Lokasi pembangunan Intake haruslah dipilih secermat mungkin untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi pembangunan intake:
1. Pilihlah lokasi yang berarus relatif tenang untuk menghindari kerusakan konstruksi Intake;
2. Lokasi pembangunan intake memiliki tanah yang stabil;
3. Lokasi Intake sebaiknya mudah dicapai;
4. Sebaiknya di bagian hulu sungai;
5. Lokasi intake memiliki air yang cukup baik kualitasnya.
Perencanaan Intake yang direncanakan di Kota Padang Panjang dapat dilihat pada Gambar
5.1, dan Gambar 5.2.
V-2
V-3
V-4
5.2 Sistem Transmisi
Perencanaan Intake I
1. Pipa Inlet
a. Debit maksimum:
tahun 2024 = Qmd = 123,57 x 10-3 m3/dtk
tahun 2029 = Qmd = 132,51 x 10-3 m3/dtk
tahun 2034 = Qmd = 143,68 x 10-3 m3/dtk
Q
d = 2 ,63
0,2785 C S 0 ,54
Dimana jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa
sebesar 110, sehingga didapatkan diameter:
0,144
d= 2 ,63
0 ,2785 110 0,966 0 ,54
d = 0,131 m ≈ 300 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 130
mm, namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 300 mm sehingga kecepatan
yang dibutuhkan menjadi:
c. cek perhitungan:
A = ¼ π d2
A = ¼ (3,14) (0,300)2
A = 0,071 m2
V-5
d. cek kecepatan:
-3 3
Q 123,57 x 10 m /dtk
VI = = = 1,74 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
-3 3
Q 132,51 x 10 m /dtk
VII = = = 1,87 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
-3 3
Q 143,68 x 10 𝑚 /dtk
VIII = = = 2,02 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
2. Pipa Outlet
a. Debit maksimum:
tahun 2024 = Qmd = 123,57 x 10-3 m3/dtk
tahun 2029 = Qmd = 132,51 x 10-3 m3/dtk
tahun 2034 = Qmd = 143,68 x 10-3 m3/dtk
Q
d = 2 ,63
0,2785 C S 0 ,54
Dimana jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa
sebesar 110, sehingga didapatkan diameter
2,63 0,144
d= √0,2785×110×0.9660,54
d = 0,131 m ≈ 300 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 130
mm, namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 300 mm sehingga kecepatan
yang dibutuhkan menjadi:
V-6
c. cek perhitungan:
A = ¼ π d2
A = ¼ (3,14) (0,3)2
A = 0,071 m2
d. cek kecepatan:
-3 3
Q 123,57 x 10 m /dtk
VI = = = 1,74 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
-3 3
Q 132,51 x 10 m /dtk
VII = = = 1,87 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
-3 3
Q 143,68 x 10 𝑚 /dtk
VIII = = = 2,02 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
Perencanaan Intake II
1. Pipa Inlet
a. Debit maksimum:
tahun 2024 = Qmd = 123,57 x 10-3 m3/dtk
tahun 2029 = Qmd = 132,51 x 10-3 m3/dtk
tahun 2034 = Qmd = 143,68 x 10-3 m3/dtk
Q
d= 2 ,63
0,2785 C S 0 ,54
Dimana jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa
sebesar 110, sehingga didapatkan diameter
V-7
2,63 0,144
d= √0,2785×110×0,2680,54
d = 0,171 m ≈ 300 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 171
mm, namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 300 mm sehingga kecepatan
yang dibutuhkan menjadi:
c. cek perhitungan:
A = ¼ π d2
A = ¼ (3,14) (0,3)2
A = 0,071 m2
d. cek kecepatan:
-3 3
Q 123,57 x 10 m /dtk
VI = = = 1,74 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
-3 3
Q 132,51 x 10 m /dtk
VII = = = 1,87 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
-3 3
Q 143,68 x 10 𝑚 /dtk
VIII = = = 2,02 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
2. Pipa Outlet
a. Debit maksimum:
tahun 2024 = Qmd = 123,57 x 10-3 m3/dtk
tahun 2029 = Qmd = 132,51 x 10-3 m3/dtk
tahun 2034 = Qmd = 143,68 x 10-3 m3/dtk
V-8
Q
d= 2 ,63
0,2785 C S 0 ,54
2,63 0,144
d= √0,2785×110×0,2680,54
d = 0,171 m ≈ 300 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 171
mm, namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 300 mm sehingga kecepatan
yang dibutuhkan menjadi:
c. cek perhitungan:
A = ¼ π d2
A = ¼ (3,14) (0,3)2
A = 0,071 m2
d. cek kecepatan:
-3 3
Q 123,57 x 10 m /dtk
VI = = = 1,74 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
-3 3
Q 132,51 x 10 m /dtk
VII = = = 1,87 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
-3 3
Q 143,68 x 10 𝑚 /dtk
VIII = = = 2,02 m/dtk …..ok! (v = 0,6 m/det-3 m/dtk)
A 0,071 m2
V-9
Valve dapat berupa Gate Valve yang diletakkan di awal pipa transmisi (dari intake) dan
ujung sistem perpipaan (ke reservoir) yang berfungsi sebagai penstabilan aliran air atau
pengatur debit aliran yang masuk ke dalam pipa. Air valve diletakkan pada jembatan pipa
berfungsi untuk mengeluarkan udara dari dalam pipa. Check Valve diletakkan di awal
sistem perpipaan transmisi yang berfungsi sebagai pencegah aliran balik dalam pipa.
3. Kontraksi
Suatu keadaan pengecilan tiba-tiba pada daerah alir fluida sehingga kecepatannya
meningkat. Kontraksi menyebabkan fluida berakselerasi saat memasuki daerah yang lebih
kecil. Kontraksi terjadi pada awal jalur transmisi ketika keluar dari intake.
4. Ekspansi
Suatu keadaan pembesaran tiba-tiba pada daerah alir fluida sehingga kecepatannya
menurun. Fluida dari daerah alir yang lebih kecil akan mengalami pancaran memasuki
daerah alir yang lebih besar, pancaran tersebut akan mengisi seluruh permukaan daerah alir
yang lebih besar. Ekspansi terjadi pada akhir jalur transmisi ketika masuk ke dalam
reservoir.
Headloss mayor dan Headloss minor dihitung dengan rumus berikut (Al-Layla, 1977):
v2
Headloss minor = K × ………………………………………………………..(5.2)
2g
L V2
Headloss mayor = 𝑓 × × …………………………………………………..(5.3)
D 2g
V-10
∆H total = Headloss minor + Headloss mayor………………………..…..(5.4)
keterangan:
Headloss minor = kehilangan energi akibat aksesoris (m)
K = koefisien aksessoris
v = kecepatan (m/s)
g = percepatan gravitasi; 9,81 (m/s2)
Headloss mayor = kehilangan energi akibat gesekan sepanjang pipa (m)
f = faktor gesekan, 0,02
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
1. Headloss Mayor
L V2
Hmayor = 𝑓 × ×
D 2g
= 1,463 m
2. Headloss Minor
2,022
Hminor = 0,12 × ; untuk gate valve
2×9,81
= 0,025 m
2,022
Hminor = 0,75 × ; untuk check valve
2×9,81
= 0,156 m
2,022
Hminor = 0,143 × ; untuk kontraksi
2×9,81
= 0,030 m
2,022
Hminor = 0,277 × ; untuk ekspansi
2×9,81
V-11
= 0,058 m
ekspansi
= 0,294 m
= 1,463 m + 0,294 m
= 1,757 m
L V2
Hmayor = 𝑓 × ×
D 2g
= 3,982 m
2. Headloss Minor
2,022
Hminor = 0,12 × ; untuk gate valve
2×9,81
= 0,025 m
2,022
Hminor = 0,75 × ; untuk check valve
2×9,81
= 0,156 m
2,022
Hminor = 0,143 × ; untuk kontraksi
2×9,81
= 0,030 m
V-12
2,022
Hminor =0,277 × ; untuk ekspansi
2×9,81
= 0,058 m
ekspansi
= 0,294 m
= 3,982 m + 0,294 m
= 4,276 m
5.2.4 Pompa
5.2.4.1 Jalur 1
a. Head Pompa
Untuk membantu pemindahan/pengaliran air baku bertekanan dari sumber (yang berada
pada elevasi rendah) seperti sungai dan danau ke tempat yang lebih tinggi seperti menara
air dan reservoar diperlukan sistem perpompaan. Desain kerja pompa sangat ditentukan
oleh kebutuhan teknis operasionalnya.
Headloss Statis = elevasi pipa di titik akhir jalur transmisi – elevasi pipa di titik awal
jalur
transmisi
= (824,5–724,5) m
= 100 m
b. Daya Pompa
Pompa yang digunakan yaitu pompa sentrifugal, karena pompa sentrifugal paling umum
digunakan sebagai pompa air. Selain itu, pompa sentrifugal memiliki beberapa
V-13
keuntungan, yaitu ekonomis, hanya memerlukan ruang yang kecil untuk perletakannya,
biaya operasi yang rendah, gangguan operasional sedikit, dan arus air yang mengalir
konstan (Al- Layla, 1978).
Daya pompa dihitung dengan rumus sebagai berikut (Al- Layla, 1978):
× g × Q ×H
Pw = . ........………………………………………………………………(5.5)
Berdasarkan hasil referensi, pompa dengan daya 179,649 kW tidak ada di pasaran,
sehingga pompa yang digunakan adalah pompa dengan daya 190 kW
a. Titik 0
HGL0 = Elevasi + Head pompa
= 725 m + 107,599 m
= 832,599 m
V-14
b. Titik BPAM
HGLBPAM = HGL0 - HLtotal
= 832,599 – 1,757 m
= 830,842 m
5.2.4.2 Jalur 2
Headloss Statis = elevasi pipa di titik akhir jalur transmisi – elevasi pipa di titik awal
jalur
transmisi
= (849,5–774,5) m
= 75 m
Berdasarkan hasil referensi, pompa dengan daya 140,041 kW tidak ada di pasaran,
sehingga pompa yang digunakan adalah pompa dengan daya 150 kW
a. Titik 0
HGL0 = Elevasi + Head pompa
= 775 m + 84,947 m
= 859,947 m
V-15
EGL0 = HGL0 + V2/2g
= 859,947 m + 0,208 m
= 860,155 m
V-16
Tabel 5.1 Perhitungan HGL, EGL dan Sisa Tekan Titik Intake-BPAM Jalur I Transmisi Menggunakan Pompa
V-17
Tabel 5.2 Perhitungan HGL, EGL dan Sisa Tekan Titik intake-BPAM Jalur II Transmisi Menggunakan Pompa
V-18
5.2.7 Pemilihan Jalur Transmisi
Perencanaan penyediaan air minum Kota Padang Panjang disediakan dua alternatif jalur pipa
transmisi intake. Intake pada jalur I terletak pada elevasi 725 m, sedamgkan jalur II pada
elevasi 775 m. Oleh karena itu, kedua jalur ini dialirkan dari intake menuju BPAM dengan
bantuan pompa. Pemilihan jalur harus memenuhi kriteria baik dari aspek hidrolis, konstruksi,
ekonomis, serta perlengkapan yang digunakan.
Gambaran tentang jalur transmisi dan profil memanjang kedua jalur dapat dilihat pada
Gambar 5.1, 5.2, 5.3, dan Tabel 5.5 berikut ini menyajikan informasi mengenai kedua jalur
alternatif tersebut:
Untuk menentukan jalur pipa mana yang akan dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Aspek hidrolis
Jalur pipa transmisi yang terpilih adalah jalur dengan total kehilangan tekan paling
minimum.
2. Aspek konstruksi
Aspek konstruksi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses pemasangan dan
pemeliharaan pipa transmisi. Dalam pemilihan jalur transmisi, jalur terpilih adalah jalur
yang paling mudah dalam proses konstruksi dan pemeliharaannya.
3. Aspek peralatan
Jalur dengan peralatan perpipaan yang lebih sedikit akan menghemat pengeluaran serta
memudahkan dalam perawatan.
4. Aspek ekonomis
Biaya awal pada pembangunan sistem transmisi mencakup biaya pembelian pipa, aksesoris
pipa, pembebasan lahan, biaya kontruksi dan pembelian bangunan pelepas tekanan.
V-19
sedangkan biaya rutin terdiri dari biaya operasional dan pemeliharaan. Jalur tepilih
haruslah jalur dengan investasi awal dan biaya rutin paling minimum.
Berdasarkan beberapa pertimbangan serta informasi pada Tabel 5.3 jalur pipa yang
digunakan dalam sistem transmisi penyediaan air minum Kota Padang Panjang adalah jalur
alternatif I. Pemilihan ini didasarkan kepada:
1. Panjang pipa pada jalur I lebih pendek dibandingkan dengan jalur II sehingga akan lebih
menguntungkan jika ditinjau dari aspek ekonomis;
2. Headloss total pada jalur II lebih kecil daripada headloss I sehingga mengakibatkan sisa
tekan besar dan air dapat dialirkan dengan lancar.
V-20