Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUKUM TENTANG SURAT SURAT BERHARGA

Disusun Oleh :

Nama : Lisna Veronika Simanjuntak


NIM : 201905000167
Mata Kuliah : Hukum tentang Surat-surat Berharga Seksi-A
Dosen Pengampu : Johnny Wirgho, S.H., C.N.

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA


BAB I

I.1 Latar belakang


Hukum surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis yang
berkembang dengan cepat di Indonesia. Surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan
oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga
berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang
diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga kepada siapa surat berharga
tersebut dialihkan.1

Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit
atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang. Surat berharga
adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak kepada pemegangnya atas apa
yang tercantum di dalamnya. Dan surat berharga ini mudah dan dapat diperdagangkan.2

Surat berharga dalam bahasa lain disebut juga sebagai commercial paper atau negotiable
instrument. Dikatakan surat berharga karena surat tersebut memiliki harga atau nilai ekonomis
tertentu. Dikatakan commercial paper, karena surat tersebut memang seringkali tidak hanya
dijadikan pengganti uang atau sebagai alat pembayaran, tapi karena surat-surat tersebut juga
dijadikan objek perdagangan. Dikatakan negotiable instrument karena surat-surat tersebut dapat
diperjualbelikan, tentu saja dengan nilai yang tidak selalu sama dengan nilai yang diebutkan
dalam surat tersebut (Nominal Value). Inilah mengapa surat berharga disebut pula sebagai
commercial paper, karena menjadi objek transaksi commercial di samping sebagai alat
pembayaran pengganti uang tunai.3

Menurut Molengraaff, surat berharga berarti akta-akta atau alat-alat bukti yang menurut
kehendak penerbitnya atau ketentuan undang-undang yang diperuntukkan semata-mata sebagai
upaya bukti diri (legistimasi), yang mana aktaakta tersebut diperlukan untuk menagih. Adapun
menurut Ribbius, surat berharga artinya surat-surat yang pada umumnya harus di dalam

1
Zainal Asikin, Hukum Dagang, Cet. I, (Jakata: Rajawali Pers, 2013), h. 73
2
Ibrid
3
Agus Sardjono, Pengantar Hukum Dagang, Cet. I, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 133-134
kepemilikan seseorang untuk dapat melaksanakan hak yang ada di dalamnya. 4 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa surat berharga adalah surat yang diadakan oleh seseorang untuk keperluan
pembayaran yang mana surat tersebut dapat digunakan sebagai alat atau bukti diri untuk menagih
satu pembayaran dan untuk melaksanakan ketentuan yang tertera dalam surat tersebut.

I.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan surat berharga berdasarkan pada teori dan penggolongan


2. Apa hubungan hukum dan peristiwa hukum dalam kaitannya dengan penerbitan surat
berharga
3. Apa yang menjadi Permasalahan hukum yang timbul terkait penggunaan surat berharga
dengan klausula/perjanjian dalam surat berharga

I.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui surat berharga berdasarkan pada teori dan penggolongan


2. Untuk mengetahui hubungan hukum dan peristiwa hukum dalam kaitannya dengan
penerbitan surat berharga
3. Untuk memahami Permasalahan hukum yang timbul terkait penggunaan surat berharga
dengan klausula/perjanjian dalam surat berharga

Bab II

4
Farida Hasyim, Hukum Dagang, Cet. 4, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 233
II.1 Surat Berharga berdasarkan teori dan penggolongan

Ada beberapa macam surat berharga yang perlu kita ketahui. Masing-masing surat
berharga tersebut memiliki ciri dan syarat yang mirip secara umum, namun kegunaan dan
fungsinya berbeda-beda. Mari simak macam-macam surat berharga tersebut di bawah ini. 

1. Wesel 

Wesel merupakan surat berharga yang di dalamnya memuat kata wesel, tanggal, dan
ditandatangani oleh penerbit yang memberikan perintah tanda syarat kepada pihak terkait perihal
hari pembayaran kepada penerima yang telah ditunjuk penerbit maupun penggantinya di suatu
tempat. Ada pun syarat-syarat wesel sesuai dengan pasal 100 KUHD, sebagai berikut: 

 Tertera kata wesel yang jelas pada dokumen. 


 Pemerintah tidak memiliki syarat sejumlah uang yang sudah ditentukan. 
 Tertera nama orang yang bertanggung jawab untuk membayar. 
 Adanya ketentuan tanggal pembayaran, tempat pembayaran akan dilakukan, dan nama
orang yang akan menerima uang. 
 Tempat dan tanggal surat wesel ditarik. 
 Terdapat tanda tangan dari pihak yang menerbitkan wesel atau penerima. 

2. Surat Sanggup 

Surat sanggup atau dikenal juga dengan promes adalah surat berharga yang memuat kata accept
atau promes yang mana penerbit menyanggupi untuk melakukan pembayaran kepada pihak yang
juga disebutkan dalam surat berharga tersebut, maupun penggantinya pada hari pembayaran. 

Mengapa dikatakan surat sanggup? Karena surat ini merupakan janji kesanggupan untuk
melakukan pembayaran. Bedanya dengan wesel, pada surat sanggup, tidak ada perintah
melainkan pernyataan menyanggupi. Nah, berikut ini ketentuan dalam surat sanggup: 

 Keterangan terkait yang menyebutkan bahwa sanggup dalam menanggung pembayaran. 


 Adanya penetapan waktu dan tempat pembayaran. 
 Adanya tanggal surat sanggup yang ditandatangani. 
 Adanya tanda tangan orang yang membuat atau mengeluarkan surat. 
3. Saham

Pengertian tentang saham ini sudah diatur dalam 40 KUHD yang berarti modal perseroan dibagi
atas saham-saham atau sero-sero atau nama atau blanko. Saham juga dapat didefinisikan sebagai
tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang maupun badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. 

Bentuk dari saham sendiri merupakan selembar kertas yang berisi keterangan bahwa pemilik
dokumen tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat saham tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan dari seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. 

Dari segi perpajakan, pajak atas transaksi nilai penjualan saham bersifat final dengan besaran
0,1% dari nilai bruto transaksi penjualan saham.

4. Cek 

Surat berharga ini mungkin sudah sering Anda dengar. Cek merupakan salah satu surat berharga
yang sifatnya sebagai alat bayar. Berikut ini ciri-ciri cek secara umum: 

 Nama harus tertulis dengan jelas. 


 Adanya perintah untuk membayarkan sejumlah uang. 
 Tertera nama badan hukum atau bank yang wajib membayar. 
 Sudah ditetapkan tanggal, tempat pembayaran, dan tempat mengeluarkan cek. 
 Semua syarat atau ciri di atas ini harus terpenuhi. Jika tidak, maka cek dikatakan tidak
sah.
 Cek dapat dikeluarkan secara atas tunjuk, atas perintah, atas bawa, dan/atau atas nama.

5. Kuitansi atas Tunjuk

Kuitansi atas tunjuk merupakan surat berharga yang berisi penandatanganan untuk suatu
pembayaran sejumlah uang/dana dan waktu yang sudah ditentukan kepada petunjuk (atas
tunjuk).

6. Konosemen/Bill of Lading

Konosemen (Bill of Lading) merupakan surat bertanggal yang dibuat oleh pengangkut.
Pengangkut dalam hal ini adalah perusahaan pelayaran yang menerangkan bahwa pihak tersebut
sudah menerima barang dari pengirim untuk diangkut pihak tertentu (penerima). Di dalam surat
ini ada nama dan keterangan mengenai syarat-syarat penyerahan barang yang dikirim. 

Pihak-pihak yang terlibat dalam konosemen adalah penerbit yang dalam hal ini perusahaan
pelayaran yang diwakili oleh nahkoda kapal dan pihak penerima/penggantinya. Penerima yang
dimaksud adalah: 

 Orang yang namanya ada dalam konosemen. 


 Orang pengganti pengirim atau kepada orang yang ditunjuk oleh pengirim. 
 Orang pengganti pihak ketiga atau orang yang ditunjuk namanya oleh pihak ketiga. 
 Orang yang disebut dalam konosemen atau pembawa. 
 Orang yang membuat konosemen itu. 

7. Delivery Order (DO)

Dalam pasal 520 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia, delivery order
merupakan pemegang  yang sah dan berhak menuntut penyerahan barang di tempat sesuai
dengan ini konosemennya, kecuali pihak tersebut menjadi pemegang tidak sah menurut hukum.

8. Surat Utang

Surat utang dapat dibagi menjadi 3 jenis, di antaranya: obligasi, Surat Utang Negara (SUN), dan
Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN). Obligasi merupakan jenis surat utang jangka
menengah hingga panjang yang dapat dipindahtangankan. Obligasi sendiri berisi janji untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu
yang ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. Obligasi dapat diterbitkan oleh korporasi atau
negara. 

Surat utang negara merupakan surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh negara sesuai masa berlakunya. SUN juga digunakan pemerintah dalam
membiayai defisit APBN dan menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun
anggaran. 
II.2 Hubungan Hukum dan Peritiwa Hukum dalam Kaitannya penerbitan Surat
Berharga

Hubungan Hukum dan Persitiwa Hukum dalam kaitannta penerbitan surat berharga

Teori teori dalam surat berharga

1. Teori Kreasi

Menurut teori kreasi ini, dasar hukum perikatan surat berharga bagi seorang debitor surat
berharga terletak pada perbuatan penandatanganan surat tersebut. Artinya dengan menempatkan
tanda tangan di atas surat berharga itu akan menimbulkan suatu perikatan bagi orang yang
menandatanganinya terhadap orang lain yang memperoleh surat tersebut. Keberatan terhadap ini
teori ialah bahwa pernyataan sepihak dengan tanda tangan saja tidak mungkin menimbulkan
perikatan. Supaya timbul perikatan, harus ada dua pihak yang mengadakan persetujuan sebab
tanpa persetujuan tidak akan ada kewajiban. Demikian juga apabila surat berharga itu jatuh ke
tangan orang yang tidak berhak atau tidak jujur, misalnya dicuri, penerbit yang menandatangani
itu tetap terikat untuk membayar. Padahal, menurut Pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata, seorang
yang kehilangan surat itu karena dicuri masih berhak menuntut kembali surat itu dari pencuri
atau penemuannya selama tenggang waktu tiga tahun.

2. Teori Perjanjian

Dasar hukum perikatan surat berharga menurut teori perjanjian terletak pada suatu perjanjian
yang merupakan perbuatan dua belah pihak yakni antara pihak penerbit dan pemegangnya.
Keberatan teori ini adalah pada ketidakmampuannya memberikan penyelesaian beberapa hal
yang timbul pada peredaran surat berharga itu. Dalam keadaan normal, teori ini dapat diterima,
akan tetapi dalam keadaan tidak normal, teori tidak dapat diterima misalnya karena hilang atau
dicuri surat berharga yang bersangkutan. Dalam hal ini penerbit masih bertanggungjawab
terhadap pemegang atau pembawa surat yang memperoleh secara tidak normal.

3. T'eori Kepantasan
Teori kepantasan ini masih mengakui teori kreasi, tetapi juga menerima keberatan yang diajukan
terhadap teori kreasi mengenai orang yang memperolch surat berharga secara tidak jujur yang
berhak menagih. Sehingga, menurut teori ini masih harus ditambah dalil yakni hanya orang yang
memperolch surat yang telah ditandangani dan diperolehnya secara pantas (redelijik) yang
mendapat perlindungan. Artinya, kalau cara peolehan surat yang ditandatangani ini secara
pantas, maka menjadi terikat, tetapi, teori ini masih tetap berpedoman pada perbuatan sepihak
saja sudah dapat menimbulkan perikatan.

4. Teori Penunjukkan

Perikatan suatu surat berharga baru timbul dengan menunjukkan surat Jika seorang menquasai
surat berharga pada saat jatuh tempo menunjukkan kepada debitur untuk meminta pembayaran,
maka pada saat itulah dia menjadi penagih, dan pasal saat penunjukkan itu pulalah debitur
menjadi terikat membayar. Teori tersebut menurut Abdul Kadir Muhammad tidak sesuai dengan
fakta dan terlalu jaub bertentangan dengan undang-undang. Dikatakan tidak sesuai dengan fakta,
karena pembayaran itu adalah pelaksanaan dari suatu perikatan, dengan demikian perikatan harus
sudah ada terlebih dahulu.

Hubungan hukum yang terjadi antara penerbit dengan tersangkut jika tersangkutnya adalah bank
maka hubungan timbul dari perjanjian pembukaan rekening bank. Pihak penerbit mempunyai
kewajiban untuk menyediakan dana pada saat surat berharga tersebut dimintakan
pembayarannya, sedangkan tersangkut mempunyai kewajiban untuk melaksanakan perintah dari
penerbit untuk membayar surat berharga selama dananya tersedia

Antara penerbit dan pemegang surat berharga terdapat suatu hubungan hukum, hubungan hukum
tersebut yaitu disebut dengan “hubungan dasar” yang mana hubungan dasar tersebut timbul
karena adanya “peristiwa dasar” seperti halnya jual beli, sewa menyewa, dan tukar menukar.
Adanya hubungan dasar tersebut menimbulkan perikatan kepada para masing-masing pihak yang
mana perikatan tersebut menimbulkan kewajiban dan hak. Penerbit mempunyai kewajiban yang
pelaksanaan kewajiban tersebut menerbitkan surat berharga. Jadi surat berharga tersebut lahir
karena peristiwa dasar yang menimbulkan hubungan dasar dimana hubungan dasar tersebut
menimbulkan perikatan dan dalam perikatan tersebut terdapat hak dan kewajiban. Penerbit
mempunyai kewajiban yang pemenuhan dari kewajiban tersebut adalah dengan menerbitkan
surat berharga.
III.3 Permasalahan Hukum yang Timbul Terkait Penggunaan Surat Berharga
dengan Klausula dalam Surat Berharga

Bentuk dan cara Pengaliban surat berharga bergantung pada bentuk surat berharga yang
bersangkutan. Sebagaimana bahwa surat perniagaan yang tergolong surat berharga adalah surat
yang berklausul Klausa Surat Berharga dibagi menjadi dua macam klausul, yaitu :

1) Klausula Atas Tunjuk (Aan toonder) Klausula atas tunjuk atau yang artinya pemegang surat
berharga yang akan memperoleh tagihan, tidak cukup hanya dengan membawa surat itu. Namun
harus menunjukkan atau memperlihatkan kepada debitur.

2) Klausula Pengganti (Aan Order) Klausula pengganti atau yang juga dikenal dengan Surat
Tertunjuk memiliki langkah peralihan yang sedikit berbeda. Jika pada Klausula Aan Toonder
penjual cukup menyerahkan surat berharga tersebut. Maka pada klausula in, penjual harus
melakukan perbuatan hukum berupa Endosmen.

3) Klausula Atas Nama (Aan Opname) Klausula ini mewajibkan dua perbuatan hukum dalam hal
peralihan surat berharga. Berbeda dengan Klausula Pengganti dan Klausula Atas Tunjuk,
klausula ini sedikit rumit langkah peralihannya. Penjual harus membuat akta jual-beli atau yang
dikenal dengan istilah Cessie.

Anda mungkin juga menyukai