Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA DAN RULE OF LAW

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Jeje Zenal Arifin, M.Pd.I

Disusun oleh:

Kelompok
Jannatul Khilda
Indah Khoirunnisa

Kelas: PIAUD Semester 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


FAKULTAS TARBIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-BADAR
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Pancasilan
Kewarganegaraan, dengan judul: “HAK ASASI MANUSIA DAN RULE OF LAW”.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kepada Bapak Jeje Zenal Arifin, M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Purwakarta, 5 Desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I............................................................................................................4
PENDAHALUAN.........................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................4
1.3. Tujuan Masalah................................................................................4
BAB II...........................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................5
2.1. Hak Asasi Manusia...........................................................................5
2.2. Rule Of Law.....................................................................................7
BAB II.........................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................12
3.1. Kesimpulan.....................................................................................12
3.2. Saran...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................13

3
BAB I
PENDAHALUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara hukum yang diartikan bahwa segala aktifitas ataupun
kegiatan yang dilaksanakan pemerintahan dan lembaga-lembaga yang ada di
pemerintahan harus didasarkan dengan hukum dan dapat di pertanggung jawab kan
secara hukum, hal ini tercantum pada UUD 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi“negara
indonesia adalah negara hukum”.
Rule of law secara umum diartikan sebagai prinsip hukum yang menyatakan
bahwa hukum harus memerintah suatu negara dan bukan keputusan penjabat-penjabat
secara individual, yang berarti bahwa suatu negara harus menjadikan hukum sebagai
kekuasaan tertinggi, sehingga keadilan di negara itu dapat dilayani melalui peraturan
dan prosedur hukum yang ada. Rule of law harus didasarkan pada corak, budaya, dan
wawasan sosial yang ada pada bangsa Indonesia.
Hak Asasi Manusia adalah hak yang ada dan melekat pada diri manusia yang
diperoleh sejak lahir, bersifat universal (umum), yang merupakan anugerah dari Tuhan
Yang Maha Esa yang harus dihormati, jaga, dan dilindungi oleh setiap orang, dan
keberadaannya untuk menjamin setiap pribadi mendapatkan hidup yang layak sebagai
manusia itu sendiri. HAM di Indonesia bermacam macam diantaranya terdapat hak
pribadi, hak politik, hak hukum, hak ekonomi, hak peradilan, dan hak sosial budaya.
Yang didalamnya masih terdapat butir butir dari setiap hak tersebut.
Kebebasan HAM dijamin dan diatur dalam UUD 1945 pasal 28 A-J, Tap MPR
No. XVII/MPR/1998, dan UU No. 39 Tahun 1999. dan terdapat beberapa lembaga yang
mengawasi, mengatur, dan menjaga tegaknya HAM di Indonesia. Adanya peraturan dan
lembaga yang didirikan pemerintah dalam upaya menegakkan HAM, menggambarkan
perhatian pemerintah dalam menjamin semua warga negaranya hidup rukun dan
sejahtera. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kasus pelanggaran HAM di Indonesia

4
terus terjadi bahkan beberapa waktu meningkat, didirikannya lembaga tersebut sebagai
upaya pemerintah untuk menanggulangi dan meminimalisir kasus pelanggaran HAM.
Dalam penegakan HAM, Rule of law dibutuhkan untuk menjamin hak asasi
manusia dapat dimiliki oleh setiap warga negara berupa aturan hukum yang kuat bagi
setiap orang untuk melindungi setiap individu, dan hal tersebut sesuai dengan prinsip
rule of law yaitu keadilan terjamin secara merata di mata hukum tanpa memandang ras,
suku, agama, jenis kelamin, warna kulit dan sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah


Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah
ini antara lain:

1. Bagaimana konsep Hak Asasi Manusia yang ada di Indonesia?


2. Bagaimana konsep Rule of Law yang diterapkan di Indonesia?

1.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan konsep Hak Asasi Manusia yang ada di Indonesia.
2. Menjelaskan konsep Rule of Law yang diterapkan di Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hak Asasi Manusia


2.1.1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak Asasi Manusia atau sering disebut dengan HAM merupakan hak atau sesuatu
yang harus kita dapatkan dan melekat pada diri manusia tanpa memandang
ras,agama,suku,bangsa,jenis kelamin yang bersifat kodratif dan fundamental sebagai
sesuatu anugrah yang di berikan oleh Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi
oleh setiap individu, masyarakat atau Negara,tanpa diwakilkan kepada orang lain dan
berlaku dimanapun,kapanpun dan kepada siapapun. Sedangkan didalam Unang-Undang
yang membahas tentang Hak Asasi Manusia dipaparkan bahwa pengertian Hak Asasi
Manusia merupakan seperangkat hak yang melekat yang pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,hukum, Pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1
angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM Landasan Hukum Hak Asasi Manusia.

Hak asasi manusia atau HAM mempunyai beberapa ciri-ciri khusus jika
dibandingkan dengan hak-hak yang lainnya. Berikut ciri-ciri khusus hak asasi manusia.

1) Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.


2) Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu
hak sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
3) Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah pada saat manusia
itu lahir.
4) Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis
kelamin, atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah satu dari
berbagai ide hak asasi yang mendasar.

6
2.1.2. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia (HAM)
1) Pancasila, terutama sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (pasal 27-34, dan BAB XA,
Pasal 28 A s/d J, Perubahan ke-2 Undang-Undang Dasar republik Indonesia
1945);
3) TAP MPR Republik Indonesia Nomor : II/MPR/1993 tentang GBHN;
4) TAP MPR Republik Indonesia Nomor : XVII/MPR1998 tentang Hak Asasi
Manusia;
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan
Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang
kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia;
6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM
8) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana
Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (RANHAM) yang telah diperbaharui
dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2003 tentang
Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia (RANHAM);
9) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 181 tahun 1998 tentang Komisi
Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan;
10) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 126 tahun 1998 tentang
menghentikan penggunaan istilah Pribumi dan Non Pribumi dalam semua
perumusan dan penyelenggaraan, perencanaan program ataupun pelaksanaan
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan;
11) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, tanggal 10 Desember 1945;
12) Deklarasi dan Program Aksi Wina tahun 1993. Sesuai dengan Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

7
2.1.5. Macam-macam HAM

Dalam UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, terdapat beberapa macam HAM
sebagai berikut:

1) Hak untuk hidup, yang meliputi hak untuk mempertahankan hidup, meningkatkan
taraf hidup, hidup tenteram, damai, bahagia, sejahtera dan lingkungan hidup yang
baik dan sehat.
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, meliputi hak membentuk keluarga
dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
3) Hak mengembangkan diri, meliputi hak memenuhi kebutuhan dasar, perlindungan
bagi pengembangan pribadi, memperoleh manfaat IPTEK, berkomunikasi dan
memperoleh informasi, memperjuangkan hak pengembangan diri dan hak untuk
melakukan pekerjaan sosial.
4) Hak memperoleh keadilan, meliputi hak memperoleh keadilan, dianggap tidak
bersalah, mendapatkan bantuan hukum, tidak dituntut dua kali dalam perkara yang
sama, dan hak tidak dirampas seluruh harta bendanya.
5) Hak Atas Kebebasan Pribadi, meliputi hak untuk tidak diperbudak keutuhan
pribadi, bebas memeluk agama dan kepercayaannya, keyakinan politik, berserikat,
menyampaikan pendapat, status kewarganegaraan dan bebas bergerak dan
bertempat tinggal.
6) Hak Atas Rasa Aman, meliputi Hak suaka, hak rasa aman, tidak diganggu tempat
kediaman, rahasia surat menyurat, bebas dari penyiksaan, tidak ditangkap
sewenangwenang dan hidup damai dan tentram
7) Hak Atas Kesejahteraan meliputi, Hak mempunyai milik, tidak dirampas hak
miliknya, pekerjaan yang layak dan upah yang adil, mendirikan serikat pekerja,
tempat tinggal yang layak, jaminan sosial dan hak perawatan, pendidikan, dan
bantuan hukum bagi lansia dan orang cacat ;
8) Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan meliputi, Hak memilih, dipilih, diangkat
dalam suatu jabatan, dan usul/pendapat untuk pemerintahan yang bersih dan
berwibawa

8
9) Hak wanita meliputi, Hak keterwakilan wanita dalam pemerintahan,
kewarganegaraan, pendidikan, memilih/dipilih, perbuatan hukum sendiri, dan hak
tanggung jawab yang sama dengan suami dalam keluarga;
10) Hak Anak meliputi, Hak perlindungan, hak untuk hidup, nama dan
kewarganegaraan, perawatan, pendidikan, beribadah, mengetahui orang tuanya,
dipelihara orangtuanya, perlindungan hukum, tidak dipisah dari orang tua,
beristirahat dan bermain, mendapatkan kesehatan, perlindungan eksploitasi
ekonomi dan seksual, bebas dari peng-aniayaan, mendapatkan bantuan hukum dan
tidak dirampas milik dan kebebasannya.
2.1.4. Lembaga-lembaga Hak Asasi Manusia (HAM)

Penegakkan HAM tentu harus dibantu dengan lembaga-lembaga yang dibentuk


dengan tugas, tujuan, dan wewenang yang sesuai dengan jalannya HAM di Indonesia,
berikut adalah lembaga-lembaga yang dibentuk pemerintah untuk menegakkan HAM:

1) Lembaga Negara Penegak HAM


a. Komnas HAM, keberadaan lembaga ini berdasarkan ketentuan dalam pasal 1
ayat 7, yang memiliki fungsi pengajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan,
dan mediasi mengenai HAM. Dalam Pasal 75 Undang-Undang tentang Hak
Asasi Manusia, disebutkan bahwa tujuan dari Komnas HAM adalah:
Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia dan meningkatkan perlindungan dan penegakan
hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya
dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
b. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dalam ketentuan UU No. 23
Tahun 2002 mengamanatkan dibentuknya KPAI yang bersifat independen.
c. Komnas Perempuan, HAM memandang adanya kesetaraan laki-laki dan
perempuan ditandai dengan adanya Hak Wanita dalam UU No. 39 Tahun 1999.
d. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), yang muncul dari bentuk
implemetasi Ketetapan MPR No.V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan

9
dan Kesatuan Nasional33 dan UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi ini bertugas untuk melakukan
penyelidikan dan klarifikasi atas pelanggaran HAM berat.
2) Lembaga Peradilan Sebagai Penegak HAM
a. Pengadilan HAM, bertugas dan berwenang untuk memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dan berwenang untuk
memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
berat dan dilakukan di batas teritorial wilayah Negara Republik Indonesia oleh
warga negara Indonesia. Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida
dan kejahatan terhadap kemanusiaan
b. Mahkamah Konstitusi (MK), Untuk memastikan terjamin dan terlindunginya
Hak Asasi Manusia, UUD 1945 memberikan kewenangan uji materil kepada
MK. Dengan kewenangan dimaksud, potensi atau pelanggaran HAM melalui
kebijakan yang dikeluarkan negara dapat diawasi dan diselesaikan dan HAM
dapat dilindungi.
2.1.5. Pelanggaran HAM
1) Pengertian Pelanggaran Ham (Hak Asasi Manusia) Menurut UU No. 26 Tahun
2000 tentang pengadilan HAM, pelanggaran hak asasi manusia perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia dapat
dilakukan baik oleh aparatur negara (state actor) maupun bukan aparatur negara
(non state actor).
2) Bentuk-Bentuk Pelanggaran Terhadap Hak Asasi Manusia
Pelanggaran HAM Ringan
Pelanggaran HAM Ringan merupakan pelanggaran yang tidak sampai
menghilangkan nyawa seseorang akan tetapi, dapat merugikan orang tersebut.

10
Tentu saja ini sangat meresahkan bila tidak ditangani dengan serius dari seluruh
anggota masyarakat ataupun pihak-pihak pemerintahan dan aparatur Negara yang
terkait.
a. Pelanggaran HAM di dalam keluarga
 Mengeksploitasi anak untuk bekerja tanpa mempertimbangkan kondisi
fisik dan mental anak
 Melarang anak untuk belajar dan menuntut ilmu
b. Pelanggaran HAM di Masyarakat
 Menghalangi kebebasan seorang pemeluk agama untuk beribadah
 Melalukan pencurian atau pengambilan paksa hak orang lain
c. Pelanggaran HAM di sekolah
 Mengganggu siswa lain dengan mengejek, mencemooh, dan menyiksanya.
 Seorang guru melakukan hukuman fisik pada muridnya seperti dijewer,
dipukul, dan sebagainya. (Ma'as, 2021)

Pelanggaran HAM Berat

Pelanggaran HAM Berat Undang-undang No. 39 Tahun 1999 pasal 104 ayat (1)
menjelaskan bahwa tindakan-tindakan yang termasuk ke dalam jenis pelanggaran HAM
berat di antaranya ialah : genosida, kejahatan kemanusiaan, pembunuhan di luar putusan
pengadilan dan penyiksaan, perbudakan serta diskriminasi yang dilakukan secara
sistematis.

a. Genosida
Menurut UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, genosida adalah
sebuah perbuatan yang dilakukan demi merusak maupun memusnahkan kelompok ras,
suku bangsa atau agama tertentu.
 Membunuh anggota kelompok
 Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggotaanggota kelompok.

11
 Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya
 Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok atau
 Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.

Indonesia pernah mengalami masa-masa kelam pada sekitar tahun 1965. Dimana
pada waktu itu terjadi pelanggaran terhadap para pengikut Partai Komunis Indonesia
(PKI). Ini adalah pelanggaran HAM yang paling keji yang dilakukan oleh Indonesia
terhadap bangsanya sendiri, mungkin disepanjang sejarah bangsa Indonesia. Membuat
shock, takut dan mengerikan bagi negeri. Pembantaian yang tidak pandang bulu
terhadap ratusan ribu jiwa menjadi korban genosida yang dilakukan di seluruh negeri,
dalam mingguminggu yang di awali dengan pembunuhan berdarah terhadap enam
Jenderal Angkatan Darat, penangkapan yang berlanjut terhadap perempuan dan laki-
laki, penahanan dan penganiayaan yang panjang terhadap mereka, proses
pengadilanyang ragu-ragu dan eksekusi, semua pelanggaran HAM yang semakin
menumpuk itu diketahui secara luas dipublikasikan dan dikutuk internasional.8
Kejahatan genosida yang terjadi di Indonesia pada waktu itu merupakan tragedi
genosida terbesar yang pernah terjadi di Indonesia bahkan di dunia.

3) Faktor-Faktor Pelanggaran HAM

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM, yaitu:

1. Faktor Internal
Faktor internal terjadinya pelanggaran HAM adalah dorongan dari dalam diri
seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan yang bisa membahayakan hak asasi
orang lain.
a. Sikap egois yang dimiliki seseorang atau pelaku pelanggaran Ham
b. Rendahnya kesadaran Ham
c. Sikap tidak toleran

12
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab terjadinya pelanggaran HAM berasal dari
penyalahgunaan kekuasaan oleh para pemimpin atau pejabat.
a. Penyalahgunaan kekuasaan
b. Ketidaktegasan aparat penegak hukum
c. Penyalahgunaan teknologi
d. Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

2.2. Rule Of Law


2.2.1. Pengertian Rule Of Law

Rule of law merupakan istilah asing yang sering digunakan dikalangan


masyarakat. Istilah ini cukup populer dan tak jarang digunakan untuk menyatakan
sesuatu yang berhubungan dengan penegakan hukum, supremasi hukum atau
perlindungan HAM. Oleh karena itu, istilah rule of law terkenal dikalangan hukum dan
di dalam masyarakat luas (Nizarli, 1998). Rule of law merupakan suatu dokrin hukum
yang mulai muncul pada abad ke 19 yang bersamaan dengan lahirnya negara konstitusi
dan demokrasi. Rule of law lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan
meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan dan sebagai reaksi terhadap
negara absolut yang berkembang sebelumnya. 2013) memaparkan istilah The Rule of
Law ditemukan dalam buku Albert Venn Dicey yang berjudul Introduction To The
Study Of The Constitution (1952). Di dalam buku yang banyak dipakai dalam kajian
mengenai negara hukum ini, Dicey menjelaskan keunikan cara berhukum orang-orang
Inggris yang menganut sistem common law. Dari cara berhukum tersebut Dicey
menjadikannya sebagai sebuah konsep The Rule of Law dimana masyarakat dan
pemerintah taat dan patuh kepada hukum sehingga ketertiban dapat dinikmati bersama-
sama yang tidak ditemukan di beberapa negara Eropa lainnya (Wijaya, 2013).
Berdasarkan pengertiannya, menurut Friedman (1959) sebagaimana dikutip
Hartono (1982), membedakan rule of law menjadi 2 yaitu pengertian secara formal dan
pengertian secara hakiki. Dalam arti formal, rule of law berarti organised public power
atau kekuasaan umum yang terorganisasi, di mana setiap organisasi hukum (termasuk

13
organisasi yang disebut negara), mempunyai rule of law. Dengan demikian kita dapat
berbicara tentang rule of law di negara mana saja, baik di negara liberalis,
sosialis/komunis ataupun negara Pancasila. Sedangkan, dalam arti hakiki (materiil), rule
of law berarti menyangkut ukuran tentang hukum yang baik dan hukum yang buruk
(Hartono, 1982). Tetapi, karena di sini berbicara masalah keadilan, maka tidak mungkin
mencapai suatu perumusan tentang rule of law yang berlaku universal, karena
keadilanpun merupakan suatu pengertian yang relatif (Hartono, 1982). Sesuatu yang
dirasakan adil oleh sesuatu masyarakat atau bangsa, belum tentu dirasakan adil oleh
masyarakat atau bangsa lainnya. Itu sebabnya lebih baik kita menjauhkan diri dari
perdebatan makna adil secara generalis. Bahkan makna adil secara netral pun tidak
mungkin diajukan secara memuaskan bagi seluruh kelompok masyarakat (Nizarli,
1998).
Albert Venn Dicey mengkristalkan konsepsi rule of law menjadi 3 unsur yaitu :
1. Supremacy of Law (supremasi hukum) yaitu dominasi dari aturan-atauran hukum
untuk menentang dan meniadakan kesewenang-wenangan, dan kewenangan bebas
yang begitu luas dari pemerintah sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika
melanggar hukum;
2. Equality Before the Law yaitu persamaan di hadapan hukum atau penundukan
yang sama dari semua golongan kepada ordinary law of the land yang
dilaksanakan oleh ordinary court ini berarti tidak ada orang yang berada diatas
hukum, baik pejabat maupun warga negara biasa, berkewajiban untuk mentaati
hukum yang sama atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa adanya
kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik bagi rakyat
biasa maupun pejabat;
3. The Constitution Based on Individual Rights yaitu terjaminnya atau adanya
penegasan serta perlindungan hak‐hak manusia melalui konstitusi dan
keputusankeputusan pengadilan.
2.2.3. Prinsip-Prinsip Rule of Law
 Prinsip-Prinsip Rule Of Law Secara Formal Di Indonesia

14
Negara Indonesia memiliki prinsip-prinsip Rule Of Law secara formal yang
tertera di dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan:
1. Bahwa kemerdekaan itu hak segala bangsa,………..karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan “peri keadilan”
2. …………..kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan
makmur
3. …………..untuk memajukan “kesejahteraan umum”, ……….dan “keadilan sosial”
4. ………….disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
“UndangUndang Dasar Negara Indonesia”
5. …………”kemanusiaan yang adil dan beradab”
6. ………..serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat
Indonesia
Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara resmi atau
formal terhadap “rasa keadilan” bagi seluruh rakyat Indonesia dan juga “keadilan
sosial”. Sehingga Pembukaan UUD 1945 bersifat memerintah dan tetap bagi
penyelenggaraan negara Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, inti dari Rule of Law
adalah jaminan adanya keadilan bagi seluruh masyarakat, terutama keadilan sosial.
Prinsip Rule of Law ini tidak dapat dipisahkan dengan negara hukum.
Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat di dalam pasalpasal
UUD 1945, yaitu sebagai berikut.
1. Pasal 1 ayat 3 : Negara Indonesia adalah negara hukum.
2. Pasal 24 ayat 1 : Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
3. Pasal 27 ayat 1 : Segala warga negara bersamman kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
4. Pasal 28 D ayat 1 : bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum (Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia)/

15
5. Pasal 28 D ayat 2 : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. (Dalam Bab X A tentang Hak
Asasi Manusia).
 Prinsip-prinsip Rule of Law secara Hakiki dalam Penyelenggaraan Negara
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (materiil) sangat erat hubungannya
dengan “ the enforcement of the rules of law” dalam pelaksanaan pemerintahan
terutama dalam hal penegakan hukum dan penerapan prinsip-prinsip Rule of Law.
Berdasarkan pengalaman dari berbagai negara dan hasil kajian menyatakan bahwa
keberhasilan “ the enforcement of the rules of law” itu tergantung kepada kepribadian
nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982). Hal tersebut diperkuat oleh
kenyataan bahwa Rule of Law juga merupakan institusi sosial yang memiliki struktur
sosiologis yang khas dan mempunyai akar budaya yang khas pula. Rule of Law juga
merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang didalamnya mengandung
wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara,
dengan demikian berisi nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri.
Legalisme mengandung pemikiran bahwa keadilan dapat dilayani dengan pembuatan
sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak personal, otonom
dan tidak memihak. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Rule of Law
telah banyak dihasilkan di negara kita secara kuantitatif, akan tetapi penegakannya
belum mencapai hasil yang optimal. Sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan dari
pelaksanaan Rule of Law belum dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
2.2.3. Rule Of Law Dan Hubungannya Dengan Hak Asasi Dalam Hukum
Hubungan antara negara hukum (the rule of law) dan hak asasi manusia tidak
dapat dipisahkan. Perdebatan hukum yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah ciri dari
negara hukum itu sendiri, salah satunya adalah perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Jika HAM tidak dilindungi di suatu negara, negara tersebut bukan negara
hukum, akan tetapi negara dictator dengan pemerintahan yang sang atotoriter.
Perlindungan HAM dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak

16
tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya penegakannya
melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Ketika berbicara tentang negara hukum Indonesia, kita perlu melihat tujuan yang
terkandung dalam negara hukum Indonesia. Adanya norma hukum dengan tujuan yang
jelas dapat menimbulkan kepastian hukum dan dapat menentukan hukum dengan jelas.
Tujuan utama hukum adalah mengatur hubungan antar pribadi dalam kehidupan
bermasyarakat, yang pada akhirnya membawa ketertiban dan ketentraman dalam
kehidupan sosial masyarakat.
Warga negara harus mengetahui adanya kepastian hukum dan kewajiban serta hak
apa yang mereka miliki. Demikian pula, orang perlu tahu apa yang bisa dan tidak bisa
mereka lakukan. Dengan cara ini, masyarakat dapat melindungi hak-hak tersebut ketika
mereka terancam.
Untuk melindungi HAM, maka diperlukan badan peradilan yang bertugas
melaksanakan kekuasaan negara di bidang kehakiman. Badan peradilan inilah yang
melaksanakan dan mempertahankan kaidah hukum di dalam praktek. Peranan dan
perilaku aparat pelaksana dari badan peradilan akan sangat menentukan apakah suatu
kaidah hukum akan memberikan keadilan atau tidak.
Jika ada yang mengklaim bahwa UUD 1946 tidak menjamin atau menjamin hak
asasi manusia, itu adalah pendapat yang salah.Karena, jika diperhatikan Pembukaan
maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945 cukup banyak memperhatikan dan menjamin
HAM. Dalam Alinea pertama Pembukaan menyatakan “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia
harus dihapuskan karena tidah sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan”.
Dalam alinea kedua kembali diulang pengakuan terhadap kemerdekaan dan
keadilan. Pada Alinea ketiga diakui adanya kehidupan kebangsaan yang bebas. Pada
alinea keempat dikemukan pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi dalam bidang
sosiaI, politik, ekonomi dan Pendidikan.
Apabila kita perhatikan keempat pokok - pokok pikiran yang terdapat dalam
Pembukaan tersebut. Pada pokok pikiran yang pertama, suatu " Negara persatuan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah lndonesia berdasar atas persatuan

17
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ". Pokok pikiran
kedua “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial”. Pokok pikirar ketiga" Negara
berkedaulatan rakyat”. Ini adalah salah satu ciri diakuinya. hak asasi karena yang
memegang, memiliki kekuasaan tertinggi adalah rekyat. Pokok pikiran keempat, "
Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemenusiaan yang adil
dan beradab". Ini membuktikaan diakuinya agama dan moral yang tinggi di mana harkat
dan martabat manusia mendapat tempat yang layak, “duduk sama, rendah berdiri sama
tinggi”.
Selain itu pasal-pasal yang terdapat dalam Batang Tubuh UUD 1946 juga
merupakan jaminan terhadap hak - hak asasi, yang meliputi :
1. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa terkecuali ( Pasal 2 ayat (l) ).
2. Hak untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
( Pasal 27 ayat (2) ).
3. Kebebasan untuk berkumpul berserikat dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28).
4. Kebebesan untuk nemeluk agamanya masing - masing dan beribadat seuai dengan
agamanya (Pesal 29 ayat (2)
5. Hak untuk bela negara, termasuk kewajibannya ( PasaI 30 )
6. Hak untuk memperoleh pengajaran (Pasal 31 ayat (1) ).
7. Hak kesejahateraan sosial bagi fakir miskin dan anak terlantar (Pasal 34).
8. Hak untuk berusaha dalam perekonomian ( Pasal 33 )
Apabila kita tentukan UUD 1945, hak dasar adalah keluarga, gotong royong,
keadilan sosial, ketuhanan, dan tidak terlalu pribadi. Hal ini sesuai dengan cita-cita
Pancasila. Selanjutnya dalam pembuukaan UUD 1945 ada kalimat “Kemerdekaan
adalah hak segala bangsa. Jika kita lihat dalam Pembukaan, Batang Tubuh maupun
dalam Penjelasan UUD 1945 dapat disimpulkan bahwa UUD 1945 mengaku hak-hak
peseorangan (individu), namun tidak sama dengan hak-hak asasi perorangan menurut
pandangan liberal yang mengutamakan hak-hak dan kepentingan perseorangan
ketimbang hak dan kepentingan orang banyak/masyarakat. Akan tetapi juga tidak sama
dengan paham komunisme yang hanya mengutamakan masyarakat atau negaranya. Hak

18
asasi perorangan selalu diletakan dalam rangka kepentingan dan hak masyarakat,
sehingga hak dan kepentingan dilihat secara seimbang serta selaras. Hak asasi
peseorangan diakui substansinya, namun dibatasi jangan sampai melanggar hak asasi
perseorangan lainnya maupun hak asasi orang banyak/masyarakat.
Dilihat dari UUD 1945 secara keseluruhan, ia hanya mengatur apa yang penting,
dan pengaturan lebih lanjut diserahkan pada undang-undang. Oleh karena itu, UUD
1945 tidak mengatur semua persoalan secara rinci.
Untuk informasi lebih lanjut tentang Rule Of Law dengan hak asasi manusia,
dapat dikaji dari sudut pandang demokrasi, karena hak asasi manusia dan demokrasi itu
adalah gagasan tentang kemanusiaan dan kondisi sosial yang dihasilkan, dari sejarah
peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. HAM dan Demokrasi juga dapat diartikan
sebagai hasil perjuangan manusia, untuk melindungi dan mencapai harkat dan martabat
manusia karena selama ini hanya konsepsi HAM dan demokrasi secara nyata mengakui
dan menjamin martabat manusia.
Upaya penegakan hukum dan pelaksanaan hak asasi manusia dimulai dengan
pengesahan beberapa undang-undang. Disahkannya Peradilan UU No. 14/1970
dianggap sebagai langkah penting dalam sejarah peradilan Indonesia. Namun demikian
pelaksanaan kekuasaa kehakiman dan penegakan Rule of Law dan HAM di Indonesia
masih belum terlaksana sepenuhnya.
Rule of law di Indonesia belum sepenuhnya terwujud, namun ada tanda-tanda
bahwa ke depan akan ada persiapan untuk penegakan hukum dan penegakan HAM yang
lebih baik. Misalnya pemerintah telah rnemperbaharui Hukum Acara Pidana (KUHAP)
yaitu UU No.8 tahun 1981 dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sedangkan
sejak tahun 1986 telah memiliki UU No.5 tahun1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.
UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP merupakan suatu karya agung dan produk
legislatif yang dianggap penting karena dibuat oleh Bangsa Indonesia sendiri. Secara
teoritis terdapat beberapa kemajuan dalam pengaturan hak asasi manusia, seperti
mengenai susunan sidang pengadilan.

19
Keberadaan dan penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara menurut prinsip nefara hukum yang dianut oleh UUD
1945 dan Penjelasannya merupakan keharusan untuk melindungi rakyat dari Tindakan
di luar batas wewenang pegawai dan penjabat pemerintah. Menciptakan hukum dan
badan peradilan yang berbeda tidak serta merta berarti mampu menegakkan Rule Of
Law dan hak asasi manusia, karena berbagai kendala lainnya.
Jika hak asasi manusia dengan sengaja diabaikan atau dilanggar dan penderitaan
yang diakibatkannya tidak dapat diatasi secara adil, negara yang bersangkutan tidak
dapat secara tepat disebut sebagai negara hukum.
Ismail Sunni (1980: 11-12) menulis tentang persyaratan minimum sistem hukum
di mana hak asasi manusia dan martabat manusia dihormati yaitu sebagai berikut :
Suatu masyarkaat baru dapat disebut berada di bawah Rule Of Law, bila ia
memiliki syarat-syarat esensi tertentu, antara lain harus terdapat kondisi minimum dari
suatu sistem hukum di mana hak-hak asasi manusia dan human dignity dihormati.
Sebagaimana telah diputuskan oleh Kongres Athena, 1955 dari the International
Commissission of Jurist, kondisi-kondisi itu adalah sebagai berikut:
1. Keamanan pribadi harus dijamin. Tidak seorang pun dapat ditahan atau
dipenjarakan tanpa keputusan hakim atau untuk tujuan pencegahan.
2. Tidak ada hak-hak fundamental yang dapat ditafsirken seperti memungkinkan
sesuatu daerah atau sesuatu alat perlengkapan negara untuk mengeluarkan
peraturan, untuk mengambil tindakan yang mempunyai maksud membatasi atau
menglilankan hak-hak fundamental.
3. Setiap orarg harus dijamin kebebasan menyatakan pendapatnya melaui semua
media komunikasi, terutama pers....
4. Kehidupan pribadi orang haruslah tidak dapat dilanggar, rahasia surat - menyurat
haruslah dijamin.
5. Kebebasan beragama harus dijamin.
6. Hak untuk merdapatkatan pengajaran haruslah dijamin kepada semuanya, tanpa
adanya diskriminasi.

20
7. Setiap orang berhak untuk kebebasan berkumpul dan berserikat secara damai dan
teristimewa untuk menjadi anggota dari suatu partai politik yang dipilihnya
sendiri.
Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu, menjiwai
keseluruhan sistem hukum dan konstitusi Indonesia, oleh karena itu perlu diadopsikan
ke dalam rumusan UUD atas dasar pengertian-pengertian dasar yang dikembangkan
oleh bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, perumusannya dalam UUD mencakup
warisan-warisan hak asasi manusia tahun yang lalu, serta gagasan yang akan terus
berkembang di masa depan.
Kenyataan ini dapat dikatakan bahwa penegakan Rule Of Law, dan HAM di
Indonesia sangat ditentukan oleh politik hukum pemerinah, dalam hal ini kekuasaan
eksekutif, karena setiap gerak lembaga peradilan telah dipengaruhi oleh kekuasaan
eksekutif. Selama komposisi lembaga yudikatif sangat ditentukan oleh lembaga
eksekutif, hampir tidak dapat diharapkan bahwa lembaga yudikatif akan memainkan
peran yang lebih penting dalam menumbuhkan suasana Rule of law yang sebenarnya.
3.2.3. Strategi Pengembangan Rule Of Law
Pengembangan konsep rule of law telah dilaksanakan di berbagai konferensi
internasioal yang telah dihadiri oleh para ahli hukum. Dalam konferensinya konsep rule
of law di diskusikan yang bertujuan mencari unsur-unsur yang sama diterapkan di
berbagai bidang sistem hukum, masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Menurut
Oemer Seno Adji (1980:13) Pada konferensi ini juga memberikan, meperkembangkan
dan memperdalam pengertian tentang the rule of law yang dilangsungkan di Athena
(1955), New Delhi (1959), Lagos (1957), Rio De Jeneiro (1962), dan Bangkok (1965).
Di Indonesia peradilan yang bebas masih dalam taraf perjuangan yang berat,
karena selama ketentuan pasal 5 ayat (1)dan (2) UUD 1945 yang memberikan
kekuasaan kepada presiden (eksekutif) untuk membuat undang-undang bersama DPR,
maka disitulah peluang besar untuk meletakan dasar konstituional bagi campur tangan
pemerintah terhadap unsur-unsur peradilan, meskipun sebatas urusan organisasi,
administrasi, dan finansial.

21
Penegakan hukum atau penegakan rule of law dan HAM di Indonesia dalam
mencapai keadaan sosial bagi selueuh rakyat yang merupakan hakikat tujuan
pembentukan Negara Republik yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dalam
pencapaiannya merupakan peranan hukum dan seluruh perangkat adalah mutlak. Oleh
karena itu rule of law dan HAM diimplementasikan tidak sebatas katakata, melainkan di
wujudkan dengan kenyataaan hidup bangsa sendirinya.

22
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hubungan antara negara hukum (the rule of law) dan hak asasi manusia tidak
dapat dipisahkan. Perdebatan hukum yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah ciri dari
negara hukum itu sendiri, salah satunya adalah perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Jika HAM tidak dilindungi di suatu negara, negara tersebut bukan negara
hukum, akan tetapi negara diktator dengan pemerintahan yang sangat otoriter.
Perlindungan HAM dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak
tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya penegakannya
melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.

Hak Asasi Manusia merupakan sebuah hakekat manusia yang melekat pada diri
manusia dan wajib dihormati oleh setiap individu, kelompok dan negara. Landasan
hukum mengenai HAM terdapat pada Pancasila dan UUD 1945. Indonesia memiliki
beberapa lembaga yang berwenang untuk menjalankan dan menegakkan HAM di
Indonesia, antara lain Komnas HAM, Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Komnas
Perempuan, dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).

Pelanggaran HAM merupakan sebuah perbuatan seseorang atau kelompok baik


disengaja maupun tidak yang memiliki tujuan untuk mengurangi atau mencabut HAM
seseorang. Pelanggaran HAM ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pelanggaran ringan
dan pelanggaran berat. Ketika seseorang melakukan pelanggaran HAM, maka hal itu
terjadi karena adanya dorongan atau faktor - faktor yang berasal dari dalam (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal). Upaya penanganan kasus pelanggaran HAM di
Indonesia dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan terlebih dahulu.

23
Rule of Law merupakan suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa negara
harus diperintah oleh hukum. Konsep Rule of Law menyatakan bahwa masyarakat dan
pemerintah untuk taat dan patuh kepada hukum sehingga ketertiban dapat dijalankan.
Pengembangan konsep rule of law telah dilaksanakan di berbagai konferensi
internasioal yang telah dihadiri oleh para ahli hukum. Dalam konferensinya konsep rule
of law di diskusikan yang bertujuan mencari unsur-unsur yang sama diterapkan di
berbagai bidang sistem hukum, masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Albert Venn Dicey menyatakan bahwa konsep rule of law dibagi menjadi 3, yaitu
supremasi hukum, persamaan hukum, dan terjaminnya perlindungan hak - hak manusia.
Rule of law di Indonesia belum sepenuhnya terwujud, namun ada tanda-tanda bahwa ke
depan akan ada persiapan untuk penegakan hukum dan penegakan HAM yang lebih
baik. Penegakan hukum atau penegakan rule of law dan HAM di Indonesia dalam
mencapai keadaan sosial bagi seluruh rakyat yang merupakan hakikat tujuan
pembentukan Negara Republik yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dalam
pencapaiannya merupakan peranan hukum dan seluruh perangkat adalah mutlak. Oleh
karena itu rule of law dan HAM diimplementasikan tidak sebatas kata-kata, melainkan
di wujudkan dengan kenyataaan hidup bangsa sendirinya.

3.2. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan makalah ini . Oleh karena itu, penyusun akan terus berusaha dan
berlatih untuk memperbaiki makalah dengan mencari sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penyusun juga membutuhkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk menjadi evaluasi agar kedepannya dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA

A.Ubadillah dkk. 2006. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, hlm. 274.
Agang, M. I. 2015. HAM Dalam Perkembangan Rule of Law. Humanitas: Jurnal Kajian
dan Pendidikan HAM, 6(1), 116-135.
Fajri, D. L. 2021. Pengertian dan Contoh Pelanggaran HAM di Masyarakat.
Grasindo. 2017. UUD 1945 & Amandemennya Untuk Pelajar Dan Umum. Gramedia
Widiasarana, Indonesia
Hartono, Sunarjati. 1982. Apakah the rule of law itu ?. Bandung : Alumni, 1982
Ma'as, A. 2021. Contoh-Contoh Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Ringan yang
Sering Terjadi di Sekitar Kita. Retrieved from kids:
https://kids.grid.id/read/472956907/contoh-contoh-pelanggaran-hak-asasi-
manusiaham-ringan-yang-sering-terjadi-di-sekitar-kita?page=2, diakses pada 3
Desember 2022 pukul 20.30.
Muabezi, Z. A. 2017. Negara Berdasarkan Hukum (Rechtsstaats) Bukan Kekuasaan
(Machtsstaat). Jurnal Hukum dan Peradilan, 6(3): 421-446 .
Nizarli, R. 1998. Rule Of Law dan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Putra, M A. 2015. Eksistensi Lembaga Negara Dalan Penegakan Hak Asasi Manusia di
Indonesia. Junal Ilmu Hukum, vol 9 No. 3, hlm 258-256.
Rizanur. 2020. Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Perspektif
Pancasila. Modul PPKn. Hal 40
Sarinah. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish.
Soerjowinoto, P. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan. PPMKU Universitas Katolik
Soegijapranata : Semarang.

25
Supriyanto, B. H. 2016. Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Hukum Positif di Indonesia. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata
Sosial, 2(3), 151- 168.
Wijaya, M. H. 2013. Keberadaan Konsep Rule By Law (Negara Berdasarkan Hukum)
Didalam Teori Negara Hukum The Rule Of Law.
Wilujeng, S R. dkk. 2013. Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari Aspek Historis dan
Yuridis. Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora, vol.18 (2),. hlm. 6-7.
Yap Thiam Hien. 1998. Negara, HAM & Demokrasi. Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia. Jakarta. Hal. 17-18.

26

Anda mungkin juga menyukai