Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Penegakan HAM dalam Bingkai Harmoni Hak

dan Kewajiban Warga Negara”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Umum

Pendidikan Kewarganegaraan

KELOMPOK 5

ANDI ADIYAKSA BAHAR (C031231046)


NAYLA NURHANIFAH (B011231164)
MUH ARYA KUSUMA HIDAYAT (H081231034)
ENJELIN PRASTUTI TANGDILIAN (E011231053)
NUR HIKMAH (K011231119)
NAELA AHLAM (H011231041)
ANDI BAGUS RESKY WIJAYA (B011231172)
TRISNA JAYA (E071231041)

Dosen Pengampu :

MUSYARANI USMAN, S.Sos., M.Si.

MATA KULIAH UMUM

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
DAFTAR ISI

Sampul…………………………….. i
……………………………………. ii
Daftar Isi…………………………..…………………………………….01
BAB I. PENDAHULUAN…………..……………………..……………01
1.1. Latar Belakang……………..………………………….. 02
………… 02
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………….03
1.3. Tujuan
Penulisan………………………………………………... 03
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….. 05

2.1. Negara Hukum dan Hak Asasi 06
Manusia……………………………………..……………..……
2.2. Hak Asasi Manusia sebagai Hak Universal…………….. 10
………... 13
2.3. Kewajiban Negara, Hak Warga Negara, dan Kewajiban Warga 14
Negara……………..…………………………..……………….. 15
2.4. Konstitusi Hak Asasi Manusia, Hak Warga Negara, dan 16
Kewajiban Warga Negara……………..
………………………….
2.5. Peran Pemerintah dalam Penegakan HAM……………..
………..
2.6. Peran Masyarakat dalam Penegakan HAM……………..
………..
2.7. Implementasi Penegakan HAM dalam Kehidupan Sehari-
Hari….
BAB III. KESIMPULAN……………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………..……………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lahirnya konstitusi didasarkan pada kesepakatan sosial atau kesepakatan
umum serta kesepakatan tentang struktur negara yang ideal. Warga Negara
membutuhkan sebuah konstitusi untuk memenuhi kepentingan mereka bersama
agar dapat dilindungi melalui Perlindungan Hak Asasi manusia (HAM) yang
merupakan satu bagian penting di dalam konstitusi. Dalam hal ini konstitusi
tidak sebatas pemberian jaminan baik perlindungan hitam di atas putih,namun
harus memberikan jaminan nilai dan standar yang berbeda yang di gunakan oleh
lembaga peradilan sebagai acuan dalam menunaikan tugasnya sebagai wakil
tuhan di muka bumi. Hak asasi manusia dan konstitusi ibarat dua sisi mata uang
yang berbeda namun bersatu. Ada hubungan yang jelas dalam konsep paling
populer yang berasal dari sifat segala sesuatu, dalam artian segala bentuk
mempunyai hukumnya. Di negara berkembang, pembangunan dimulai dengan
lahirnya suatu negara kekuasaan (machtstaat) berdasarkan kekuasaan seorang raja
dan berkembang menjadi negara.
Berbicara mengenai hak asasi manusia (HAM) berarti membicarakan
dimensi kehidupan manusia. Hak Asasi Manusia tidak diberikan atas kebaikan
masyarakat dan negara, namun didasarkan pada harkat dan martabat
kemanusiaannya. Pengakuan akan keberadaan manusia menunjukkan bahwa
manusia sebagai makhluk hidup merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa Allah
SWT yang patut mendapat pengakuan positif. Namun hal ini penting bagi kita
yang hidup di masa dimana pemahaman tentang hak asasi manusia telah
berkembang sedemikian rupa sehingga hak asasi manusia menjadi bahan kajian
yang menarik saat ini. Hak Asasi Manusia terus berkembang seiring dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri dan tuntutannya, yang biasanya
dipengaruhi oleh letak lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, segala
implikasi yang berkaitan dengan wacana hak asasi manusia hendaknya dipandang
sebagai satu kesatuan kajian untuk memperoleh pemahaman yang utuh mengenai
hak asasi manusia.
Hak asasi manusia kini ramai dibicarakan, begitu pula dengan intensitas
kesadaran masyarakat akan hak-haknya. Hal ini menjadi penting karena sering
disalahgunakan sepanjang sejarah manusia dari awal hingga saat ini. Pergerakan
dan sosialisasi hak asasi manusia terus berlanjut melampaui batas wilayah negara.
Begitu kuatnya kemauan dan tekanan terhadap hak asasi manusia sehingga ketika
diketahui suatu negara telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia, negara-
negara di belahan bumi ini langsung bereaksi, terutama banyak negara adidaya
yang memberikan kritikan dan tudingan bahkan kecaman keras seperti embargo.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Apa arti negara hukum dan bagaimana konsep ini berhubungan dengan
perlindungan hak asasi manusia?
b. Apa peran pemerintah dalam melindungi hak asasi manusia ?
c. Apa yang dimaksud dengan hak warga negara dan bagaimana hak hak ini
berbeda dari hak asasi manusia?
d. Apa saja kewajiban dasar yang dimiliki oleh warga negara dalam suatu
negara?
e. Bagaimana konstitusi dapat digunakan sebagai alat untuk memastikan
perlindungan hak asasi manusia bagi semua warga negara?
f. Apa langkah konkret yang bisa diambil oleh pemerintah untuk mengatasi
pelanggaran HAM?
g. Bagaimana peran masyarakat dalam menjaga hak asasi manusia di
lingkungan sekitarnya?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan dari
makalah ini sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui arti negara hukum dan bagaimana konsep ini
berhubungan dengan perlindungan hak asasi manusia?
b. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam melindungi hak asasi manusia
?
c. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hak warga negara dan
bagaimana hak hak ini berbeda dari hak asasi manusia?
d. Untuk mengetahui saja kewajiban dasar yang dimiliki oleh warga negara
dalam suatu negara?
e. Untuk mengetahui penggunaan konstitusi sebagai alat untuk memastikan
perlindungan hak asasi manusia bagi semua warga negara?
f. Untuk mengetahui langkah konkret yang bisa diambil oleh pemerintah
untuk mengatasi pelanggaran HAM?
g. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam menjaga hak asasi manusia di
lingkungan sekitarnya?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)


a. Pengertian Negara Hukum
Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu
masyarakat yang sempurna (a perfect society). Negara pada
hakikatnya adalah suatu masyarakat sempurna yang para anggotanya
mentaati aturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan
sempurna jika memiliki sejumlah kelengkapan yakni internal dan
eksternal. Kelengkapan secara internal, yaitu adanya penghargaan
nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat itu. Saling
menghargai hak sesama anggota masyarakat. Kelengkapan secara
eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat memahami dirinya
sebagai bagian dari organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam
konteks ini pengertian negara seperti halnya masyarakat yang
memiliki kedua kelengkapan internal dan eksternal, there exists only
one perfect society in the natural order, namely the state (Henry J.
Koren (1995:24).
Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata
Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat
lazim menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–
Saxon menggunakan istilah Rule of Law. Di Indonesia, istilah
Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah
“Negara Hukum” (Winarno, 2007).
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah
dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang
lalu. Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks
hubungan Indonesia (Hindia Belanda) dengan Netherland. Misalnya
melalui gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen,
berpemerintahan sendiri, dimana hak politik rakyatnya diakui dan
dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum yang demokratis telah lama
bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis
kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang
mengatakan cita negara hukum yang demokratis pertama kali
dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar
historis dan bisa menyesatkan.
Para pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan
negara hukum. Ketika para pendiri negara bersidang dalam BPUPKI
tanggal 28 Mei –1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan
konsep Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI.
Melalui sidang-sidang tersebut dikemukakan istilah rechsstaat
(Negara Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G
Nusantara, 2010:2).
Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan
konsep alternatif tentang ketatanegaraan seperti: negara sosialis,
negara serikat dikemukakan oleh para pendiri negara. Perdebatan pun
dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama untuk
merdeka, jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme)
dari para pendiri negara, menjunjung tinggi azas kepentingan bangsa,
secara umum menerima konsep negara hukum dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal
dapat ditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi
RIS 1949 dan UUDS 1950. Dalam konstitusi – konstitusi tersebut
dimasukkan Pasal-pasal yang termuat dalam Deklarasi Umum HAM
PBB tahun 1948. Hal itu menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan
tentang penghormatan, dan perlindungan HAM perlu dan penting
untuk dimasukkan ke dalam konstitusi negara (Abdul Hakim G
Nusantara, 2010:2)
Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanya
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan
atas hukum. Pemerintah dan unsur-unsur lembaga di dalamnya dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang
berlaku. Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum,
kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban
hukum.
Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum
tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen
ketiga), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep negara
hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan
terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.
Menurut Winarno (2010), konsepsi negara hukum Indonesia
dapat di masukkan dalam konsep negara hukum dalam arti material
atau negara hukum dalam arti luas. Pembuktiannya dapat kita lihat
dari perumusan mengenai tujuan bernegara sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945 Alenia IV. Bahwasannya,
negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi
juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara
hukum Indonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33
dan Pasal 34 UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan
bertanggungjawab atas perekonomian negara dan kesejahteraan
rakyat.

b. Negara Hukun Kaitannya dengan HAM


Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah
melindungi hak azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga
yang demokratis. Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat
bagi terselenggaranya hak azasi manusia dan kehidupan demokratis.
Dasar filosofi perlunya perlindungan hukum terhadap hak azasi
manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah hak dasar kodrati
setiap orang yang keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan
ada sebagai pemberian Tuhan, negara wajib melindunginya.
Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara yuridis
didasarkan pada UUD Negara Republik Indonesia 1945.

2.2. Hak Asasi Manusia sebagai Hak Universal


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V) memberikan arti
leksikal kata 'asasi' sebagai berikut: "bersifat dasar; pokok." Sesuatu
yang bersifat dasar itu adalah sesuatu yang mendasari adanya sesuatu.
Kalau dikatakan hak asasi manusia maka itu adalah sesuatu yang
mendasari adanya hak manusiawi atau yang mendasari adanva
manusia.
Hak asasi manusia adalah prinsip-prinsip fundamental yang
mengakui nilai dan martabat setiap individu sebagai manusia. Salah
satu aspek penting dari hak asasi manusia adalah pengakuan terhadap
arti manusia. Adanya manusia itu karena adanya hidup manusia, maka
hak untuk hidup adalah lebih dari sekedar hak manusiawi biasa. Hak
hidup adalah hak manusiawi yang paling dasar.
Hidup adalah kondisi pokok yang memungkinkan adanya hak
manusiawi serta hak-hak lain yang bukan hak manusiawi. Hidup
adalah pengalaman empiris yang harus diterima sebagai kenyataan
dan bukan teori yang masih harus dibuktikan. Makna hidup dalam hak
asasi manusia menegaskan bahwa kehidupan setiap individu memiliki
nilai inheren yang harus dihormati dan dilindungi oleh masyarakat dan
pemerintah. Prinsip ini mengakui bahwa hidup adalah hak dasar yang
harus diakui sebagai hak yang tidak dapat diganggu-gugat.
Fakta kehidupan inilah meniadi dasar hak untuk hidup.
Berbeda dengan hak-hak lainnya, hak hidup bukanlah hak untuk
mendapatkan hidup sebab orang yang tidak hidup tidak bisa menuntut
apapun. Hak untuk hidup adalah hak agar hidupnya tidak
dibahayakan, tidak dirampas (dibunuh), dan tidak diganggu gugat.
Secara positif bisa dikatakan bahwa hak hidup adalah hak untuk
menjaga supaya hidupnya tetap berlangsung dengan baik. Itulah
sebabnya, orang yang hidup, berhak untuk hidup, karena dia sudah
hidup, dan mempunyai hidup.

2.3. Kewajiban Negara, Hak Warga Negara, dan Kewajiban Warga


Negara
Berikut tabel berkenaan dengan kewajiban negara, hak warga
negara, dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945.

Kewajiban Negara  Melindungi segenap bangsa, memajukan


kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia (Pembukaan UUD 1945,
alinea IV)
 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah
(Pasal 28I, ayat 4).
 Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamnya dan
kepercayaannya itu (Pasal 29, ayat 2)
 Untuk pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama,
dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung
(Pasal 30, ayat 2)
 Tentara Nasional Indonesia terdiri atas
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara
(Pasal 30, ayat 3).
 Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai alat negara yang menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum (Pasal
30, ayat 4).
 Membiayai pendidikan dasar (Pasal 31, ayat
2)
 Mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (Pasal 31,
ayat 3)
 Memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara
serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional (Pasal
31, ayat 4).
 Memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia
(Pasal 31, ayat 5)
 Memajukan kebudayaan nasional Indonesia
di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara
dan mengembangkan nilai-nilai budayanya
(Pasal 32, ayat 1).
 Menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional (Pasal 32,
ayat 2).
 Mempergunakan bumi dan air dan kekayaan
alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (Pasal 33, ayat 3).
 Memelihara fakir miskin dan anak-anak
yang terlantar (Pasal 34, ayat 1)
 Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan (Pasal
34, ayat 2)
 Bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak (Pasal 34, ayat 3)
Hak Warga Negara  Pekerjaan dan penghidupan yang layak
(Pasal 27 ayat 2)
 Berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan (Pasal 28)
 Membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah
(Pasal 28B ayat 1)
 Hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminsasi (Pasal 28 B ayat 2)
 Mengembangkan diri melelui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, mendapat pendidikan
dan memperoleh manfaat dari IPTEK, seni
dan budaya (Pasal 28C ayat 1)
 Memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun
masyarkat, bangsa dan negaranya (Pasal 28C
ayat 2)
 Pengakuan, jaminan, pelindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama dihadapan hukum (Pasal 28D
ayat 1)
 Bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja (Pasal 28D ayat 2)
 Memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan (Pasal 28D ayat 3)
 Status kewarganegaraan (Pasal 28D ayat 3)
 Memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya, serta
berhak kembali (Pasal 28E ayat 1)
 Kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan
hati nuraninya (Pasal 28E ayat 2)
 Kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat (Pasal 28E ayat 3)
 Berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak mencari
memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia (Pasal 28F)
 Perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. (Pasal
28G, ayat 1)
 Bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan
berhak memperoleh suaka politik dari negara
lain. (Pasal 28G, ayat 2)
 Hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal
28H, ayat 1).
 Mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H, ayat 2)
 Jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat (Pasal 28H, ayat
3).
 Mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara
sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal
28H, ayat 4).
 Hidup, tidak disiksa, kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, beragama, tidak diperbudak,
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut (Pasal 28I, ayat 1).
 Bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu
(Pasal 28I, ayat 2)
 Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban (Pasal
28I, ayat 3).
 Ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30, ayat 1) 25.
mendapat pendidikan (Pasal 31, ayat 1)
Kewajiban Warga  Menjunjung hukum dan pemerintahan itu
Negara dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27 ayat
1)
 Menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara (Pasal 28J, ayat 1).
 Tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis
(Pasal 28J, ayat 2)
 Ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30, ayat 1).
 Untuk pertahanan dan keamanan negara
melaksanakan sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta (Pasal 30, ayat 2).
2.4. Konstitusi Hak Asasi Manusia, Hak Warga Negara dan
Kewajiban Warga Negara
a. Konstitusi Hak Asasi Manusia (HAM)
Konstitusi negara yang secara formal mengakui dan membela
hak asasi manusia setiap orang yang berada di bawah kekuasaannya
disebut konstitusi hak asasi manusia. Konstitusi hak asasi manusia
mendefinisikan hak-hak dasar yang dimiliki setiap orang dan
menjabarkan nilai-nilai yang memandu pembelaan hak-hak tersebut.
Kebebasan-kebebasan yang mencakup hak atas privasi, kebebasan
berekspresi, hak atas persamaan di depan hukum, hak atas kebebasan
berpikir dan berkeyakinan, serta kebebasan berpendapat, beragama,
dan berserikat biasanya termasuk dalam konstitusi hak asasi Manusia.
Konstitusi ini juga dapat memberikan perlindungan terhadap
hak-hak lain yang dianggap penting dalam suatu masyarakat, seperti
hak atas pekerjaan yang adil, hak atas pendidikan, dan hak untuk
aman dari penyalahgunaan kekuasaan. Jaminan dan pembelaan hak
asasi manusia merupakan fungsi penting konstitusi. Konstitusi
Indonesia yang memberikan jaminan sejati bagi keberlangsungan
kehidupan dan hak asasi manusia merupakan perwujudan konsensus
dan wujud keinginan rakyat. Terdapat perbedaan pendapat mengenai
seberapa baik UUD 1945 menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Ada yang berpendapat bahwa UUD 1945 tidak memberikan
jaminan komprehensif terhadap hak asasi manusia, dan ada pula yang
berpendapat bahwa UUD 1945 memberikan jaminan yang
komprehensif. Ada pula yang berpendapat bahwa UUD 1945 hanya
memberikan perlindungan hak asasi manusia yang paling mendasar.
Tujuan konstitusi hak asasi manusia adalah untuk menjamin bahwa
negara mengakui, menjunjung tinggi, dan membela hak-hak dasar
setiap orang. Setiap negara memiliki konstitusi hak asasi manusia,
yang struktur dan isinya berbeda-beda, tetapi biasanya mencakup
gagasan hak asasi manusia yang mendasar seperti kesetaraan,
kebebasan, dan keadilan.
Penerapan konstitusi hak asasi manusia dapat bervariasi antara
negara-negara, tergantung pada budaya, tradisi, dan sistem
pemerintahan yang ada. Beberapa negara mungkin memiliki lembaga
atau badan khusus yang bertanggung jawab untuk melindungi hak
asasi manusia, seperti komisi hak asasi manusia. Ada juga negara
yang mungkin telah mengadopsi hukum internasional yang relevan
atau mendirikan pengadilan khusus untuk mengatasi pelanggaran hak
asasi manusia.
Penting untuk dicatat bahwa konstitusi hak asasi manusia
bukanlah dokumen statis, tetapi dapat berubah seiring waktu dan
perkembangan masyarakat. Revisi dan amandemen pada konstitusi
bisa dilakukan untuk memperbarui perlindungan hak asasi manusia
yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Secara
keseluruhan, konstitusi hak asasi manusia adalah instrumen penting
dalam melindungi dan menjamin hak-hak dasar setiap individu dalam
konteks hukum dan pemerintahan sebuah negara.

b. Konstitusi Hak dan Kewajiban Warga Negara


Berikut adalah beberapa pasal dalam UUD 1945 yang
mengatur tentang hak dan kewajiban warga negara beserta isinya:
 Pasal 27 ayat (1) UUD 1945: "Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya."
 Pasal 27 ayat (2) UUD 1945: "Setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan."
 Pasal 28A UUD 1945: "Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya."
 Pasal 28B UUD 1945: "Setiap orang berhak membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi."
 Pasal 28C ayat (1) UUD 1945: "Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia."
 Pasal 28D UUD 1945: "Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum."
 Pasal 28E UUD 1945: "Setiap orang bebas memeluk agama
dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali."
 Pasal 28F UUD 1945: "Setiap orang berhak atas persamaan di
depan hukum dan pemerintah dan wajib mendapatkan
perlindungan yang sama dan tidak diskriminatif dari hukum
dan pemerintah."
 Pasal 28G UUD 1945: "Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat."
 Pasal 28I UUD 1945: "Setiap orang berhak atas kebebasan
berpikir dan mengeluarkan pendapat."
 Pasal 30 ayat (1) UUD 1945: "Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara."
 Pasal 31 UUD 1945: "Setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan."
 Pasal 32 UUD 1945: "Setiap warga negara berhak atas
pengajaran."
 Pasal 33 UUD 1945: "Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan."
 Pasal 34 UUD 1945: "Fakir miskin dan anak-anak yang
terlantar dipelihara oleh negara."
Dalam konstitusi Indonesia, hak dan kewajiban warga negara diatur
dan dijelaskan secara tegas dalam beberapa pasal UUD 1945. Pasal-
pasal tersebut menunjukkan bahwa hak dan kewajiban warga negara
merupakan hal yang penting dan harus dihormati serta dilaksanakan
oleh setiap warga negara demi kepentingan bersama.

2.5. Peran Pemerintah dalam Penegakan HAM


Di negara Indonesia saat ini terdapat berbagai jenis upaya yang
dilakukan para penegak hukum khususnya lembaga ham untuk
menegakkan HAM di Indonesia. Salah satunya dari pembentukan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau yang disingkat dengan
Komnas Ham yang dimana lembaga ini mempunyai fungsi sebagai
instrument ham, dan sebagai lembaga yang memberi pengadilan ham.
Namun upaya penegakan ham yang dilakukan dari setiap negara
berbedabeda karena masing-masing mempunyai ideologi, budaya, dan
ciri khas yang beda dari yang lainnya dalam melakukan penegakan
HAM di negaranya.
Oleh karena itu, Indonesia disebut negara yangberdaulat
karena memiliki dasar negara yaitu Pancasila dan hukum dasar yang
dijadikan pedoman yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dengan hal tersebut pastinya keduanya
dijadikan oleh bangsa dan Negara Indonesia sebagai patokan untuk
mengatur dan menegakkan Hak Asasi Manusia. Untuk mencapai
semua hal tersebut ada banyak cara yang dilakukan pemerintah
Indonesia untuk memberantas pelanggaran hak asasi manusia yang
terjadi di Indonesia. Salah satu cara yang dilakukanya adalah
pemerintah mendirikan sebuah lembaga yang bernama komnas ham
Atau Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dimana lembaga ini
memiliki fungsi dan wewenang melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan serta pemantauan terhadap kasus kasus pelanggaran ham
yang marak terjadi di Indonesia.
Adapun tiga upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dalam menegakkan Hak Asasi Manusia yaitu dengan
membentuk lembaga Komnas ham, menurut semua orang bahwa
lembaga ini adalah suatu lembaga yang memiliki peran serta
kedudukan yang sama dengan lembaga-lembaga lain yang dibuat oleh
pemerintah tapi mereka didirikan khusus untuk menangani segala
bentuk kasus yang berhubungan dengan ham. Selain itu juga lembaga
ini juga secara langsung akan bertugas melakukan pemberantasan
terhadap kasus-kasus pelanggaran ham serta melakukan sosialisasi
kepada masyarakat agar pelanggaran ham tidak terjadi lagi
dilingkungannya.
Adapun juga lembaga ini mempunyai fungsi untuk
memberikan pemahaman secara menyeluruh tentang ham agar
masyarakat tidak angkuh dengan ham ini sehingga mengurangi
pelanggaran ham yang terjadi.Dan tak lupa juga lembaga ini
mempunyai fungsi sebagai pemberi rasa aman untuk masyarakat dari
maraknya kasus kasus pelanggaran ham.

2.6. Peran Masyarakat dalam Penegakan HAM


Perlu kita ketahui bahwa diIndonesi sendiri HAM sudah
dilindungi secara internasional oleh PBB (Declaration of human
rights). Secara garis besar HAM ini merupakan bentuk kebebasan
yang diberikan kepada setiap individu agar mendapat penghidupan
yang layak. Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi di
era globalisasi menjadi salah satu tantangandalam mewujudkan dan
mempertahankan HAM. Tentunya hal tersebut memberikan berbagai
macam dampak dalam berlangsungnya kehidupan baik itu dari segi
positif maupun negatif. Pada situasi jnilah peran masyarakat sangat
diperlukan khususnya dalam upaya penegakan HAM.
Contoh kasus yang sangat marak saat ini ialah pelecehan
seksual, yang mana tidak menutup kemungkinan korban dari kasus ini
hanyalah orang tua saja melainkan semua kalangan umur berpotensi
menjadi korban Dari kasus ini dapat kita simpulkan bahwa kurangnya
aksi pemerintah dalam menegakkan HAM menjadi salah satu faktor
maraknya kasus tersebut. Maka dari itu keikutsertaan masyarakat
dalam menyuarakan HAM memang sangat dibutuhkan.
Seperti yang tercantum dalam “ Pasal 28I ayat (4) UUD 1945
yang berbunyi, “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan
hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah.” Tentunya pemerintah yang dimaksud disini juga
terdapat elemen masyarakat didalamnya. Jadi ada beberapa bentuk
peran pemerintah dalam penegakan ham diantaranya:
 Kesadaran akan HAM, masyarakat sebagai elemen penting
dalam suatu negara harus memiliki pemahaman yang baik
tentang HAM dan pentingnya menghormati hak hak tersebut
 Partisipasi dalam Proses Demokratis, masyarakat dapat
berpartisipasi dalam proses demokratis, seperti pemilihan
umum, referendum, atau konsultasi publik, untuk memilih
pemimpin yang bertanggung jawab dan memiliki komitmen
terhadap HAM. Dengan menggunakan hak pilih mereka,
masyarakat dapat mempengaruhi kebijakan dan tindakan
pemerintah yang berkaitan dengan HAM.
 Pelaporan: Segala bentuk kegiatan yang menyalahi aturan
HAM dilingkungan masyarakat dapat dilaporkan ke pihak
terkait sebagai salah satu bentuk upaya dalam penegakan
HAM. Pengawasan masyarakat ini dapat membantu
mengekspos pelanggaran HAM yang sifatnya tersembunyi

2.7. Implementasi Penegakan HAM dalam Kehidupan Sehari-hari


 Menahan diri apabila terjadi pertengkaran diantara sesama rekan
mahsiswa atau dosen dan karyawan di kampus. menyelesaikan
pertengkaran tersebut dengan baik dan terhormat, serta tidak main
hakim sendiri, jika melakukan main hakim sendiri akan berakaitan
dengan hukum.
 Melakukan kegiatan kemahasiswaan tidak mengganggu
ketenangan dan ketertiban teman-teman di lingkungan kampus dan
warga yang berada di sekitar lingkungan kampus.
 Mentaati tata tertib lingkungan hidup sehari-hari di lingkungan
mahasiswa masing masing.
 Menghindari pertengkaran/adu fisik karena masing-masing merasa
dirinya benar.
 Larangan Ketentuan-ketentuan dalam UU tentang HAM, tidak
satupun boleh diartikan bahwa pemerintah, partai, golongan atau
pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak atau
menghapuskan HAM atau kebebasan dasar sebagaimana diatur
dalam UUsiapapun tidak dibenarkan mengambil keuntungan dan
atau mendatangkan kerugian pihak lain dalam mengartikan
ketentuan dalam UU HAM yang mengakibatkan berkurangnya
dan atau hapusnya HAM yang dijamin dalam UU

BAB III
KESIMPULAN
3.1. Arti negara hukum adalah dasar yang penting untuk perlindungan hak
asasi manusia. Ini menciptakan kerangka kerja di mana hak-hak asasi
manusia diakui, dihormati, dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari
warga negara, dan jika hak-hak tersebut dilanggar, individu memiliki alat
yang efektif untuk melindungi dan mempertahankan hak-hak mereka.
3.2. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam
menegakkan Hak Asasi Manusia yaitu dengan membentuk lembaga
Komnas HAM, lembaga ini adalah suatu lembaga yang memiliki peran
serta kedudukan yang sama dengan lembaga-lembaga lain yang dibuat
oleh pemerintah tapi mereka didirikan khusus untuk menangani segala
bentuk kasus yang berhubungan dengan HAM. Selain itu juga lembaga ini
juga secara langsung akan bertugas melakukan pemberantasan terhadap
kasus-kasus pelanggaran HAM serta melakukan sosialisasi kepada
masyarakat agar pelanggaran ham tidak terjadi lagi dilingkungannya.
Adapun juga lembaga ini mempunyai fungsi untuk memberikan
pemahaman secara menyeluruh tentang HAM agar masyarakat tidak
angkuh dengan HAM ini sehingga mengurangi pelanggaran ham yang
terjadi. Dan tak lupa juga lembaga ini mempunyai fungsi sebagai pemberi
rasa aman untuk masyarakat dari maraknya kasus kasus pelanggaran
HAM.
3.3. Hak warga negara adalah hak-hak yang dimiliki oleh individu sebagai
anggota suatu negara atau warga negara. Di sisi lain, HAM adalah hak-
hak dasar yang dimiliki oleh setiap individu hanya karena mereka adalah
manusia, independen dari status kewarganegaraan
3.4. Kewajiban dasar yang dimiliki oleh warga negara dalam suatu negara
biasanya melibatkan: (1) Menghormati hukum dan konstitusi negara. (2)
Menghormati hak-hak individu dan kolektif. (3) Berpartisipasi dalam
proses demokratis seperti pemilihan umum. (4) Membayar pajak sesuai
dengan hukum.
3.5. Konstitusi suatu negara dapat digunakan sebagai alat untuk memastikan
perlindungan hak asasi manusia. Konstitusi dapat mendefinisikan hak-hak
dasar, menetapkan prinsip-prinsip hukum, dan memberikan landasan bagi
sistem peradilan untuk menilai apakah tindakan pemerintah sesuai dengan
konstitusi. Ini memungkinkan individu atau kelompok untuk mengajukan
gugatan jika hak asasi mereka dilanggar
3.6. Pemerintah dapat mengambil langkah konkret untuk mengatasi
pelanggaran HAM, termasuk: (1) Mendirikan badan ombudsman atau
lembaga hak asasi manusia independen. (2) Memantau dan menyelidiki
pelanggaran HAM. (3) Menghukum pelaku pelanggaran melalui sistem
peradilan yang adil dan transparan. (4) Meningkatkan kesadaran dan
pendidikan tentang hak asasi manusia. (5) Membuat undang-undang dan
kebijakan yang mematuhi standar HAM.
3.7. Masyarakat memiliki peran penting dalam menjaga hak asasi manusia. Ini
termasuk: (1) Mendidik diri sendiri tentang hak asasi manusia dan hak-
hak individu. (2) Melaporkan pelanggaran HAM kepada pihak
berwenang. (3) Mendukung organisasi hak asasi manusia dan lembaga-
lembaga yang bekerja untuk perlindungan HAM. (4) Berpartisipasi dalam
gerakan sosial dan politik yang memperjuangkan hak asasi manusia. (5)
Meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya hak asasi manusia
dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Adhitara Refinaldi Refinaldi, Adhitara. 2021. Peran Pemerintah Meminimalisir


Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Keterlibatan Remaja. Jurnal
Penelitian Ilmu Hukum 1 (2) 66-70
Carolus Boromeus Kusmaryanto, Carolus Boromeus. 2021. Hak Asasi Manusia
atau Hak Manusia? (Fundamental Human Rights or Human Rights).
Jurnal HAM 12 (3) 523-524
Santoso, Djoko. 2012. MKDU Pendidikan Kewarganegaraan. Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai