Anda di halaman 1dari 13

Nama Lengkap Nilai Total:

Mahasiswa Sabitha Angelina Putri

NRP Mahasiswa 5014221010

Kelas / Kelompok A/2

Nama Asisten
Laboratorium Adita Ayu Anggraini

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 19
Analisis Total Suspensi Polutan (TSP)
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum dengan judul “Analisis Total Suspensi Polutan (TSP)” bertujuan untuk
mengukur Total Suspensi Polutan (TSP) sebagai salah satu parameter pencemaran udara.

1.2 PRINSIP PRAKTIKUM


Prinsip yang digunakan pada percobaan “Analisis Total Suspensi Polutan (TSP)” yaitu
dengan mengukur debu atau partikulat yang terdapat pada filter dengan alat High Volume Air
Sampler (HVS) menggunakan metode gravimetri. HVS akan menghisap udara di sekitar filter
sehingga diperoleh debu atau partikulat yang terkandung di dalam udara. Sesuai dengan
metode gravimetri, berat kertas filter awal dan akhir akan ditimbang menggunakan neraca
analitik.

1.3 DASAR TEORI


Pencemaran merupakan salah satu permasalahan terbesar yang masih sering dijumpai
di lingkungan. Pencemaran atau polusi merupakan zat yang memiliki kandungan yang
berbahaya bagi manusia dan organisme hidup lainnya yang masuk ke lingkungan.
Pencemaran disebabkan oleh polutan yang muncul akibat adanya aktivitas manusia. Polutan
adalah padatan, cairan, atau gas berbahaya lain yang dihasilkan melebihi konsentrasi pada
umumnya yang menyebabkan kualitas lingkungan menurun (Manisalidis et al., 2020).
Pencemaran udara menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat energi dari komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia
sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya (Angelia dkk, 2019). Penyebab pencemaran udara yang umum
terjadi akibat aktivitas manusia, antara lain emisi yang dihasilkan knalpot kendaraan, emisi
yang dihasilkan dari kegiatan industri, dan emisi hasil pembuangan pestisida dari kegiatan
pertanian. Pencemaran udara juga bisa disebabkan secara alamiah karena bencana alam,
seperti kebakaran hutan dan letusan gunung berapi. Namun, pencemaran udara secara
alamiah tidak memberikan dampak sebesar pencemaran yang terjadi karena aktivitas
manusia (Aluvihara et al., 2020). Polusi udara telah menjadi salah satu tantangan utama bagi
kondisi lingkungan yang ideal di seluruh dunia. Sumber pencemaran udara meliputi operasi
industri, transportasi, dan kegiatan pemukiman. Beberapa parameter pencemaran udara
meliputi O3, SO2, CO, dan Materi Partikulat (MP) (Malakootian et al., 2022).
PM2.5, PM10, dan Total Partikel Tersuspensi (TSP) dianggap memiliki sifat polutan
serupa, sebagaimana halnya NO2 dan NOX. Rentang waktu antara 1 hingga 24 jam secara
umum digunakan dalam regulasi yang menargetkan paparan jangka pendek terhadap NO2,
O3, dan SO2, sementara rentang waktu ≤1 jam digunakan dalam peraturan ultra jangka
pendek untuk SO2. Untuk semua polutan tersebut, standar yang ditetapkan dengan rentang
waktu >24 jam (contohnya 1 bulan atau musim dingin) dianggap merepresentasikan
pengaturan kondisi jangka panjang (Joss et al., 2017).
Pengujian parameter udara ambien dibagi menjadi dua matriks: partikulat dan gas.
Partikel memiliki ukuran yang lebih besar daripada gas. Parameter Total Suspended
Particulate (TSP) atau partikel debu yang terdapat dalam udara ambien memiliki rentang
ukuran antara kurang dari 1 mikron (μ) hingga kurang dari 500 mikron (μ). Metode
gravimetri sesuai dengan SNI 19-7119.3-2017 digunakan untuk menentukan konsentrasi TSP
dalam udara ambien (Purwaka, 2022). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, parameter yang diukur
dalam pemantauan kualitas udara ambien meliputi SO2, NO2, O3, TSP, dan PM2,5 (Zahra,
2022). Salah satu cara untuk mengendalikan pencemaran udara ambien adalah dengan
mengambil contoh partikulat udara ambien. Namun, ketersediaan data untuk kualitas udara
masih terbatas. Ada dua jenis instrumen yang digunakan: High Volume Analysis Sampler
(HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS) (Rohmah, 2018). Analisis kualitas udara
baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan lingkungan diperbolehkan menggunakan
instrumen high volume air sampler (Aluvihara et al, 2020).
Salah satu hambatan dalam menerapkan metode gravimetri konvensional adalah
keperluan akan volume sampel yang besar ketika menganalisis sampel yang memiliki nilai
rendah. Kendala ini menuntut kemampuan untuk mengukur perbedaan massa dengan akurat,
membutuhkan presisi tinggi dalam prosesnya (Jakhrani et al., 2019). Di sisi lain keuntungan
dari analisis ini ialah dapat menganalisis sushu rekativiats maksimum, jumlah abu, dan waktu
pembakaran total yang bahannya dapat dikarakterisasi berdasarkan analisis proksimat dan
ultimat (Magdziarz & Wilk, 2013).
BAB II
METODOLOGI

2.1 DIAGRAM ALIR

KertasSaring
Kertas Saring

• Disiapkan 2 buah kertas saring berbentuk lingkaran sebagai blanko dan sampel
• Ditimbang masing-masing kertas saring dengan neraca analitik sampai diperoleh
bobot tetap

•Disimpan kedua kertas saring dalam kaset penyimpan filter


•Dipasang kertas saring sebagai filter uji pada HVS
•Diatur laju alir udara sesuai dengan HVS yang digunakan
• Dihisap udara bebas selama 10 menit

Kertas saring dan debu sebagai sampel uji

• Didiamkan selama 5 menit setelah HVS dimatikan agar suhu kertas saring
menurun

•Diambil kertas saring dari HVS, kemudian dilipat menjadi 4 bagian dan
dimasukkan ke kaset penyimpan filter
•Ditimbang masing-masing kertas saring sebagai berat akhir blanko dan sampel
dengan neraca analitik
Hasil Percobaan

2.2 BAHAN
• Udara ambien
2.3 ALAT
• 1 buah kertas saring
• 1 buah desikator
• 1 set alat HVS
• 1 buah Neraca analitik
• 1 buah Kaset penyimpan filter berupa amplop
• 1 buah pinset
• 1 buah anemomenter

2.4 HASIL PENGAMATAN


Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Analisis Total Suspensi Polutan (TSP)
No. Langkah Kerja Hasil Pengamatan Dokumentasi

1. Kertas saring dimasukkan Kertas saring berwarna putih


desikator selama 24 jam dan berbentuk lingkaran.
lalu ditimbang kertas filter Didapatkan massa sebesar
sebagai blanko dengan 0,7811 gram.
neraca analitik.

2. Kertas filter disimpan ke tidak ada perubahan yang


dalam amplop terjadi dalam perlakuan ini.
Kertas filter terlindung dalam
amplop sehingga tidak ada
debu/kontaminan yang masuk

2. Ditentukan tempat yang Didapatkan wind speed


sesuai dengan ketentuan, sebesar 0,5 m/s.
dimana harus mengikuti
arah datangnya angin.
Penentuan ini
menggunakan alat bernama
anemometer

3. Ditempatkan High Volume Posisi alat HVS dalam


Air Sampler (HVS) sesuai kondisi miring agar kertas
dengan saring tidak jatuh. Alat HVS
terdapat kertas saring dan siap
arah angin, ditegakkan alat
untuk digunakan
dan disetting alat setingi
1,5 m, dimiringkan alat,
kemudian dimasukkan
kertas saring ke dalam alat
HVS
4. Alat HVS dinyalakan dan Debit (Q) HVS yang
dilakukan proses digunakan yakni 1,1
penyedotan udara selama m3/menit.
10 menit

5. Alat dimatikan dan Debu dari udara sekitar sudah


ditunggu selama 10 menit menempel pada bagian depan
karena masih dalam kertas saring. pada kertas
kondisi panas, lalu dibuka saring yang awalnya
bagian depan HVS untuk berwarna putih menjadi
diambil kertas saring. sedikit kehitaman pada
bagian pinggir.

5. Rangkaian HVS dibongkar Debu tidak ada yang keluar


dan kertas saring dilipat dari kertas saring. Amplop
menjadi 4 dan dimasukkan berguna agar partikulat yang
amplop. terkumpul dalam kertas
saring (setelah dilakukan
penyedotan) tidak ada yang
keluar.

6. Diukur speed wind akhir. Didapatkan wind speed


sebesar 0,5 m/s.

7. Dilakukan penimbangan Didapatkan massa sebesar


dengan neraca analitik 0,7813 gram.
pada kertas saring.
BAB III

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


3.1 ANALISIS PERHITUNGAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapati data sebagai berikut :


No. Bahan Kadar
1. Berat Sampel Setelah Uji 0,7811 gram

2. Berat Sampel Sebelum Uji 0,7813 gram

3. Waktu Uji 10 menit


4. Kecepatan Udara Pada HVS 1,1 m3/menit

Setelah didapatkan data tersebut, maka dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan
besarnya Total Polutan Solid dengan menentukan volume udara terlebih dahulu sebagai
berikut
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 = 𝑉 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 × 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑈𝑗𝑖
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 = 1,1 𝑚3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 = 11 𝑚3
Kemudian dapat dilakukan perhitungan menentukan Total Suspensi Polutan sebagai berikut
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑗𝑖 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑢𝑗𝑖) × 106
𝑇𝑆𝑃 𝜇𝑔/𝑚3 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎
(0,7813 − 0,7811) 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 106
𝑇𝑆𝑃 𝜇𝑔/𝑚3 =
11 𝑚3
3 3
𝑇𝑆𝑃 𝜇𝑔/𝑚 = 18,18 𝜇𝑔/𝑚

3.2 PEMBAHASAN
Praktikum Analisis Total Suspensi Polutan (TSP) dilakukan secara offline pada hari Jumat,
17 November 2023 di Laboratorium Pengendalian Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim
Departemen Teknik Lingkungan ITS. Percobaan ini memiliki tujuan , yaitu untuk mengukur
Total Suspensi Polutan (TSP) sebagai suatu parameter pencemaran udara. Untuk memenuhi
tujuan tersebut diperlukan prinsip dasar percobaan yang dapat diimplementasikan, yaitu
dengan metode HVS dan gravimetri. Metode HVS dimana dengan cara menghisap dan
melewatkan udara dalam volume tertentu melalui saringan serat gelas atau kertas saring
terhadap waktu. Prinsip kerja alat high volume air sampler dengan metode gravimetri adalah
menentukan konsentrasi debu yang ada di dara dengan menggunakan pompa hisap. Udara
yang terhisap disaring dengan filter, sehingga debu yang ada di udara akan menempel pada
filter tersebut. Metode gravimetri dimana rumusan yang digunakan dalam gravimetri juga
diolah dari massa sampel berupa kertas saring sebelum dan sesudah dipakai beserta kertas
saring blanko yang menggunakan neraca analitik.
Percobaan ini dimulai dengan mengambil kertas saring dari desikator untuk kemudian
ditimbang secara teliti menggunakan neraca analitis. Penggunaan desikator bertujuan untuk
mengerinkan kertas saring agar diperoleh bobot bersih pada kertas saring tersebut. Diperoleh
bobot tetap sebesar 0,7811 gram. Setelah itu, kertas filter disimpan dengan hati-hati ke dalam
amplop untuk menjaga kebersihannya. Pemindahan kertas saring dari desikator hingga
amplop menggunakan pinset agar kertas saring terhindar dari kontaminasi. Penggunaan
pinset sangatlah penting dikarenakan alat ini berfungsi sebagai alat bantu mengambil benda-
benda kecil seperti preparat atau bagian tubuh hewan yang dibedah, agar tidak terkontaminasi
dan mudah di cengkram. Ujungnya yang berbentuk lancip dan terbuat dari besi maka
memudahkan proses pengambilan tersebut (Santoso, 2020). Langkah berikutnya adalah
menentukan lokasi yang tepat sesuai dengan ketentuan, di mana arah angin harus
diperhatikan. Penetapan lokasi ini didukung oleh penggunaan alat bernama anemometer
untuk mengukur arah datangnya angin. Penggunaaan anemometer ini sangat lah penting
karena anemometer berfungsi untuk menentukan arah kecepatan angin datang sehingga alat
vacum filter nantinya harus sesuai dengan hasil pengukuran arah angin pada anemometer,
dimana semakin tinggi kecepatan angin yang didapat, semakin mengindikasi arah angin itu
berasal (Samsinar, et al, 2016). High Volume Air Sampler (HVS) ditempatkan dengan teliti
mengikuti arah angin yang telah ditentukan sebelumnya. Alat ini ditegakkan setinggi 1,5
meter dan diposisikan dengan cermat, kemudian kertas saring dimasukkan ke dalam HVS.
Posisi alat HVS dalam kondisi agak dimiringkan agar kertas saring tidak jatuh. Pemasangan
yang dilakukan harus benar, agar kertas saring tidak sobek. Pemasangan yang benar yakni
kertas saring diletakkan di atas penyangga filter yang merupakan kawat aluminium berbentuk
seperti sarang. Kertas saring dipastikan dipasang dengan benar. Kertas saring yang telah
sobek nantinya tidak dapat menampung debu atau partikulat dari hasil penyedotan dari
pompa vakum alat HVS. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. Setelah itu, alat HVS dihidupkan dan proses
penyedotan udara dilakukan selama 10 menit dengan seksama. Debit (Q) HVS yang
digunakan 1,1 m3/menit (Budiarto, 2016). Saat HVS dinyalakan, HVS akan menghisap debu
dan partikulat pada udara sehingga debu akan menempel pada kertas saring. HVS menghisap
udara ambien dengan pompa vakum sehingga udara akan masuk melalui filter. Saat udara
melewati filter, partikulat akan terkumpul di permukaan filter. Partikulat pada permukaan
filter selanjutnya akan ditimbang dengan timbangan digital atau neraca analitik pada ruangan
bersuhu dan kelembaban normal (Rohmah dkk, 2018). HVS mengeluarkan bunyi dan
suhunya semakin tinggi. Setelah 10 menit, alat dimatikan dan ditunggu selama 10 menit
karena kondisi masih dalam keadaan panas, dan dibuka bagian depan HVS secara perlahan
dengan dimiringkan kembali, untuk diambil kertas saring dimana debu dari udara sekitar
sudah menempel pada bagian depan kertas saring. Lalu, kertas saring dilipat menjadi 4 bagian
dan ditutup bagian atas ke arah keluarmembentuk segitiga dan dimasukkan ke dalam amplop.
Penggunaan amplop memastikan tidak ada debu akibat penyaringan yang keluar dari kertas
saring dan mencegah partikulat yang terkumpul berterbangan. Terakhir, dilakukan
penimbangan kembali dengan neraca analitik untuk mengukur berat kertas saring setelah
terpapar udara. Didapatkan berat kertas saring sebesar 0,7813 gram. Metode gravimetri
merupakan salah satu metode tertua dan paling sederhana untuk menentukan ukuran secara
analitik. Analisis gravimetri dilakukan secara kuantitatif dalam kimia analitik untuk
menentukan berat suatu senyawa melalui pembentukan endapan dengan menimbang
senyawa yang akan dianalisis (Byun et al., 2019).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII pada baku mutu
udara ambien, sampel udara dapat diklasifikasikan sesuai parameter partikulat debu <100 μm
(TSP) yang termasuk kategori udara bersih dengan batas maksimum kadar TSP sebesar 230
μg/m3 atau 0,23 mg/m3 jika dikonversikan. Maka, sampel udara yang diambil bersih dan
aman sehingga tidak berdampak buruk bagi kesehatan terutama pernapasan (Pratiwi, et al,
2023). Kadar TSP pada udara bebas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah
kendaraan yang berlalu lalang dan kondisi cuaca yang berbeda di tiap wilayah. Pada saat
pengambilan sampel udara terlihat pula kendaraan yang berlalu lalang sehingga telah
memenuhi faktor hasil dari pehitungan. Namun, hasil yang diperoleh seharusnya tidak
bernilai minus. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor eror yang terjadi dalam
praktikum ini
Adapun beberapa faktor eror yang terdapat dalam praktikum ini, yaitu pada saat ingin
menimbang, seharusnya kertas saring dimasukan ke dalam desikator terlebih dahulu agar
menyesuaikan dengan suhu ruangan. Hal tersebut lah yang menyebabkan pada saat
menimbang di neraca analisis, berat akhirnya lebih kecil dibanding berat awalnya, yang dapat
menyebabkan nilai perhitungan minus. Namun, hal tersebut kami antisipasi dengan
menunggu hasil timbangan pada neraca tersebut agar hasilnya stabil dan benar. Kemudian,
pada saat pengambil sampel udara kecepatan angin yang terbaca pada anemometer begitu
rendah sehingga pengambilan sampel tidak dilakukan dengan begitu maksimal.
Metode analisis Total Suspended Particulate (TSP) menjadi krusial dalam bidang
teknik lingkungan, terutama dalam mengelola dan memantau kualitas udara ambien.
Pendekatan ini memungkinkan evaluasi terhadap kandungan debu dan partikel yang tersebar
di udara bebas, memungkinkan klasifikasi sesuai standar kualitas udara ambien yang telah
ditetapkan. Di sektor kesehatan, nilai TSP menjadi indikator seberapa sehatnya kualitas udara
tersebut bagi manusia, karena menentukan tingkat keamanannya dari penyakit pernapasan
tertentu. Penerapan prinsip serupa dalam metode analisis TSP juga terlihat pada teknologi
pengolahan udara dalam skala lebih kecil, seperti pada Air Purifier yang umumnya digunakan
dalam ruangan. Air Purifier menggunakan filter untuk membersihkan udara di dalam ruangan
dari partikel-partikel yang dapat membahayakan kesehatan. Prinsip pemisahan partikel ini
sejalan dengan prinsip pengujian TSP untuk memastikan udara yang dihirup aman dan bersih
dari partikel-partikel berbahaya. Dengan demikian, penggunaan metode analisis TSP tidak
hanya relevan dalam menilai kualitas udara di lingkungan luas, tetapi juga dalam merancang
teknologi untuk memperbaiki kualitas udara di lingkungan sehari-hari (Pratiwi, et al, 2023).
BAB IV
KESIMPULAN

Percobaan “Analisis Total Suspensi Polutan (TSP)” bertujuan untuk mengukur Total
Suspensi Polutan (TSP) sebagai salah satu parameter pencemaran udara. Dilaksanakan pada
hari Jumat, 17 November 2023 di Laboratorium Pengendalian Pencemaran Udara dan
Perubahan Iklim Departemen Teknik Lingkungan. Adapun prinsip praktikum “Analisis
Total Suspensi Polutan (TSP)” ini adalah dengan metode gravimetri, yaitu dengan cara
menghisap dan melewatkan udara dalam volume tertentu melalui kertas saring. Alat yang
biasa digunakan untuk pengambilan sampel debu Total Suspensi Polutan (TSP) di udara
yaitu High-Volume Air Sampler (HVS). Prinsip kerja HVS dengan metode gravimetri adalah
menentukan konsentrasi debu yang ada di udara dengan menggunakan pompa hisap dimana
udara yang terhisap disaring denga filter, sehingga debu polutan yang ada di udara akan
menempel pada filter tersebut. Berdasarkan jumlah udara yang terhisap dan berat filter yang
terdapat debu, akan diketahui konsentrasi debu polutan yang ada di udara. Pada percobaan
ini lokasi sampling berada di palang tulisan Teknik Lingkungan. Diperoleh hasil penimbang
kertas saring sebelum digunakan sebesar 0,7811 gram, sedangkan setelah digunakan untuk
menangkap polutan udara dengan alat HVS sebesar 0,7813 gram. Dari analisis perhitungan
dapat disimpulkan bahwa dari sampel udara yang diambil, konsentrasi Total Suspensi
Polutan (TSP) yang terkandung dalam udara tersebut adalah 18,18 𝜇𝑔/𝑚3. Lampiran VII
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, standar baku mutu udara ambien yang
ditetapkan untuk TSP dengan waktu pengukuran 24 jam dan sistem pengukuran aktif manual
adalah 230 μg/m3. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel udara memenuhi baku mutu udara
ambien.
DAFTAR PUSTAKA

Aluvihara, S., Menike, A.M.w., & Elangasinghe, M.A. (2020). Monitoring of The
Quality Of Ambient Air Using High Volume Air Sampler. International
Scientific Journal, V(2), pp. 51-55
Angelia, G., C., Akili, R., H., & Maddusa, S., S. (2019). Analisis Kualitas
Udara Ambien Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Dioksida (NO 2)
di Beberapa Titik Kemacetan di Kota Manado. Jurnal KESMAS, 5(6),
378-387.
Budiarto, A. (2014). Modifikasi Peralatan Sampling HVAS Portabel untuk Analisis
Total Partikulat di Udara Ambien. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri, Vol.5(1).
Byun, J., Kim, K., H., Kim, B., K., Chang, J., W., Cho, S., K., & Kim, J.,
J. (2019). Gravimetric Analysis of The Autocatalytic Growth of
Copper Microparticles in Aqueous Solution. Royal Society of
Chemistry Advances. 9, 37895-37900.
Joss, M., Eeftens, M., Gintowt, E., Kappeler, R., & Künzli, N. (2017). Time to
harmonize nationalambient air quality standards. International Journal of Public
Health, 62(4), 453–462. https://doi.org/10.1007/s00038-017-0952-y
Jakhrani, S. H., Soni, H. L., & Shar, N. Z. (2019). Analysis of Total Dissolved Solids
and Electrical Conductivity in Different Water Supply Schemes of Taluka
Chachro, District Tharparkar. QUEST Research Journal, 17(01), 1–5.
Manisalidis, I., Stavropoulou, E., Stacropoulos, A., & Bezirtzoglou, E.
(2020). Environmental and Health Impacts of Air Pollution: A Review.
Frontiers in Public Health, 8(14), 1-13.

Malakootian, M., Maleki, S., Rajabi, S., Hasanzadeh, F., Nasiri, A., Mohammdi, A.,
& Faraji, M. (2022). Source identification, spatial distribution and ozone
formation potential of benzene, toluene, ethylbenzene, and xylene (BTEX)
emissions in Zarand, an industrial city of southeastern Iran. Journal of Air
Pollution and Health, 7(3), 217–232.
Magdziarz, A., & Wilk, M. (2013). Thermogravimetric study of biomass, sewage
sludge and coal combustion. Energy Conversion and Management, 75(2013),
425–430.
Purwaka, P. B., Wijanarko, S. A. (2022). Uji Banding Kinerja Alat High Volume Air
Sampler untuk Pengukuran Total Suspended Particulate (TSP) di Udara Ambien.
ECOLAB, Vol.16(2):87-98.
Rohmah, I. Rita. Salim, S. Hindratno, B. Lestari, R. P., & Nelson, R. (2018).
Perbandingan Metode Samping Kualitas Udara: High Volume Air Sampler
(HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS). Ecolab, Vol.12(2):53-102.
Samsinar, R., Septian R., Fadliondi. (2016). Alat Monitoring Suhu Kelembapan dan
Kecepatan Angin dengan Akuisisi Database Berbasis Raspberry Pi. Elektronika
Kendali Telekomunikasi Tenaga Listrik Komputer, 3(1), 29-36.
Sulistiani, I., Partama, I. G. D., Kaler Surata, S. P., & Sumantra, I. K. (2021).
Dinamika Kualitas udara ambien Selama Masa pandemi Covid-19 di Kawasan
Indonesia tourism development corporation nusa dua Bali. ECOTROPHIC :
Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science), 15(1), 124.
https://doi.org/10.24843/ejes.2021.v15.i01.p11
Zahra, N. L. Haidar, F. A. Hanum, Y. Ramadhanti, D. Ramadhan, R. Rahman, A.
Qonitan, F. D., & Ridhosari , B. (2022). Pemantauan Kualitas Udara Ambien di
Komplek Universitas Pertamina pada Masa Pandemi COVID-19. Jurnal
Teknologi Lingkungan, Vol.23(1):84-91.

Anda mungkin juga menyukai