Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HUBUNGAN DEMOKRASI DENGAN HAK ASASI MANUSIA


HUBUNGAN TATA NEGARA I

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Tunggul Ashari Setianegara, S.H., M.H

DISUSUN OLEH:
Dinda Sabrina (202110110311354)
Shaqila Latifa (202110110311355)
M. Rizki Adhi M. (202110110311356)
Michael Fikriansyah (202110110311358)
Putri Farah A. (202110110311359)
Rizaldi Aldo B. (202110110311360)
Novita Cahya D. P. (202110110311361)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul hubungan

demokrasi dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan

tugas mata kuliah Hubungan Tata Nagara I. Dalam penulisan makalah ini kami merasa

masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi yang

tertuang dalam makalah ini, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik

dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan

makalah ini.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini berguna bagi semua pihak dalam

memberi tambahan informasi tentang hubungan demokrasi dengan Hak Asasi Manusia

(HAM), Amiin Yaa Robbal’Alamiin.

Malang, 9 Juni 2022


Daftar Isi

BAB I ......................................................................................................................................4

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4

BAB II .................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN .....................................................................................................................6

BAB III ................................................................................................................................. 24

PENUTUP ............................................................................................................................ 24

BAB VI .................................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................25


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

HAM merupakan hak dasar manusia yang secara kodrati melekat pada diri manusia

dan bersifat universal. Oleh karena itu HAM harus dilindungi, dihormati, dipertahankan,

dan tidak boleh dirampas oleh siapapun. HAM dan demokrasi merupakan konsepsi

kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di dunia.

HAM dan demokrasi juga dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk

mempertahankan harkat kemanusiaannya. Negara-negara yang memiliki komitmen

untuk kuat terhadap pengakuan dan perlindungan HAM menempatkan hak asasi

manusia dalam sebuah konstitusi atau undang-undang dasar.

1.2 Rumusan Masalah.

1.2.1 Apakah pengertian negara?

1.2.2 Apakah tujuan dan fungsi Negara?

1.2.3 Apakah pengertian negara demokrasi?

1.2.4 Apakah pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)?

1.2.5 Bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM)?

1.2.6 Bagaimana hubungan antara negara demokrasi dengan HAM?


1.3 Tujuan.

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari negara.

1.3.2 Untuk mengetahui tujuan dan fungsi negara.

1.3.3 Untuk mengetahui pengertian demokrasi.

1.3.4 Untuk mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia.

1.3.5 Untuk mengetahui sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia.

1.3.6 Untuk mengetahui hubungan negara demokrasi dengan Hak Asasi Manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara.

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan

masyarakat. Unsur-unsur suatu negara yaitu adanya rakyat, wilayah, pemerintah yang

berdaulat, dan pengakuan dari negara lain. Menurut pendapat Aristoteles, seorang ahli

filsafat Yunani kuno mengatakan bahwa manusia itu adalah zoon politicon atau makhluk

sosialyang selalu hidup bermasyarakat. Marcus Tullius Cicero atau Marsilius menegaskan

teori “Ubi sosietas ibi ius”. Teori ini diartikan bahwa di mana ada masyarakat maka disitu

ada hukum. Sebelum negara berdiri, masyarakat telah diikat oleh hukum yang berada di

lingkungannya karena hukum itu bersumber dari masyarakat.

Secara historis pengertian Negara berkembang sesuai dengan kondisi yang ada di

masyarakat pada saat ini. Pengertian tentang Negara telah banyak didefinisikan baik oleh

para filsuf kuno, ahli abad pertengahan dan abad modern. Beberapa pendapat para ahli

terkait pengertian negara yaitu:

a) Aristoteles (384-322 SM), memberikan pengertian negara. Menurutnya negara adalah

suatu kekuasaan masyarakat (persekutuan dari pada keluarga dan desa/kampung” yang

bertujuan untuk mencapai kebaikan yang tertinggi bagi umat manusia.1

1
G.S. Diponalo, Ilmu Negara, jilid 1, (Jakarta: Balai Pustaka,1975), h. 23
b) Logemann, seorang sarjana dan pemikir abad pertengahan mengatakan bahwa negara

adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dan dengan kekuasaannya

mengatur dan mengurus suatu masyarakat tertentu.2

c) Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007),

negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan

bersama atas nama masyarakat.

d) Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata dengan baik

dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan berdaulat.

e) Marsilius (1280-1317), seorang pemikir negara dan hukum abad pertengahan

memandang, negara sebagai suatu badan atau organisme yang mempunyai dasar-dasar

hidup dan mempunyai tujuan tertinggi, yaitu menyelenggarakan dan mempertahankan

perdamaian.3

f) Ibnu Khaldun (1332-1406), sebagai seorang pemikir islam tentang masyarakat dan dan

negara. Menurutnya negara adalah masyarakat yang memiliki kewibawaan dan

kekuasaan.4

g) H.J Laski, seorang pemikir negara dan hukum zaman berkembangnya teori kekuatan

abad ke-20, juga mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang

diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan secara sah

lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat

itu. Masyarakat merupakan negara yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh

2
Mukhtar Affandi, Ilmu-ilmu Kenegaraan, (Bandung: Alumni, 1971), h. 93
3
Suhino, Ilmu Negara, (Jogyakarta: Liberty, 1980), h. 64
4
Deliar Nur, Pemikiran Politik di Negara Barat, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h.54
asosiasi-asosiasi, ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan

mengikat.5

Pengertian negara yang dikemukakan oleh beberapa ahli itu berbeda-beda. Banyak

sekali keragaman pemikiran tentang pengertian negara. Adanya perbedaan perspektif

dikarenakan perbedaan sudut pandang mereka dalam melihat konsep suatu negara.

Perbedaan lingkungan, perbedaan zaman dan kondisi politik serta pengaruh keyakinan yang

dianutnya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi prmikiran mereka tentang

negara.

2.2 Tujuan dan Fungsi Negara.

Tujuan dan Fungsi Negara Pada umumnya negara itu hadir sebagai wadah politik

dengan tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang terbaik, di Indonesia dikenal dengan

pepatah gemah ripah lo jinawi atau adil dan makmur. Negara juga dibentuk sebagai alat

politik dalam upaya untuk mencapai polity (masyarakat politik) yang terbaik atau ed dam

onia (Plato dan Aristoteles) atau dengan tujuan menciptakan keadaan dimana rakyat dapat

mencapai keinginan-keinginan mereka secara maksimal dan memungkinkan rakyat

berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.6 Dengan demikian

tujuan akhir semua negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya atau bonum

publicum, common good, common wealth. Tujuan negara menunjukkan apa yang secara

ideal hendak dicapai oleh negara itu. Pada umumnya tujuan negara yang terpenting adalah:

5
Moh. Kusnadi dan Bintang Saragi, Ilmu Negara, (Jakarta: Perintis Press, 1985), h.48
6
Ellya Rosana, (2016), Negara Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Jurnal TAPIs, No. 1 Vol. 12. h. 41
1. Melindungi masyarakat dan bangsanya dari berbagai bahaya kehancuran yang
datangnya dari luar.7

2. Melindungi masyarakat terhadap kehancuran dari dalam karena pertentangan warga


sendiri dengan jalan membentuk dan menegakkan hukum untuk memelihara

keadilan antara para warganya.8

3. Mempertinggi dan menyelenggarakan kesejahteraan umum dan memajukan


kebudayaan.9

Tujuan Negara menurut Charles E. Merriam adalah:

1. Keamanan ke luar: External Security.

2. Ketertiban di dalam: Internal Order.

3. Keadilan: Justice.

4. Kesejahteraan Umum: General Welfare.

5. Kebebasan: Freedom.

Kelima tujuan negara ini dapat disimpulkan dengan pengertian “kemakmuran bersama”

(commonwealth) atau “kebaikan bersama” (Commongood). Kelima tujuan negara tersebut

selalu ada, apabila kita mengamat-amati di sekitar aktivitas negara atau berdasarkan

pengalaman dan refleksi dari kenyataan-kenyataan sosial. 10

7
Ibid., hlm 41
8
Ibid.
9
Ibid., hlm 42
10
Ibid.
Tujuan Negara Indonesia

Tujuan negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Dasar

1945 ialah: Untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,

Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan negara tersebut harus diraih oleh negara sebagai organisasi tertinggi bangsa

Indonesia yang penyelenggaraannya didasarkan pada lima dasar negara (Pancasila). Sila

“Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi landasan politik hukum yang berbasis moral agama;

sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab” menjadi landasan politik hukum yang

menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia yang nondiskriminatif; sila “Persatuan

Indonesia” menjadi landasan politik hukum untuk mempersatukan seluruh unsur bangsa

dengan berbagai ikatan primordialnya masing-masing; sila “Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” menjadi landasan politik

hukum yang meletakkan kekuasaan di bawah kekuasaan rakyat (demokratis); dan sila

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” menjadi landasan politik hukum dalam

hidup bermasyarakat yang berkeadilan sosial sehingga mereka yang lemah secara sosial

dan ekonomi tidak ditindas oleh mereka yang kuat secara sewenang-wenang.
Fungsi Negara

Setiap negara, terlepas dari idiologinya, menyelenggarakan beberapa minimum fungsi

yang mutlak perlu yaitu:

1. Melaksanakan penertiban (law and order); untuk mencapai tujuan bersama dan

mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus

melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara bertindak sebagai

“stabilisator”.

2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dewasa ini fungsi ini

dianggap sangat penting, terutama bagi negara-negara baru. Pandangan ini di

Indonesia tercermin dalam usaha pemerintah dalam membangun.

3. Pertahanan; hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar,

untuk itu negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

4. Menegakkan keadilan; hal ini dilaksanakan melalui badan- badan pengadilan.

2.3 Pengertian Negara Demokrasi.

Kata demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu “demos” dan “kratos”. Demos mempunyai

arti rakyat sedangkan kratos artinya pemerintahan. Sehingga dapat diartikan jika demokrasi

merupakan pemerintahan yang dilaksanakan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat.

Sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan negara kesatuan, Indonesia juga dapat

dikatakan sebagai negara demokratis. Negara demokrasi merupakan suatu negara yang

menganut sistem pemerintahan yang bertujuan menciptakan kedaulatan rakyat sebab


kekuasaan serta kedaulatan dipegang penuh oleh rakyat, dan dijalankan oleh pemerintah

untuk menjalankan hak dan wewenangnya atas nama rakyat. Demokrasi juga dapat

diartikan sebagai sebuah sistem pemerintahan di mana seluruh masyarakat negara memiliki

hak serta kesempatan yang sama atau setara dalam berkontribusi untuk pengambilan

keputusan yang berpengaruh pada nasib hidup orang banyak.

Bisa dikatakan jika rakyat memiliki kekuasaan tertinggi dalam proses pengambilan

keputusan hingga akhirnya memberikan dampak pada keseluruhan kehidupan. Maka tidak

heran jika sistem demokratis memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk turut

berpartisipasi secara aktif dalam hal penyusunan, perumusan, pengembangan serta

penetapan undang – undang baik secara langsung maupun melalui perwakilan rakyat.

Pengertian Demokrasi Menurut Ahli

1. Abraham Lincoln

Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dalam proses diselenggarakan dari rakyat,

oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya rakyat merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di

dalam pemerintahan. Selain itu setiap rakyat mempunyai hak yang sama untuk mengatur

kebijakan pemerintahan.

2. Hans Kelsen
Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat. Artinya setiap

wakil rakyat yang sudah dipilih merupakan pelaksana kekuasaan negara sebab rakyat telah

yakin bahwa segal kehendak serta kepentingan mereka, akan selalu mendapat perhatian

dalam pelaksanaan pemerintahan.

3. Harris Soche

Menurut Soche, demokrasi yaitu suatu bentuk pemerintahan rakyat. Bisa dikatakan jika

rakyat adalah pemegang kekuasaan di dalam pemerintahan serta mempunyai hak untuk

mengatur, mempertahankan dan juga melindungi diri mereka dari paksaan wakil – wakil

mereka.

2.4 Pengertian Hak Asasi Manusia.

Manusia dan HAM adalah dua kata yang sulit untuk dipisahkan. Sejak kelahirannya

di bumi manusia lahir dengan membawa hak-hak kodrat yang melekat integral dalam

hidupnya. Pada dasarnya manusia adalah makhluk bebas. Sebagaimana pendapat Jean

Jaquas Rousseau bahwa manusia akan semakin berkembang potensinya dan merasakan

nilainilai kemanusiaan dalam suasana kebebasan alamiah

Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan

bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia.

Hak asasi manusia berlaku kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja, sehingga

sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut.


Adapun beberapa pendapat para ahli terkait pengertian Hak Asasi Manusia yaitu :

a) Mariam Budiardjo, menurutnya HAM adalah hak-hak yang dimiliki oleh manusia

yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran dan kehadirannya

dalam hidup masyarakat.

b) Thomas Jefferson berpendapat bahwa HAM pada dasarnya adalah kebebasan

manusia yang tidak diberikan oleh Negara.

c) Universal Declaration of Human Right Dalam pembukuan dari deklarasi ini

dinyatakan bahwa HAM adalah hak kodrati yang diperoleh oleh setiap manusia

berkat pemberian Tuhan Seru Sekalian Alam, sesungguhnya tidak dapat dipisahkan

dari hakekat manusia.

d) Filsuf-filsuf jaman Auflarung abad 17 – 18 berpendapat bahwa HAM adalah hak-

hak alamiah karunia Tuhan yang dimiliki oleh semua manusia dan tidak dapat

dicabut baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah.

e) Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 Hak asasi adalah hak dasar yang

melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati, universal dan abadi sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa yang berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup,

kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak boleh diganggu

gugat dan diabaikan oleh siapapun.

Adapun beberapa ciri pokok hakikat HAM adalah sebagai berikut:

 HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun diwarisi.


 HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang kelamin, ras, agama, etnis,

pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.

 HAM tidak bisa dilanggar.

2.5 Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM).

Perjuangan penegakan hak asasi manusia dimulai sejak manusia mengenal

peradaban, seharusnya semakin maju peradaban manusia semakin kuat tuntutan untuk

menegakkan hak asasi manusia.

Para ahli sepakat sejarah perjuangan penegakan hak asasi manusia dimulai sejak

adanya piagam madinah, sementara di dunia barat baru mulai sekitar abad ke XIII, dengan

dibuatnya magna charta.

Piagam Madinah (627 M), piagam madinah merupakan perjanjian yang mengatur

hubungan antara masyarakat yang sangat majemuk pada saat itu, dari segi asal keturunan,

budaya, dan agama yang dianut. Piagam ini mengikat masyarakat dengan nilai

kemanusiaan dan penghormatan atas hak yang berorientasi pada pencapain cita-cita

bersama. Piagam madinah terdiri dari 10 Bab dan 47 pasal. Piagam ini dibuat atau

dipelopori oleh Nabi Muhammad SAW, yang berisi sebuah kesepakatan damai yang

mengatur berbagai sektor kehidupan masyarakat madinah pada saat itu.

Magna Charta (1215), piagam ini lahir atau muncul di Inggris, piagam ini memuat

tentang pembatasan kekuasaan raja yang awalnya memiliki kekuasaan absolute. Setelah

piagam ini mucul, raja dapat dimintai pertanggungjawaban dimuka umum, raja tidak boleh
memungut pajak tanpa persetujuan great council, orang tidak boleh ditangkap, tidak boleh

dipenjara, tidak boleh disiksa, dan tidak boleh disita miliknya tanpa cukup alasan menurut

hukum.

Habeas Corpus (1679), piagam ini lahir di Inggris pada masa pemerintahan Carles II,

piagam ini berisi jika diminta, hakim dapat menunjuk orang yang ditangkapnya lengkap

dengan alasan penengkapannya itu, orang yang ditangkap harus diperiksa selambat-

lambatnya 2 hari setelah ditangkap. Ini merupakan sebuah penghormatan, pengakuan, dan

perlindungan atas hak asasi manusia.

Bill of Rights (1689), undang-undang ini dibuat di Inggris, undang-undang ini berisi

tentang kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen, kebebasan berbicara dan

mengeluarkan pendapat, pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus

seizing parlemen, hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-

masing, dan parlemen berhak untuk mengubah kuputusan raja.

Declaration des roits de’lhomme et du citoyen (1799), naskah ini dirumuskan pada

awal revolusi prancis mengenai hak asasi manusia. Naskah ini berisi tentang pernyataan

mengenai hak-hak manusia dan warga negara, hak atas kebebasan, kesamaan, dan

persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte, egalite, fraternite).

Fundamentals of Human Rights, piagam pendirian PBB (1945).

Universal Declaration of Human Rights, PBB (1948), ini adalah puncak

perkembangan dari pengakuan hak asasi manusia dengan disahkannya dokumen ini.
Dokumen ini sahkan pada tanggal 10 desember. Isi pokok dari deklarasi ini adalah

kebebasan atas pembedaan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, kedudukan politik,

hukum, asal-usul kebangsaan, hak milik kelahiran ataupun kedudukan lain (pasal 2), hak

hidup (pasal 3), bebas dari perbudakan (pasal 4), bebas dari penyiksaan dan kekejaman

(pasal 5).

International Covenants on CP & ECOSOC Rights, PBB (1966). Sebuah perjanjian

multilateral yang ditetapkan oleh majelis umum perserikatan bangsa-bangsa berdasarkan

Resolusi 2200A (XXI) pada tanggal 16 desember 1966. Hak-hak yang diatur dalam

perjanjian ini yaitu: hak hidup, hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi,

hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa, hak atas kebebasan dan keamanan pribadi, hak

atas kebebasan bergerak dan berpindah, dan hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama

dihadapan hukum (equality before the law).

The universal declaration of human rights (1946) ini memiliki turunan yaitu:

1. International Covenant on Civil & Political Rights (1966)

2. International Covenant on social, Economic & Cultural (1966)

PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Pekembangan HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap, dan acuan.

Secara garis besar perkembangan pemikiran dan pengaturan HAM di Indonesia dibagi ke

dalam dua periode, yaitu:


1. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)

2. Periode sesudah kemerdekaan (1945-sekarang)

PERIODE SEBELUM KEMERDEKAAN

Periode sebelum kemerdekaan ini ditandai dengan kemunculan berbagai organisasi

pergerakan nasional. Beberapa organisasi yang muncul atau lahir pada periode ini adalah

Boedi Utomo (1908), Sarekat Islam (1911), Indische Partij (1912), Perhimpunan Indonesia

(1925), dan Pendidikan Nasional Indonesia (1931). Lahirnya berbagai organisasi tersebut

tidak lepas dari sejarah pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh penjajah.

1. Boedi Utomo

Organisasi ini memperjuangkan hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.

2. Serikat Islam

Organisasi ini memperjuangkan hak penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan

dan diskriminasi rasial.

3. Indische Partij

Organisasi ini memperjuangkan hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan perlakuan yang

sama

4. Perhimpunan Indonesia

Organisasi ini memperjuangkan hak untuk menetukan nasibnya sendiri.


5. Pendidikan Nasional Indonesia

Organisasi ini memperjuangkan hak untuk menentukan nasib sendiri, hak untuk berserikat

dan berkumpul, hak persamaan di muka hukum, dan hak untuk turut dalam

penyelenggaraan negara.

PERIODE SESUDAH KEMERDEKAAN

Periode ini dibagi menjadi 5 kurun waktu, yaitu Periode 1945-1950, periode 1950-1959,

periode 1959-1966, periode 1966-1998, periode 1998-sekarang.

 Periode 1945-1950

Pemikiran hak asasi manusia pada periode awal kemerdekaan masih menekankan pada hak

untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat dan berkumpul melalui organisasi politik,

dan hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Hal terpenting

dengan HAM adalah adanya perubahan mendasar dan signifikan terhadap pemerintahan

dari sistem presidensil menjadi parlemen.

Legitimasi hak asasi manusia secara formal tercantum dalam UUD NRI tahun 1945 dan

maklumat pemerintah 3 November 1945. Legitimasi hak asasi manusia tersebut

memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik.

 Periode 1950-1959

Periode ini dikenal sebagai masa pemerintahan parlementer yang menganut prinsip

demokrasi liberal. Sejalan dengan prinsip tersebut, implementasi pemikiran hak asasi
manusia pada periode ini lebih memberikan ruang bagi perkembangan lembaga demokrasi,

seperti kemunculan partai polotik dengan beragam ideologi, adanya kebebasan pers, pemilu

dengan sistem multipartai, kendali parlemen atas pemerintah, dan wacana pemikiran hak

asasi manusia yang kondusif karena pemerintah memberi kebebasan.

Pada periode ini Indonesia ikut serta menandatangani dan mengesahkan atau

meratifikasi 2 konvensi hak asasi manusia internasional, yaitu konvensi Geneva dan

konvensi tentang hak-hak politik perempuan.

 Periode 1959-1966

Periode ini merupakan awal masa demokrasi terpimpin dimana kekuasaan terpusat pada

presiden, parlemen tidak lagi memiliki kewenangan mengontrol presiden. Akibat dari

model pemerintahan ini adalah tidak adanya pemikiran hak asasi manusia. Pemerintah

membatasi hak sipil dan hak politik warga negara seperti hak untuk berserikat, berkumpul

dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan.

 Periode 1966-1998 (Orde Baru)

Periode ini dikenal dengan masa pemerintahan orde baru, pemikiran hak asasi manusia

pada periode ini dibagi dalam tiga kurun waktu yaitu, tahun 1967, tahun 1970-1980, dan

tahun 1990-an.

Tahun 1967, pemerintah berusaha melindungi kebebasan dasar manusia yang ditandai

dengan adanya hak uji material yang diberikan kepada mahkama agung.
Tahun 1970 sampai 1980, pemerintah cenderung melakukan pemansungan hak asasi

manusia dengan sikap defensive yang tercermin dalam produk hukum yang bersifat

restrictive atau membatasi hak asasi manusia. Kebijakan pemerintah tersebut didasarkan

antara lain pada alasan bahwa hak asasi manusia adalah produk pemikiran barat dan

dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam

Pancasila.

Pada tahun 1990-an, pembentukan lembaga penegak hak asasi manusia seperti Komisi

Nasional atau Komnas Hak Asasi Manusia pada tahun 1993.

 Periode 1998 – sekarang

Pergantian pemerintahan dari orde baru ke reformasi memberikan dampak yang sangat

besar terhadap penegakan dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Pada periode

ini pemerintah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 untuk menjamin hak asasi

manusia.

Pemerintah menetapkan undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi

manusia dan Undang-Undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia.

Selain itu juga dibentuk juga kantor menteri negara urusan HAM yang kemudian

digabungkan dengan dapatemen hukum dan perundang-undangan menjadi daepartemen

kehakiman dan HAM, yang kemudian sekarnag kita kenal sebagai kementrian Hukum dan

HAM.
Pada tanggal 22 juni 2015, telah ditandatangani peraturan presiden nomor 75 tentang

rencana aksi nasional hak asasi manusia tahun 2015-2019. RANHAM adalah dokumen

yang memuat sasaran strategi dan focus kegiatan prioritas rencana aksi nasional hak asasi

manusia Indonisa. Ranham merupakan tindak lanjut dari konvensi Wina mengenai

implementasi hak asasi manusia dan HAM dilaksanakan sesuai dengan peraturan presiden

nomor 75 tahun 2015.

Sasaran RANHAM adalah meningkatkan penghormatan, perlindungan, pemenuhan

penegakan dan pemajuan hak asasi manusia bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia oleh

negara terutama pemerintah dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, moral, adat-

istiadat, budaya, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa Indonesia.

Berbagai langkah tersebut menunjukan nahwa pemerintah telah berupaya

melakukan pemajuan, penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia dalam berbagai

aspek yaitu aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, hukum, dan pemerintahan.

2.6 Hubungan Negara Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

Negara demokrasi adalah negara yang menganut bentuk atau mekanisme sistem

pemerintahan dengan mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh

pemerintah negara tersebut.11Isu mengenai demokrasi akan selalu berhubungan dengan isu

mengenai hak asasi manusia. Perjuangan menegakkan demokrasi merupakan upaya umat

11
Ibid., hlm 37.
manusia dalam rangka menjamin dan melindungi hak asasinya, karena demokrasi

merupakan salah satu sistem politik yang memberi penghargaan atas hak dasar manusia.12

Demokrasi bukanlah hanya sebatas hak sipil dan politik rakyat, namun dalam

perkembangannya demokrasi juga terkait erat dengan sejauh mana terjaminnya hak-hak

ekonomi dan sosial budaya dari rakyatnya.13 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa pelaksanaan HAM bergantung pada kualitas demokrasi sebuah Negara, jika

demokrasi suatu Negara maju maka maju pula pelaksanaan HAM di Negara tersebut.

Dengan demikian hak asasi manusia akan terwujud dan terjamin oleh negara yang
14

demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara mampu

menjamin tegaknya hak asasi manusia.15

12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibid.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi telah berlangsung berabad-abad. Nilai-

nilai HAM dan demokrasi sama-sama telah menjadi terma universal sejak kedua istilah

itu dicantumkan ke dalam konstitusi sebuah negara. Ham merupakan hak dasar manusia

yang secara kodrati melekat pada diri manusia dan berfsifat universal. HAM dan

demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari

sejarah peradaban manusia. HAM dan demokrasi dimaknai sebagai hasilk perjuangan

manusia untuk mempertahankan harkat kemanusiaannya. Dalam pandangan Jimly

Asshiddiqie, HAM dan demokrasi dapat dilacaksecara teologis berupa relativitas

manusia dan kemutlakan Tuhan. Taka da manusia yang dianggap menempati posisi

lebih tinggi, karena hanya satu yang mutlak dan merupakan prima facie, mungkin

kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yang benar secara mutlak hanya Tuhan.

Prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat menjamin peran serta masyarakat dalam

proses pengambilan keputusan kenegaraan, sehingga setiap peraturan perundang-

undangan yang ditetapkan mencerminkan nilai-nilai keadilan yang hidup di tengah

masyarakat.
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Mukhtar, Ilmu-ilmu Kenegaraan, (Bandung: Alumni, 1971)

Anna, Lintje Marpaung, (2018). Ilmu Negara. (Yogyakarta: Andi, 2018)

Bahar, Safroedin. (1997). Hak Asasi Manusia: Analisis KOMNAS HAM dan Jajaran

Hankam ABRI. Jakarta: SInar Harapan.

Diponalo, G.S., Ilmu Negara, jilid 1, (Jakarta: Balai Pustaka,1975),

Handajani, Sri, (2001), Hukum, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia : Makna dan

Implementasinya di Indonesia, Jurnal Perspektif, No. 4, Vol. 17

Laturharhary, (2019), Pemerintahan Demokratis Menjamin HAM,

www.komnasham.go.id, diakses pada tanggal 12 Juni 2022.

Lestari, Ika, (2019), Negara Demokrasi: Pengertian Ciri-CIri Prinsip Negara

Penganutnya, www.ilmugeografi.com, diakses pada tanggal 12 Juni 2022.

Rosana, Ellya, (2016), Negara Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Jurnal TAPIs, No. 1

Vol. 12.

Rosana, Ellya. (2016). Negara Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Lampung : Jurnal

TAPIs Vol.12 No.1.

Suhino, Ilmu Negara, (Jogyakarta: Liberty, 1980)

Nur, Deliar, Pemikiran Politik di Negara Barat, (Jakarta: Rajawali Press, 1982)
Sulisworo, Dwi, Tri Wahyuningsih & Baehaqi arif, (2012) Hibah Materi Pembelajaran

Non Konvensional: Hak Asasi Manusia, Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan dari Universitas Ahmad Dahlan.

Yuliarso, Kurniawan Kunto, (2005), Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia : Menuju

Democratic Governances, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, No. 3, Vol. 8

Anda mungkin juga menyukai