Anda di halaman 1dari 21

SARANA ILMIAH (BAHASA, MATEMATIKA,

STATISTIK, DAN LOGIKA)

MAKALAH FILSAFAT ILMU


Dosen Pengampu:

Suadi, M.Pd.I

Disusun oleh:

Kelompok 9

1. Farida Razak

2. Mariyatul Kiptiyah

PRODI TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PASURUAN


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


kebesaran dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang Sarana Ilmiah (Bahasa, Matematika, Statistik, dan
Logika).

Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh
karena itu terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
penyusun semata-mata. Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari pihak-
pihak yang terkait. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari
pengalaman dan pengetahuan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini
lebih baik dan bisa lebih bermanfaat.

Pasuruan, Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................1

1.3. Tujuan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

1.1. Bahasa sebagai Sarana Ilmiah ....................................................................3

1.2. Matematika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan ..........................................6

1.3. Statistik sebagai Sarana Ilmiah ..................................................................9

1.4. Logika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan ................................................13

BAB III PENUTUP .............................................................................................16

1.1. Kesimpulan ..............................................................................................16

1.2. Saran .........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada


komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi, dan
apakah manusia layak disebut makhluk sosial? Sebagai sarana komunikasi
maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa,
seperti berfikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan
kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa seseorang tidak dapat
melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur.

Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan


matematika, baik matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik.
Phylosopy modern tidak akan tepat bila pengetahuan tentang matematika tidak
mencukupi. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya
dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.

Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat


dipertanggungjawabkan. Karena itu, berfikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir, seperti; setengah tidak boleh lebih dari satu.

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar
informasi, angka-angka, informasi. Statistik berarti ilmu pengumpulan, analis,
dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran bahasa dalam kegiatan ilmiah dan dalam berfikir ilmiah?

2. Bagaimana matematika digunakan sebagai bahasa dan sarana berfikir


deduktif dalam ilmu pengetahuan?

3. Apa peran statistika dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data


ilmiah?

4. Bagaimana logika mendukung proses berfikir sistematis dalam ilmu


pengetahuan?
iv
C. Tujuan

1. Menjelaskan peran bahasa sebagai sarana ilmiah dalam komunikasi ilmiah


dan berfikir ilmiah.

2. Menguraikan konsep matematika sebagai bahasa dan alat berfikir deduktif


dalam ilmu pengetahuan.

3. Mendiskusikan peran statistika dalam pengumpulan data, analisis data, dan


pengambilan kesimpulan ilmiah.

4. Menyoroti bagaimana logika mendukung penalaran sistematis dalam ilmu


pengetahuan.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahasa sebagai Sarana Ilmiah

Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup
dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,
seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh
yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.

Ernest Cassirer berpendapat bahwa keunikan manusia bukanlah terletak


pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya
berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal
Symbolicum yaitu makhluk yang menggunakan simbol.

Fungsi bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan


bahasa para anggota masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial.

1. Fungsi Bahasa

Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran
filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana
untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran
sosiolingustik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk
perubahan masyarakat.

Walaupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi. Secara


umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:

1) Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat.

2) Penetapan pemikiran dan pengungkapan.

3) Penyampaian pikiran dan perasaan.

4) Penyampaian jiwa.

5) Pengurangan kegoncangan jiwa.

vi
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa
fungsi bahasa adalah sebagai berikut:

1) Fungsi instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal


yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya.

2) Fungsi Regilator: penggunaan bahsa untuk memerintah dan perbaikan


tingkah laku.

3) Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan


perasaan pemikiran antara seseorang dengan orang lain.

4) Fungsi Personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan


perasaan dan pikiran.

5) Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai pengungkapan


tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.

6) Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengukapkan imajinasi


seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan
tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).

7) Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan


pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa sebagaimana yang dikutip


oleh Jujun dalam Filsafat Ilmu, yaitu simbiotik, emotif, dan afektif. Fungsi
simbiotik dan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi ilmiah,
sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.

Sedangkan Buhler membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa


ekspresif, bahasa konatif, dan bahasa representasional. Bahasa ekspresif,
yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri yakni si pembicara; bahasa
konatif, yaitu bahasa yang terarah pada lawan bicara; dan bahasa
representasional, yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu
apa saja selain si pembicara atau lawan bicara.

Lebih lanjut, Desmond Morris mengemukakan 4 fungsi bahasa yaitu,


(1) information talking, pertukaran keterangan dan informasi, (2) mood
talking, hal ini sama dengan fungsi bahasa ekspresif yang dikemukakan
oleh Buhler, (3) exploratory talking, sebagai ujaran untuk kepentingan
ujaran, sebagaimana fungsi estetis, dan (4) grooming talking, tuturan yang
sopan yang maksudnya kerukunan melalui percakapan, yakni

vii
menggunakan bahasa untuk memperlancar proses sosial dan menghindari
pertentangan.

2. Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah

Untuk dapat berfikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria


maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal
tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai
langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa,
logika matematika, dan statistik.

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses


berfikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berfikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain,
baik pikiran yang berlandaskan logika indiktif maupun deduktif.

Dengan kata lain, kegiatan berfikir ilmiah ini sangat berkaitan erat
dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang baik dalam berfikir belum
tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang
tidak baik dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan
yang salah juga. Semua itu tidak lepas dari fungsi bahasa itu sendiri
sebagai sarana berfikir.

Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi


disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi
ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan.
Untuk mencapai komunikasi ilmiah, maka bahasa yang digunakan harus
terbebas dari unsur emotif.

Di samping itu bahasa ilmiah juga harus bersifat reproduktif, dengan


arti jika si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi berupa
“X” misalnya, si pendengar juga harus menerima “X” juga. Hal ini
dimaksudkan untuk tidak terjadi kesalahan informasi berbeda maka proses
berfikirnya juga akan berbeda.

3. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama

Telah diuraikan sebelumnya bahwa bahasa ilmiah adalah bahasa yang


digunakan dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa agama. Ada dua
pengertian mendasar tentang bahasa agama, pertama, bahasa agama adalah
kalam Ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suci.

viii
Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku agama dari
seseorang atau sebuah kelompok sosial. Dengan kata lain, bahasa agama
dalam konteks kedua ini merupakan wacana keaagamaan yang dilakukan
oleh umat beragama maupun sarjana ahli agama, meskipun tidak selalu
menunjuk serta menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci. Walaupun
ada perbedaan antara kedua bahasa ini namun keduanya merupakan sarana
untuk menyampaikan suatu dengan gaya bahasa yang khas.

Bahasa ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah, selalu


dituntut secara deduktif sehingga memungkinkan pembaca (orang lain)
untuk ikut menafsirkan dan mengembangkan lebih jauh. Sedangkan bahasa
agama selain menggunakan gaya deskriptif juga menggunakan gaya
preskriptif, yakni struktur makna yang dikandung selalu bersifat imperatif
dan persuasif dimana pengarang menghendaki si pembaca mengikuti pesan
pengarang sebagaimana terfomulasikan dalam teks. Dengan kata lain gaya
bahasa ini cenderung memerintah. Gaya bahasa yang demikian kurang
diperkenankan dalam bahasa ilmiah yang tentu tidak mengembangkan
pemikiran dan pengertian pembaca. Jika demikian adanya, apakah bahasa
agama yang bergaya demikian tidak baik?

Bahasa agama dengan pengertian pertama yang berasal dari Tuhan


tidaklah selalu tidak baik, di mana Dia Maha Bijak dalam memilah dan
memilih ungkapan dengan tepat dan sesuai dengan ruang, waktu, dan
obyek yang dituju. Dalam bahasa preskriptif Tuhan, terdapat juga narasi
deskriptif dan ungkapan-ungkapan metaforis yang mengundang
pemikiran-pemikiran melakukan perluasan makna dan tujuan yang
dimaksud.

Dengan demikian, tampaklah kelebihan dan kekurangan antara bahasa


ilmiah yang digunakan manusia dalam kegiatan ilmiahnya dengan bahasa
agama yang dipesankan Tuhan kepada manusia untuk menyampaikannya.
Di sisi lain juga bahasa ilmiah dapat digunakan dalam bahasa agama, baik
dalam defenisi pertama maupun kedua tetapi bahasa agama tidak dapat
selalu digunakan dalam bahasa ilmiah.

B. Matematika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan

Dalam abad ke-20 ini, seluruh kegiatan manusia sudah menggunakan


matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya digunakan satu, dua,
tiga maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa.

ix
Berhubung dengan pengertian ilmu pengetahuan tetu saja tidak lepas dari
usaha para ilmuan dalam mengembangkannya, maka dalam hal ini akan
dibahas tentang matematika sebagai salah satu sara kegiatan ilmiah.
Pembahasannya meliputi sarana berfikir ilmiah, matematika sebagai bahasa,
matematika sebagai sarana berfikir deduktif, dan matematika untuk ilmu alam
dan ilmu sosial.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana


berfikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berfikir ini merupakan
suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuan. Tanpa menguasai hal
ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

Sarana berfikir ini pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu
biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh karena itu, maka sebelum
kita mempelajari sarana-sarana berfikir ilmiah seyogyanya kita kita menguasai
langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalam ini kita akan
sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat
yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, atau dengan
perkataan lain sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam
kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

1. Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna


dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat “artifisisl” yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya
merupakan rumus-rumus yang mati.

Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa


verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan
kita untuk melakukan pengukuran secara kuantatif. Dalam bahasa verbal,
bila kita membandingkan dua obyek yang berlainan, umpamanya gajah
dan semut maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut.
Kalau kita ingin menelusuri lebih lanjut seberapa besar gajah dibandingkan
dengan semut maka kita mengalami kesukaran dalam mengemukakan
hubungan itu. Kemudian jika sekiranya kita ingin mengetahui secara eksak
berapa besar gajah bila dibandingkan dengan semut, dengan bahasa verbal
kita tidak dapat mengatakan apa-apa.

x
Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan
kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak
yang memungkinkan pemecahaan masalah secara lebih cepat dan cermat.
Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap
kualitatif ke kuantitatif. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang
imperatif bila kita menghendaki daya prediksi dan kontrol yang lebih tepat
dan cermat dari ilmu.

2. Matematika Sebagai Sarana Berfikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun ilmu deduktif diperoleh


karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas
pengalaman seperti halnya yang terdapat di dalam ilumu-ilmu empirik,
melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran).
Bagaimana orang secara tepat mengehahui ciri-ciri deduksi, merupakan
satu masalah pokok yang dihadapi oleh filsafat ilmu. Dewasa ini pendirian
yang paling banyak dianut oleh orang deduksi ialah penalaran yang sesuai
dengan hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal, dalah hal ini
orang mengaggap tidaklah mungkin titik tolak yang benar menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar.

Matematika merupakan pengetahuan dan sarana berfikir deduktif.


Bahasa yang digunakan adalah bahasa artifisial, yakni bahasa buatan.
Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotif dan efektif
serta jelas kelihatan bentuk hubungannya. Matematika lebih
mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataannya mempunyai
sifat yang jelas. Pola fikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang
ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan
kesimpulan yang disarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah
ditentukan. Misalnya: Jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B,
sedangkan B tidak ada hubungannya dengan C, maka A tidak ada
hubungan dengan C.

Kebenaran kesimpulan ini ditentukan bagaimana hubungan antara


hubungan dua pernyataan sebelumnya. Pola penalaran ini nampaknya akan
lebih jelas lagi jika dinyatakan dengan bahasa simbolik sebagai berikut:
(ACB) ^ (B o C)(A o B). Dengan contoh ini matematika bukan saja
menyampaikan informasi secara jelas namun juga singkat.

Cara berfikir yang dilakukan diatas adalah deduksi. Dalam semua


pemikiran deduktif, maka kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi

xi
logis dari fakta-fakta yang mendasarinya. Kesimpulan yang ditarik tak
usah diragukan lagi.

3. Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.


Disamping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika
juga memberikan bahasa, proses, dan teori yang memberikan ilmu suatu
bentuk dan kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam
pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan. Penghitungan
matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik, metode matematis
memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi
bahkan pemikiran matematis memberikan warna kepada kegiatan
arsitektur dan seni lukis.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika


memberikan kontribusi yang sangat besar. Kontribusi matematika dalam
perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-
lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, di samping lah
lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan obyek ilmu
alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan
penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang
memiliki obyek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam melakukan
pengamatan, di samping obyek penelaahan yang tak berulang maka
kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang
bilangan.

C. Statistik sebagai Sarana Ilmiah

1. Pengertian Statistik

Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa


Latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris),
yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada
mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak
berwujud (kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang
besar bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata
statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud
angka (data kuantitatif) saja.

xii
Dengan ungkapan lain, ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang
membahas (mempelajari) dan memperkembangkan prinsip-prinsip, metode
dan prosedur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka: (1)
pengumpulan data angka, (2) penyusunan atau pengaturan data angka, (3)
penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka, (4) penganalisaan
terhadap data angka, (5) penarikan kesimpulan (conclusion), (6)
(prediction) secara ilmiah (dalam hal ini secara matematik) atas dasar
pengumpulan data angka tersebut.

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar
informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu
pengumpulan, analisis, dan klasifikasi data, angka sebagai dasar induksi.

Jadi Statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat


keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

2. Sejarah Perkembangan Statistik

Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep


baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan
bahkan Eropa dan Arab Pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan
sudah terdapat sudah dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim,
namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini
dirumuskan, maka dengan cepat bilangan telaahan ini berkembang.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah
dalam suatu populasi tertentu.

Demikianlah, statistika yang relitif sangat muda dibandingkan dengan


matemetika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa
lima puluh tahun belakangan ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa
survei maupun eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti dengan
mempergunakan teknik-teknik statistika yang diperkembangkan sesuai
dengan kebutuhan. Di Indonesia sendiri kegiatan didalam bidang
penelitian sangat meningkat, baik kegiatan akademik maupun pengambilan
keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk pendidikan
statistika.

3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan


Statiska

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat melakukan


kegiatan berfikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupa
bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat
xiii
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah di
mana bahasa merupakan alat berfikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.

Ditinjau dari pola pikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara


berfikir deduktif dan berfikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah
menyandarkan diri kepada proses logika, deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berfikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif.
Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.

Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, di antaranya,


penarikan kesimpulan dengan cara logika induktif dan logika deduktif.
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan umum. Sedangkan
logika deduktif membatu jika didalam menarik kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.

4. Tujuan Pengumpulan Data Statistik

Tujuan dari pengumpulan data statistik dapat dibagi ke dalam tiga


golongan besar, yang secara kasar dapat dirumuskan sebagai tujuan
kegiatan praktis dan kegiatan keilmuan. Kedua tujuan sebenarnya tidak
mempunyai perbedaan yang hakiki karena kegiatan keilmuan merupakan
dasar dari kegiatan praktis.

5. Statiska dan Cara Berfikir Induktif

Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang


telahdiuji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah sesuai faktual,
dimana konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan
panca indra, maupun dengan alat-alat yang membantu panca indra
tersebut. Pengujian secara empiris merupakan salah satu rantai dalam
metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan
lainnya. Kalau kita telaah lebih dalam, pengujian merupakan suatu proses
pengumpulan data yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Sekiranya
hipotesis ini didukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis
tersebut diterima atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis
tersebut bertentangan dengan kenyataan, hipotesis tersebut ditolak.
Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya jika kita
ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur sepuluh tahun di

xiv
sebuah tempat, nilai tinggi rata-rata yang dimaksudkan itu merupakan
sebuah kesimpulan yang bersifat umum yang ditarik dalam kasus-kasus
anak umur sepuluh tahun di tempat itu. Jadi dalam hal ini kita menarik
kesimpulan berdasarkan logika induktif. Statistika merupakan pengetahuan
untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.

6. Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan

Statistika bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek


tertentu melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh
pengetahuan. Walaupun begitu, sangat menolong untuk mengenal langkah-
langkah yang lazim dipergunakan dalam kegiatan keilmuan yang dapat
dirinci sebagai berikut:

a. Observasi.

Ilmuan melakukan observasi mengenai apa yang terjadi,


mengumpulkan dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diselidiki.

b. Hipiresis.

Untuk menerangkan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada


dirumusksn dalam sebuah hipotesis, atau teori, yang menggambarkan
sebuah pola, yang menurut anggapan ditemukan dalam data tersebut.

c. Ramalan.

Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang


dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan merupaka suatu
pengetahuan baru, yang belum diketahui sebelumnya secara empiris,
tetapi deduksi dari teori.

d. Pengujian Kebenaran.

Ilmuan lalu mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran ramalan


yang dikembangkan dari teori. Mulai tahap ini, keseluruhan tahap
sebelumnya berulang seperti sebuah siklus. Jika teorinya didukung
sebuah data, teori tersebut mengalami pengujian dengan lebih berat,
dengan jalan membuat ramalan yang lebih spesifik dan mempunyai
jangkauan yang lebih jauh, di mana ramalan ini kebenarannya diuji
kembali sampai akhirnya ilmuan tersebut menemukan beberapa
penyimpangan yang memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya.

xv
7. Penerapan Statistika

Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan


keputusan dalam bidang manajemen. Statistika diterapkan dalam
penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan penanaman modal,
kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan
ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit, dan masih
banyak lagi.

Penelitian dibidang ilmu-ilmu sosial makin lama makin mendasarkan


diri pada statistika. Survei yang berdasarkan pengambilan contoh (sample)
maupun memberikan informasi tentang berbagai hal dengan ongkos yang
cukup murah, seperti besarnya penghasilan dan tabungan, sikap
masyarakat terhadap nuklir, pengaruh televisi terhadap kehidupan
keluarga, dan masih banyak lagi.

Contoh tentang berbagai penerapan statistika di atas tidak dapat


mencakup semua hal, namun semoga dapat memberikan gambaran
mengenai kemungkinan berbagai penerapan dari metode dan konsep dasar
sttistika. Singkatnya statistik adalah alat yang dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam penelaahan secara empiris
hampir disemua bidang.

D. Logika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan

Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat


dipertanggungjawabkan. Karena itu, berfikir logis adalah berfikir sesuai
dengan aturan-aturan berfikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari
pada satu.

1. Aturan Cara Berfikir yang Benar

Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud,
dapat terlaksana. Untuk berfikir baik, yakni berfikir benar, logis-dialektis,
juga dibutuhkan kondidi-kondisi tertentu:

a. Mencintai kebenaran

Sikap ini sangat fundamental untuk berfikir yang baik, sebab sikap ini
senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut,
meningkatkan mutu penalarannya; menggerakkan si pemikir untuk

xvi
senantiasa mewaspadai “ruh-ruh” yang akan menyelewengkannya dari
yang benar.

b. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan

Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berfikir. Seluruh


aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus-menerus mengejar
kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang
kebenaran tetapi parsial sifatnya.

c. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda katakan

Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap


kedalam kecermatan kata-kata. Karenanya kecermatan ungkapan
pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.
Anda senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran ke dalam kata
tersebut, baik yang eksplisit maupun yang implisit.

d. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang


semestinya

Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal ini jelas
berbeda. Tetapi banyak kejadiaan di mana dua hal atau lebih
mempunyai bentuk yang sama, namun tidak identik. Disinilah perlunya
dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan.

e. Cintailah definisi yang tepat

Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak


ditangkap sebagaimana yang dimaksudkan. karenanya jangan segan
membuat definisi. Definisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas
batas-batas sesuatu.

f. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini atau


begitu Ketahuilah mengapa Anda begini atau begitu.

g. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta


sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian
juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran).

2. Klasifikasi

Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin”, hanyalah


menmpatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep
perbandingan, seperti “lebih panas” atau “lebih dingin”, mengemukakan
xvii
hubungan mengenai objek tersebut dalam norma yang mencakup
pengertian lebih atau kurang, dibandingkan dengan objek lain.

Kita tidak boleh mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi terutama


pada bidang-bidang di mana metode keilmuan dan metode kuantitatif
belum berkembang. Sekarang psikologi telah mempergunakan metode
kuantitatif secara lebih sering, namun masih terdapat daerah-daerah dalam
psikologi di mana konsep perbandingan yang bisa diterapkan. Bidang
antropologi hampir tak mempunyai konsep kuantitatif sama sekali. Bidang
ini kebanyakan bertalian dengan klasifikasi dan membutuhkan sekali
adanya kriteria empiris yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
perbandingan. Dalam bidang seperti ini adalah penting sekali untuk
mengembangkan konsep perbandingan tersebut, yang lebih mantap
dibandingkan dengan klasifikasi, meskipun blum mungkin untuk
melakukan pengukuran kuantitatif.

3. Aturan Definisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan


terhadap suatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya
kepada orang lain. Sedangkan pengertian definisi secara terminologi
adalah sesuatu yang menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan
karakteristik khusus pada diri individu. Definisi yang baik adalah Jami’wa
mani (menyeluruh dan membatasi) Hal ini sejalan dengan kata definisi itu
sendiri, yaitu definiti (membatasi).

xviii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup
dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,
seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh
yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari


serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati.

Statistik yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.


Metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka
mengumpulkan, menyusun, atau mengatur, menyajikan, menganalisis, dan
memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa
angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat


dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir.

B. Saran

Untuk dapat berfikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria


maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal
tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai
langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa,
matematika, statistik dan logika.

xix
DAFTAR PUSTAKA

https://syafieh.blogspot.com/2014/05/sarana-ilmiah-bahasa-matematika-
logika.html?m=1

https://yulikenotes.blogspot.com/2018/09/makalah-sarana-ilmiah-filsafat-
ilmu.html?m=1

https://www.academia.edu/34722951/Filsafat_Ilmu_Sarana_Ilmiah

xx
Nama Penyusun : Mochammad Rifal Afandi

Muhammad Mahdi Maulana

Kelompok : 10

Review Makalah Kelompok : 9

Judul Makalah : Sarana Ilmiah Filsafat Ilmu

Pendapat saya tentang makalah ini penataannya kurang rapi di bagian pertama
untuk bagian materi yang diangkat terlalu banyak sehingga terlihat monoton bagi
pembaca kalo bisa di ringkas agar makalah tidak jadi monoton dan ada di
beberapa bagian yang typo dalam mengetik.

Penyusun Review I Penyusun Review II

Mochammad Rifal Afandi Muhammad Mahdi Maulana

Penyusun Makalah I Penyusun Makalah II

Farida Razak Mariyatul Kiptiyah

xxi

Anda mungkin juga menyukai