Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH METODE PENELITIAN

“Pendekatan Ilmiah dan Penelitian.”

Dosen Pengajar :

Kuat Prabowo, SKM., M.Kes.

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Adella Novianti N (P21335119001)

Audrey Novthania T (P21335119012)

Farah Nurfitria (P21335119017)

Febriyanti Eka L (P21335119021)

Raihan Nur Hanif (P21335118052)

Rizqi Awaliah (P21335119038)

Sinta Amalia (P21335119041)

Thoriq Bagas P (P21335119045)

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN

Jl. Hang Jebat III/F3 KebayoranBaru Jakarta Selatan 12120 Telp. 021-7397641,
7397643 Fax. 021-7397769 Website : www.Poltekkesjkt2.ac.id
Email: Info@Poltekkesjkt2.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pendekatan ilmiah dan penelitian”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang diberikan oleh
dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian.

Kami berterima kasih kepada para dosen yang telah membeikan arahan dan bantuan,
kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segala maaf, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap dirugikan dan lain-
lain. Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis senantiasa kami harapkan, baik dari
pembimbing maupun yang membaca Makalah ini agar kami dapat memperbaiki diri.

Jakarta, 6 februari 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1 Berpikir Logis........................................................................................................ 3
2.2 Metode Ilmiah....................................................................................................... 5
2.2.1 Karakteristik Metode Ilmiah...................................................................... 6
2.2.2 Langkah-langkah Metode Ilmiah............................................................... 7
2.3 Hakekat Penelitian................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 13


3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan melahirkan
teknologi canggih yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu
pengetahuan telah mengubah sejarah peradaban manusia menjadi lebih modern. Para ilmuan
berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka bekerja secara sistematis, jujur
dan disiplin. Mereka mengembangkan semua keterampilan yang mereka miliki. Keterampilan
itu dinamakan keterampilan proses. Seseorang yang ingin mempelajari sains diharapkan
dapat menggunakan dan melatih keterampilan proses yang dimilikinya sehingga akan
terbentuk suatu sikap ilmiah dalam menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di alam.

Metode berasal dari bahasa yunani kuno; Metodos, Meta artinya menuju melalui,
sesudah, mengikuti, dan Hodos artinya jalan, cara atau arah (istilah yunani itu berasal dari
kata latin Methodus). Arti luas metode adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan
tertentu. Arti khusus; cara berpikir menurut aturan atau sistem tertentu. Penelitian dalam
tinjauan social adalah suatu proses yang berupa suatu rangkaian langkah-langkah yang
dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memperoleh pemecahan permasalahan dan
mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut ( R.H Sumitro, 1982:19).

Metode ilmiah adalah langkah-langkah sistematis dan teratur yang digunakan dalam
rangka mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Metode ilmiah diperlukan dalam melakukan
suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin
tahu manusia terhadap suatu kejadian atau gejala alam tertentu. Ilmu pengetahuan terus
berkembang karena para ilmuan tak berhenti mencari tahu dan meneliti mengenai gejala-
gejala alam yang terjadi..

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang
funsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan cara dalam mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. atau dengan
perkataan lain, pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah dapat digolongkan kepada
pengetahuan yang bersifat ilmiah: disingkat pengetahuan ilmiah, atau secara pendek disebut
ilmu.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan berfikir logis, metode ilmiah dan hakikat penelitian?
2. Apa saja karakteristik dari metode ilmiah?
3. Bagaimana langkah – langkah metode ilmiah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi berfikir logis, metode ilmiah dan hakikat penelitian
2. Untuk mengetahui karakteristik dari metode ilmiah
3. Mengetaui langkah – langkah metode ilmiah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Berpikir Logis

Logis atau logika berasal dari kata Yunani kuno “logos” yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa
(Poespoprodjo, 2011). Logika adalah ilmu berpikir (Solso, 2007). Sedangkan menurut Maran
(2007), logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus
(tepat). Logika sebagai ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis sehingga membentuk suatu kesatuan serta memberikan penjelasan tentang
metode-metode dan prinsip-prinsip pemikiran yang tepat. Sedangkan logika sebagai
kecakapan merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran yang
tepat dalam praktik. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan mengenai definisi
logis, maka logis dapat diartikan sebagai hasil pemikiran dari seseorang yang dapat
diutarakan melalui kata dan dinyatakan melalui bahasa.

Berpikir logis merupakan cara berpikir yang runtut, masuk akal, dan berdasarkan
fakta-fakta objektif tertentu (Hadi, 2004). Berpikir logis juga dapat diartikan sebagai
kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat
membuktikan kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan
sebelumnya yang sudah diketahui (Siswono, 2008). Berpikir logis merupakan masalah
mengemukakan ide dalam urutan linear katakata sehingga konstruksinya “kelihatan” benar
(Albrecht, 2004). Berpikir logis adalah menggunakan seperangkat pernyataan untuk
mendukung sebuah gagasan melalui penuturan yang sistematis. Siswa yang berpikir logis
akan mengungkapkan ide atau gagasannya dalam urutan kata-kata yang terstruktur linear
sehingga semua konstruksi argumennya menjadi benar. Supaya siswa sampai pada kegiatan
berpikir logis hendaknya siswa dibiasakan untuk selalu tanggap terhadap permasalahan yang
dihadapi dengan mencoba menjawab pertanyaan “mengapa, apa dan bagaimana” (Nuraida,
2014)

Menurut Albrecht (2004) agar dapat berpikir logis, maka harus dipahami dalil logika
yang merupakan peta verbal yang terdiri atas tiga bagian yang menunjukkan gagasan
progresif, yaitu:

1. dasar pemikiran atau “fakta” tempat berpijak;

3
2. argumentasi atau cara menempatkan dasar pemikiran bersama, yaitu proses tersusun
yang menghubungkan dasar pemikiran satu dengan yang lain;
3. kesimpulan atau hasil yang dicapai dengan menerapkan argumentasi pada dasar
pemikiran.
Berdasarkan uraian tiga dasar berpikir logis tersebut, contoh penggunaan berpikir logis dalam
kehidupan sehari-hari misalnya, jika dasar pemikirannya berbentuk nomor atau ukuran, maka
argumentasi ada hubungannya dengan hitung-menghitung. “Saya memerlukan ongkos Rp.
4.500,00 untuk piknik ke Baturaden. Saya mempunyai tabungan Rp. 3.000,00. Sehingga
masih kurang Rp. 1.500,00”. Hal ini, dasar pemikirannya adalah dua pernyataan yang
pertama, sedangkan argumentasinya adalah jumlah yang dibutuhkan dikurangi dengan jumlah
sekarang yang tersedia, sama dengan jumlah tambahan atau kekurangan yang diperlukan.
Kesimpulan dalil tersebut ialah pernyataan yang terakhir.

Berpikir logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap sesuatu hal yang diyakini dari
suatu objek atau fenomena.Objek atau fenomena tersebut berupa suatu objek suatu pokok
permasalahan yang dikaji untuk membedakan antara benar dan salah.

Berpikir logis merupakan proses berpiir yang didasari oleh konsistensi terhadap
keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid. Pengertian lain dari berpikir
logis adalah berpikir lurus,tepat, dan teratur sebagai objek formal logika. Suatu pemikiran
disebut lurus, tepat, dan teratur apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum, aturan, dan
kaidah yang sudah ditetapkan dalamlogika. Mematuhi hukum,aturan, dan kaidah logika
berguna untuk menghindari berbagai kesalahan dan penyimpangan (bias) dalam mencari
kebenaran ilmiah, pada hakikatnya, pikiran manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu :

a) Pengertian (informasi tentang fakta)


b) Keputusan (pernyataan benar-tidak benar)
c) Kesimpulan (pembuktian-silogisme)
Dalam logika ilmiah, tiga unsur pikiran manusia tersebut harus dinyatakan dalam kata
(kalimat tulisan).

Tiga pokok kegiatan akal budi manusia, yaitu :

a) Menangkap suatu sebagaimana adanya, yang berati menangkap suatu tanpa mengakui
atau mempungkiri (pengertian atau pangkal pikir, disebut juga premis)

4
b) Memberikan keputusan, yang berati menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain atau memungkiri hubungan tersebut.
c) Merundingkan, yang berati menghubungkan keputusan satu dengan keputusan yang
lain sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan baru yang diturunkan
berdasarkan premi

2.2 Metode Ilmiah

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang
sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi enam tahap, yaitu:

1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.


2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada
pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan
data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk
menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif,
tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja
dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan
perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka
hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap
penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :

1. Rasa ingin tahu


2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
4. Tekun (tidak putus asa)
5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

5
2.2.1 Karakteristik Metode Ilmiah

Di dalam skema di atas tampak sejumlah kriteria pokok yang perlu diperhatikan, kemudian
dijelaskan lebih lanjut masing-masing maknanya.

1. Berdasarkan Fakta
Membangun ilmu itu memerlukan fakta-fakta nyata baik yang sudah tersedia maupun yang
harus dikumpulkan melalui penelitian. Ini berarti berupa data empiris yang terjangkau oleh
pengalaman inderawi. Jadi bukan berupa hal-hal yang hanya ada dalam pikiran, dalam
bayangan atau menurut perkataan orang. Berarti pula bahwa data empiris yang dikumpulkan
itu dapat diamati, dapat diukur dan dapat dianalisis lebih lanjut.

2. Pertimbangan Obyektif
Segala sesuatu yang dilakukan, digunakan, dan diamati berlangsung secara obyektif,
sehingga hal yang sama dapat dilakukan atau diulang oleh pihak lain yang berminat dengan
metode dan teknik yang sama. Ini berarti bersifat intersubyektif atau inpersonal, yaitu tidak
terbatas semata-mata kepada orang yang satu saja, melainkan juga oleh orang lain yang
mempunyai pengetahuan yang sama. Berarti pula bebas dari prasangka atau pertimbangan
yang subyektif.

3. Asas Analitik
Segala sesuatu disoroti secara kritis-analitik dari segi karakteristik, posisi dan kaitan
fungsional dengan yang lain, sehingga jelas makna, fungsi, dan perannya. Hal itu penting
untuk mengetahui faktor-faktor yang terlibat dalam suatu masalah, sifat pengaruh masing-
masing faktor atau gabungan faktor, juga sifat hubungan yang berlangsung antara faktor yang
satu dengan yang lain, dan dengan masalah yang bersangkutan. Asas analitik itu mempunyai
makna yang strategis dalam rangka membangun teori yang mampu menjelaskan sesuatu
masalah. Juga dalam rangka mengantisipasi atau meramalkan apa yang akan terjadi secara
positif menguntungkan, atau untuk mencegah dampak negatifnya.

4. Sifat Kuantitatif
Dalam penelitian modern analitis kuantitatif merupakan metode ilmiah yang mempunyai
dukungan pencapaian validitas yang tinggi reliabilitasnya. Arti populernya adalah
mempunyai peluang kebenaran ilmiah yang tinggi. Oleh karena itu diupayakan untuk
memperoleh data empiris yang langsung bersifat kuantitatif seperti satuan ukuran luas (ha,
km2, m2), satuan ukuran panjang (km, m), satuan ukuran berat (ton, kg), satuan ukuran

6
volume.

5. Logika Deduktif-Hipotetik
Dalam hal ini menggunakan penalaran deduktif, yaitu bertitik tolak dari evidensi- evidensi
yang sudah memiliki kebenaran yang pasti seperti hasil penelitian para pakar terdahulu.
Dalam silogisme evidensi tersebut dinamakan premis, makin banyak makin baik untuk
mengambil kesimpulan khusus dari premis yang bersifat umum. Proses demikian disebut
logika deduktif dan kesimpulan khusus tersebut dinamakan hipotesis yang kebenarannya
sudah diarahkan oleh kebenaran-kebenaran premis-premisnya, sehingga tidak menghasilkan
sesuatu yang baru sifatnya. Dapat pula dikatakan bahwa hipotesis adalah suatu abstraksi atau
hasil pemikiran rasional yang bersumber dari premis-premis. Adapun kebenarannya itu
bersifat sementara, yaitu secara koheren logis, artinya terdapat konsistensi antara hipotesis
dengan premis-premisnya. Pengembangan hipotesis mempunyai arti strategisnya yang
penting untuk pengembangan teori baru, yang kebenaran ilmiahnya perlu diuji lebih lanjut
melalui penelitian.

6. Logika Induktif-Generalisasi
Hipotesis yang disinggung di atas karena hasil pemikiran rasional, maka kebenarannya masih
bersifat sementara. Oleh karena itu harus didukung oleh kesesuaian data empiris hasil
penelitian. Adapun kesesuaian dukungan data empiris dengan pemikiran rasional hipotesis
disebut asas korespondensi. Sedang kesimpulan yang bersifat generalisasi dari data empiris
disebut logika induktif yang peluang kebenarannya bersifat probabilistik. Bandingkan dengan
logika deduktif yang menghasilkan kesimpulan yang dipandang mempunyai kepastian
kebenaran (secara rasional). Logika induktif ini penting artinya dalam rangka menguji
hipotesis. Bila didukung oleh data empiris berarti mendapat verifikasi atau dapat diterima
kebenaran ilmiahnya. Bila tidak didukung berarti difalsifikasi atau ditolak kebenaran
ilmiahnya.

2.2.2 Langkah – Langkah Metode Ilmiah

Adapun langkah-langkah pokok tersebut adalah unsur-unsur peristiwa dalam struktur


penelitian ilmiah atau mempunyai analogi dengan “events” di dalam suatu “network
planning”.

1. Penetapan Masalah (Langkah -1)

Sebagaimana telah disinggung terdahulu metode ilmiah mempunyai dwitujuan, yaitu

7
menata data hasil penemuan dan menghasilkan penemuan-penemuan baru antara lain berupa
teori baru yang teruji kebenaran ilmiahnya dalam rangka pemecahan suatu masalah melalui
penelitian dengan metode tertentu.

Suatu masalah dapat berupa gejala alam atau gejala sosial yang menarik perhatian
seseorang ilmuwan peneliti yang menggugahnya untuk diselami lebih lanjut. Langkah
pertama ia harus yakin bahwa gejala atau fenomena yang diobservasinya itu masih aktual dan
relevan untuk diteliti. Dalam hal ini ia dapat berpaling kepada dua sumber, yaitu khazanah
ilmu berupa kepustakaan atau literatur. Ini berarti menyangkut penguasaan mengenai tingkat
perkembangan disiplin ilmu terkait dengan masalah yang digarap. Demikian pula ia akan
memperoleh konfirmasi apakah masalah yang dihadapi itu masih memiliki aktualitas dan
relevansi untuk diteliti, atau jangan-jangan sudah usang dan pernah diteliti sampai tuntas.
Sumber lain untuk memperoleh tujuan yang sama adalah melalui konsultasi dengan tokoh
ilmuwan senior, terlebih-lebih yang dipandang telah memiliki otoritas wibawa akademik
dalam disiplin ilmunya. Dengan segera pakar seperti itu dapat memberikan status masalah
yang dimaksudkan dari segi aktualitas dan relevansi berdasarkan penguasaan tingkat
perkembangan disiplin ilmu yang terkait.

Setelah aktualitas dan relevansinya dikonfirmasi, maka perlu masalahnya dirumuskan


dalam bentuk tema sentral masalah. Sinonim untuk itu lazim dikenal sebagai “problem issue”
atau masalah pokok. Namun bila disebut masalah pokok secara psikologis kurang efektif
daya tarik perhatiannya, padahal secara material sama dengan tema sentral masalah.

Tentu saja tidak setiap penelitian mempunyai ruang lingkup kepentingan regional atau
nasional secara langsung. Hal-hal yang bersifat mikro seperti pada suatu unit sosial, unit
usaha, unit program, unit pembangunan dan sebagainya tetap mempunyai saham yang
penting dalam konteks dukungan bagi tujuan makro regional atau nasional. Hal ini akan
terlihat dari segi relevansinya dengan salah atu aspek: sosial, ekonomi, budaya, politik,
ideologi, kebijaksanaan atau teknis. Dalam hal ini aspek apapun yang digarap, yang
hendaknya jelas adalah nilai manfaat praktisnya. Tak jarang pula terkait dengan aspek
”heuristik”, yaitu manfaat tambahan berupa penemuan sesuatu metode atau ikut membantu
menemukan atau mempelajari sesuatu yang menolong diri lebih lanjut. Disamping nilai
manfaat praktis, tak kalah pentingnya segi sumbangan ilmiahnya.

Argumentasi nilai kegunaan penelitian dan tingkat urgensi dilakukannya penelitian, secara
implisit harus terkandung dalam jiwa perumusan tema sentral masalah. Adapaun

8
eksplisitasinya dilakukan di dalam sub-bab khusus nanti.

2. Menyusun Kerangka Pemikiran dan Premis-Premis (Langkah-2)

Setelah masalah yang dihadapi dikonfirmasi aktualitas dan relevansinya dari kepustakaan,
kemudian dirumuskan pula tema sentral masalahnya, maka kita kembali menelusuri
kepustakaan untuk mengungkap hal-hal yang esensial dukungan dasar teoritis dalam rangka
pendekatan pemecahan masalah yang dihadapi. Perlu diingatkan bahwa ilmu tidak dimulai
dengan halaman kosong melainkan merupakan lanjutan dari akumulasi saham hasil karya
ilmiah para pakar terdahulu. Sejalan dengan itu teori demi teori diuji ketahanan kebenaran
ilmiahnya, sehingga ada yang berguguran dan silih berganti diisi oleh yang baru, namun ada
pula yang bertahan terus menjadi hukum.

Dengan sendirinya, dalam menyusun kerangka pemikiran itu, hanya menggunakan teori-
teori yang paling relevan dan masih berlaku. Adapun pilihan teori tersebut dipandu oleh kata-
kata kunci, yaitu faktor-faktor yang terlibat sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam
perumusan tema sentral masalah. Dengan lain perkataan kerangka pemikiran itu merupakan
rangkuman ringkas mengenai faktor-faktor yang terlibat, karakteristik masing-masing dan
sifat pengaruhnya terhadap masalah. Juga meliputi bagaimana hubungan faktor yang satu
dengan yang lain dalam pengaruh gabungannya terhadap masalah.

Dari uraian di atas tampak bahwa masalah tersebut dapat digolongkan ke dalam esei
(assay) argumentasi. Yang dimaksud dengan esei-argumentasi adalah yang menampilkan
sikap dan pandangan peneliti yang kritis dan analitik dalam mengkaji masalah yang
bersangkutan. Dengan demikian, kerangka pemikiran itu benar-benar merupakan argumrntasi
dasar dukungan dasar teoritis yang kuat. Keyakinan akan logika kerangka teoritis ilmiah yang
mendasari esei argumentasi tersebut menjadi makin kuat dengan menyajikan premis-premis
yang bersangkut secara eksplisit. Ini berarti seolah-olah kerangka pemikiran itu menjadi
pengantar ke arah kelengkapan dan ketajaman penguasaan masalah yang dihadapi dan tingkat
perkembangan disiplin ilmu dan teknologi. Kemudian tuangkanlah secara kronologis
serangkaian premis.

Adapun materi premis itu berupa pernyataan tentang essensi hasil penelitian pakar terdahulu
yang telah teruji kebenaran ilmiahnya, lagi pula belum dibantah pihak lain. Untuk lengkapnya
disebut pula siapa tokoh peneliti tersebut dan pada tahun berapa pernyataan itu dikemukakan.
Contoh bagannya dapat diikuti sebagai berikut:

9
Sebagaimana telah disinggung terdahulu, premis-premis itu adalah sumber yang sudah
teruji kebenaran ilmiahnya untuk mengembangkan teori baru atau hipotesis.

3. Perumusan Hipotesis (Langkah-3)

Bila kerangka pemikiran berfungsi sebagai argumentasi dukungan dasar teoritis dalam
pengkajian masalah, dalam bentuk essei yang sekaligus bersifat eksplanatoris (menjelaskan),
maka hipotesis pada asasnya sama. Dalam hal ini khususnya berfungsi juga sebagai landasan
teoritis yang memendu kearah persiapan operasionalisasi penelitian dalam rangka menungkap
data empiris, relevan dengan pengaruh dan keterlibatan faktor-faktor yang terkandung dalam
hipotesis yang bersangkutan. Bedanya hanya dalam perumusannya saja, yaitu hipotesis
berupa perumusan eksplisit dan sederhana yang bersifat deklaratif (menyatakan) tentang apa
yang diantisipasinya sebagai jawaban tentatif (sementara) terhadap masalah yang digarap.

Makin banyak premis yang tersedia, makin banyak pula peluang untuk mengembangkan
hepotesis merupakan upaya sumbangan teori baru kepada pengembangan ilmu yang harus
diuji lebih lanjut malalui penelitian. Di samping itu memberi identitas kepada peneliti dalam
spesifikasi tingkat orisinilitas penelitiannya yang membedakannya dari penelitian-penelitian
terdahulu.

4. Pengujian Hipotesis (langkah-4)

Pengujian hipotesis merupakan tindak lanjut dan konsekwensi logis dari fungsi dan peran
hipotesis, yaitu sebagai jawaban tentatif terhadap masalah yang digarap. Lain daripada itu di
dalam hipotesis terkandung acuan-acuan landasan teoritis yang memandu ke arah persiapan
penelitian untuk mengungkap data-data empiris pendukung.

Setelah data hasil penelitian dianalisis dan diinterpretasi, kemudian dikelompokkan mana
yang mendukung dan mana yang tidak mendukung hipotesis. Proses menata data empiris

10
yang tersebar dan kini terhimpun ke dalam kelompok yang memungkinkan dilakukan suatu
generalisasi disebut logika induktif yang menganut asas korespondensi. Adapun asas
korespondensi ialah kesesuaian antara hipotesis sebagai hasil pemikiran rasional (bersifat
abstrak) dengan dukungan data empiris.

Bila semua data empiris mendukung berarti hipotesis diverifikasi sebagai dapat diterima.
Sebaliknya bila data empiris tidak mendukungnya maka hipotesis difalsifikasi atau ditolak.
Adakalanya bahwa sebagian data empiris itu mendukung dan sebagian lagi tidak. Adapun
hipotesis yang diterima berarti menambah kekayaan teori baru. Sedang hipotesis yang ditolak
seluruhnya atau sebagian, merupakan sumbangan korektif kepada peneliti untuk meninjau
kembali proses persiapan penelitiannya. Khususnya, apakah ada premis yang tidak lengkap,
atau harus menyusun hipotesis baru untuk penelitian berikutnya.

5. Penarikan Kesimpulan (langkah-5)

Pengujian hipotesis mengundang untuk melakukan langkah terakhir metode ilmiah untuk
menarik kesimpulan yang menentukan kesahan ilmiahnya. Dalam hal ini hipotesis yang
diterima beserta dukungan fakta lain yang koheren memberikan kelayakan inferensi ilmiah
berupa kesimpulan umum. Sesuai ruang lingkup penelitiannya, maka kesimpulan dapat lebih
dari satu jumlahnya, untuk selanjutnya dijabarkan menjadi kesimpulan-kesimpulan khusus.
Perlu dikemukakan bahwa kesimpulan umum itu sifatnya cenderung kualitatif, sedang
kesimpulan khusus merupakan penjabaran yang bersifat kuantitatif.

Setelah penarikan kesimpulan dilakukan, maka berakhirlah proses penelitian beserta


langkah-langkah metode penelitiannya. Namun, pada saat yang sama mulai memasuki siklus
empiris metode ilmiah.

2.3 Hakekat Penelitian

Secara etimologis, istilah research berasal dari dua kata, yaitu re dan search. Re
berarti kembali atau berulang-ulang dan search berarti mencari, menjelajahi, atau
menemukan makna. Dengan demikian penelitian atau research berarti mencari, menjelajahi ,
atau menemukan makna kembali secara berulang-ulang.

Dibawah ini penulis akan memaparkan beberapa ahli yang mengemukakan hakikat
penelitian, yaitu diantaranya :

11
a. Yoseph dan Yoseph menyatakan penlitian adalah tidak lain yaitu art dan science guna
mencari jawaban terhadap suatu permasalahan.
b. Kerlinger mengatakan bahwa penelitian yaitu proses penemuan yang mempunyai
karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis
atau jawaban sementara.
c. Hillway mengatakan bahwa penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap usatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
d. Priyono mendefinisikan penelitian yaitu sebagai suatu kegiatan untuk mencari,
mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
e. Sangadji mengartikannya dengan lebih sederhana, penelitian yaitu penyelidikan yang
dilakukan secara hati-hati, teratur dan terus-menerus untuk memecahkan suatu
masalah dan menemukan sesuatu yang baru
Kesimpulannya adalah penelitian merupakan kegiatan mencari jawaban terhadap suatu
permasalahan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan
pada teori dan hipotesis untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.

Pertanyaan yang besar adalah “mengapa seseorang melakukan penelitian”? jawabannya


adalah pertama; karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia sangat terbatas,
dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu luas, kedua; manusia memiliki dorongan
untuk mngetahui atau curiosity. Manusia selalu bertanya apa itu, bagaimana itu, mengapa
begitu, ketiga; manusia di dalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah,
tantangan, ancaman, kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya
serta di lingkungan kerjanya, keempat; manusia merasa tidak puas denga napa yang telah
dicapai, dikuasai, dan dimilikinya, ia selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih
memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas
hidupnya.

Semuanya itu dicapai melalui penelitian, baik penelitian sederhana, dengan lingkungan
sempit yang dirancang dan dilaksanakan sendiri dalam waktu relatif singkat, maupun
penelitian kompleks yang mencakup banyak aspek.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Berpikir logis adalah menggunakan seperangkat pernyataan untuk mendukung sebuah
gagasan melalui penuturan yang sistematis.
b. Berpikir logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap sesuatu hal yang diyakini dari
suatu objek atau fenomena.Objek atau fenomena tersebut berupa suatu objek suatu
pokok permasalahan yang dikaji untuk membedakan antara benar dan salah.
c. Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan didasari oleh sikap ilmiah.
d. Karakteristik metode ilmiah yaitu harus berdasarkan fakta, obyektif, asas analitik,
sifat kuantitatif, Logika Deduktif-Hipotetik, logika induktif-generalisasi.
e. Langkah-langkah metode ilmiah harus melalui prosedur penetapan masalah, meyusun
kerangka pikiran dan premis-premis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis,
penarikan kesimpulan.
f. penelitian merupakan kegiatan mencari jawaban terhadap suatu permasalahan yang
mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori
dan hipotesis untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba
Medika

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian (sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian). Graha Ilmu; Yogyakarta.

Atmadilaga, D. (1997) Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Pionir Jaya. Bandung.
Lanur, (1983) Logika: Selayang Pandang. Kanisius, Yogyakarta.

Nasution, A.H. (1992) Panduan Berpikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai