:
USA.

Made, Wena. (2012). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan. Konseptual
Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Muslich, Mansur. 2007. KTSP. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Panduan
Bagi Guru. Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Purwanti Widhy H. 2013. Integrative Science Untuk Mewujudkan 21st Century Skills pada
Pembelajaran IPA. Prosiding seminar Nasional MIPA UNY. 4 Mei 2013.

Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta : AR-Ruzz Media.

41
Topcu, M.S, et al. 2010. Preservice Science Teachers’ Informal Reasoning about So-
cioscientific Issues: The Influence of Issue Context. International Journal of Science
Education. Vol 32 (18): 2475-2495.

Zeidler, D. L., dkk (2005). Beyond STS: A research-based framework for socioscientific issues
education. Science Education, 89, 357–377.

Zeidler, D. L., & Nichols, B. H. (2009). Socioscientific issues: Theory and practice. Journal of
Elementary Science Education, 21(2), 49–58. https://doi.org/10.1007/BF03173684.

42

Anda mungkin juga menyukai