Anda di halaman 1dari 20

BAB V

RANCANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

5.1 Bangunan Pengumpul Air Baku

5.1.1 Sumber Air Baku


Sumber air Kota Padang Panjang dipilih adalah air sungai. Air mempunyai debit air yang
cukup besar, kuantitas yang cukup baik dan membutuhkan beberapa pengolahan. Air sungai
mempunyai kuantitas yang stabil baik di musim hujan maupun di musim kemarau, dan
berfluktuasi meski kualitas air relatif kurang baik dan membutuhkan pengolahan yang
kompleks.

5.1.2 Bangunan Penangkap


Bangunan penangkap air yang akan digunakan adalah Intake. Intake merupakan bangunan
penangkap air yang berupa air sungai dimana pada sistem transmisi menggunakan pompa atau
secara gravitasi dialirkan menuju BPAM, dimana pada sistem transmisi menggunakan pipa
GIP untuk selanjutnya dengan menggunakan pompa atau secara gravitasi dialirkan menuju
BPAM.

Lokasi pembangunan Intake haruslah dipilih secermat mungkin untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi pembangunan intake:
1. Pilihlah lokasi yang berarus relatif tenang untuk menghindari kerusakan konstruksi Intake;
2. Lokasi pembangunan intake memiliki tanah yang stabil;
3. Lokasi Intake sebaiknya mudah dicapai;
4. Sebaiknya di bagian hulu sungai;
5. Lokasi intake memiliki air yang cukup baik kualitasnya.

Beberapa pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan intake:


1. Faktor keselamatan;
2. Pondasi intake harus cukup kuat;
3. Intake dilengkapi saringan untuk mencegah Benda-Benda asing masuk ke dalamnya;
4. Intake harus mampu menampung air yang dibutuhkan;
5. Peletakan posisi Inlet sedemikian rupa sehingga selalu dapat menerima air dalam
kondisi/musim apapun.

5.1.3 Perencanaan Intake

Perencanaan Intake yang direncanakan di Kota Padang Panjang dapat dilihat pada Gambar
5.1, dan Gambar 5.2.
V-2
V-3
V-4
5.2 Sistem Transmisi

5.2.1 Profil Hidrolis

Perencanaan Intake I

1. Pipa Inlet
a. Debit maksimum:
tahun 2024 = Qmd = 123,57 x 10-3 m3/dtk
tahun 2029 = Qmd = 132,51 x 10-3 m3/dtk
tahun 2034 = Qmd = 143,68 x 10-3 m3/dtk

b. maka diameter pipa inlet menggunakan rumus Hazen William:

C : koefisien kekasaran pipa = 110


L : Panjang Pipa = 105,55 m
Q = 0,2785 C x D2,63 x S0,54
Headloss Statis = muka air reservoir - muka air intake
= (825 – 725) m = 100 m

Head Statis + Sisa Tekan


S =
L
100+2
= = 0,966
105,55

Q
d = 2 ,63
0,2785  C  S 0 ,54
Dimana jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa
sebesar 110, sehingga didapatkan diameter:
0,144
d= 2 ,63
0 ,2785  110  0,966 0 ,54

d = 0,131 m ≈ 300 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 130
mm, namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 300 mm sehingga kecepatan
yang dibutuhkan menjadi:

c. cek perhitungan:
A = ¼ π d2
A = ¼ (3,14) (0,300)2
A = 0,071 m2

V-5
d. cek kecepatan:
-3 3
Q 123,57 x 10 m /dtk
VI = = = 1,74 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

-3 3
Q 132,51 x 10 m /dtk
VII = = = 1,87 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

-3 3
Q 143,68 x 10 𝑚 /dtk
VIII = = = 2,02 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

2. Pipa Outlet
a. Debit maksimum:
tahun 2024 = Qmd = 123,57 x 10-3 m3/dtk
tahun 2029 = Qmd = 132,51 x 10-3 m3/dtk
tahun 2034 = Qmd = 143,68 x 10-3 m3/dtk

b. maka diameter pipa inlet:

C : koefisien kekasaran pipa = 110


L : Panjang Pipa = 105,55 m
Headloss Statis = muka air reservoir - muka air intake
= (825 – 725) m = 100 m

Head Statis + Sisa Tekan


S =
L
100+2
= = 0,966
105,55

Q
d = 2 ,63
0,2785  C  S 0 ,54
Dimana jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa
sebesar 110, sehingga didapatkan diameter
2,63 0,144
d= √0,2785×110×0.9660,54

d = 0,131 m ≈ 300 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 130
mm, namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 300 mm sehingga kecepatan
yang dibutuhkan menjadi:

V-6
c. cek perhitungan:
A = ¼ π d2
A = ¼ (3,14) (0,3)2
A = 0,071 m2

d. cek kecepatan:
-3 3
Q 123,57 x 10 m /dtk
VI = = = 1,74 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

-3 3
Q 132,51 x 10 m /dtk
VII = = = 1,87 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

-3 3
Q 143,68 x 10 𝑚 /dtk
VIII = = = 2,02 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

Perencanaan Intake II

1. Pipa Inlet
a. Debit maksimum:
tahun 2024 = Qmd = 123,57 x 10-3 m3/dtk
tahun 2029 = Qmd = 132,51 x 10-3 m3/dtk
tahun 2034 = Qmd = 143,68 x 10-3 m3/dtk

b. maka diameter pipa inlet:

C : koefisien kekasaran pipa = 110


L : Panjang Pipa = 287,19 m
Headloss Statis = muka air reservoir - muka air intake
= (850 – 775) m = 75 m

Q = 0,2785 x C x d2,63 x S0,54


Head Statis + Sisa Tekan
S =
L
75+2
= = 0,268
287,19

Q
d= 2 ,63
0,2785  C  S 0 ,54

Dimana jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa
sebesar 110, sehingga didapatkan diameter

V-7
2,63 0,144
d= √0,2785×110×0,2680,54

d = 0,171 m ≈ 300 mm

Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 171
mm, namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 300 mm sehingga kecepatan
yang dibutuhkan menjadi:
c. cek perhitungan:
A = ¼ π d2
A = ¼ (3,14) (0,3)2
A = 0,071 m2

d. cek kecepatan:
-3 3
Q 123,57 x 10 m /dtk
VI = = = 1,74 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

-3 3
Q 132,51 x 10 m /dtk
VII = = = 1,87 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

-3 3
Q 143,68 x 10 𝑚 /dtk
VIII = = = 2,02 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

2. Pipa Outlet
a. Debit maksimum:
tahun 2024 = Qmd = 123,57 x 10-3 m3/dtk
tahun 2029 = Qmd = 132,51 x 10-3 m3/dtk
tahun 2034 = Qmd = 143,68 x 10-3 m3/dtk

b. maka diameter pipa outlet:

C : koefisien kekasaran pipa = 110


L : Panjang Pipa = 287,19 m
Headloss Statis = muka air intake- muka air reservoir
= (775 – 850) m = 75 m

Q= 0,2785 x C x d2,63 x S0,54………………………………………………………..(5.1)


Head Statis + Sisa Tekan
S =
L
75+2
= = 0,268
287,19

V-8
Q
d= 2 ,63
0,2785  C  S 0 ,54
2,63 0,144
d= √0,2785×110×0,2680,54

d = 0,171 m ≈ 300 mm

Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 171
mm, namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 300 mm sehingga kecepatan
yang dibutuhkan menjadi:
c. cek perhitungan:
A = ¼ π d2
A = ¼ (3,14) (0,3)2
A = 0,071 m2

d. cek kecepatan:
-3 3
Q 123,57 x 10 m /dtk
VI = = = 1,74 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

-3 3
Q 132,51 x 10 m /dtk
VII = = = 1,87 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

-3 3
Q 143,68 x 10 𝑚 /dtk
VIII = = = 2,02 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2

5.2.2 Perletakan dan Perlengkapan Pipa


Pipa transmisi pada Kota Padang Panjang menggunakan diameter yang sama yaitu 300 mm,
diameter ini sama dengan diameter pipa outlet pada intake. Elevasi pipa diletakkan ± 50-100
cm di bawah permukaan tanah. Pada tikungan atau belokan dilengkapi dengan
Bendsedangkan di awal pipa transmisi (dari intake) dan pada akhir pipa transimisi (ke
reservoir) digunakan Gate Valve. Selain itu di awal sistem transmisi juga digunakan Check
Valve untuk menjaga agar air dalam pipa hisap tidak balik.
Aksesoris juga digunakan pada sistem perpipaan transmisi ini, peletakan dari aksesoris
tersebut adalah:
1. Bend
Bend digunakan pada tiap pembelokan pipa, beberapa kemiringan Bend 11,250, 22,50, dan
450 dan lain-lain.
2. Valve

V-9
Valve dapat berupa Gate Valve yang diletakkan di awal pipa transmisi (dari intake) dan
ujung sistem perpipaan (ke reservoir) yang berfungsi sebagai penstabilan aliran air atau
pengatur debit aliran yang masuk ke dalam pipa. Air valve diletakkan pada jembatan pipa
berfungsi untuk mengeluarkan udara dari dalam pipa. Check Valve diletakkan di awal
sistem perpipaan transmisi yang berfungsi sebagai pencegah aliran balik dalam pipa.

3. Kontraksi
Suatu keadaan pengecilan tiba-tiba pada daerah alir fluida sehingga kecepatannya
meningkat. Kontraksi menyebabkan fluida berakselerasi saat memasuki daerah yang lebih
kecil. Kontraksi terjadi pada awal jalur transmisi ketika keluar dari intake.

4. Ekspansi
Suatu keadaan pembesaran tiba-tiba pada daerah alir fluida sehingga kecepatannya
menurun. Fluida dari daerah alir yang lebih kecil akan mengalami pancaran memasuki
daerah alir yang lebih besar, pancaran tersebut akan mengisi seluruh permukaan daerah alir
yang lebih besar. Ekspansi terjadi pada akhir jalur transmisi ketika masuk ke dalam
reservoir.

Koefisien aksesoris/perlengkapan pipa yang digunakan dalam perencanaan ini:


1. Koefisien Bend 11,25 = 0,0455
2. Koefisien Bend 22,5 = 0,0788
3. Koefisien Bend 45 = 0,195
4. Koefisien Gate Valve = 0,120*
5. Koefisien Check Valve = 0,750*
6. Blow off = 0,25*
7. Kontraksi = 0,143*
8. Ekspansi = 0,277*
Sumber: *Mc Ghee, 1991

5.2.3 Perhitungan Headloss


5.2.3.1 Perhitungan Jalur I

Headloss mayor dan Headloss minor dihitung dengan rumus berikut (Al-Layla, 1977):

v2
Headloss minor = K × ………………………………………………………..(5.2)
2g

L V2
Headloss mayor = 𝑓 × × …………………………………………………..(5.3)
D 2g

V-10
∆H total = Headloss minor + Headloss mayor………………………..…..(5.4)
keterangan:
Headloss minor = kehilangan energi akibat aksesoris (m)
K = koefisien aksessoris
v = kecepatan (m/s)
g = percepatan gravitasi; 9,81 (m/s2)
Headloss mayor = kehilangan energi akibat gesekan sepanjang pipa (m)
f = faktor gesekan, 0,02
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)

1. Headloss Mayor

Panjang total pipa = 105,55 m

Kecepatan aliran = 2,02 m/s

Diameter pipa = 300 mm = 0,30 m

L V2
Hmayor = 𝑓 × ×
D 2g

105,55 m (2,02 m/s)2


= 0,02 × ×
0,30 m 2 (9,81 m/s2 )

= 1,463 m
2. Headloss Minor
2,022
Hminor = 0,12 × ; untuk gate valve
2×9,81

= 0,025 m

2,022
Hminor = 0,75 × ; untuk check valve
2×9,81

= 0,156 m

2,022
Hminor = 0,143 × ; untuk kontraksi
2×9,81

= 0,030 m

2,022
Hminor = 0,277 × ; untuk ekspansi
2×9,81

V-11
= 0,058 m

Total Headloss minor jalur 1 = 2 gate valve + 1 check valve + 1 kontraksi + 1

ekspansi

= (2 x 0,025) + 0,156 + 0,030 + 0,058

= 0,294 m

Total Headloss = Headloss mayor + Headloss minor

= 1,463 m + 0,294 m

= 1,757 m

5.2.3.2 Perhitungan Jalur 2


1. Headloss Mayor

Panjang total pipa = 287,19 m

Kecepatan aliran = 2,02 m/s

Diameter pipa = 300 mm = 0,30 m

L V2
Hmayor = 𝑓 × ×
D 2g

287,19 m (2,02 m/s)2


= 0,02 × ×
0,30 m 2 (9,81 m/s2 )

= 3,982 m
2. Headloss Minor
2,022
Hminor = 0,12 × ; untuk gate valve
2×9,81
= 0,025 m
2,022
Hminor = 0,75 × ; untuk check valve
2×9,81
= 0,156 m
2,022
Hminor = 0,143 × ; untuk kontraksi
2×9,81
= 0,030 m

V-12
2,022
Hminor =0,277 × ; untuk ekspansi
2×9,81
= 0,058 m

Total Headloss minor jalur 2 = 2 gate valve + 1 check valve + 1 kontraksi + 1

ekspansi

= (2 x 0,025) + 0,156 + 0,030 + 0,058

= 0,294 m

Total Headloss = Headloss mayor + Headloss minor

= 3,982 m + 0,294 m

= 4,276 m

5.2.4 Pompa

5.2.4.1 Jalur 1

a. Head Pompa
Untuk membantu pemindahan/pengaliran air baku bertekanan dari sumber (yang berada
pada elevasi rendah) seperti sungai dan danau ke tempat yang lebih tinggi seperti menara
air dan reservoar diperlukan sistem perpompaan. Desain kerja pompa sangat ditentukan
oleh kebutuhan teknis operasionalnya.

Headloss Statis = elevasi pipa di titik akhir jalur transmisi – elevasi pipa di titik awal
jalur
transmisi
= (824,5–724,5) m
= 100 m

Head Pompa = Headloss statis +  Headloss minor +  Headloss mayor +


v2
2g
= 100 m + 0,294 + 1,463 m + 0,208 m
= 101,965 m

b. Daya Pompa
Pompa yang digunakan yaitu pompa sentrifugal, karena pompa sentrifugal paling umum
digunakan sebagai pompa air. Selain itu, pompa sentrifugal memiliki beberapa

V-13
keuntungan, yaitu ekonomis, hanya memerlukan ruang yang kecil untuk perletakannya,
biaya operasi yang rendah, gangguan operasional sedikit, dan arus air yang mengalir
konstan (Al- Layla, 1978).

Daya pompa dihitung dengan rumus sebagai berikut (Al- Layla, 1978):

 × g × Q ×H
Pw = . ........………………………………………………………………(5.5)

dimana: Pw = daya pompa (watt)


 = massa jenis air (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
H = total head (m)
Q = debit maksimum (m3/det) = 143,68 x 10-3 m3/det
 = efesiensi pompa = 80%

Berikut perhitungan daya pompa untuk jalur I:

9810 kg/m3 x 143,68 x 10-3kg/m3 x 101,965 m


P =
0,8
= 179.649,686 W = 179,649 kW

Berdasarkan hasil referensi, pompa dengan daya 179,649 kW tidak ada di pasaran,
sehingga pompa yang digunakan adalah pompa dengan daya 190 kW

190 kW = (1000kg/m3 x 9,81 m/dt2 x 0,144 m3/dtk x H m)/0,8


H = 107,599

HGL, EGL dan Sisa Tekan Dengan Pompa

a. Titik 0
HGL0 = Elevasi + Head pompa
= 725 m + 107,599 m
= 832,599 m

EGL0 = HGL0 + V2/2g


= 832,599 m + 0,208 m
= 832,807 m

Sisa Tekan = HGL0 - Elevasi


= 832,599 m – 725 m
= 107,599

V-14
b. Titik BPAM
HGLBPAM = HGL0 - HLtotal
= 832,599 – 1,757 m
= 830,842 m

EGLBPAM = HGLBPAM +V2/2g


= 830,842 m+ 0,208 m
= 831,050 m

Sisa Tekan = HGLBPAM - Elevasi


= 830,842 – 825 m
= 5,842 m

5.2.4.2 Jalur 2
Headloss Statis = elevasi pipa di titik akhir jalur transmisi – elevasi pipa di titik awal
jalur
transmisi
= (849,5–774,5) m
= 75 m

Head Pompa = Headloss statis +  Headloss minor +  Headloss mayor +


v2
2g
= 75 m + 0,294 m + 3,982 m + 0,208 m
= 79,484 m

9810 kg/m3 x 143,68 x 10-3kg/m3 x 79,484 m


P =
0,8
= 140.040,952 W = 140,041 kW

Berdasarkan hasil referensi, pompa dengan daya 140,041 kW tidak ada di pasaran,
sehingga pompa yang digunakan adalah pompa dengan daya 150 kW

150 kW = (1000kg/m3 x 9,81 m/dt2 x 0,144 m3/dtk x H m)/0,8


H = 84,947 m

HGL, EGL dan Sisa Tekan Dengan Pompa

a. Titik 0
HGL0 = Elevasi + Head pompa
= 775 m + 84,947 m
= 859,947 m

V-15
EGL0 = HGL0 + V2/2g
= 859,947 m + 0,208 m
= 860,155 m

Sisa Tekan = HGL0 - Elevasi


= 859,947 m - 775
= 84,947
b. Titik BPAM
HGLBPAM = HGL0 - HLtotal
= 859,947 – 4,276 m
= 855,671 m

EGLBPAM = HGLBPAM +V2/2g


= 855,671 m + 0,208 m
= 855,879 m

Sisa Tekan = HGLBPAM - Elevasi


= 855,671 m – 850 m
=5,671

V-16
Tabel 5.1 Perhitungan HGL, EGL dan Sisa Tekan Titik Intake-BPAM Jalur I Transmisi Menggunakan Pompa

Panjang Q max Diameter V Headloss Headloss Headloss Head Elevasi


Tahap Aksesoris Kb V2/2g HGL EGL Sisa Tekan
Pipa (m) (m3/det) (m) (m/det) minor (m) mayor (m) total (m) Pompa (m)
Intake 724,500 849,455 849,609 124,955
Kontraksi 0,143 0,022
Check Valve 0,750 0,116
I 105,55 0,124 0,3 1,740 0,154 1,086 1,303 124,9
2 Gate Valve 0,120 0,037
Ekspansi 0,277 0,043
BPAM 0,218 824,500 848,151 848,306 23,651
Intake 724,500 840,999 841,177 116,499
Kontraksi 0,143 0,025
Check Valve 0,750 0,134 116,5
II 105,55 0,133 0,3 1,870 0,178 1,254 1,505
2 Gate Valve 0,120 0,043
Ekspansi 0,277 0,049
BPAM 0,251 824,500 839,494 839,672 14,994
Intake 724,500 832,100 832,308 107,600
Kontraksi 0,143 0,208 0,030

Check Valve 0,750 0,157 0,156


III 105,55 0,144 0,3 2,020 1,463 1,757 107,6
2 Gate Valve 0,120 0,050 0,050
Ekspansi 0,277 0,058 0,058
BPAM 0,293 824,500 830,343 830,551 5,843

V-17
Tabel 5.2 Perhitungan HGL, EGL dan Sisa Tekan Titik intake-BPAM Jalur II Transmisi Menggunakan Pompa

Panjang Q max Diameter V Headloss Headloss Headloss Head Elevasi


Jalur Aksesoris Kb V2/2g HGL EGL Sisa Tekan
Pipa (m) (m3/det) (m) (m/det) minor (m) mayor (m) total (m) Pompa (m)
Intake 774,500 873,149 873,303 98,649
Kontraksi 0,143 0,022
Check Valve 0,750 0,116
I 287,19 0,124 0,3 1,740 0,154 2,954 3,172 98,6
2 Gate Valve 0,120 0,037
Ekspansi 0,277 0,043
BPAM 0,218 849,500 869,976 870,131 20,476
Intake 774,500 866,473 866,651 91,973
Kontraksi 0,143 0,025
Check Valve 0,750 0,134
II 287,19 0,133 0,3 1,870 0,178 3,412 3,664 92,0
2 Gate Valve 0,120 0,043
Ekspansi 0,277 0,049
BPAM 0,251 849,500 862,809 862,988 13,309
Intake 774,500 859,447 859,655 84,947
Kontraksi 0,143 0,030

Check Valve 0,750 0,156


III 287,19 0,144 0,3 2,020 0,208 3,982 4,275 84,9
2 Gate Valve 0,120 0,050
Ekspansi 0,277 0,058
BPAM 0,293 849,500 855,172 855,380 5,672

V-18
5.2.7 Pemilihan Jalur Transmisi
Perencanaan penyediaan air minum Kota Padang Panjang disediakan dua alternatif jalur pipa
transmisi intake. Intake pada jalur I terletak pada elevasi 725 m, sedamgkan jalur II pada
elevasi 775 m. Oleh karena itu, kedua jalur ini dialirkan dari intake menuju BPAM dengan
bantuan pompa. Pemilihan jalur harus memenuhi kriteria baik dari aspek hidrolis, konstruksi,
ekonomis, serta perlengkapan yang digunakan.

Gambaran tentang jalur transmisi dan profil memanjang kedua jalur dapat dilihat pada
Gambar 5.1, 5.2, 5.3, dan Tabel 5.5 berikut ini menyajikan informasi mengenai kedua jalur
alternatif tersebut:

Tabel 5.3 Pemilihan Jalur Transmisi


Jalur Alternatif
Uraian
Jalur I Jalur II
Diameter (mm) 300 300
Panjang pipa (m) 105,55 287,19
Bend 45° (buah) - -
Bend 22.5° (buah) 3 3
Bend 11,25° (buah) 3 1
Gate valve (buah) 2 2
Check valve (buah) 1 1
Ekspansi (buah) 1 1
Kontraksi (buah) 1 1
Pompa (kw) 190 160

Untuk menentukan jalur pipa mana yang akan dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Aspek hidrolis
Jalur pipa transmisi yang terpilih adalah jalur dengan total kehilangan tekan paling
minimum.
2. Aspek konstruksi
Aspek konstruksi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses pemasangan dan
pemeliharaan pipa transmisi. Dalam pemilihan jalur transmisi, jalur terpilih adalah jalur
yang paling mudah dalam proses konstruksi dan pemeliharaannya.
3. Aspek peralatan
Jalur dengan peralatan perpipaan yang lebih sedikit akan menghemat pengeluaran serta
memudahkan dalam perawatan.
4. Aspek ekonomis
Biaya awal pada pembangunan sistem transmisi mencakup biaya pembelian pipa, aksesoris
pipa, pembebasan lahan, biaya kontruksi dan pembelian bangunan pelepas tekanan.

V-19
sedangkan biaya rutin terdiri dari biaya operasional dan pemeliharaan. Jalur tepilih
haruslah jalur dengan investasi awal dan biaya rutin paling minimum.

Berdasarkan beberapa pertimbangan serta informasi pada Tabel 5.3 jalur pipa yang
digunakan dalam sistem transmisi penyediaan air minum Kota Padang Panjang adalah jalur
alternatif I. Pemilihan ini didasarkan kepada:

1. Panjang pipa pada jalur I lebih pendek dibandingkan dengan jalur II sehingga akan lebih
menguntungkan jika ditinjau dari aspek ekonomis;
2. Headloss total pada jalur II lebih kecil daripada headloss I sehingga mengakibatkan sisa
tekan besar dan air dapat dialirkan dengan lancar.

V-20

Anda mungkin juga menyukai