Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIK PENGENALAN POLUSI KEBAUAN

PENGUKURAN PARTICULATE MATTER 10 MENGGUNAKAN


HVAS DI UDARA AMBIEN

TANGGAL PRAKTIK : SENIN, 31 OKTOBER 2023

DISUSUN OLEH :

NAMA : DINDA REGITA PRAMESTI


NPM : 210307007
KELAS : 3A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
CILACAP
NOVEMBER 2023
I. TUJUAN PEMBUATAN PROJEK

1. Agar praktikan dapat mengoperasikan alat HVAS sesuai dengan


prosedur praktikum.

2. Mengukur kondisi meteorologi terkait dengan perhitungan


konsentrasi partikulat.

3. Untuk mengetahui konsentrasi partikulat tersuspensi yang berukuran kecil


dari 10 m (PM10).

II. DASAR TEORI

Udara merupakan salah satu komponen esensial dalam menunjang


keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu
kualitasnya perlu dijaga dan dipelihara agar tidak terjadi pencemaran udara yang
dapat mengancam kesehatan dan kesejahteraan manusia serta untuk perlindungan bagi
makhluk hidup lainnya. Pencemaran udara terjadi jika terdapat senyawa kimia di
atmosfer yang berbahaya bagi makhluk hidup dan ekosistem (Miller & Spoolman,
2009). Pencemaran udara menyebabkan perubahan susunan (komposisi) yang terdapat
pada udara dari keadaaan normalnya. Adanya bahan atau zat asing dalam udara
dengan jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu tertentu, akan menganggu
kehidupan manusia, hewan, bahkan tumbuhan (Wardhana, 2001).

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh dua sumber, yaitu sumber alami
maupun antropogenik (aktivitas manusia). Sumber alami umumnya berasal dari
aktivitas gunung berapi. Sementara itu, pencemaran udara yang disebabkan oleh
aktivitas manusia antara lain berasal dari sektor industri, permukiman, transportasi,
dan agrikultur (Popescu & Ionel, 2010).

Penilaian kualitas udara pada umumnya dilakukan dengan membandingkan


konsentrasi polutan terukur terhadap nilai baku mutu udara ambien nasional.
Pemerintah telah berupaya untuk membuat suatu peraturan yang mengatur tingkat
baku mutu udara ambien yang diperbolehkan melalui Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. Dalam
peraturan tersebut, parameterparameter yang diukur dalam pemantauan kualitas udara
ambien diantaranya adalah SO2, NO2, O3, TSP, dan PM10 (Pemerintah Republik
Indonesia, 1999). Selain itu, melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor:
KEP- 50/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebauan, pemerintah juga telah
mengatur bahwa setiap usaha atau kegiatan perlu melakukan upaya pengendalian
pencemaran dan atau perusakan lingkungan. Salah satu dampak dari usaha atau
kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan manusia, makhluk lain, dan lingkungan
adalah bau (Kementerian Lingkungan Hidup, 1996).

Salah satu jenis partikulat debu yang diemisikan dari aktivitas transportasi
adalah PM10. PM10 merupakan partikulat yang berukuran lebih kecil daripada 10 m.
PM10 terdiri dari partikel halus berukuran kecil dari 2,5 m dan sebagian partikel kasar
yang berukuran 2,5 m sampai 10 m. Partikel-partikel ini terdiri dari berbagai ukuran,
bentuk, dan ratusan bahan kimia yang berbeda. PM10 berasal dari debu jalan, debu
konstruksi, pengangkutan material, buangan kendaraan, dan cerobong asap industri,
serta aktivitas crushing dan grinding (USEPA, 2013). PM10 diketahui dapat
meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan
(Zeng, et al. 2017). Pada konsentrasi 140 μg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru
pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 μg/m3 dapat memperparah kondisi
penderita bronchitis (Huboyo dan Sustrisno, 2009). PM10 merupakan salah satu
bahan pencemar udara yang digolongkan ke dalam kelompok pencemar primer
(primary polutant), yaitu bahan pencemar yang diemisikan langsung ke udara dari
sumber cemaran, seperti kendaraan bermotor (Wijayanti, 2010). Nilai angka baku
mutu ambien konsentrasi PM10 sesuai dengan PP No. 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara adalah 150 µg/m3 untuk pengukuran selama 24 jam.

Pengukuran PM10 diukur dengan menggunakan instrumen HVAS. Instrumen


ini bekerja berdasarkan prinsip Gravimetri yang merupakan suatu metode analisis
kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran berat. Materi padatan yang terkumpul
dalam filter fiber tidak lain adalah PM10 dalam satu volume udara ambien yang
dihisap oleh pompa. Konsentrasi PM10 juga ditentukan dari kompensasi pengurangan
intensitas cahaya berdasarkan prinsip Beer-Lambert. Konsentrasi PM10 yang terukur
disimpan di dalam data logger dan dapat ditampilkan pada layar monitor PC melalui
koneksi serial RS-232. Data konsentrasi PM10 yang dihasilkan memiliki satuan
μg/m3 dalam resolusi perjam.

Prinsip kerja alat HVAS adalah dengan menarik udara lingkungan sekitar
melalui inlet dengan ukuran-selektif dan melalui filter berukuran 20,3 x 25,4 cm (8” x
10”) dengan menggunakan pompa vacum yang memiliki laju alir 1.132 L/min (40ft /
menit). Visi-float rotameter telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengukur
laju aliran udara melalui HVAS. Metode ini adalah prinsip dasar untuk digunakan
dalam HVAS, perangkat lain yang sama akuratnya diijinkan. (Hardial S. Chalal dan
Donald C.Hunter, 1976) . Prinsip kerja dari HVAS adalah menghisap udara dengan
pompa vakum sehingga udara akan melalui filter dan partikulat akan terkumpul di
permukaan filter. Laju alir udara dijaga 1200L/ menit selama 24 jam periode
pengukuran. Partikulat di permukaan filter kemudian ditimbang dengan timbangan (4
digit dibelakang koma) dalam ruangan bersuhu 15-27o C dan kelembaban 0-50%.

III. ALAT DAN BAHAN

BAHAN

1. Udara

2. Filter

3. Wadah penyimpan filter (filter jacket)

ALAT
1. Alat HVAS yang dilengkapi dengan inlet selektif PM 10

2. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg

3. Barometer

4. Manometer

5. Pencatat waktu

6. Thermometer

7. Desikator

8. Pinset

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Persiapan Filter

a) beri identitas pada filter;

b) simpan filter pada ruangan yang sudah dikondisikan dengan temperatur 15


C sampai dengan 35 C dan kelembaban relatif < 50 % serta biarkan selama 24
jam;

c) timbang lembaran filter dengan timbangan analitik (W1);

CATATAN Bila digunakan desikator, maka penimbangan filter dilakukan


hingga didapatkan berat konstan, yaitu selisih penimbangan terakhir dan
sebelumnya 4% atau 0,5 mg

d) simpan filter ke dalam wadah dengan lembaran antara (glassine) kemudian


bungkus dengan plastik selama tranportasi ke lapangan

2. Pengambilan Contoh Uji

a) tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metoda


penentuan lokasi titik ambien sesuai SNI 7119.15:2016

b) tempatkan filter pada filter holder;

c) pasang inlet selektif PM10;

d) lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam ± 1 jam dengan


menyambungkan pencatat waktu ke motor untuk mendeteksi kehilangan
waktu karena gangguan listrik kemudian hidupkan alat uji dan pantau laju alir
udara setiap jam. Catat waktu, tanggal, temperatur, tekanan barometer, serta
laju alir, pastikan laju alir udara berada pada rentang 1,1 m3/menit sampai
dengan 1,7 m3/menit;
CATATAN 1 Bila filter sudah penuh dengan partikel, ditandai dengan
turunnya laju alir < 1,1 m3/menit, ganti filter dan pengambilan contoh uji
segera dilanjutkan.

CATATAN 2 Aerosol cair, seperti minyak dan partikel sisa pembakaran yang
tertinggal di filter dapat menyebabkan filter yang digunakan menjadi basah
dan rusak serta filtrasi tidak terjadi dengan baik. Jika hal tersebut terjadi,
segera ganti filter, filter lama tetap diperlakukan sebagai contoh uji.

CATATAN 3 Kemungkinan terjadinya kegagalan voltase atau padamnya


listrik pada saat pengambilan akan menyebabkan kesalahan, maka pencatatan
laju alir dilakukan secara berkala.

e) pindahkan filter secara hati-hati, jaga agar tidak ada partikel yang terlepas,
lipat filter dengan posisi contoh uji berada di bagian dalam lipatan. Simpan
filter tersebut ke dalam wadah penyimpan filter dan beri identitas.

CATATAN Benda selain partikel seperti serangga yang tertangkap dalam


filter akan menambah berat. Pisahkan dengan menggunakan pinset.

2. Penimbangan Contoh Uji

a) simpan filter pada ruangan yang sudah dikondisikan dengan temperatur 15


C sampai dengan 35 C dan kelembaban relatif < 50 % serta biarkan selama
24 jam;

b) timbang filter dan catat massanya (W2).

CATATAN Bila digunakan desikator, maka penimbangan filter dilakukan


hingga didapatkan berat konstan, yaitu selisih penimbangan terakhir dan
sebelumnya 4 % atau 0,5 mg.

V. DATA HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Berat filter untuk Particulat Matter (PM10) dengan V = 1,5 m3


Laju Alir 1110 L/min
No. Berat awal (W1) Berat akhir (W2) Selisih
1. 1,7359 1,7305 -0,0054
2. 1,7310 1,7294 -0,0016
3. 1,7294 1,7280 -0,0014

Tabel 2. Berat filter untuk Particulat Matter (PM 2,5) dengan V = 0 m3


Laju Alir 1110 L/min
No. Berat awal (W1) Berat akhir (W2) Selisih
1. 1,7305 1,7310 0,0005
2. 1,7280 1,7280 0
3. 1,7280 1,7266 -0,0014
Tabel 3. Berat filter untuk Particulat Matter (PM10) dengan V = 1,5 m3
Laju Alir 1115 L/min
No. Berat awal (W1) Berat akhir (W2) Selisih
1. 1,7396 1,7386 -0,001
2. 1,7386 1,7378 -0,0008
3. 1,7378 1,7345 -0,0033

Tabel 4. Berat filter untuk Particulat Matter (PM 2,5) dengan V = 0 M3


Laju Alir 1115 L/min
No. Berat awal (W1) Berat akhir (W2) Selisih
1. 1,7388 1,7352 -0,0036
2. 1,7352 1,7351 -0,0001
3. 1,7351 1,7372 0,0021

Tabel 5. Kondisi data di udara ambien dengan V = 1,5 m3


Flowrate/laju Volume Ukuran
Data Waktu Suhu Tekanan alir volume Volume uji Partikulat
(m3)
ke- (menit) (o C) (kPa/mmHg) uji standar udara
(m3/menit) sampling
dengan V = 1,5 m3
1. 15 27,4 1013,3 1110 Nm3 Nm3 16,5
2. 20 27,1 1013,3 1110 Nm3 Nm3 22,1
3. 25 27,2 1012,8 1110 Nm3 Nm3 27,6
dengan V = 0 m3
1. 15 26,9 1013 1110 Nm3 Nm3 16,5
2. 20 26,5 1012,7 1110 Nm3 Nm3 22,1
3. 25 26,3 1012,9 1110 Nm3 Nm3 27,6
dengan V = 1,5 m3
1. 15 27,3 1012,9 1115 Nm3 Nm3 16,6
2. 20 27,3 1012,7 1115 Nm3 Nm3 22,2
3. 25 27,2 1012,7 1115 Nm3 Nm3 27,2
dengan V = 0 m3
1. 15 27,6 1012,4 1115 Nm3 Nm3 16,6
2. 20 27,3 1012,1 1115 Nm3 Nm3 22,2
3. 25 27 1011,9 1115 Nm3 Nm3 27,2

VI. PERHITUNGAN

A. Koreksi laju alir pada kondisi standar laju alir


����� 1
Qs = ��( ��� �� )2
Keterangan:
Ts = 298K
To = rata-rata suhu +273K
Ps = 101,3 kPa = 760 mmHg
P0 = rata-rata tekanan
1. Koreksi laju alir pada kondisi standar laju alir (V =1,5 m3, Q0 =
1110 L/min)
�����
Qs = ��( ��� �� )1/2
1
298�� 1013,13ℎ��
Qs = 1110 m3/menit ( 300,23 �� 760 ���� )2

298�� 759,91 ���� 1


Qs =1,11 Nm3/ menit ( 300,23 �� 760 ���� )2

Qs = 1,11 Nm3/ menit x (0,993)1/2

Qs = 1,106 Nm3/ menit

2. Koreksi laju alir pada kondisi standar laju alir (V =0 m3, Q0 =


1110 L/min)
�����
Qs = ��( ��� �� )1/2
1
298�� 1012,3ℎ��
Qs = 1110 m3/menit ( 299,13 �� 760 ���� )2

298�� 759,29 ���� 1


Qs =1,11 Nm3/ menit ( 299,13 �� 760 ���� )2

Qs = 1,11Nm3/ menit x (0,9953)1/2

Qs = 1,1074 Nm3/ menit

3. Koreksi laju alir pada kondisi standar laju alir (V =1,5 m3, Q0 =
1115 L/min)
�����
Qs = ��( ��� �� )1/2
1
298�� 1012,77ℎ��
Qs = 1115 m3/menit ( 300,23 �� 760 ���� )2

298�� 759,64 ���� 1


Qs =1,115 Nm3/ menit ( 300,27 �� 760 ���� )2

Qs = 1,115 Nm3/ menit x (0,992)1/2

Qs = 1,111 Nm3/ menit


4. Koreksi laju alir pada kondisi standar laju alir (V =0 m3, Q0 =
1115 L/min)
�����
Qs = ��( ��� �� )1/2
1
298�� 1012,13ℎ��
Qs = 1115 m3/menit ( 300,3 �� 760 ���� )2

298�� 759,16 ���� 1


Qs =1,115 Nm3/ menit ( 300,3 �� 760 ���� )2

Qs = 1,115 Nm3/ menit x (0,9913)1/2

Qs = 1,11 Nm3/ menit

B. Volume udara yang diambil


1. Volume udara yang diambil variasi V=1,5 m3; laju alir 1110 L/
menit

�=1 ��
a. V = �
��
1,11+1,11+1,11) Nm3/ menit
V=( 3
� 15 �����

V = 1,11 Nm3/ menit x 15 menit


V = 16,65 Nm3

�=1 ��
b. V = �
��
(1,11+1,11+!,11) Nm3/ menit
V= 3
� 20 �����

V = 1,11 Nm3/ menit x 20 menit


V = 22,2 Nm3

�=1 ��
c. V = �
��
(1,11+!,11+!,11) Nm3/ menit
V= 3
� 25 �����

V = 1,11 Nm3/ menit x 25 menit


V = 27,75 Nm3
2. Volume udara yang diambil variasi laju alir V=0 m3; laju alir 1110
L/ menit

�=1 ��
a. V = �
��
1,11+1,11+1,11) Nm3/ menit
V=( 3
� 15 �����

V = 1,11 Nm3/ menit x 15 menit


V = 16,65 Nm3

�=1 ��
b. V = �
��
(1,11+1,11+!,11) Nm3/ menit
V= 3
� 20 �����

V = 1,11 Nm3/ menit x 20 menit


V = 22,2 Nm3

�=1 ��
c. V = �
��
(1,11+!,11+!,11) Nm3/ menit
V= 3
� 25 �����

V = 1,11 Nm3/ menit x 25 menit


V = 27,75 Nm3
3. Volume udara yang diambil variasi V=1,5 m3; laju alir 1115 L/
menit

�=1 ��
a. V = �
��
1,115+1,115+1,115) Nm3/ menit
V=( 3
� 15 �����

V = 1,115 Nm3/ menit x 15 menit


V = 16,725 Nm3

�=1 ��
b. V = �
��
(1,115+1,115+!,115) Nm3/ menit
V= 3
� 20 �����

V = 1,115 Nm3/ menit x 20 menit


V = 22,3 Nm3

�=1 ��
c. V = �
��
(1,115+!,115+!,115) Nm3/ menit
V= 3
� 25 �����

V = 1,115 Nm3/ menit x 25 menit


V = 27,875 Nm3
4. Volume udara yang diambil variasi laju alir V=0 m3; laju alir 1115
L/ menit

�=1 ��
a. V = �
��
1,115+1,115+1,115) Nm3/ menit
V=( 3
� 15 �����

V = 1,115 Nm3/ menit x 15 menit


V = 16,725 Nm3

�=1 ��
b. V = �
��
(1,115+1,115+!,115) Nm3/ menit
V= 3
� 20 �����

V = 1,115 Nm3/ menit x 20 menit


V = 22,3 Nm3

�=1 ��
c. V = �
��
(1,115+!,115+!,115) Nm3/ menit
V= 3
� 25 �����

V = 1,115 Nm3/ menit x 25 menit


V = 27,875 Nm3
C. Konsentrasi PM 10 dalam udara ambien
1. Konsentrasi PM 10 dalam udara ambien dengan variasi V= 1,5 m3;
laju alir 1110 L/menit
�2−�1 1000000
a. C = � ��������
1,7305−1,7359 1000000
C= 16,65 ��3
(−0,0054)1000000
C= 16,65 ��3

C = -324,3243 µg /Nm3
�2−�1 1000000
b. C = � ��������
1,7294−1,7294 1000000
C= 22,2 ��3
(−0,0016)1000000
C=
22,2��3

C = -72,072 µg /Nm3
�2−�1 1000000
c. C = � ��������
1,7280−17294 1000000
C= 27,75��3
(−0,0014)1000000
C= 27,75 ��3

C = -50,45 µg /Nm3
2. Konsentrasi PM 10 dalam udara ambien dengan variasi V= 0 m3;
laju alir 1110 L/menit
�2−�1 1000000
a. C = � ��������
1,7310−1,7305 1000000
C= 16,65 ��3
(0,0005)1000000
C= 16,65 ��3

C = 30,03 µg /Nm3
�2−�1 1000000
b. C = � ��������
1,7280−1,7280 1000000
C= 22,2 ��3
(0)1000000
C= 22,2��3

C = 0 µg /Nm3
�2−�1 1000000
c. C = � ��������
1,7266−1,7280 1000000
C= 27,75��3
(−0,0014)1000000
C= 27,75 ��3

C = -50,45 µg /Nm3
3. Konsentrasi PM 10 dalam udara ambien dengan variasi V= 1,5 m3;
laju alir 1115 L/menit
�2−�1 1000000
a. C = � ��������
1,7386−1,7396 1000000
C= 16,725 ��3
(−0,001)1000000
C= 16,725 ��3

C = -59,791 µg /Nm3
�2−�1 1000000
b. C = � ��������
1,7378−1,7386 1000000
C= 22,3 ��3
(−0,0008)1000000
C= 22,3��3

C = -35,874 µg /Nm3
�2−�1 1000000
c. C = � ��������
1,7245−1,7378 1000000
C= 27,875��3
(−0,0033)1000000
C= 27,875 ��3

C = -118,92 µg /Nm3
4. Konsentrasi PM 10 dalam udara ambien dengan variasi V= 0 m3;
laju alir 1115 L/menit
�2−�1 1000000
a. C = � ��������
1,7352−1,7388 1000000
C= 16,725 ��3
(−0,0036)1000000
C= 16,725 ��3

C = -215,25 µg /Nm3
�2−�1 1000000
b. C = � ��������
1,7351−1,7352 1000000
C= 22,3 ��3
(−0,0001)1000000
C= 22,3��3

C = -4,48 µg /Nm3
�2−�1 1000000
c. C = � ��������
1,7372−1,7351 1000000
C= 27,875��3
(0,0021)1000000
C= 27,875 ��3

C = 75,34 µg /Nm3

VII. PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

Pada praktikum pengukuran particulate matter 10 menggunakan HVAS


dihasilkan beberapa data yang memiliki nilai minus, hal ini mungkin dikarenakan
adanya kesalahan saat preparasi alat sehingga data yang didapat tidak tepat.

VIII. PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengukuran Particulate Matter 10 menggunakan alat sampling HVAS dihasilkan


beberapa data sesuai dengan baku mutu dan ada juga yang melebihi baku mutu,
beberapa data yang memiliki nilai minus, hal ini mungkin dikarenakan adanya
kesalahan saat preparasi alat sehingga data yang didapat tidak tepat.

2. Kondisi meteorologi mempengaruhi particulate matter 10 di udara ambien seperti


suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, dan kecepatan angin.

B. SARAN

1. Dikarenakan pada praktek kali ini tidak melakukan pengukuran secara langsung
maka ada beberapa prosedur dan data yang kurang bisa dipahami. Maka dari itu
sebaiknya diberikan video pengoperasian alat dan dokumentasi dari hasil praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Hardial S. Chalal dan Donald C.Hunter, 1976, High Volume Air Sampler: An
Orifice Meter as a Substitute for the Rotameter, Journal of the Air Pollution Control
Association, 6:12, 1171-1172 .

Huboyo, S.H dan Sustrisno H. (2009) Analisis Konsentrasi Particulate Matter


10 (PM10) pada Udara di Luar Ruang. 30 (1):44-48.

Miller, G.T. & Spoolman, S.E. (2009). Living in the Environment (16th
Edition). California: Brooks/Cole, Cengage Learning.

Pemerintah Republik Indonesia (RI). (1999). Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Popescu, F. & Ionel, I. (2010). Anthropogenic Air Pollution Sources.


Intechopen. DOI: 10.5772/9751.

USEPA. 2013. Health Effects of Particulate


Matter.http://www.epa.gov/pm/health.html diakses tanggal 14 Mei 2016.

Wardhana, W. A. (2001). Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: Andi


Offset. Hal 19, 71-169.

Wijayanti, R. N. 2010. Analisis Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas Terhadap


Konsentrasi PM10. Teknik Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Zeng, X-W, et al. 2017. Positive association between short-term ambient air
pollution exposure and children blood pressure in China–Result from the Seven
Northeast Cities (SNEC) study, Environmental Pollution. 224:698-705.
LAMPIRAN

1.Penyiapan alat 2. Memasukkan tabung 3. Mengunci tabung

5. Pemasangan Filter PM
4. Filter PM 10
10

Anda mungkin juga menyukai