Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENYAKIT TUBERKULOSIS
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan

Dosen Pengampu:
Rojali,SKM,M.Epid
Sri Ani SKM. MKM

Disusun oleh Kelompok 4:


Cindy Shafira Az Zahra (P21335120008)
Hana Sahirah (P21335120018)
Kevin Deva Ameista (P21335120020)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jakarta, 2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan judul “Penyakit Tuberkulosis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi

salah satu tugas kelompok mata kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan semester

tiga program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan Lingkungan yang diberikan

oleh dosen mata kuliah Penyakit Berbasis Lingkunga Bapak Rojali,SKM,M.Epid

dan Ibu Sri Ani SKM. MKM.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai

pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis

sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga

segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 2021

Penulis

Daftar Is

i
i

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................2

1.4 Manfaat..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Agen Penyebab......................................................................................3

2.2 Karakteristik...........................................................................................4

2.3 Riwayat Perjalanan................................................................................6

2.4 Epidemiologi..........................................................................................6

2.5 Peran Lingkungan..................................................................................7

2.6 Tindakan atau Upaya Pencegahan.........................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

3.1 Kesimpulan..........................................................................................10

3.2 Saran....................................................................................................10

Daftar Pustaka......................................................................................................11

ii
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit tuberkulosis menrupakan penyaki infeksi menuar yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri Mycobacterium tuberkulosis

ditemukan pada tahun 1882 pertama kali oleh Robert Koch. Bakteri tuberkulosis

masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan menuju kedalam bagian paru-

paru, kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem

peredaran darah, saluran linfa, dan saluran pernafasan atau penyebaran langsug ke

bagian atau organ lainnya. Terdapat dua kondisi yang dapat dijumpai dalam

tuberkulosis paru pada manusia, yaitu: Tuberkulosis primer yaitu bila penyakit

tuberkulosis muncul dan langsung menginfeksimanusia; Tuberkulosis paska

primer yaitu bila penyakit tuberkulosis timbul setelah beberapa waktu seseorang

terkena infeksi dan sembuh. Bakterituberkulosis dapat ditemukan dalam

dahak penderita yang menjadi sumber penularan (Notoatmodjo, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah makalah ini adalah:

1. Apa agen penyebab penyakit tuberkulosis?

2. Bagaimana karakteristik penyakit tuberkulosis?

3. Bagaimana riwayat perjalanan penyakit tuberkulosis?

4. Bagaimana epidemiologi penyakit tuberkulosis?


2

5. Apa saja peranan lingkungan terhadap penyakit tuberkulosis?

6. Apa saja tindakan atau upaya pencegahan dari penyakit tuberkulosis?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui agen penyebab penyakit tuberkulosis.

2. Untuk mengetahui karakteristik penyakit tuberkulosis.

3. Untuk mengetahui riwayat perjalanan penyakit tuberkulosis.

4. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit tuberkulosis.

5. Untuk mengetahui peranan lingkungan terhadap penyakit tuberkulosis.

6. Untuk mengetahui tindakan atau upaya pencegahan dari penyakit

tuberkulosis.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat, yaitu:

1. Dapat mengetahui agen penyebab penyakit tuberkulosis.

2. Dapat mengetahui karakteristik penyakit tuberkulosis.

3. Dapat mengetahui riwayat perjalanan penyakit tuberkulosis.

4. Dapat mengetahui epidemiologi penyakit tuberkulosis.

5. Dapat mengetahui peranan lingkungan terhadap penyakit tuberkulosis.

6. Dapat mengetahui tindakan atau upaya pencegahan dari penyakit

tuberkulosis.
BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menjelaskan pembahasan berdasarkan latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat di bab satu.

2.1 Agen Penyebab

Agent (penyebab penyakit) merupakan semua unsur baik hidup atau mati

yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu penyakit. Agent penyebab penyakit

terdiri dari bahan kimia, nutrient, mekanik, alamiah, kejiwaan, dan biologis.

Penyakit menular biasanya disebabkan oleh agent biologis, seperti infeksi bakteri,

virus, parasit, atau jamur. Agent yang menjadi penularan penyakit TB adalah

bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Salah satu faktor yang mempengaruhi agent yaitu virulensi. Virulensi

merupakan kemampuan atau keganasan suatu agent penyebab penyakit dalam

menimbulkan kerusakan pada sasaran. Berdasarkan sumber yang sama virulensi

kuman TB termasuk dalam tingkat tinggi.

2.2 Karakteristik

Diagnosis TB paru dapat ditegakkan dari gejala klinis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan penunjang

yang lain. Gejala klinis TB paru terdiri dari gejala respiratorik berupa; (a) batuk

≥2 minggu, (b) batuk disertai darah, (c) nyeri dada, dan (d) sesak napas.

Sedangkan gejala sistemik terdiri dari; (a) demam, (b) keringat malam, (c)

malaise, (d) anoreksia, dan (e) penurunan berat badan.4 Menurut data profil

Dinkes Aceh tahun 2015, Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten

yang termasuk dalam lima besar kabupaten yang menyumbang 34% jumlah kasus

3
4

baru TB di Aceh. Kasus BTA (+) lebih tinggi dilaporkan pada laki-laki

dibandingkan dengan perempuan. Kondisi ini disebabkan oleh kebiasaan orang

lelaki yang sering keluar rumah yang memungkinkan terpapar dengan droplet

yang mengandung kuman TB.5 Berdasarkan laporan Riskesdas 2013 didapatkan

bahwa karakteristik penduduk Aceh terbanyak yang didiagnosis TB adalah; umur

>55 tahun, jenis kelamin laki- laki, pendidikan tidak sekolah dan bertempat

tinggal di daerah perdesaan.

2.3 Riwayat Perjalanan

2.3.1 Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi

mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen

penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya

telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini

masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh

penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap

menyerang penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda tanda sakit samai sejauh

daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun, begitu penjamunva ‘lengah’

ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi

lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat

berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya,

tahap pathogenesis.
5

2.3.2 Tahap Patogenesis

1. Tahap inkubasi

Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit

ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala

penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit

lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak

sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi

diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan

masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya. Masa inkubasi

dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan 4-12

minggu.

2. Tahap penyakit dini

Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.

Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan

patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini,

diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti:

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan

malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti

influenza dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.


6

3. Tahap penyakit lanjut

Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat

dengan segala kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah

ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan

yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan gejala:

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara

“mengi/bengek”, suara nafas melemah yang disertai sesak.

b. ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan

keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti

infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara

pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

c. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut

sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,

adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

4. Tahap penyakit akhir

Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan,

yaitu:

a. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih,

sehat kembali seperti keadaan sebelum menderita penyakit.

b. Sembuh tetapi cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak

ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang
7

permanen berupa cacat. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya

berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik,

cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.

c. Karier yaitu di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih

tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit. Misalnya,

jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan

karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga

masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan.

d. Kronis, yaitu perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit

tidak berubah dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah

ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada

dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.

e. Meninggal dunia, yaitu terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena

sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah

tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.

2.4 Epidemiologi

Epidemiologi Tuberkulosis paru (TB paru) di Indonesia masih cukup tinggi.

TB merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh

dunia.

TB merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh

dunia.  Sekitar dua milyar orang atau 1/3 penduduk dunia diperkirakan terkena TB

laten. Dari 10,4 juta orang terkena TB di tahun 2015, 1,8 juta berakhir dengan

kematian (diantaranya ada 0,4 juta kematian orang yang terkena TB dan HIV).
8

Dari satu juta anak-anak usia ≤14 tahun yang terkena TB, sebanyak 170.000 anak-

anak meninggal akibat penyakit ini pada tahun 2015. Lebih dari 95% kematian

TB tersebut terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, 60%

kematian tersebut ada pada enam negara, secara berurutan: India, Indonesia,

China, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan. Sekitar 480.000 orang menjadi

resisten terhadap obat anti TB, dengan multidrug-resistant TB (MDR-TB). Insiden

TB menurun rata-rata 1,5% per tahunnya sejak tahun 2000.  Hal ini perlu

diakselerasikan ke penurunan 4%-5% tiap tahunnya supaya mencapai tujuan "End

TB Strategy" di tahun 2020. Mengakhiri epidemik TB sebelum tahun 2030 adalah

salah satu target kesehatan dari Sustainable Development Goals.

Pada tahun 2015, insiden kasus baru TB paru, termasuk HIV dengan TB,

adalah 395 per 100.000 populasi. Insiden meningkat seiring dengan meningkatnya

usia, dimana laki-laki lebih banyak terkena dibanding wanita.

Angka kematian atau mortalitas TB adalah 40 per 100.000 populasi.

Keberhasilan terapi (treatment success rate) pada pengidap TB baru

dengan smear-positif adalah 84% untuk yang terdaftar sebagai pasien di tahun

2014. Pada tahun 2011, terungkap tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus

TB di Indonesia, yaitu:

1. Waktu pengobatan TB yang relatif lama, sekitar 6-8 bulan, menjadikan

penderita TB berhenti berobat (drop out) setelah merasa sehat meski proses

pengobatan belum selesai

2. Masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang

berkembang cepat
9

3. Munculnya permasalahan kebal terhadap bermacam obat (MDR-TB)

2.5 Peran Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kejadian

Tuberkulosis (TBC) Paru. Infeksi TBC merupakan salah satu penyakit yang

persebarannya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pola perilaku.

Lingkungan rumah dapat mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis paru

adalah lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya kurang adanya fasilitas

ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan, kepadatan hunian

dalam rumah dan bahan bangunan didalam rumah. Selain lingkungan rumah yang

mempengaruhi kejadian tuberkulosis keadaan lingkungan fisik, lingkungan

biologis dan lingkungan sosial yang kurang baik juga akan dapat merugikan

kesehatan dan dapat mempengaruhi penyakit tuberkulosis dan pada akhirnya

mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis

Hubungan lingkungan fisik dengan keberadaan Mycobacterium tuberculosis

dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu suhu, kelembaban dan pencahayaan. Secara

umum sifat bakteri TBC adalah tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat

bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4 ͦ C sampai minus 70 ͦ

C. Sehingga dengan adanya paparan langsung dari sinar ultraviolet, sebagian

besar bakteri akan mati dalam waktu beberapa menit.

Rumah yang tidak memenuhi persyaratan menjadi salah satu faktor risiko

terjadinya penyakit TBC paru karena percikan dahak dapat bertahan selama

beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Kelembaban di atas 60%

dapat membuat bakteri TBC bertahan hidup selama beberapa jam dan dapat
10

menginfeksi penghuni rumah. Menurut keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes)

No. 829/Menkes/SK/VII/1999 kualitas suhu udara nyaman antara 18-30ͦ C dan

kelembaban udara 40-70% dan pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni.

Pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat mempengaruhi

kesehatan individu yang tinggal di dalamnya. Diketahui bahwa cahaya matahari

mempunyai daya untuk membunuh bakteri tuberkulosis minimal 60 lux. Oleh

sebab itu, ventilasi dalam setiap ruang tempat tinggal sangatlah penting. Ventilasi

memiliki fungsi untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri, terutama bakteri

patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus.

Lingkungan yang baik menjadi aset penting untuk hidup sehat serta

menghindarkan diri dari potensi penularan bakteri TBC. Dengan memperhatikan

aspek suhu, kelembaban dan pencahayaan, kita bisa meminimalisir

penyebarannya.

2.6 Tindakan atau Upaya Pencegahan

Salah satu langkah untuk mencegah TBC (tuberkulosis) adalah dengan

menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini

termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2

bulan. Bagi yang belum pernah menerima vaksin BCG, dianjurkan untuk

melakukan vaksin bila terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita TBC.

TBC juga dapat dicegah dengan cara yang sederhana, yaitu mengenakan

masker saat berada di tempat ramai dan jika berinteraksi dengan penderita TBC,

serta sering mencuci tangan.


11

Walaupun sudah menerima pengobatan, pada bulan-bulan awal pengobatan

(biasanya 2 bulan), penderita TBC juga masih dapat menularkan penyakit. Jika

Anda menderita TBC, langkah-langkah di bawah ini sangat berguna untuk

mencegah penularan, terutama pada orang yang tinggal serumah dengan Anda:

1. Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila

menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan.

2. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.

3. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering

membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat

masuk.

4. Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC

yang Anda derita tidak lagi menular.


12

BAB III PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap

pembahasan di atas.

3.1 Kesimpulan

Dari makalah di atas, dapat diambil kesimpulan, yaitu:

Penyakit tuberkulosis disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang

eritrosit. Di Indonesia terdapat 4 spesies plasmodium; P. Vivax, P. falciparum, P.

ovale, P. tuberkulosise. Gejala tuberkulosis yang umum terdiri dari periode

dingin, periode panas, dan periode berkeringat. Perjalanan parasit ini dari awal

infeksi sampai menimbulkan gejala klinis terdiri atas tiga tahap; yaitu pre-

eritrositik, intrahepatik dan eritrositik. tuberkulosis merupakan penyakit endemis

di daerah tropis dan sebagian daerah subtropis. Faktor lingkungan berpengaruh

besar terhadap kejadian tuberkulosis, karena bila kondisi lingkungan sesuai

dengan tempat perindukan, maka nyamuk akan berkembangbiak dengan cepat dan

suhu lingkungan juga berpengaruh. Upaya pencegahan tuberkulosis melalui

pemutusan mata rantai penularan dan juga dengan pengelolaan lingkungan

3.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil saran,

yaitu;

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali

kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan

terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat


13

dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.


Daftar Pustaka

http://repository.unissula.ac.id/10754/4/4.%20BAB%20I.pdf

https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/1039/558

http://repository.lppm.unila.ac.id/5713/3/artikel%20agro.pdf

http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/153

http://eprints.undip.ac.id/42538/2/JAMES_BAB_II_BARU.pdf

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV. ABSOLUTE

MEDIA

Fitriany, J. & Sabiq, A. (2018). tuberkulosis: Jurnal Averrous Vol.4 No.2 2018, 02

14

Anda mungkin juga menyukai