Anda di halaman 1dari 19

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH

Sifat-Sifat Fisik Tanah & Sampah

Disusun oleh:
Cindy Shafira Az Zahra (P21335120008)
Kelompok 10

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jakarta, 2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Sifat-Sifat Fisik Tanah dan Sampah”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Penyehatan Tanah dan
Pengelolaan Sampah semester tiga program studi Sarjana Terapan jurusan
Kesehatan Lingkungan yang diberikan oleh dosen mata kuliah Penyehatan Tanah
dan Pengelolaan Sampah Ibu Catur Puspawati, ST, MKM dan Bapak Tugiyo,
SKM, M.Si.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 2021
Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................. ii

Pembahasan............................................................................................................ 3

1.1 Pengertian dan Peranan Sifat Fisik Tanah dan Sampah.....................................3

1.2 Macam-Macam Sifat Fisik Tanah dan Sampah................................................. 4

1.3 Pengambilan Sampel untuk Sifat Fisik Tanah dan Sampah.............................11

1.4 Pengukuran Sifat Fisik Tanah dan Sampah..................................................... 14

Penutup................................................................................................................. 17

Daftar Pustaka......................................................................................................18

ii
Pembahasan

1.1 Pengertian dan Peranan Sifat Fisik Tanah dan Sampah


Sifat Fisik Tanah. Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berhubungan
dengan bentuk/kondisi tanah asli, yang termaksud diantaranya adalah tekstur,
struktur, bobot isi tanah, porositas, stabilitas, konsistensi, warna maupun suhu
tanah dan lain-lain. sifat tanah berperan dalam aktivitas perakaran tanaman, baik
dalam hal absorbsi unsur hara, air maupun oksigen juga sebagai pembatas gerakan
akar tanaman (Kurnia dkk, 2006).
Sifat fisik sampah:
1. Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang terdiri dari bahan organik dan
bersifat mudah busuk, biasanya berasal dari sisa makanan, buah, sayur, atau
pembungkus berbentuk daun. Sifat dari sampah jenis ini banyak mengandung
air dan cepat membusuk secara alamiah.
2. Sampah kering (rubbish), yaitu sampah yang terdiri dari bahan organik dan
anorganik, tidak mudah membusuk. Sampah jenis ini dikelompokkan menjadi
dua jenis yaitu sampah kering logam (metalic rubbish), misalnya besi tua,
kaleng bekas, dan sampah kering non logam (non metalic rubbish), misalnya
kayu, sisa kain, kaca, mika, keramik, plastik, berbagai mineral dan batuan.
3. Sampah lembut, yaitu sampah yang merupakan partikel-partikel ukuran kecil,
ringan dan mudah . diterbangkan angin. Sampah jenis dapat mengganggu
pernafasan dan mata. Menurut bentuknya sampah jenis ini terbagi dua macam.
Kesatu berbentuk debu hasil dari pembersihan dengan sapu dari lantai rumah,
debu dari pengrajin kayu, industri semen, tenun, pembakaran batu gamping,
penambangan mineral. Kedua berbentuk abu yang berasal dari pembakaran
kayu, abu rokok, sekam padi, batubara dan sampah yang terbakar.
4. Sampah besar (bulky waste) yaitu sampah yang berukuran besar, misal bekas
furniture, kursi, meja, kendaraan, peralatan rumah tangga, bangkai kapal,
peralatan rumah tangga, bongkaran rumah dan lainya.
5. Sampah berbahaya (hazardous waste) adalah sampah yang berbahaya baik
bagi manusia, binatang maupun tumbuhan, dapat terdiri dari empat jenis yaitu
sampah patogen, sampah beracun, sampah radioaktif dan sampah ledakan.

3
4

a. Sampah patogen yaitu sampah yang berasal dari rumah sakit dan klinik.
b. Sampah beracun yaitu sampah yang merupakan sisa dari pestisida,
insektisida dan kertas bungkus bahan beracun
c. Sampah radioaktif yaitu sampah berbahan radioaktif sisa dari pengolahan
nuklir.

1.2 Macam-Macam Sifat Fisik Tanah dan Sampah


1.2.1 Sifat Fisik Tanah
Kualitas tanah dapat dilihat secara sifat fisik dari tanah. Sifat fisik
tanah merupakan sifat tanah yang dilihat dari tekstur, struktur, konsistensi tanah,
warna tanah, temperatur tanah, tata air (drainase) dan tata udara (aerase). Untuk
menetapkan tekstur tanah dapat dilakukan secara kualitatif dengan melihat
langsung lapangan dan secara kuantitatif dengan melakukan pemeriksaan di
laboratorium. Secara kualitatif dengan cara merasakan tanah diantara ibu jari dan
telunjuk kemudian ditekan dan digosok-gosokkan akan diketahui teksturnya.
Namun untuk menentukan secara kuantitas harus dilakukan pemeriksaan di
laboratorium menggunakan alat yang sesuai. Adapun sifat-sifat fisik tanah yaitu
sebagai berikut:
1. Tekstur tanah

Salah satu sifat fisik tanah adalah tekstur tanah, dimana tekstur tanah tersusun
dari tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama
perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay) dan fraksi pasir (sand) dan debu
(dust) (Foth, Henry, 1994). Golongan partikel tanah diberi nama fraksi tanah.
5

Berbicara tentang tekstur tanah akan selalu berhubungan erat dengan plastisitas,
permeabilitas, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktifitas pada
daerah-daerah tertentu.
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu
pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu dan tanah liat. Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai
ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm sampai lebih kecil dari
pedon disebut fragmen batuan (rock fragment) atau bahan kasar (kerikil sampai
batu). Bahan-bahan tanah yang lebih halus (< 2mm) disebut fraksi tanah halus
(fine earth fraction) dan dapat dibedakan menjadi:
Pasir : 2 mm – 50 
Debu : 50 - 2
Liat : kurang dari 2
Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus
(<2mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan
liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa kelas tekstur.
a. Kasar : Pasir, Pasir berlempung
b. Agak Kasar : Lempung berpasir, Lempung berpasir halus
c. Sedang : Lempung berpasir sangat halus, Lempung, Lempung
berdebu, Debu
d. Agak Halus : Lempung liat, Lempung liat berpasir, Lempung liat
berdebu
e. Halus : Liat berpasir, Liat berdebu, Liat

Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirannya berukuran lebih


besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas
permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat
mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air
dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam
reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar.
6

Di lapang tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijat tanah basah


diantara jari-jari sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-
butir pasir, debu dan liat.
2. Struktur tanah

Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan mineral)
dan bahan organik serta oksida, membentuk agregat sekunder. Struktur tanah
merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi
karena butir-butir pasir, debu dan liat. Terikat satu sama lain oleh suatu perekat
seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil
ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
Di daerah curah hujan tinggi umumnya ditemukan struktur remah atau
granuler di permukaan dan gumpal di horison bawah. Di daerah kering sering
dijumpai tanah dengan struktur tiang atau prisma di lapisan bawah.
Ukuran struktur tanah berbeda-beda sesuai dengan bentuknya. Tingkat
perkembangan struktur ditentukan batas kemantapan atau ketahanan bentuk
struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan struktur tanah dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur),
b. Tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak hancur),
c. Tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur).
Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah.
Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya
mempunyai tingkat perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya
mempunyai kemantapan yang lebih tinggi dari pada tanah basah. Jika dalam
menentukan kemantapan struktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya
7

dianggap tanah dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab, karena
dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik.
Menurut bentuknya struktur dapat dibedakan menjadi : lempeng, prisma,
tiang, gumpal, granular dan remah. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-
butir tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau
saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau
pejal.
Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang
baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah
yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling
bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk.
Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak (mantap) sehingga pori-pori
tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
3. Konsistensi tanah

Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah, atau


daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi tanah sangat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah (basah, lembab, kering). Untuk mengetahui
secara fisik di lapangan cukup dilakukan dengan memijit-mijit tanah basah,
lembab atau kering dengan menggunakan jari-jari tangan. Tanah basah diremas
remas dan dipijit serta diamati apakah tanah itu dapat dibuat menjadi bentuk-
bentuk tertentu seperti bola-bola, atau bulat, lonjong dan lain sebagainya. Bisa
juga dibuat gulungan-gulungan kecil setebal sekitar 1 cm, tanpa retak atau pecah,
tanah lembab dipijit diantara ibu jari dan telunjuk lalu diamati apakah agregat-
8

agregat tanah cukup kuat untuk dipecahkan atau gembur. Tanah kering ditentukan
dengan mencoba memecahkan atau merumuskan gumpalan kering.
4. Warna tanah

Warna merupakan salah satu ciri tanah yang jelas dan paling menonjol
sehingga mudah terlihat dan lebih sering digunakan dalam memberikan gambaran
tanah dari pada ciri tanah lain. Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat
tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam
tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik,
warna tanah semakin gelap.
Dilapisan bawah dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna
tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat.
Di daerah ber-drainase buruk yaitu daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah
berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi (Fe2+).
Pada tanah yang ber-drainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe
terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (Hematit)
yang berwarna merah atau Fe2O3.3H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat.
Bila tanah kadang-kadang basah & kadang-kadang kering maka disamping warna
abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau
kuning yaitu ditempat-tempat dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi
besi ditempat tersebut. Beberapa jenis mineral seperti kuarsa dapat menyebabkan
warna tanah menjadi lebih terang.
9

Hubungan warna tanah dengan kandungan bahan organik di daerah tropika


sering tidak sejalan dengan di daerah beriklim sedang (Amerika, Eropa). Tanah-
tanah merah di Indonesia banyak yang mempunyai kandungan bahan organik
lebih dari 1%, sama dengan kandungan bahan organik tanah hitam di daerah
beriklim sedang.
Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang
terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam warna baku ini warna
disusun oleh tiga variabel yaitu hue, value dan chroma. Hue adalah warna
spectrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value
menunjukan gelap terangnya warna (kecerahan tanah), sesuai dengan banyaknya
sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukan kemurnian atau kekuatan dari warna
spectrum (hue).
Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab atau kering, sehingga
dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan
basah, lembab atau kering. Warna tanah mempunyai hubungan dengan oksida-
besi yang terhidrasi relatif tidak stabil dalam keadaan lembab, maka warna merah
biasanya menunjukkan drainase dan aerasi yang baik. Tanah merah sekali
biasanya terdapat di permukaan yang cembung (convex) terletak di atas batuan
permeabel. Meskipun demikian, ada pula tanah-tanah merah yang berasal dari
bahan induknya.
5. Suhu Tanah

Suhu tanah juga menentukan kualitas tanah tersebut. Suhu tanah merupakan
salah satu sifat fisik tanah yang mempengaruhi proses-proses yang terjadi didalam
10

tanah seperti pelapukan, penguraian bahan tanah, reaksi-reaksi kimia dan lain-lain
dan dapat mempengaruhi langsung pada pertumbuhan tanaman melalui percobaan
kelembaban tanah, aerasi, aktivitas mikroba, ketersediaan unsur hara tanaman, dan
lain-lain.
1.2.2 Sifat Fisik Sampah
Menurut Gelbert dalam Ni Komang Ayu Artiningsih berdasarkan sifat
fisiknya sampah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Sampah basah (garbage)

Sampah golongan ini merupakan sisa – sisa pengolahan atau sisa sisa
makanan dari rumah tangga atau merupakan timbulan hasil sisa makanan, seperti
sayur mayur, yang mempunyai sifat mudah membusuk, sifat umumnya adalah
mengandung air dan cepat membusuk sehingga mudah menimbulkan bau.
2. Sampah kering (rubbish)

Sampah golongan ini memang dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis :


11

a. Golongan sampah tak lapuk. Sampah jenis ini benar-benar tak akan bisa
lapuk secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahun-tahun,
contohnya kaca dan mika.
b. Golongan sampah tak mudah lapuk. Sekalipun sulit lapuk, sampah jenis ini
akan bisa lapuk perlahan-lahan secara alami. Sampah jenis ini masih bisa
dipisahkan lagi atas sampah yang mudah terbakar, contohnya seperti kertas
dan kayu, dan sampah tak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti
kaleng dan kawat.

1.3 Pengambilan Sampel untuk Sifat Fisik Tanah dan Sampah


Pengambilan sampel adalah suatu prosedur tertentu yang diikuti apabila suatu
substansi, bahan atau produk diambil untuk keperluan pengujian sampel yang
representatif dari keseluruhannya. Karena itu, pengambilan sampel harus
mewakili kumpulannya dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
perencanaan pengambilan sampel, petugas pengambil sampel, prosedur
pengambilan sampel, peralatan pengambil sampel yang digunakan, frekuensi
pengambilan sampel, keselamatan kerja dan dokumentasi terkait pengambilan
sampel. Proses pengambilan sampel jika tidak dilakukan secara benar, maka
secanggih apapun peralatan yang dipergunakan tidak akan menghasilkan data
yang dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya.
Pengambilan sampel harus memenuhi kesesuaian terhadap standar baku yang
telah diakui baik secara internasional maupun nasional, seperti standar EPA,
WHO, maupun SNI, jika tidak akan mengakibatkan langkah-langkah selanjutnya
seperti pengawetan, transportasi , penyimpanan, preparasi, maupun pengujian di
laboratorium, akan sia-sia serta membuang waktu dan biaya.
1.3.1 Perencanaan pengambilan sampel
Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan
mendukung pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel
merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan
menentukan hasil pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur
pengambilan sampel terdiri dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan
pengambilan sampel serta Quality Asurance (QA) dan Quality Control (QC)
12

pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil sampel sebelum ke lapangan


adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen yang membantu dalam
setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas dan sistematik. Beberapa hal yang
perlu dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel adalah:
1. Menentukan tujuan pengambilan sampel;
2. Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai;
3. Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai dengan standar atau
peraturan tertentu;
4. Menentukan metode analisis;
5. Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah sampling dilakukan secara
random atau acak;
6. Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel;
7. Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel;
8. Menentukan frekuensi sampling;
9. Menyiapkan pengendalian mutu;
10. Menyiapkan dokumentasi (daftar periksa persiapan pengambilan sampel,
formulir rekaman dat pengambilan sampel, laporan pengambilan sampel).
Pengamanan sampel terdiri dari:
1. Identifikasi/pengkodean sampel
2. Pengemasan sampel
3. Penyegelan wadah sampel, bila diperlukan
4. Tindakan pencegahan selama transportasi ke laboratorium, jika ada ketidak
sesuaian
5. Penyimpanan sampel di laboratorium
1.3.2 Persiapan Pengambilan Sampel
Persaiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel di
lapangan adalah:
1. Personel pengambil sampel
2. Persiapan peralatan pengambil sampel
3. Persiapan peralatan pengukuran di lapangan
4. Persiapan peralatan pendukung
13

5. Persiapan prosedur pengambilan sampel


6. Persiapan wadah sampel
7. Persiapan bahan pengawet, bila diperlukan
8. Mengkalibrasi alat pengukur parameter lapangan
9. Persiapan dokumentasi
10. Persiapan pengendalian mutu lapangan
Persiapan rekaman lapangan.
1.3.3 Alat Penelitian
Seperangkat peralatan untuk pengambilan sampel sampah antara lain :
pakaian lapangan (wear pack, masker, sepatu booth, sarung tangan), keranjang
sampah, kantong-kantong plastik dan lembaran plastik. Timbangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menimbang sampel sampah.
Seperangkat alat dan kemikalia untuk analisis proksimat sampel sampah (organik),
dan analisis kandungan logam berat (Pb dan Hg) pada sampah organik.
1.3.4 Personil
Sampel harus diambil oleh personil yang memiliki latar belakang
pendidikan yang sesuai, mendapatkan pelatihan pengambilan sampel, cukup
pengalaman, dan mampu mendemonstrasikan keahlian serta ketrampilannya.
Apabila pengambilan sampel dilakukan oleh personel pihak lain, misalnya
pelanggan, pengawas atau penyidik dari instansi yang berwenang, pihak
laboratorium harus menyediakan prosedur atau instruksi yang terdokumentasi,
dan hal-hal lain yang diperlukan, seperti peralatan, wadah sampel dll.
1. Peralatan
Peralatan yang harus disiapkan sebelum melakukan pengambilan sampel
terdiri dari : alat pengambil sampel, alat ukur parameter lapangan dan wadah
sampel.
a. Alat pengambil sampel
 Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel sehingga
bahan tersebut tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel,
14

 Tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam sampel, dan tidak bereaksi


dengan sampel, (misal : alat pengambil sampel pengujian parameter
minyak dan lemak menggunakan wadah/gelas kaca)
 Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya
 Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada
sisa bahan tersuspensi di dalamnya
 Mudah dan aman dibawa
 Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian
Alat pengambil sampel untuk parameter uji BOD menggunakan botol
BOD, parameter uji DO menggunakan botol DO sampler, parameter uji
mikrobiologi menggunakan botol coklat yang tidak tembus cahaya matahari dan
disterilisasi terlebih dahulu, untuk mencegah kontaminasi dari luar.
b. Alat ukut parameter lapangan
Peralatan pengukuran lapangan yang perlu dibawa pada saat sampling
antara lain DO meter, pH meter, turbidimeter, konduktimeter, termometer dan
current meter.
2. Wadah sampel
Persyaratan wadah penyimpan sampel, sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan gelas atau plastik polyethylene (pe) atau
polypropylene (pp) atau teflon (poli tetra fluoro etilen, ptfe);
b. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
c. Bersih dan bebas kontaminan;
d. Tidak mudah pecah atau bocor;
e. Tidak berinteraksi dengan sampel.
Wadah sampel sebelum digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan/dicuci
dan tergantung dari jenis sampel uji.
1.4 Pengukuran Sifat Fisik Tanah dan Sampah
1.4.1 Metode Pengukuran Permukaan Tanah
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui banyaknya masa tanah
yang telah tererosi dari jalur-jalur aliran permukaan tanah di suatu lahan.
Penetapan tebal lapisan tanah di jalur aliran permukaan tanah yang telah tererosi
15

dilakukan berdasarkan perbesaan ketinggian antara titik pengamatan di dasar alur


erosi. Penetapan tebal lapisan tanah disekitar pohon yang telah tererosi dilakukan
berdasarkan perbedaan ketinggian antar titik pengamatan di lokasi yang searah
dengan pangkal akar pohon dengan beberapa titik pengamatan di permukaan
tanah yang terpampang saat ini (Effendi 1996).
1.4.2 Berat Volume Tanah
Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling
sering ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi
akar di dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta sifat fisik tanah lainnya.
Seperti sifat tanah yang lainnya, berat volume mempunyai variabilitas spasial
(ruang) dan temporal (waktu). Nilai berat volume, Db, bervariasi antara satu titik
dengan titik yang lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur
tanah, kedalaman perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain. Nilai
Dbsangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan terhadap tanah. Nilai Db
terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah sesudah pengolahan tanah.
Bagian tanah yang berada di bawah lintasan traktor akan jauh lebih tinggi berat
volumenya dibandingkan dengan bagian tanah lainnya.
Pada tanah yang mudah mengembang dan mengerut, Dbberubah-ubah
seiring dengan berubahnya kadar air tanah. Oleh sebab itu, untuk tanah yang
mengembang mengerut, nilai Db perlu disertai dengan data kadar air. Tanah
dengan bahan organik yang tinggi mempunyai berat volume relatif rendah. Tanah
dengan ruang pori total tinggi, seperti tanah liat, cenderung mempunyai berat
volume lebih rendah. Sebaliknya, tanah dengan tekstur kasar, walaupun ukuran
porinya lebih besar, namun total ruang porinya lebih kecil, mempunyai berat
volume yang lebih tinggi. Komposisi mineral tanah, seperti dominannya mineral
dengan berat jenis partikel tinggi di dalam tanah, menyebabkan berat volume
tanah menjadi lebih tinggi pula (Grossman dan Reinsch, 2002).
Berat volume tanah mineral berkisar antara 0,6 - 1,4 g cm-3. Tanah
Andisols mempunyai berat volume yang rendah (0,6 - 0,9 g cm-3), sedangkan
tanah mineral lainnya mempunyai berat volume antara 0,8 - 1,4 g cm-3. Tanah
gambut mempunyai berat volume yang rendah (0,4 - 0,6 g cm-3).
16

Berat volume didefinisikan sebagai masa fase padat tanah, Ms dibagi


dengan volume total tanah, Vt.
��
�� =
�1
Volume total tanah adalah jumlah volume dari fase padat, cair dan gas
di dalam tanah. Nilai Db yang umum untuk tanah pasir adalah sekitar 1,4 - 1,7 g
cm-3 sedangkan untuk tanah liat adalah antara 0,95 - 1,2 g cm-3.
1.4.3 Kadar Air pada Limbah
Kandungan air limbah padat biasanya dinyatakan dalam salah satu dari
dua cara. Dalam metode berat basah pengukuran, kelembaban dalam sampel
dinyatakan sebagai persentase berat basah bahan sedangkan dalam metode berat
kering, itu dinyatakan sebagai persentase dari berat kering bahan. Metode berat
basah yang paling umum digunakan di bidang pengelolaan limbah padat. Dalam
bentuk persamaan, berat basah kadar air dinyatakan sebagai berikut:
� − �
�=( ) 100

Dimana: M = Kadar air (%)
w = berat awal (kg)
d = berat setelah dikeringkan (kg)
Penutup

2.1 Kesimpulan
Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berhubungan dengan bentuk atau
kondisi tanah asli yang berperan dalam aktivitas perakaran tanaman. Macam-
macam sifak fisik tanah yaitu tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah,
warna tanah, suhu tanah. Macam-macam sifat fisik sampah yaitu samph basah dan
sampah kering. Sampah kering digolongkan menjadi dua yaitu sampah tak lapuk
dan tak mudah lapuk. Pengambilan sampel adalah suatu prosedur tertentu yang
diikuti apabila suatu substansi, bahan atau produk diambil untuk keperluan
pengujian sampel yang representatif dari keseluruhannya. Pengukuran sifat fisik
tanah dan sampah yaitu ada metode pengukuran permukaan tanah, berat volume
tanah, dan kadar air pada limbah.

2.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

17
Daftar Pustaka

Wardiha, Made Widiadnyana, dan Aris Prihandono. 2014. Aplikasi SNI 19-3964-
1995 Dalam Pengukuran Timbulan Sampah Dan Komposisi Sampah Di
Kawasan Perkantoran Dan Wisma. Balai Pengembangan Teknologi
Perumahan Tradisional Denpasar.
Badan Standarisasi Nasional. 1994. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. SNI No. 19-3964-1994. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta
http://eprints.umm.ac.id/35383/3/jiptummpp-gdl-denirezkia-49846-3-babii.pdf
https://m.liputan6.com/news/read/2369243/sampah-di-berbagai-negara-berkah-
atau-masalah
https://m.bisnis.com/amp/read/20190221/99/891611/timbulan-sampah-nasional-
capai-64-juta-ton-per-tahun
http://repository.stikes-
bhm.ac.id/296/1/BISMILLAH%20ALHAMDULILLAH.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai