Disusun Oleh :
Kelompok 7 2D4B
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini berjudul “Peraturan dan Perundang-undangan terkait Limbah Cair”. Kami
sangat berharapmakalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita. Oleh sebabitu, kami sangat berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi
perbaikan makalah yang telah kami buat.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan kata yang kurang berkenan.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah cair
ini umumnya akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan mengalami proses
pengolahan ataupun kadangkala langsung di buang ke perairan atau lingkungan.
Pembuangan limbah cair langsung ke lingkungan akan sangat membahayakan karena
kemungkinan adanya bahan-bahan berbahaya dan beracun ataupun kandungan limbah
yang ada tidak mampu dicerna oleh mikroorganisme yang ada dilingkungan (Hidayat,
2016).
Dalam upaya mengurangi bahaya limbah cair pada lingkungan saat dibuang maka
pengetahuan tentang karakeristik limbah sangat penting. Karakteristik limbah umumnya
dikelompokkan dalam karakteristik fisik, kimia, dan biologis. Karakteristik fisik
mencakup suhu, warna, bau, dan kekeruhan. Karakteristik kimia mencakup BOD, COD,
kesadahan, PH, dan sebagainya sedangkan karakteristik biologis adalah ragam organisme
yang ada pada limbah tersebut (Hidayat, 2016).
Sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang bertujuan untuk mengolah air limbah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke saluran umum atau lingkungan. Peraturan Mentri Lingkungan
Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Dari masing-masing peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang penting keberadaannya dan wajib dimiliki
oleh setiap kegiatan industri yang mengharuskan mengolah air limbahnya sampai standar
yang diijinkan. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) merupakan upaya untuk
mengelola dan mengolah limbah cair industri yang mengandung bahan-bahan berbahaya
supaya limbah yang dibuang ke lingkungan tidak mencemari lingkungan.
1
1. 2 Rumusan Masalah
1. 3 Tujuan
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan merupakan hal terpenting yang diperlukan oleh tubuh manusia. Upaya
peningkatan kualitas hidup manusia di bidang kesehatan, merupakan suatu usaha yang sangat
luas dan menyeluruh. Usaha tersebut meliputi peningkatan kesehatan masyarakat baik fisik
maupun non fisik. Di dalam Sistem kesehatan nasional (Skn) disebutkan, bahwa kesehatan
menyangkut semua segi kehidupan yang ruang lingkup dan jangkauannya sangat luas dan
kompleks. Menurut Undang-Undang ( UU ) No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, yang
selanjutnya disebut UU Kesehatan, pengertian kesehatan adalah “keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah
sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari limbah yaitu sisa dari suatu hasil
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Pengertian limbah cair lainnya adalah sisa hasil
buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat
berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut
dalam air. Dan itu adalah beberapa peraturan mengenai kesehatan baik kesehatan secara
menyeluruh maupun kesehatan terkait limbah cair
4
2.2 Perauturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup terkait Limbah Cair
Kesehatan Lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagaimana tercantum
dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kesehatan
Lingkungan diselenggarakan melalui upaya Penyehatan, Pengamanan, dan Pengendalian, yang
dilakukan terhadap lingkungan Permukiman, Tempat Kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan
fasilitas umum.
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah kabupaten atau kota, dan masyarakat
menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi
kesehatan. Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat diperlukan Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan, Persyaratan Kesehatan, dan pengaturan yang mengharuskan
penyelenggaraan upaya Kesehatan Lingkungan yang meliputi Penyehatan, Pengamanan, dan
Pengendalian faktor risiko lingkungan, termasuk pengaturan tentang proses pengolahan
limbah.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Commented [U1]:
5063)
5
Pasal 38
Pengamanan dilakukan melalui:
a. upaya pelindungan kesehatan masyarakat;
b. proses pengolahan limbah; dan
(3) Ketentuan mengenai persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diatur
dengan Peraturan Menteri.
(2) Pengawasan terhadap limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal limbah cair, padat, dan gas berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan,
pengawasan terhadap limbah dilakukan:
a. sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2); dan
b. paling sedikit melalui surveilans, uji laboratorium, Analisis Risiko, KIE, dan/atau
rekomendasi tindak lanjut.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan terhadap limbah sebagaimana dimaksud pada
ayat huruf b diatur dengan Peraturan Menteri.
6
2.3 Peraturan Perundang-undangan Kesehatan Lingkungan terkait Limbah Cair
Peraturan perundangan lingkungan hidup sangat penting untuk diketahui dan dipahami
oleh pelaku bisnis dan pemegang kekuasaan di perusahaan. Munculnya Undang-undang
mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) menunjukkan betapa
penegakan peraturan dan hukum lingkungan sudah semakin diperketat. Undang–undang
tersebut mengamanatkan tanggung jawab yang besar, khususnya untuk diaplikasikan
penerapannya dalam sebuah perusahaan. Tanpa pemahaman yang memadai tentang hak dan
kewajiban yang diatur dalam peraturan perundangan tersebut, pelaku bisnis dan perusahaan
dapat tersandung masalah pertanggungjawaban lingkungan (environmental liability).
Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia adalah Undang-undang
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Dalam UU
32 Tahun 2009 ini mengatur cara pengelolaan, pengendalian, perlindungan terhadap
lingkungan. Peraturan ini mengatur regulasi yang komprehensif dan lebih ketat daripada
peraturan sebelumnya yaitu undang-undang 23 tahun 1997. UU 32 tahun 2009 mengatur tidak
hanya perdata tetapi juga kasus pidana jika merusak lingkungan. UU 32 tahun 2009 juga
mengatur secara sistematis mengenai pengelolaan lingkungan mulai dari perencanaan,
instrumen pengendalian, hingga sanksi hukum.
Peraturan lainnya yang merupakan turunan dari UU 32 tahun 2009 antara lain, Peraturan
Pemerintah no. 27 tahun 2012 tentang Perizinan Lingkungan, PP 101 tahun 20014
tentang pengelolaan limbah B3, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no. 13 tahun 2013
tentang Audit Lingkungan Hidup, dll. Bahkan Undang-undang sektor yang baru telah seperti
Undang-undang No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, sejalan dengan UU 32 tahun 2009
karena mengatur mengenai industri hijau.
Regulasi yang telah dibuat untuk kebaikan bersama ini hendaknya dapat
diimplementasikan secara tegas dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi acuan pemerintah
baik di tingkat pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta sektor swasta agar kebijakan dan
programnya sejalan dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan. Jika seluruh pelaku industri
hanya mengutamakan keuntungan semata tanpa memberikan timbal balik kepada lingkungan
dengan menjaga dan melindunginya, maka lambat laun lingkungan akan kehilangan daya
dukung dan daya tampung sehingga lingkungan tidak lagi berperan dalam mendukung
aktivitas manusia. Bencana lingkungan seperti banjir, erosi, polusi, pencemaran, intrusi air laut
7
dan sebagainya akan menimpa lokasi yang abai terhadap masalah lingkungan.
Karena itu pengetahuan mengenai regulasi yang ada harus terus digaungkan agar dapat
memperkuat kapasitas sumber daya manusia di sektor industri. Penguatan tersebut bermanfaat
untuk menjalankan hak dan kewajiban, memberikan umpan balik yang berkaitan dengan
perundangan; dan mengidentifikasi dan mengusulkan Perda lingkungan yang relevan untuk
daerah tempat proses bisnis dilakukan.
Salah satu cara untuk memperdalam pengetahuan terkait peraturan perundangan lingkungan
hidup dan tata cara pemenuhannya adalah dengan memberikan pelatihan kepada personel atau
pemangku kepentingan di industri dalam bidang lingkungan. Synergy Solusi melalui
Indonesia Environment and Energy memberikan pelatihan terkait PPLH dan tata cara
pemenuhannya melalui pembelajaran tatap muka secara langsung maupun secara daring.
Penyelenggaraan pelatihan ini merupakan salah satu bentuk pemberian solusi dari Synergy
Solusi dalam membantu memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu, Synergy Solusi membantu perusahaan yang masih
memiliki permasalahan di bidang pemenuhan peraturan perundangan lingkungan hidup
melalui pendampingan konsultasi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil beberapa saran, yaitu;
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahandan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
9
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup.
https://environment-indonesia.com/articles/4-jenis-limbah-berdasarkan-wujudnya/
Https://peraturan bpk.go.id
(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Do
wnload/144821/Permenkes&ved=2ahUKEwjNsb3ynvH5AhUxRmwGHfCHAx8QFnoECAUQAQ
&usg=AOvVaw1vu39yhDnozViMb7qX4gpU)
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Ligkungan. Jakarta : Jakarta Kementerian Lingkungan Hidup
https://environment-indonesia.com/apa-saja-peraturan-perundangan-lingkungan-hidup-di-
indonesia/
10