Sumber air baku yang dipilih untuk Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, Bayang, dan Koto XI
Tarusan adalah air sungai Batang Tarusan. Sumber air baku merupakan air permukaan. Air
sungai mempunyai debit air yang cukup besar, kuantitas yang stabil baik di musim hujan
maupun di musim kemarau, dan berfluktuasi meski kualitas air relatif kurang baik dan
membutuhkan pengolahan yang kompleks.
Bangunan penangkap air yang akan digunakan adalah Intake. Intake adalah bangunan berupa
bak yang berada di dekat sungai yang berfungsi sebagai penangkap air, di mana pada sistem
transmisi menggunakan pipa GIP untuk selanjutnya dengan menggunakan pompa dialirkan
menuju BPAM.
Lokasi pembangunan Intake haruslah dipilih secermat mungkin untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi pembangunan intake:
1. Pilihlah lokasi yang berarus relatif tenang untuk menghindari kerusakan konstruksi Intake;
2. Lokasi pembangunan intake memiliki tanah yang stabil;
3. Lokasi intake sebaiknya mudah dicapai;
4. Sebaiknya di bagian hulu sungai;
5. Lokasi intake memiliki air yang cukup baik kualitasnya.
a. Pipa Inlet
1) Debit maksimum:
Tahun 2027= Qmd = 0,333 m3/det
Tahun 2032= Qmd = 0,360 m3/det
Tahun 2037= Qmd = 0,409 m3/det
2) Diameter pipa inlet menggunakan rumus Hazen William:
C: Koefisien kekasaran pipa = 150
L: Panjang Pipa = 127,47 m
Q: 0,2785 C x D2,63 x S 0.54
Headloss Statits = muka air intake – muka air reservoir
= (378 – 372) m
=6m
Head Statis + Sisa Tekan
S=
L
6+2
= = 0,062
127,47
Jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa sebesar 150,
sehingga untuk diameter pipa adalah:
2,63 0,6127
d= √
0,2785 x 150 x (0,062)0,54
d = 0,356 m = 356 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 356 mm,
namun di pasaran diameter pipa yang tersedia adalah 450 mm sehingga kecepatan yang
dibutuhkan menjadi
3) Cek perhitungan
1
A= πd2
4
1
A = (3,14)(0,45)2
4
A=0,158 m2
Q 0,360 m3 /det
V2 = A = = 2,278 m/det…… ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
Q 0,409 m3 /det
V3 = A = = 2,588 m/det…….ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
b. Pipa Outlet
1) Debit maksimum:
Tahun 2027 = Qmd = 0,333 m3/det
Tahun 2032 = Qmd = 0,360 m3/det
Tahun 2037 = Qmd = 0,409 m3/det
2) Diameter pipa inlet menggunakan rumus Hazen William:
C: Koefisien kekasaran pipa = 150
L: Panjang Pipa = 127,47 m
Q: 0,2785 C x D2,63 x S0.54
Headloss Statits = muka air intake – muka air reservoir
= (378 – 372) m
=6m
Head Statis + Sisa Tekan
S=
L
6+2
= = 0,062
127,47
Jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa sebesar 150,
sehingga untuk diameter pipa adalah:
2,63 0,6127
d= √
0,2785 x 150 x (0,062)0,54
d = 0,356 m = 356 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 356 mm,
namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 450 mm sehingga kecepatan yang
dibutuhkan menjadi
3) Cek perhitungan
1
A= πd2
4
1
A = (3,14)(0,45)2
4
A=0,158 m2
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 74
4) Cek kecepatan:
Q 0,333 m3 /det
V1 = A = = 2,107 m/det ……ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
Q 0,360 m3 /det
V2 = A = = 2,278 m/det…… ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
Q 0,409 m3 /det
V3 = A = = 2,588 m/det…….ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
2. Jalur 2
a. Pipa Inlet
1) Debit maksimum:
Tahun 2027= Qmd = 0,333 m3/det
Tahun 2032= Qmd = 0,360 m3/det
Tahun 2037= Qmd = 0,409 m3/det
2) Diameter pipa inlet menggunakan rumus Hazen William:
C: Koefisien kekasaran pipa = 150
L: Panjang Pipa = 155,45 m
Q: 0,2785 C x D2,63 x S 0.54
Headloss Statits = muka air intake – muka air reservoir
= (378 – 372) m
=6m
Head Statis + Sisa Tekan
S=
L
6+2
= = 0,051
155,45
Jenis pipa yang digunakan pipa baja baru dengan nilai koefisien kekasaran pipa sebesar 150,
sehingga untuk diameter pipa adalah:
2,63 0,6127
d= √
0,2785 x 150 x (0,051)0,54
d = 0,418 m = 418 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 418 mm,
namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 450 mm sehingga kecepatan yang
dibutuhkan menjadi
3) Cek perhitungan
1
A= πd2
4
1
A = (3,14)(0,45)2
4
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 75
A=0,158 m2
4) Cek kecepatan:
Q 0,333 m3 /det
V1 = A = = 2,107 m/det ……ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
Q 0,360 m3 /det
V2 = A = = 2,278 m/det…… ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
Q 0,409 m3 /det
V3 = A = = 2,588 m/det…….ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
b. Pipa Outlet
1) Debit maksimum:
Tahun 2027 = Qmd = 0,333 m3/det
Tahun 2032 = Qmd = 0,360 m3/det
Tahun 2037 = Qmd = 0,409 m3/det
2,63 0,6127
d= √
0,2785 x 150 x (0,051)0,54
d = 0,418 m = 418 mm
Diameter pipa yang dibutuhkan dengan sisa tekan yang diharapkan 2 meter adalah 418 mm,
namun dipasaran diameter pipa yang tersedia adalah 450 mm sehingga kecepatan yang
dibutuhkan menjadi
3) Cek perhitungan
1
A= πd2
4
4) Cek kecepatan:
Q 0,333 m3 /det
V1 = A = = 2,107 m/det ……ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
Q 0,360 m3 /det
V2 = A = = 2,278 m/det…… ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
Q 0,409 m3 /det
V3 = A = = 2,588 m/det…….ok! (v = 0,6 m/det – 3 m/det)
0,158 m2
Pipa transmisi pada Kabupaten Pesisir Selatan menggunakan diameter yang sama yaitu 420
mm, diameter ini sama dengan diameter pipa outlet pada intake. Elevasi pipa diletakkan ± 50-
100 cm di bawah permukaan tanah. Pada tikungan atau belokan dilengkapi dengan Bend
sedangkan di awal pipa transmisi (dari intake) dan pada akhir pipa transimisi (ke reservoir)
digunakan Gate Valve. Selain itu di awal sistem transmisi juga digunakan Check Valve untuk
menjaga agar air dalam pipa hisap tidak balik.
Aksesoris juga digunakan pada sistem perpipaan transmisi ini, peletakan dari aksesoris tersebut
adalah:
1. Bend
Bend digunakan pada tiap pembelokan pipa, beberapa kemiringan Bend 11,250, 22,50, dan
450 dan lain-lain.
2. Valve
Valve dapat berupa Gate Valve yang diletakkan di awal pipa transmisi (dari intake) dan ujung
sistem perpipaan (ke reservoir) yang berfungsi sebagai penstabilan aliran air atau pengatur
debit aliran yang masuk ke dalam pipa. Air valve diletakkan pada jembatan pipa berfungsi
untuk mengeluarkan udara dari dalam pipa. Check Valve diletakkan di awal sistem perpipaan
transmisi yang berfungsi sebagai pencegah aliran balik dalam pipa.
Headloss mayor dan Headloss minor dihitung dengan rumus berikut (Al-Layla, 1977):
v2
Headloss minor =K× …………………………………………………................(5.2)
2g
1
0.54 0.54
Q×L
Headloss mayor =( ) ……………………………...................(5.3)
0.2785 × D2.63 × C
Jalur I
1) Titik 0-A
1/0,54
0,409 x (47,94)0,54
=( )
0,2785 x (0,45)2,63 x 150
= 0,446 m
v2
Hminor Gate Valve =K× 2g
(2,58)2
= 0,12 × 2(9,81)
= 0,04 m
v2
Hminor Kontraksi =K× 2g
(2,58)2
= 0,143 × 2(9,81)
= 0,048 m
∆H Total = Headloss mayor + Headloss minor
= 0,446 + 0,04 + 0,048
= 0,534 m
2) Titik A-B
1/0,54
0,409 x (35,84)0,54
=( )
0,2785 x (0,45)2,63 x 150
(2,58)2
= 0,0455 × 2(9,81)
= 0,015 m
∆H Total = Headloss mayor + Headloss minor
= 0,333 + 0,015
= 0,348
3) Titik B-C
1/0,54
0,409 x (32,88)0,54
=( )
0,2785 x (0,45)2,63 x 150
= 0,306 m
v2
Hminor Bend 11,25 =K× 2g
(2,58)2
= 0,0455 × 2(9,81)
= 0,015 m
∆H Total = Headloss mayor + Headloss minor
= 0,306 m + 0,015 m
= 0,321 m
4) Titik C-R
1/0,54
0,409 x (38,79)0,54
=( )
0,2785 x (0,45)2,63 x 150
(2,58)2
= 0,12 × 2(9,81)
= 0,04 m
v2
Hminor Kontraksi =K× 2g
(2,58)2
= 0,143 × 2(9,81)
= 0,048 m
∆H Total = Headloss mayor + Headloss minor
= 0,361 + 0,04 + 0,048
= 0,449
Jalur II
1) Titik 0-A
1/0,54
0,409 x (45,82)0,54
=( )
0,2785 x (0,45)2,63 x 150
= 0,426 m
v2
Hminor Gate Valve =K× 2g
(2,58)2
= 0,12 × 2(9,81)
= 0,04 m
v2
Hminor Kontraksi =K× 2g
(2,58)2
= 0,143 × 2(9,81)
= 0,048 m
∆H Total = Headloss mayor + Headloss minor
= 0,426 + 0,04 + 0,048
= 0,514 m
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 81
2) Titik A-B
= 0,287 m
v2
Hminor Bend 11,25 =K× 2g
(2,58)2
= 0,0455 × 2(9,81)
= 0,015 m
∆H Total = Headloss mayor + Headloss minor
= 0,287 + 0,015
= 0,302
3) Titik B-C
1/0,54
0,409 x (30,70)0,54
=( )
0,2785 x (0,45)2,63 x 150
= 0,285 m
v2
Hminor Bend 11,25 =K× 2g
(2,58)2
= 0,0455 × 2(9,81)
= 0,015 m
∆H Total = Headloss mayor + Headloss minor
= 0,285 m + 0,015 m
= 0,3 m
1/0,54
0,409 x (20,11)0,54
=( 2,63 )
0,2785 x (0,45) x 150
= 0,187 m
v2
Hminor Gate Valve =K× 2g
(2,58)2
= 0,12 × 2(9,81)
= 0,04 m
v2
Hminor Kontraksi =K× 2g
(2,58)2
= 0,143 × 2(9,81)
= 0,048 m
∆H Total = Headloss mayor + Headloss minor
= 0,187 + 0,04 + 0,048
= 0,275
Untuk membantu pemindahan/pengaliran air baku bertekanan dari sumber (yang berada pada
elevasi rendah) seperti sungai dan danau ke tempat yang lebih tinggi seperti menara air dan
reservoar diperlukan sistem perpompaan. Desain kerja pompa sangat ditentukan oleh kebutuhan
teknis operasionalnya.
Berdasarkan hasil referensi karena pompa dengan daya 38,76 kW tidak ada di pasaran maka
digunakan adalah pompa dengan daya 40 kW.
H = 7,97 m
a. Titik 0
HGL0 = Eleveasi Titik 0
= 378 m
EGL0 = HGL0 + V2/2g
= 378 m + 0,339 m
= 15,247 m
Sisa Tekan = HGL0 – Elevasi
= 378 m – 378 m
=0m
b. Titik 0-A
HGLA = HGL0 – HLtotal 0-A
= 378 m – 0,534 m
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 84
= 377,466 m
EGLA = HGLA +V2/2g
= 377,466 m + 0,339 m
= 377,805 m
Sisa Tekan = HGLA – Elevasi A
= 377,466 m – 377 m
= 0,466 m
c. Titik A-B
HGLB = HGL0-A– HLtotal A-B
= 377,466 m – 0,348 m
= 377,116 m
EGLB = HGLB +V2 /2g
= 377,118 m + 0,339 m
= 377,457 m
Sisa Tekan = HGLB – Elevasi B
= 377,116 m – 375 m
= 2,116 m
d. Titik B-C
HGLC = HGLA-B – HLtotal B-C
= 377,116 m – 0,321 m
= 376,795 m
EGLC = HGLC +V2 /2g
= 376,795 m + 0,339 m
= 377,134 m
Sisa Tekan = HGLC – Elevasi C
= 376,795 m – 374 m
= 2,795 m
e. Titik C-R
HGLR = HGLB-C – HLtotal C-R
= 376,795 m – 0,449 m
= 376,346 m
EGLR = HGLR +V2 /2g
= 376,346 m + 0,339 m
a. Titik 0
EGL0 = Head pompa + Elevasi
= 7,97 m + 372 m
= 379,97 m
HGL0 = EGL0 – V2 /2g
= 379,97 m – 0,339 m
= 379,631 m
Sisa Tekan = HGL0 – Elevasi
= 379,631 m – 372 m
= 7,631 m
b. Titik A
EGLA = EGL0 – HL0-A
= 379,97 m – 0,515 m
= 379,455 m
HGLA = EGLA – V2 /2g
= 379,455 m – 0,339 m
= 379,116 m
Sisa Tekan = HGLA – Elevasi
= 379,116 m – 373 m
= 6,116 m
c. Titik B
EGLB = EGLA – HLA-B
= 379,455 m - 0,3021 m
= 379,152 m
HGLB = EGLB – V2 /2g
= 379,152 m - 0,339 m
= 378,813 m
Sisa Tekan = HGLB – Elevasi
d. Titik C
EGLC = EGLB – HLB-C
= 379,152 m - 0,301 m
= 378,851 m
HGLC = EGLC – V2 /2g
= 378,851 m – 0,339 m
= 378,512 m
Sisa Tekan = HGLC – Elevasi
= 378,512 m – 376 m
= 2,512 m
e. Titik R
EGLR = EGLC – HLC-R
= 378,851 m – 0,276 m
= 378,575 m
HGLR = EGLR – V2 /2g
= 378,575 m - 0,339 m
= 378,236 m
Sisa Tekan = HGLR – Elevasi
= 378,236 m – 378 m
= 0,236 m
Perhitungan garis HGL, EGL dan sisa tekan pada jalur transmisi tanpa menggunakan pompa
pada Tabel 5.1 dan perhitungan garis HGL, EGL dan sisa tekan pada jalur transmisi
menggunakan pompa dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Berdasarkan informasi pada Tabel 5.3, jalur pipa yang digunakan dalam sistem transmisi
penyediaan air minum Kabupaten Pesisir Selatan adalah jalur alternatif I dengan pertimbangan
sebagai berikut:
a. Aspek hidrolis
Jalur pipa transmisi I memiliki sisa tekan yang lebih besar dibandingkan jalur II.
b. Aspek konstruksi
Jalur II adalah jalur yang paling mudah dalam proses konstruksi dan pemeliharaannya dari
pada jalur I karena memiliki aksesoris yang lebih sedikit dari jalur sehingga mudah dalam
pemeliharaannya.
c. Aspek peralatan
Jalur II dengan peralatan perpipaan yang lebih sedikit daripada jalur I sehingga jalur II
memiliki pengeluaran peralatan lebih kecil. Selain itu, jalur II tidak menggunakan pompa
sehingga dapat menekan pengeluaran.
d. Aspek ekonomis
Biaya pembangunan sistem transmisi jalur II tidak menggunakan daya pompa sehingga
pengeluaran lebih kecil daripada jalur I.
Dalam perencanaan sistem distribusi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan antara
lain:
a. Air harus sampai ke konsumen dalam kondisi memenuhi standar kualitas yakni tidak boleh
terkontaminasi;
b. air tersedia dalam jumlah yang cukup (24 jam);
c. kebocoran seminimal mungkin dalam sistem perpipaan dengan cara memilih pipa dengan
mutu baik dan peralatan yang efisien;
d. tekanan cukup supaya pengaliran berjalan normal.
Perencanaan reservoar terdiri dari perhitungan volume reservoar yang ditentukan berdasarkan
kebutuhan air per hari dan volume kebakaran. Asumsi pemakaian air bersih ditetapkan menurut
waktu dan jumlah jam pemakaian serta suplai air setiap jam. Untuk merencanakan volume dari
reservoar ditambahkan dengan debit kebakaran di Kabupaten Pesisir Selatan, karena jika terjadi
insiden kebakaran di Kabupaten Pesisir Selatan, sumber air yang digunakan berasal dari
pelayanan oleh PDAM, sehingga diharapkan walaupun terjadi kebakaran suplai air untuk
konsumen tidak terganggu.
Rumus umum yang digunakan untuk menghitung volume reservoar: volume resevoar pada Qp
Volume Reservoar (L) = (Qp × %A) + Vkebakaran)
(ΣSurplus + ΣDefisit)
%A =
2
Dimana:
Qmd = Debit maksimum
%A = Nilai fluktuasi pemakaian air
Nilai A% merupakan nilai yang diperoleh dari fluktuasi pemakaian air Kabupaten Pesisir
Selatan selama satu hari, dengan memperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
a. % Pemakaian total = pemakaian tiap jam x jumlah jam;
b. % Suplai tiap jam = 100% / 24 jam;
Dimensi reservoar ditentukan dari hasil perhitungan volume reservoar yang diperoleh. Untuk
memenuhi kebutuhan volume tersebut, maka direncanakan reservoar dengan perhitungan
sebagai berikut:
1. Perbandingan panjang reservoar dan lebar reservoar = 3 : 1
2. Asumsi tinggi muka air pada reservoar = 6,5 m (belum termasuk freeboard)
Sehingga dari asumsi tersebut dapat ditentukan:
1. Volume 1 unit kompartemen resevoar = p × l × t
3.168 = 3L × L × 6,5
3.168 = 19,5 L2
L2 = 162,4
L = √162,4
L = 12,746 m
Karena P = 3L maka P
P = 3 (12,746) = 38,238 m
2. Panjang kompartemen resevoar = 38,238 ≈ 38 m
3. Lebar kompartemen resevoar = 12,746 m ≈ 13 m
4×A 4×0,192
D=√ =√
3,14 3,14
D = 0,494 m = 500 mm
e. Cek kecepatan:
Q 0,455 m3 /dtk
V1 = = = 2,37 m/dtk ……ok! (v = 0,6 m/dtk – 3 m/dtk)
A 0,192 m2
Q 0,492 m3 /dtk
V2 = = = 2,56 m/dtk…… ok! (v = 0,6 m/dtk – 3 m/dtk)
A 0,192 m2
Q 0,558 m3 /dtk
V3 = = = 2,90 m/dtk…….ok! (v = 0,6 m/dtk – 3 m/dtk)
A 0,192 m2
Denah reservoar dan potongannya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.6 dan
Gambar 5.7
100
Gambar 5.8 Peta Blok Pelayanan Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber: Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Minum, 2023
Jumlah penduduk dan persen pelayanan pada masing-masing daerah pelayanan Kabupaten
Pesisir Selatan pada akhir periode desain (tahun 2027) adalah:
1. Jumlah penduduk total tahun 2027 = 114.032 jiwa
2. Tingkat pelayanan = 85 %
3. Jumlah penduduk yang terlayani tahun 2027 = 96.927 jiwa
4. Persentase daerah kepadatan A (blok A) = 12 %
Persentase daerah kepadatan B (blok A) = 18 %
Persentase daerah kepadatan C (blok C) = 19 %
Persentase daerah kepadatan D (blok D) = 29 %
Persentase daerah kepadatan E (blok E) = 11 %
Persentase daerah kepadatan F (blok F) = 11 %
Jumlah penduduk blok A = 12% x 96.927 jiwa = 11.631 jiwa
Jumlah penduduk blok B = 18 % x 96.927 jiwa = 17.446 jiwa
Jumlah penduduk blok C = 19 % x 96.927 jiwa = 18.416 jiwa
Jumlah penduduk blok D = 29 % x 96.927 jiwa = 28.108 jiwa
Jumlah penduduk blok E = 11 % x 96.927 jiwa = 10.662 jiwa
Jumlah penduduk blok F = 11 % x 96.927 jiwa = 10.662 jiwa
Jumlah penduduk dan persen pelayanan pada masing-masing daerah pelayanan Kabupaten
Pesisir Selatan pada akhir periode desain (tahun 2032) adalah:
1. Jumlah penduduk total tahun 2032 = 124.435 jiwa
2. Tingkat pelayanan = 90 %
3. Jumlah penduduk yang terlayani tahun 2032 = 111.992 jiwa
4. Persentase daerah kepadatan A (blok A) = 12 %
Persentase daerah kepadatan B (blok A) = 18 %
Persentase daerah kepadatan C (blok C) = 19 %
Persentase daerah kepadatan D (blok D) = 29 %
Persentase daerah kepadatan E (blok E) = 11 %
Persentase daerah kepadatan F (blok F) = 11 %
Jumlah penduduk blok A = 12% x 111.992 jiwa = 13.439 jiwa
Jumlah penduduk blok B = 18 % x 111.992 jiwa = 20.159 jiwa
Jumlah penduduk blok C = 19 % x 111.992 jiwa = 21.278 jiwa
Jumlah penduduk blok D = 29 % x 111.992 jiwa = 32.478 jiwa
Jumlah penduduk blok E = 11 % x 111.992 jiwa = 12.319 jiwa
Jumlah penduduk blok F = 11 % x 111.992 jiwa = 12.319 jiwa
Kebutuhan air domestik masing-masing blok di daerah pelayanan ditentukan oleh persen
pengguna Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) di daerah pelayanan pada setiap
periode desain yaitu pada tahap I, tahap II dan tahap III. Persen pengguna SR dan HU pada
tahap I adalah 91,66% dan 8,3%, pada tahap II adalah 94% dan 6% sedangkan pada tahap III
adalah 97% dan 3%. Jenis perumahan di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari rumah
permanen, semi permanen dan non permanen. Berikut persentase perbandingan jenis
perumahan di Kabupaten Pesisir Selatan yang ditampilkan pada Tabel 5.8.
Data dari Tabel 5.8 di atas dapat diketahui persentase jenis rumah yang ada di Kabupaten
Pesisir Selatan, sehingga didapatkan persentase penggunaan Sambungan Rumah (SR) dan
Hidran Umum (HU) yang diasumsikan sebagai berikut:
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 104
1. Rumah permanen, semuanya menggunakan SR;
2. rumah semi permanen, 2/3 menggunakan SR dan 1/3 menggunakan HU;
3. rumah non permanen, semuanya menggunakan HU.
Kebutuhan Air Domestik = % Pengguna Sambungan x Jumlah Pengguna Sambungan x
Standar Kebutuhan Air
Berikut perhitungan kebutuhan air domestik di Kabupaten Pesisir Selatan:
Blok A Tahap III
a. % Pengguna SR = % rumah permanen + (2/3 x % rumah semi permanen)
= 95% + (2/3 x 3%)
= 97%
Jumlah pengguna SR = % pengguna SR x jumlah penduduk terlayani
= 97% x 15.479 jiwa
= 15.015 jiwa
Kebutuhan air untuk SR = 15.015 jiwa x 100 L/orang/hari/86.400 det
= 17,378 L/det
= 0,0173 m3 /det
b. % Pengguna HU = % rumah non permanen + (1/3 x % rumah semi permanen)
= 2% + (1/3 x 3%)
= 3%
Jumlah pengguna HU = % pengguna HU x jumlah penduduk terlayani
= 3% x 15.479 jiwa
= 464 jiwa
Kebutuhan air untuk HU = 464 jiwa x 30 L/orang/hari/86.400 det
= 0,16 L/det
= 0,0001 m3 /det
Tabel 5.9 Rekapitulasi Penduduk Domestik (SR dan HU) Kabupaten Pesisir Selatan
Kode Tahap I
Tahun Tahap II (2032) Tahap III (2037)
Blok (2027)
Jumlah Penduduk Yang Terlayani (Jiwa) 11.631 13.439 15.479
Sambungan SR (%) 91,67% 94,67% 97%
A Jumlah Pengguna SR (Jiwa) 7.519 8.248 8.942
Sambungan HU (%) 8,33% 5,33% 3%
Jumlah Pengguna HU (jiwa) 626 440 268
Jumlah Penduduk Yang Terlayani (Jiwa) 17.446 20.159 23.219
Sambungan SR (%) 91,67% 94,67% 97%
B Jumlah Pengguna SR (Jiwa) 11.278 12.371 13.413
Sambungan HU (%) 8,33% 5,33% 3%
Jumlah Pengguna HU (jiwa) 939 659 402
Jumlah Penduduk Yang Terlayani (Jiwa) 18.416 21.278 24.509
C Sambungan SR (%) 91,67% 94,67% 97%
Jumlah Pengguna SR (Jiwa) 12.531 13.746 14.904
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 105
Kode Tahap I
Tahun Tahap II (2032) Tahap III (2037)
Blok (2027)
Sambungan HU (%) 8,33% 5,33% 3%
Jumlah Pengguna HU (jiwa) 1.044 733 447
Jumlah Penduduk Yang Terlayani (Jiwa) 28.108 32.478 37.409
Sambungan SR (%) 91,67% 94,67% 97%
D Jumlah Pengguna SR (Jiwa) 17.544 19.245 20.866
Sambungan HU (%) 8,33% 5,33% 3%
Jumlah Pengguna HU (jiwa) 1.461 1.026 626
Jumlah Penduduk Yang Terlayani (Jiwa) 10.662 12.319 14.189
Sambungan SR (%) 91,67% 94,67% 97%
E Jumlah Pengguna SR (Jiwa) 6.893 7.560 8.197
Sambungan HU (%) 8,33% 5,33% 3%
Jumlah Pengguna HU (jiwa) 574 403 246
Jumlah Penduduk Yang Terlayani (Jiwa) 10.662 12.319 14.189
Sambungan SR (%) 91,67% 94,67% 97%
F Jumlah Pengguna SR (Jiwa) 6.893 7.560 8.197
Sambungan HU (%) 8,33% 5,33% 3%
Jumlah Pengguna HU (jiwa) 574 403 246
Sumber: Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Minum, 2023
Tabel 5.10 Kebutuhan Air Domestik Daerah Pelayanan Kabupaten Pesisir Selatan
Standar
Jumlah Jumlah Penduduk Kebutuhan Air
Kebutuhan Kebutuhan
Penduduk (Jiwa) (L/o/h)
Kode Blok Air(L/o/h) Total (× 10-3
Terlayani
m3/det)
(Jiwa) SR HU SR HU SR HU
Tahap I
A 11.631 100 30 7.519 626 0,0087 0,0002 0,0089
B 17.446 100 30 11.278 939 0,0131 0,0003 0,0134
C 18.416 100 30 12.531 1.044 0,0145 0,0004 0,0149
D 28.108 100 30 17.544 1.461 0,0203 0,0005 0,0208
E 10.662 100 30 6.893 574 0,0080 0,0002 0,0082
F 10.662 100 30 6.893 574 0,0080 0,0002 0,0082
Total 96.927 62.658 5.218 0,0726 0,0018 0,0744
Tahap II
A 13.439 100 30 8.248 440 0,0095 0,0002 0,0097
B 20.159 100 30 12.371 659 0,0143 0,0002 0,0145
C 21.278 100 30 13.746 733 0,0159 0,0003 0,0162
D 32.478 100 30 19.245 1.026 0,0223 0,0004 0,0226
E 12.319 100 30 7.560 403 0,0088 0,0001 0,0089
F 12.319 100 30 7.560 403 0,0088 0,0001 0,0089
Total 111.992 68.730 3.664 0,0796 0,0013 0,0808
Tahap III
A 15.479 100 30 8.942 268 0,0104 0,0001 0,0104
B 23.219 100 30 13.413 402 0,0155 0,0001 0,0157
C 24.509 100 30 14.904 447 0,0173 0,0002 0,0174
D 37.409 100 30 20.866 626 0,0242 0,0002 0,0244
E 14.189 100 30 8.197 346 0,0095 0,0001 0,0096
F 14.189 100 30 8.197 346 0,0095 0,0001 0,0096
Total 128.998 74.519 2.435 0,0864 0,0008 0,0871
Perhitungan EP Pengguna HU
Penduduk HU x 30 L/O/H
Rumus =
Kebutuhan Air Domestik
Contoh perhitungan EP pengguna HU blok A tahap III:
268 x 30 L/O/H
Tahap III =
100 L/o/h
HANNA DIVANY PUTRIA ZOELKY (2110943013) 106
Tahap III = 80 Jiwa
Tabel 5.11 EP Pengguna HU
Standar Kebutuhan
Jumlah
Kode Blok Tahap Satuan Kebutuhan Air Domestik EP
Penduduk HU
(L/o/h) (L/o/h)
I 626 Jiwa 188
A II 440 Jiwa 30 100 132
III 268 Jiwa 80
I 939 Jiwa 282
B II 659 Jiwa 30 100 198
III 402 Jiwa 121
I 1.044 Jiwa 313
C II 733 Jiwa 30 100 220
III 447 Jiwa 134
I 1.461 Jiwa 438
D II 1.026 Jiwa 30 100 308
III 626 Jiwa 188
I 574 Jiwa 172
E II 403 Jiwa 30 100 121
III 246 Jiwa 74
I 574 Jiwa 172
F II 403 Jiwa 30 100 121
III 246 Jiwa 74
Sumber: Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Minum, 2023
Berikut perhitungan air domestik di Kabupaten Pesisir Selatan pada Tahap III blok A:
Tabel 5.13 Kebutuhan Air Domestik Daerah Pelayanan Kabupaten Pesisir Selatan Tahap I
Kode Blok Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Air (L/o/h) Kebutuhan Domestik (m3/det)
Tabel 5.14 Kebutuhan Air Domestik Daerah Pelayanan Kabupaten Pesisir Selatan Tahap II
Kode Blok Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Air (L/o/h) Kebutuhan Domestik (m3/det)
Tabel 5.14 Kebutuhan Air Domestik Daerah Pelayanan Kabupaten Pesisir Selatan Tahap III
Kode Blok Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Air (L/o/h) Kebutuhan Domestik (m3/det)
Kebutuhan air non domestik daerah pelayanan tergantung pada jumlah fasilitas yang terdapat
dalam setiap blok pelayanan. Keterangan lebih lanjut mengenai persebaran fasilitas dan
kebutuhan air non domestik daerah pelayanan pada masing-masing tahap dapat dilihat pada
tabel.
= 0,0188 m3/dtk
= 0,0038 m3/dtk
= 5% x 0,0188 m3/dtk
= 0,0009 m3/dtk
= 0,0047 m3/dtk
= 0,0235 m3/dtk
= 0,0352 m3/dtk
Rekapitulasi kebutuhan total air dan kebutuhan puncak daerah pelayanan Kabupaten Pesisir
Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.26, Tabel 5.27 dan Tabel 5.28.
1. Tahap I
Gambar 5.10 Jalur Distribusi Kecamatan Alternatif I Tahap I (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.11 Profile of Head Alternatif I Tahap I Jalur I (Tanpa Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-F1-E1-E2-B1-B2
Gambar 5.13 Profile of Head Alternatif I Tahap I Jalur III (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-F1-C1-C2-D1
Gambar 5.14 Profile of Head Alternatif I Tahap I Jalur IV (Tanpa Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-F1-D2-D1
Tabel 5.30 Data Network Link Alternatif I Tahap I (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.15 Jalur Distribusi Kecamatan Alternatif I Tahap II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.16 Profile of Head Alternatif I Tahap II Jalur I (Tanpa Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-F1-E1-E2-B1-B2
Gambar 5.17 Profile of Head Alternatif I Tahap II Jalur II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-F1-C1-A1-B2
Gambar 5.19 Profile of Head Alternatif I Tahap II Jalur IV (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-F1-D2-D1
Tabel 5.32 Data Network Link Alternatif I Tahap II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.20 Jalur Distribusi Kecamatan Alternatif I Tahap III (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.21 Profile of Head Alternatif I Tahap III Jalur I (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-F1-E1-E2-B1-B2
Gambar 5.22 Profile of Head Alternatif I Tahap III Jalur II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-F1-C1-A1-B2
Gambar 5.24 Profile of Head Alternatif I Tahap III Jalur IV (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-F1-D2-D1-C2
Tabel 5.34 Data Network Link Alternatif I Tahap III (Tanpa Hydrant Kebakaran)
1. Tahap I
Gambar 5.25 Jalur Distribusi Kecamatan Alternatif II Tahap I (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.26 Profile of Head Alternatif II Tahap I Jalur I (Tanpa Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-D1-D2-F1-E1-E2-B1-B2
Gambar 5.27 Profile of Head Alternatif II Tahap I Jalur II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM- D1-D2-F1-C1-A1-B2
Gambar 5.29 Profile of Head Alternatif II Tahap I Jalur IV (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-D1-C2
Tabel 5.36 Data Network Link Alternatif II Tahap I (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.30 Jalur Distribusi Kecamatan Alternatif II Tahap II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.31 Profile of Head Alternatif II Tahap II Jalur I (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-D1-D2-F1-E1-E2-B1
Gambar 5.32 Profile of Head Alternatif II Tahap II Jalur II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM- D1-C2-C1-A1-B2-B1
Tabel 5.37 Data Network Nodes Alternatif II Tahap II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
3. Tahap III
Gambar 5.34 Jalur Distribusi Kecamatan Alternatif II Tahap III (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.36 Profile of Head Alternatif II Tahap III Jalur II (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM- D1-D2-F1-C1-A1-B2
Gambar 5.37 Profile of Head Alternatif II Tahap III Jalur III (Tanpa Hydrant Kebakaran)
Aliran Intake-BPAM-D1-C2-C1-A1-B2
Tabel 5.40 Data Network Link Alternatif II Tahap III (Tanpa Hydrant Kebakaran)
1. Tahap I
Gambar 5.39 Profile of Head Alternatif I Tahap I Jalur I (Hydrant Kebakaran) Aliran Intake-
BPAM-F1-E1-E2-B1-B2
Gambar 5.40 Profile of Head Alternatif I Tahap I Jalur II (Hydrant Kebakaran) Aliran Intake-
BPAM-F1-C1-A1-B2
Gambar 5.42 Profile of Head Alternatif I Tahap I Jalur IV (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-F1-Fire Hydrant-D1
2. Tahap II
Gambar 5.45 Profile of Head Alternatif I Tahap II Jalur II (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-F1-C1-A1-B2
Gambar 5.46 Profile of Head Alternatif I Tahap II Jalur III (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-F1-C1-C2
3. Tahap III
Gambar 5.48 Jalur Distribusi Kecamatan Alternatif I Tahap III (Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.50 Profile of Head Alternatif I Tahap III Jalur II (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-F1-C1-A1-B2
Gambar 5.51 Profile of Head Alternatif I Tahap III Jalur III (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-F1-C1-C2
Tabel 5.45 Data Network Nodes Alternatif I Tahap III (Hydrant Kebakaran)
1. Tahap I
Gambar 5.55 Profile of Head Alternatif II Tahap I Jalur II (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-D1-Fire Hydrant-F1-C1-A1-B2
Gambar 5.56 Profile of Head Alternatif II Tahap I Jalur III (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-D1-Fire Hydrant -F1-C1-C2
2. Tahap II
Gambar 5.60 Profile of Head Alternatif II Tahap II Jalur II (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-D1-C2-C1-A1-B2-B1
Gambar 5.61 Profile of Head Alternatif II Tahap II Jalur III (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-D1-C1-C2-F1
Gambar 5.62 Jalur Distribusi Kecamatan Alternatif II Tahap III (Hydrant Kebakaran)
Gambar 5.63 Profile of Head Alternatif II Tahap III Jalur I (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-D1-Fire Hydrant-F1-E1-E2-B1-B2
Gambar 5.64 Profile of Head Alternatif II Tahap III Jalur II (Hydrant Kebakaran) Aliran
Intake-BPAM-D1-Fire Hydrant-F1-C1-A1-B2
Tabel 5.51 Data Network Nodes Alternatif II Tahap III (Hydrant Kebakaran)
Perencanaan penyediaan air minum Kota Padang Panjang disediakan dua alternatif jalur pipa
distribusi dimana perletakan reservoir menjadi pembeda kedua alternatif tersebut. Kedua jalur
ini dialirkan dari reservoir menuju daerah pelayanan secara gravitasi. Kedua jalur tersebut akan
dibandingkan lalu dipilih satu dari dua jalur tersebut yang memenuhi keriteria berdasarkan
aspek teknis, diantaranya:
1. Panjang pipa
Jalur pipa distribusi yang terpilih adalah jalur pipa yang terpendek dengan head yang kecil;
2. Tinggi reservoir
Reservoir terletak pada elevasi yang lebih tinggi dari elevasi daerah pelayanan sehingga
tidak memerlukan pompa dalam proses pendistribusiannya;
3. Diameter pipa
Diameter pipa yang dipakai adalah diameter yang ada di pasaran, ekonomis dan sesuai
dengan kebutuhan.
Gambar detail junction pada alternatif terpilih dapat dilihat pada Gambar 5.66 berikut: